Anda di halaman 1dari 34

PENDARAHAN DAN DEMAM SETELAH

MELAHIRKAN

Step 1
1. Lokea purulenta
Eksresi cairn rahim selama nifas ifatnya basa dapatdengan mudah
digunakan oleh mikroorgisme untuk berkembang biak.
Keluarnya nanah yang berbau busuk
2. Nyeri goyang portio
Tindakan vt ginekolois untuk mengatuhi ada infeksi atau tidak jika
nyeri berarti positif adanya infeksi
3. VT ginekologis
Pemeriksaan dalam pada vagina untuk mengethui beberapa kelainan
pasca persalinan, contoh nyeri goyang portio , PPV keluarnya cairan
kuning keruh normalnya darah atau jaringan – jaringan.
VT ginekologis dilakaukan pada kasus – kasus apa saja?serta
indikasinya?
Perbedaan pendarahan dan perdarahan?

Step 2
1. Mengapa pada pasien ditemukan demam dan pendarahan dari jalan
lahir sejak 5 hari yang lalu?
2. Mengapa di ddapatakan payudara mengeras dan nyeri?
3. Apa hubungan status g6p6a0 dan usia dngan keluhan yang dialami
oleh pasien?
4. Apa yang menyebabkan ppv berwarna merah bercampur cairan
kekukinangan keruh serta berbau?
5. Apa tindakan awal dokter untk menghentikan pendarhan? Dan apa
terpinya?
6. Apa maksud dokter memberikan paracetamol?
7. Kenapa ditemukan pemeriksaan abdomen ditemukan TFU di
pertenghan umbilikus dan simfisis pubis serta konsistensinya
lembek?
8. Perubahan anatomi fisiologis pasca persalinan?
9. Mengapa pada VT didapatkan yeri goyang portio dan nyeri pada
uterus?
10. Pemeriksaan laborat apa saja yang dlakuka oleh dokter ntuk pasien?
11. DD pendarhan pasca persalinan?
12. Dd demam pasca persalinan?
13. Kenapa pasien di minta untuk banyak minum?
14. Kelainan apa saja pada msa nifas?
15. Kenapa pasien mengeluh demam pada hari ke 2 setelah
mendapatkan perawatan?

Step 3
1. Mengapa pada pasien ditemukan demam dan pendarahan dari jalan
lahir sejak 5 hari yang lalu?
- 4 akibat :
- sosio ekonomi rendah sehingga terjadi pelahiran di dukun
- proses pesalinanya buruk
- Tindakan persalinan sesar dapat menyebaban penngkatn lebih
tinggi
- Bakteriologi : flora normal b- hemoliticus srepcoccus dan
clostridum wellcii sehingga terjdi infeksi sehingga menyebablan
demam proses dari ketuban pecah dini atau pada partus lama
naik ke arah implantasi plasenta.
- Bisa ddidaptkan juga dari tangan penolong.
- Droplet infection pad saat tidak fit waktu penolongan
persalinan
- Dari udara karena ketidaksterilan tempt sehingga terjadi infeksi
- Pendarahan disebabkan 3 hal
- dari tempat implantasi plasenta dari kotiledon yang tertinggal
sebagian sja rest plasenta atau apabila tertinggal retensio
plasenta
- Robekan pada jalan lahir
- Gangguan koagulaasi adanya trombofili
- Atonia uteri karen ketidak adekuatan dari kontraksi uterus
sehingga uterus tidak dapat menyebabkan arteri spiralis
tertutup
- Kapan flora normal menjadi patologis?

