STEP 1
-
STEP 2
1. Mengapa didapatkan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak satu inggu yang lalu?
2. Mengapa pada pemeriksaan fisik didapatkan KU agak lemah, muka pucat dan
konjungtiva palpebra anemis (+/+)?
3. Mengapa sebelumnya pasien didapatkan amenorrhea dan apa hubungannya dengan
HPHT pada 30 Agustus 2013?
4. Mengapa sebelumnya tes urin kehamilan positif namun sekarang menjadi negatif?
5. Apa hasil yang diharapkan pada pemeriksaan USG?
6. Apa hubungan keluhan dengan riwayat sebelumnya berhubungan dengan suami?
7. Apa saja yang dapat menyebabkan perdarahan pada kasus?
8. Mengapa hiperpigmentasi linea alba (+)?
9. DD?
10. Mengapa kadar Hb menurun (9gr/dl)?
11. Mengapa tekanan darahnya sedikit menurun?
STEP 3
1. Mengapa sebelumnya pasien didapatkan amenorrhea dan apa hubungannya dengan
HPHT pada 30 Agustus 2013?
Mengapa didapatkan keluhan keluar darah dari jalan lahir dan keluar jaringan sejak
satu minggu yang lalu dengan riwayat amenorrhea dan pemeriksaan hcg positif
sebelumnya?
Hasil konsepsi?
Kemungkinan terdapat kehamilan sebelumnya (karena hcg sebelumnya positif)
HPHT berfungsi untuk menentukan HPL
(h+7)(b-3)(t+1) HPL kira2 tgl 6 Mei 2014
Terjadi amenorrhea dan hcg + tanda kehamilan kemungkinan hamil
Maka seeharusnya dilakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui tanda kehamilan
pasti
Ketika didapatkan keluarnya darah per vaginam, evaluasi dulu perdarahan banyak
atau hanya flek
Timbulnya perdarahan per vaginam pada trimester 1:
- Tidak berbahaya
Melekatnya sel telur yang sudah dibuahi pada dinding rahim pengeluaran darah
sangat sedikit, normal pada trimester awal
Perubahan hormonal tubuh ibu pada masa kehamilan
- Berbahaya
Abortus/keguguran keluarnya hasil konsepsi (hasil dari pertemuan sel telur dan
sperma) sebelum janin dapat hidup di luar kandungan
Disertai nyeri perut bawah
Blighted ovum kehamilan yang tidak berkembang
Hanya terbentuk kantong dari janinnya
Kehamilan ektopik kehamilan di luar uterus
Disertai perdarahan dan nyeri hebat
Molahidatidosa gelembung-gelembung berisi darah yang warnanya merah
keunguan
PERDARAHAN FISIOLOGIS
Pada kehamilan normal, perdarahan pada trimester pertama dapat merupakan hal
fisiologis, yaitu tanda Hartman, perdarahan pervaginam akibat proses nidasi blastosis ke
endometrium yang menyebabkan perlukaan. Ketika nidasi, trofoblas invasif akan
menghancurkan sel desidua yg banyak pada endometrium fase sekretoris. Perdarahan
berlangsung sebentar, sedikit, dan tidak membahayakan kehamilan.
Ilmu kebidanan,Sarwono Prawirohardjo
Pada awal abortus terjadi pendarahan yang menyebabkan janin terlepas. Pada
kehamilan kurang dari 8 minggu janin biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales
belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan 8–14 minggu villi koriales
menembus desidua secara mendalam, plasenta tidak dilepaskan sempurna sehingga banyak
perdarahan. Pada kehamilan diatas 14 minggu, setelah ketubah pecah janin yang telah mati
akan dikeluarkan dalam bentuk kantong amnion kosong dan kemudian plasenta
(Prawirohardjo, S, 2002).
Ilmu kebidanan,Sarwono Prawirohardjo
HCG POSITIF
Tes kehamilan: positif bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3 minggu setelah abortus.