2. Mengapa di ddapatakan payudara mengeras dan nyeri?


- Normalanya bayi lair diikuti plasenta keluar setlah setengah jam
menyebabkan progesteron menurun kemudian terjadi
pengeluran prolaktin sehingga terjadi penguaran asi, tapi
diperlukan proses menyusui oleh bayi untuk pengeluaran
okstisosin sehingga keluar. Karena padaibu ini tidak menyusui
terjadi bendungan sehingga mengakibatkan nyeri , peningktan
suhu dan mengeras.
3. Apa hubungan status g6p6a0 dan usia dngan keluhan yang dialami
oleh pasien?
- Grande multi gravida kehamilan lebih dari 4 kali, salah satu fktor
resio infeksi nifas(pengeluaran darah dan jaringan jaringan sisa
pada jalan lahir setelah dikelurkannya plasenta selma kurang
lebih 40-60 hari).
- Ketika wanita sering hamil menyebabkan pada cervix vagina
robekan pada jalan lahirnya
- Sterilasi pada dukun beranak
- Usia pada usia >35 tahun terjadi degenerasi sel -sel
- Lingkungan
- Pada grande multigravida terjadi ketidak kencengan pada
kontrksi uterus
4. Apa yang menyebabkan ppv berwarna merah bercampur cairan
kekukinangan keruh serta berbau?
- Terjadi masa nifas yang terganggu
- Endometitis di sebabkan pada infeksi pada tempat implantasi
plasenta sehigga menyebar keseluruh endometrium sehingga
mnbebakan septimia sehingga menyebakna demam dan
lokianya berwarn kuning kenapa bau isebabkan oeh bakteri
anaerob hal itu mungkin disebabkan oleh clostridium welciii
disebabkan oleh disebabkan hasil metabolisme asam volatil
rantai pendek bila terjdi infeksi sel sel leukosit berkumpul pada
tempat infeksi dari pertempuran tersebut kalah sehingga
menyebabkan pus dan keluar bersama okea
- Lokea adalah
- Lokea rubra : cairan pada hari ke 2 atau 3 warna meraah
- Lokea sangenolenta : pada hari ke 4-7 warna merah kecoklatan
- Lokea seosa : mer muda pada hari ke 7-14
- Lokea alba : cairan putih
5. Apa tindakan awal dokter untk menghentikan pendarhan?dan
terapinya?
- Pada atonia uteri diberi teri uterotonikauntuk memperbiki
kontraksi uterusnya sehingga tejadi pemendekn dan
penyempitan dari pembluh darahnya
- Pada perineumnya dilakukan penjahitan
- Diberikan antibiotik broad spectrum untuk mengatasi demam
- Diberikan donor trombosit untuk mengatasi gangguan
koagulasi dan injeksi vitamin k
- Explorasi kejalan lahir untuk mengambi sisa plasenta yang
tertinggal baik digital atau manual
- Manual placenta gimana dan untuk sisa placenta seperti apa?