Jangan terpengaruh hanya pemeriksaan B-HCG yang positif, karena meskipun janin
sudah mati, B-HCG mungkin masih tinggi, bisa bertahan sampai 2 bulan setelah
kematian janin.
Arif mansjoer,dkk. 2004. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN. Jakarta: Media Aesculapius
2. Mengapa pada pemeriksaan fisik didapatkan KU agak lemah, muka pucat dan
konjungtiva palpebra anemis (+/+)?
PerdarahanàEritrosit & Hb menurunàpasokan O2 ke jaringan berkurang sehingga
terjadi pucat sedangkan pucat karena anemia disebabkan hemoglobin sebagai alat
transportasi O2 berkurang yang menyebabkan suplai gas tersebut berkurang ke
jaringan.
Anemia adalah suatu keadaan di mana terjadi kelainan hematologi yang ditandai
dengan disfungsi eritrosit dan/atau hemoglobin dalam mensuplai oksigen ke
jaringan.
Etiologi
ETILOGI
- Genetik
- Kelainan Congenital uterus
- Autoimune
- Defek Fase luteal
- Infeksi
- Hematologi
- Lingkungan
- Hormonal
Manfes: perdarahan per vagina, nyeri abdomen, gejala hamil, satu siklus haid terlewatkan
Diagnosis: px pelvis: pd px spekulum ada darah kecoklatan dlm vagina, ostium uteri
tertutup, pd px bimanual: uterus membesar, lunak dan tidak nyeri tekan, px urinalisis: urin
normal
Tatalaksana:
Penanganannya : 1) Berbaring, cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus
dan sehingga rangsang mekanik berkurang. 2) Pemberian hormon progesterone. 3)
Pemeriksaan USG (Sarwono Prawirohardjo, 2002).
e) Missed Abortion: keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak
dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih. Fetus yang meninggal ini:
(a) bisa keluar dengan sendirinya dalam 2-3 bulan sesudah fetus mati
(b) bisa diresorbsi kembali sehingga hilang
(c) bisa terjadi mengering dan menipis yang disebut: fetus papyraceus
(d) bisa jadi mola karnosa, dimana fetus yang sudah mati 1 minggu akan mengalami
degenerasi dan air ketubannya diresorbsi.
Gejala: Dijumpai amenorea; perdarahan sedikdt-sedikit yang berulang pada
permulaannya, serta selama observasi fundus tidak bertambah tinggi, malahan tambah
rendah, Kalau tadinya ada gejala-gejala kehamilan, belakangan menghilang, diiringi dengan
reaksi kehamilan yang menjadi negatif pada 2-3 minggu sesudah fetus mati. Pada
pemeriksaan dalam, serviks tertutup dan ada darah sedikit. Sekali-sekali pasien merasa
perutnya dingin atau kosong. Perdarahan minimal ,Sering didahului oleh tanda abortus
iminen yang kemudian menghilang spontan/setelah tempi ,Tanda den gejala laumil
menghilang ,USG : Hasil konsepsi masih dalam uterus namun tak ada tanda kelangsungan
hidupnya
Terapi: Berikan obat dengan maksud agar terjadi his sehingga fetus dan desidua
dapat dikeluarkan, kalau tidak berhasil lakukan dilatasi dan kuretase. Dapat juga dilakukan
histerotomia anterior. Hendaknya pada penderita juga diberikan tonika dan antibiotika.
Komplikasi: Bisa timbul hipo atau afibrinogenemia. Fetus yang sudah mati begitu
melekatnya pada rahim sehingga sulit sekali untuk dilakukan kuretase
Etiologi:
(1) Kelainan dari ovum atau spermatozoa, dimana kalau terjadi pembuahan hasilnya
adalah pembuahan yang patologis.
(2) Kesalahan-kesalahan pada ibu, yaitu disfungsi tiroid, kesalahan korpus luteum,
kesalahan plasenta, yaitu tidak sanggupnya plasenta menghasilkan progesteron sesudah
korpus luteum atrofis. Ini dapat dibuktikan dengan mengukur kadar pregnandiol dalam urin.
Selain itu juga bergantung kepada keadaan gizi si ibu (malnutrisi), kelainan antomis dari
rahim, febris undulands (contagious abortion), hipertensi oleh karena kelainan pembuluh
darah sirkulasi pada plasenta/villi terganggu dan fetus jadi mati. Dapat juga gangguan psikis,
serviks inkompeten, atau rhesus antagonisme.
Pemeriksaan:
(1) Histerosalfingografi, untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus submukosa dan
anomali kongenital.
(2) BMR dan kadar yodium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak gangguan
glandula thyroidea.
(3) Psiko analisis.
g) Abortus Infeksiosus dan Abortus Septik: keguguran yang disertai infeksi genital.
Abortus septik adalah keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau
toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritoneum. Hal ini sering ditemukan pada
abortus inkompletus, atau abortus buatan, terutama yang kriminalis tanpa memperhatikan
syarat- syarat asepsis dan antisepsis. Bahkan pada keadaan tertentu dapat terjadi perforasi
rahim.
Diagnosis:
(a) Adanya abortus: amenore, perdarahan, keluar jaringan yang telah ditolong di luar
rumah sakit
(b) Pemeriksaan: kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan, perdarahan dan
sebagainya.
(c) Tanda-tanda infeksi alat genital: demam, nadi cepat, perdarahan, berbau, uterus
besar dan lembek, nyeri tekan, lekositosis
(d) Pada abortus septik: kelihatan sakit berat, panas tinggi, menggigil, nadi kecil dan
cepat, tekanan darah turun sampai syok. Perlu diobservasi apakah ada tanda perforasi atau
akut abdomen.
Terapi:
(1) Bila perdarahan banyak, berikan transfusi darah dan cairan yang cukup
(2) Berikan antibiotika yang cukup dan tepat (buat pemeriksaan pembiakan dan uji
kepekaan obat):
- Berikan suntikan penisilin 1 juta satuan tiap 6 jam
- Berikan suntikan streptomisin 500 mg setiap 12 jam.
- Atau antibiotika spektrum luas lainnya.
(3) 24 sampai 48 jam setelah dilindungi dengan antibiotika atau lebih cepat bila
terjadi perdarahan banyak; lakukan dilatasi dan kuretase untuk mengeluarkan hasil konsepsi
(4) Infus dan pemberian antibiotika diteruskan menurut kebutuhan dan kemajuan
penderita
(5) Pada abortus septik terapi sama saja, hanya dosis dan jenis antibiotika ditinggikan
dan dipilihjenis yang tepat sesuai dengan hasil pembiakan dan uji kepekaan kuman.
(6) Tindakan operatif, melihat jenis komplikasi dan banyaknya perdarahan; dilakukan
bila keadaan umum membaik dan panas mereda
Kehamilan ektopik
Definisi :
Suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur yang telah dibuahi tidak menempel didinding
endometrium cavum uteri. >95% berada di tuba fallopi
Etiologi :
bila nidasi terjadi diluar cavum uteri atau diluar endometrium maka terjadilah kehamilan
ektopik.
Patofisiologi :
Sel telur sudah dibuahi dalam perjalanannya menuju endometrium tersendat sehingga
embrio sudah berkembang sebelum mencapai kavum uteri dan akibatnya akan tumbuh di
luar rongga rahim.
Apabila embrio tidak bisa mencapai endometrium untuk proses nidasi maka embrio
dapat tumbuh pada saluran tuba dan kemudian akan mengalami beberapa proses
seperti kehamilan pada umumnya.karna tuba bukan merupakan media yang baik
untuk pertumbuhan embrio,maka pertumbuhan akan mengalamin perubahan dalam
bentuk berikut
1. hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi
pada implantsi secara kolumner ,ovum yang dibuahi akan cepat mati karna
vaskularisasi kurang dan dengan mudah terjadi reabsorbsi total.dalam keadaan ini penderita
tidak mengeluh apa2 hanya haid yang terlambat bebrapa hari
2. Abortus kedalam lumen tuba
perdarahan yang terjadi karna pembukaan pembuluh2 darah oleh vili kontrialis pada
dinding tuba ditempat implantasi dapat melepaskan mudigah dari dinding tersebut bersama
sama dengan robeknya pseudokapsularis.