6. Apa maksud dokter memberikan paracetamol?


Menurunkan demam dengn cara menghambat sintesis dari PGE-2
7. Kenapa ditemukan pemeriksaan abdomen ditemukan TFU di
pertenghan umbilikus dan simfisis pubis serta konsistensinya lembek?
- Karena perubhan anatomi fisiologisa pada masa nifas
- Pada hari ke 7 pada simphisis pubis konsistensinya lembek
disebaban infeksi pada rahim
- Gangguan pada pengecilan pada uterus (involusi uteri)
gangguannya di sebut sub involusi
- Normalnya konsistensi pada saat uterus menglami involusi
8. Perubahan anatomi fisiologis pasca persalinan?
- involusi uteri Pada bayi lahir sampai usia 8 minggu , Posisi dari
fundus uterinya ketika setelah dikeluakan placenta dua jari
dibawah pusat (1000gr) setelah satu minggu pasca persalinan
terba di simfisis pubis (750gr) kemudian 2 inggu tidak teraba
pada simfisis pubis dan mengecil (350 gram) 6 minggu teraba
kecil (50gram) 8 minggu normal (30gr)
- Kontraksinya meningkat sebagai respon penuruna volume intra
terin yang sangat besar
- Rasa sakit yang dirasakan karena disebabkan kontraksi dari
rahim
- Tempt plasenta bekas implantasinya akan mengecil dan
menonjol pada avum uteri
- Terdpat lokea
- Perbuhan sistem endokrin perbuhan hormon placenta dan
hipofisisnya
- , perubhan urinarius kompoen urin berbah dan diuresis pasca
prtum ,terjadi penunuruan kencing
- karenan anastesi
- , muskuloskletal, krdiologi, neurologi,
9. Mengapa pada VT didapatkan yeri goyang portio dan nyeri pada
uterus?
Tindakan pada vt ginekoogis didapatan infeksi pada nyeri goyng
portio disebbkan erosi portio akibat pelepasan epitel squamosa
aDanya infeksi di serviks menyebar ke lig. Latum dan parametrium
infeksinya pada tempat implantasi placenta menyebar ke
perkontuinitatum ke endometrium , tuba , vagina
10. Pemeriksaan laborat apa saja yang dlakuka oleh dokter untuk pasien?
- Identifikasi patogen pada cervix dan loke uterus melalui biakan
dan uji kepekaan seama 24-48jam
- Pembiakan getah vagina untuk mengetahui etiologi infeksi pada
vagina dan pengobatn antibiotik
- Pemeriksaan darah rutin (HB , trombosit .clotting time, bleeding
time)
- Pemriksaan leukosit pmn
- Usg untuk mengetahu lokasi abses
-
11. DD pendarhan pasca ?etiologi
12. Dd demam pasca persalinan?etiologi
13. Kenapa pasien di minta mnum banyak air?
14. Kelainan apa saja pada msa nifas?
15. Kenapa pasien mengeluh demam pada hari ke 2 setelah mendapatkan
perawatan?
16. Perdrahan post partum def etiologi, klasifikasi, gejala dan tanda,
patofis atau patogenss, pemeriksaan penunjng baik diagnostik
maupun screening komplikasi, tata laksana, tanda kegawatan?
17. Infeksi pasaca persalinan, def etiologi, klasifikasi, gejala dan tanda,
patofis atau patogenss, pemeriksaan penunjng baik diagnostik
maupun screening komplikasi, tata laksana, tanda kegawatan?
18. Def dan fisiologi masa nifas?
19. Bagaimana vascularisasi atau pendarahan pada organ reproduksi
20.Bagaimana hub dengan mastitis dengan demam
Step 7
1. Mengapa pada pasien ditemukan demam dan pendarahan dari jalan
lahir sejak 5 hari yang lalu?
Demam
Demam pasca persalinan/demam nifas/morbiditas puerperalis adalah
demam yang timbul pada masa nifas oleh sebab apa pun. Menurut
Joint Committee on Maternal Welfare definisi demam pasca persalinan
ialah kenaikan suhu tubuh ≥ 38 o C yang terjadi selama 2 hari pada 10
hari pertama pascapersalinan, kecuali pada 24 jam pertama
pascapersalinan, dan diukur dari mulut sekurang-kurangnya 4 kali
sehari.
Demam dapat disebabkan karena terjadi infeksi bakterisidal pada
organ reproduksi yang terjadi pascapersalinan.
Infeksi dapat terjadi karena hal-hal berikut:
 Tangan pemeriksa/penolog yang tertutup sarung tangan pada
pemeriksaan dalam membawa bakteri yang sudah ada dalam
vagina ke dalam uterus. Sarung tangan atau alat-alat yang
dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari
kuman.
 Droplet Infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi
bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau
pembantu-pembantunya.
 Dalam rumah sakit selalu banyak kuman-kuman patogen, berasal
dari penderita-penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman
kuman ini bisa dibawa oleh aliran udara kemana-mana, antara lain
ke handuk, kain dan alat-alat yang suci hama, serta yang digunakan
untuk merawat ibu dalam persalinan atau pada waktu nifas.
 Koitus pada akhir kehamilan tidakmerupakan sebab infeksi
penting, kecuali apabila mengakibatkan pecahnya ketuban.
 Infeksi intrapartum sudah dapat memperlihatkan gejala-gejala
pada waktu berlangsungnya persalinan (biasanya terjai pada
partus lama, apabila ketuban sudah pecah dan beberapa kali
dilakukan pemeriksaan dalam). Gejala-gejalanya ialah kenaikan
suhu, biasanya disertai dengan leukositosis dan takikardia; denyut
jantung janin dapat meningkat pula. Air ketuban biasanya menjadi
keruh dan berbau. Ada infeksi intrapartum kuman-kuman
memasuki dinding uters pada waktu persalinan, dan dengan
melewati amnion dapat menimbulkan infeksi pula pada janin.
Sumber: Ilmu kebidanan sarwono prawirohardjo

Penyebab-penyebab lainnya dari infeksi nifas adalah:


 Alat-alat yang digunakan pada saat persalinan maupun sesudahnya
kurang bersih atau kemungkinan terkontaminasi bakteri dari
petugas ruang bersalin.
 Ibu dengan proses persalinan yang lama atau mendadak sehingga
tidak tertangani dengan baik.
 Luka guntingan atau robekan dalam proses persalinan.
 Tertinggalnya sisa ari-ari, selaput ketuban, atau darah yang
membeku di dalam rahim.
 Kondisi yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti
malnutrisi, pendarahan, kelelahan, dan pre-eklamsia.
Sumber: dr. Kartiwa Hadi Nuryanto, Sp.OG
http://www.nutriclub.co.id/pregnancy/labour_and_birth/article/infeksi_pasca_mel
ahirkan

Kapan flora normal menjadi patologis?


Flora normal adalah sekumpulan mikroorganisme yang hidup pada
kulit dan selaput lendir/mukosa manusia yang sehat maupun sakit.
Pertumbuhan flora normal pada bagian tubuh tertentu dipengaruhi
oleh suhu, kelembaban, nutrisi dan adanya zat penghambat.
Keberadaan flora normal pada bagian tubuh tertentu mempunyai
peranan penting dalam pertahanan tubuh karena menghasilkan suatu
zat yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain. Adanya
flora normal pada bagian tubuh tidak selalu menguntungkan, dalam
kondisi tertentu flora normal dapat menimbulkan penyakit, misalnya
bila terjadi perubahan substrat atau berpindah dari habitat yang
semestinya ( Jawetz, 2005 ).
Sumber: Bakteri Anaerob yang erat kaitannya dengan problem di klinik dr. Sylvia
Y. Muliawan, DMM, SpMK, PhD

Pendarahan
Perdarahan pascapersalinan (PPP) adalah perdarahan yang melebihi
500 ml setelah bayi lahir.
PPP primer : PPP yang terjadi dalam 24 jam pertama
PPP sekunder : PP yang terjadi setelah 24 jam persalinan
Kausalnya dibedakan atas :
 Perdarahan dari tempat implantasi plasenta
 Hipotoni sampai atonia uteri
 Akibat anestesi
 Distensi berlebihan (gemeli, anak besar, hidramnion)
 Partus lama, partus kasep
 Partus presipitatus/partus terlalu cepat
 Persalinan karena induksi oksitosin
 Multiparitas
 Korioamnionitis
 Pernah atonia sebelumnya
 Sisa plasenta
 Kotiledon atau selaput ketuban tersisa
 Plasenta susenturiata
 Plasenta akreta, inkreta, perkreta
 Perdarahan karena robekan
 Episiotomi yang melebar
 Robekan pada perineum, vagina, dan serviks
 Ruptura uteri
 Gangguan koagulasi
 Jarang terjadi tapi dapat memperburuk keadaan di atas,
misalnya pada kasus trombofilia, sindroma HELLP, preeklamsia,
solusio plasenta, kematian janin dalam kandungan, dan emboli
air ketuban.
Sumber: Ilmu kebidanan sarwono prawirohardjo

2. Mengapa di ddapatakan payudara mengeras dan nyeri?


Secara fisiologis, sesudah bayi dan plasenta lahir, kadar estrogen dan
progesteron turun dalam 2-3 hari  mempengaruhi faktor dalam
hipotalamus yang menghalangi keluarnya estrogen tidak di produksi
lagi  terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis posterior. Hormon ini
mengaktifkan sel-sel kelenjar payudara untuk memproduksi air susu 
alveoli kelenjar payudara terisi dengan air susu.
Adanya isapan puting payudara dari bayi akan merangsang
pengeluaran oksitosin dari kelenjar hipofisis posterior.
Oksitosin mempengaruhi sel-sel mio-epitel yang mengelilingi alveoli
payudara dan berkontraksi dan mengeluarkan air susu. Proses ini
disebut refleks let-down.
Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke 2/3 ketika payudara
telah memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran
air susu yang tidak lancar, bayi tidak cukup sering menyusu, produksi
meningkat, terlambat menyusukan, ada pembatasan waktu menyusui.
Terjadi pembengkakan payudara bilateral dan secara palpasi teraba
keras, kadang terasa nyeri serta seringkali disertai peningkatan suhu
badan ibu.
Penanganan dengan pemberian analgetika, dianjurkan segera
menyusui dan lebih sering, kompres air hangat, air susu dikeluarkan
dengan pompa dan dilakukan pemijatan.
Sumber: Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirahardjo

3. Apa hubungan status g6p6a0 dan usia dngan keluhan yang dialami
oleh pasien?
Grandemultipara
Pada wanita yang paritasnya lebih dari 3 cenderung mempunyai
komplikasi pada kehamilan maupun persalinan. Karena uterus yang
terlalu sering meregang dan terjadinya gangguan pada plasenta yang
akan mengakibatkan gangguan sirkulasi pada janin sehingga
pertumbuhan terhambat (Karkata, 2009). Berdasarkan Manuaba
kejadian perdarahan postpartum sering terjadi pada ibu dengan
grandemultipara.
Paritas mempunyai pengaruh terhadap kejadian perdarahan
postpartum karena pada setiap kehamilan dan persalinan terjadi
perubahan serabut otot pada uterus yang dapat menurunkan
kemampuan uterus untuk berkontraksi sehingga sulit untuk
melakukan penekanan pembuluh-pembuluh darah yang terbuka
setelah lepasnya plasenta. Risiko terjadinya akan meningkat setelah
persalinan ketiga atau lebih yang mengakibatkan terjadinya
perdarahan postpartum. (Saifuddin et al. 2002)

Usia
Menurut Depkes (2003), masa reproduksi sehat yaitu pada umur 20-35
tahun. Pada umur < 20 tahun masih belum matangnya alat reproduksi
untuk hamil, sedangkan bila umur ibu > 35 tahun fungsi alat reproduksi
dan fisik menurun (Kay, 2007). Dalam hal ini dapat mempengaruhi
fungsi plasenta dan dapat mengakibatkan iritabilitas pada uterus serta
terjadi perubahan pada serviks.
Kematian maternal pada ibu yang berusia muda ( 20 tahun) 2-5 kali
lebih tinggi daripada usia 20-29 tahun dan kematian tersebut akan
meningkat kembalisesudah usia 35 tahun (Karkata, 2009). Penelitian
yang dilakukan oleh Pardosi (2005), menemukan bahwa dengan umur
< 20 tahun atau > 35 tahun memiliki risiko mengalami perdarahan
postpartum 3,3 kali lebih besar dibanding dengan ibu dengan umur 20-
30 tahun.
Perdarahan postpartum meningkat sesuai dengan umur ibu. Hal ini
dapat diketahui dengan melihat bahwa semakin tua umur ibu, makin
tinggi frekwensi penyakit hipertensi menahun yang menyertai.

4. Apa yang menyebabkan ppv berwarna merah bercampur cairan


kekukinangan keruh serta berbau?
Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua nekrotik dari
dalam uterus. Lokhea mempunyai reaksi basa / alkalis yang dapat
membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam
yang pada vagina normal. Lokhea berbau amis atau anyir dengan
volume berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea yang berbau tidak
sedap menandakan adanya infeksi

Jenis-jenis lokea
Lokea: cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam
masa nifas.
 Lochia rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ke¬tuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan
mekoneum, selama 2 hari pasca persalinan.
 Lochia sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir; hari ke 3-7 pasca persalinan.
 Lochia serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada
hari ke 7-14 pasca persalinan.
 Lochia alba: cairan putih, setelah 2 minggu.
 Lochia purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah
berbau busuk.
 Lochiostasis: Lochia tidak lancar keluarnya.
Sumber: Wiknjosastro, Hanifa
5. Apa tindakan awal dokter untk menghentikan pendarhan?dan
terapinya?
Penatalaksanaan
Penanganan pada perdarahan postpartum terdapat dua bagian
sebagai berikut :
1. Suportif, yaitu perbaikan keadaan umum, penambahan cairan, dan
darah serta komponen-komponennya.
2. Kausatif, yaitu dengan melakukan identifikasi penyebab
perdarahan dan usaha untuk menghentikannya