3. Ruptur dinding tuba
terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan muda
gambaran klinik :
1. Gejala2 kehamilan muda, nyeri sedikit di perut bagian bawah
2. Pada VT: uterus membesar dan lembek walaupun tdk sebesar tuanya
kehamilan
3. Nyeri merupakan keluhan utama pada KET
4. Ruptur tubaàsakit perut mendadakàsyok atau pingsan
Diagnosis :
Kuldosintesis adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah
dalam kavum douglasi ada darah.
Dengan cara :
1. Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi
2. Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptik
3. Spekulum dipasang dan bibir belakang porsio di jepit dengan cunam
serviks; dengan traksi ke depan sehingga forniks posterior tampak
4. Jarum spinal 18 ditusukkan ke dalam kavum douglasi dan dengan semprit
10 ml dilakukan pengisapan
5. Bila ditemukan darah maka isinya di semprotkan pada kain kasa dan
diperhatikan darah yang keluar berupa :
-darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan
membeku; darah ini berasal dari arteri atau vena yang tertusuk
-darah tua berwarna cokelat sampai hitam yang tidak membeku, atau
yang berupa bekuan kecil-kecil; darah ini menunjukkan adanya hematokel
retrouterina
Mola Hidatidosa
Definisi
Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana seluruh villi korialisnya mengalami
perubahan hidrofobik
ETIOLOGI
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui, faktor – faktor yang dapat
menyebabkan antara lain:
1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat
dikeluarkan.
2. Imunoselektif dari Tropoblast
3. keadaan sosioekonomi yang rendah
4. paritas tinggi
5. kekurangan protein
6. infeksi virus dan factor kromosom yang belum jelas
PENATALAKSANAAN
1. Evakuasi
a. Perbaiki keadaan umum.
b. - Bila mola sudah keluar spontan dilakukan kuret atau kuret isap
- Bila Kanalis servikalis belum terbuka dipasang laminaria dan 12 jam
kemudian dilakukan kuret.
c. Memberikan obat-obatan Antibiotik, uterotonika dan perbaiki keadaan
umum penderita.
d. 7-10 hari setelah kerokan pertama, dilakukan kerokan ke dua untuk
membersihkan sisa-sisa jaringan.
e. Histeriktomi total dilakukan pada mola resiko tinggi usia lebih dari 30
tahun, Paritas 4 atau lebih, dan uterus yang sangat besar yaitu setinggi pusat atau lebih.
2. Pengawasan Lanjutan
- Ibu dianjurkan untuk tidak hamil dan dianjurkan memakai kontrasepsi oral
pil.
- Mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun :
· Setiap minggu pada Triwulan pertama
· Setiap 2 minggu pada Triwulan kedua
· Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya
· Setiap 2 bulan pada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 3 bulan.
- Setiap pemeriksaan ulang perlu diperhatikan :
a. Gejala Klinis : Keadaan umum, perdarahan
b. Pemeriksaan dalam :
- Keadaan Serviks
- Uterus bertambah kecil atau tidak
c. Laboratorium
Reaksi biologis dan imunologis :
a. Trimester pertama
• Abortus
• Missed Abortus
• Hiperemesis Gravidarum
• Kelainan Congenital
b. Trimester kedua dan ketiga
• Persalinan Prematur
• Perdarahan ante partum
• Gangguan pertumbuhan janin dalam rahim
• Afiksia intra uterin sampai kematian
• Berat badan lahir rendah
• Mudah terkena infeksi
• IQ rendah
• Dekompensasio kordis sampai kematian ibu
Hb rendah (anemia) bisa karena :
- Perdarahan
- Hemodilusi
Fisiology, guyton