Ada beberapa cara untuk menghentikan perdarahan, yaitu :


1. Pemberian uterotonika dengan oksitosin, metil ergometrin atau
prostaglandin.
2. Hemostasis secara mekanis dengan manual plasenta, kuret sisa
plasenta, kompresi manual ataupun packing.
3. Pembedahan, yaitu penjahitan laserasi, ligasi pembuluh darah,
ataupun dilakukan histerektomi

Tujuan utama penanganan perdarahan postpartum adalah :


1. Mengembalikan volume darah dan mempertahankan oksigenasi.
2. Menghentikan perdarahan dengan menangani penyebab
perdarahan postpartum.
Sumber: Saifuddin et al.,2006

Manual placenta gimana dan untuk sisa placenta seperti apa?

6. Apa maksud dokter memberikan paracetamol?


SIFAT :Parasetamol adalah drivat p-aminofenol yang mempunyai sifat
antipiretik / analgesik. Paracetamol utamanya digunakan untuk
menurunkan panas badan yang disebabkan oleh karena infeksi atau
sebab yang lainnya. Disamping itu, paracetamol juga dapat digunakan
untuk meringankan gejala nyeri dengan intensitas ringan sampai
sedang
MEKANISME REAKSI
Paracetamol bekerja dengan mengurangi produksi prostaglandins
dengan mengganggu enzim cyclooksigenase (COX). Parasetamol
menghambat kerja COX pada sistem syaraf pusat yang tidak efektif
dan sel edothelial dan bukan pada sel kekebalan dengan peroksida
tinggi. Kemampuan menghambat kerja enzim COX yang dihasilkan
otak inilah yang membuat paracetamol dapat mengurangi rasa sakit
kepala dan dapat menurunkan demam tanpa menyebabkan efek
samping

DOSIS
Jika tidak ada masalah di organ hati, dosis maksimum paracetamol
untuk orang dewasa adalah 4 gram (4000mg) per hari atau
8 tablet paracetamol 500 mg.
Indikasi : analgesik, antipiretik Cara pakai : oral Dosis anak 6-12 bulan
60 mg/kali, maks. 6 kali sehari; 1-6 tahun 60-120 mg/kali, maks. 6
kali/hari; 6-12 tahun 150-300 mg/kali, maks. 1,2 g/hari; dewasa 300 mg 1
g/kali, maks. 4 g/hari Sediaan : tab. 100 mg, 500 mg; sir. 120 mg/5 ml

7. Kenapa ditemukan pemeriksaan abdomen ditemukan TFU di


pertenghan umbilikus dan simfisis pubis serta konsistensinya lembek?
Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk kembali pada keadaan
tidak hamil. Penyebab subinvolusi adalah tertahannya fragmen
plasenta dan infeksi. (Bobak, 2005 hal 493).

Normalnya konsistensi pada saat uterus menglami involusi


Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada
umumnya tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering
dialami multipara dan bisa menimbulkan nyeri yang bertahan
sepanjang masa awal puerperium. Rasa nyeri setelah melahirkan ini
lebih nyata setelah ibu melahirkan, di tempat uterus terlalu teregang
(pada bayi besar, kembar). Menyusui dan oksitosin tambahan
biasanya meningkatkan nyeri ini karena keduanya merangsang
kontraksi uterus. (Bobak, 2005 hal 493)
8. Perubahan anatomi fisiologis pasca persalinan?
1. Sistem Reproduksi.
a. Involusi uterus.
Pemulihan uterus pada ukuran dan kondisi normal.setelah
kelahiran bayi diketahui sebagai involusi. Pada akhir kala 3 dari
persalinan uterus berada pada garis tengah, kira-kira 2 cm
dibawah umbilicus, dengan fundus menetap pada sacral
promontorium pada waktu ini, ukuran uterus kurang lebih
sama dengan umur kehamilan 16 minggu. Uterus mempunyai
panjang kira-kira 14 cm, lebar 12 cm, dan tebal 10 cm serta berat
kira-kira 1000 gr.
Dalam 12 jam setelah persalinan fundus berada kurang lebih 1
cm diatas umbilicus. Dari waktu ini, involusi berlangsung sangat
cepat. Dengan demikian memperbaiki keadaan uterus
mensuport tinggi fundus uteri kira-kira 1 s/d 2 cm setiap 24 jam.
Tiga hari post partum tinggi fundus uteri 3 jari dibawah
umbilicus. Uterus harus tidak teraba pada abdominal setelah 9
hari post partum dengan berat 500 gr. Pada minggu ke 6 tidak
teraba lagi beratnya 50 s/d 60 gr.

b. Kontraksi uterus.
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segara
setelah persalinan bayi,yang merupakan respon untuk segera
mengurangi jumlah volume intra uterus. Selama 1 s/d 2 jam
pertama post partum, aktifitas uterus menurun dengan halus
dan stabil.
Kontraksi uterus mempunyai peran untuk keseimbangan oleh
penekanan intra mural pembuluh-pembuluh darah pada waktu
pertama keadaan ibu ditinggikan sehingga fundus menetap
dengan tegas. Periode relaksasi dan kontraksi dengan kuat
adalah lebih umum ada pada kehamilan dan mungkin
menyebabkan nyeri perut yang tidak nyaman yang disebut
afterpains dimana terus berlangsung sampai masa puerperium.
c. Tempat pelepasan placenta.
Segera setelah placenta dan membran-membran dikeluarkan
terjadi kontriksi vascular dan trombus untuk menutupi tempat
tumbuhnya placenta dengan suatu nodul-nodul yang irregular
dan area elevasi. Pelepasan jaringan-jaringan yang nekrose
diikuti dengan pertumbuhan endrometrium untuk mencegah
terjadinya scar. Proses yang unik ini adalah karakteristik
penyembuhan luka yang normal. Itu memungkinkan
endrometrium untuk segera memulai siklus perubahan dan
untuk mempersiapkan tempat tumbuhnya dan pembentukan
placenta pada kehamilan yang akan datang. Regenerasi
endometrium sempurna pada akhir minggu ketiga post partum
kecuali pada tempat pelepasan placenta. Regenerasi tempat
pelepasan placenta sering kali tidak sempurna hingga 6 minggu
setelah persalinan.
d. Lochea.
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari kavam uteri dan
vagina dalam masa nifas.
1) Lochea rubra (1-3 hari post partum)
Jumlahnya sedang, berwarna merah dan hitam.
2) Lochea sanginolenta ( 3-7 hari)
Jumlahnya berkurang dan berwarna putih bercampur
merah.
3) Lochea serosa (7-14 hari)
Jumlahnya sedikit, berwarna kekuningan.
4) Loche alba
Setelah hari ke-14 berwarna putih.

e. Serviks
Setelah kala III dan segmen uterus merupakan struktur tipis,
kolap dan lembek. Pada ekstroserviks akan mendapat luka kecil
dan memar, yang merupakan kondisi optimal untuk terjadinya
infeksi setelah melahirkan, lubang serviks akan dilatasi hingga
10 cm dan berangsur- angsur menutup tetapi ostium ekternum
akan kembali dan akan terbentuk seperti mulut ikan.
f. Vagina dan perineum.
Awalnya introitus vagina eritema dan edema pada area
episiotomy atau perbaikan area yang sobek. Melakukan
perawatan dengan hati-hati pada area tersebut, mencegah dan
mengobati segera hematom dam menjaga kebersihan dengan
baik selama 2 minggu pertama.
g. Payudara.
Berbeda dengan perubahan atrofik yang terjadi pada organ –
organ pelvis, payudara mencapai maturitas yang penuh selama
masa nifas, kecuali jika laktasi disupresi. Payudara akan menjadi
lebih besar, lebih kencang dan mula – mula lebih nyeri tekan
sebagai reaksi terhadap perubahan status hormonal serta
dimulainya laktasi.

2. Sistem Gastro Intestinal.


Rasa sering timbul segera setelah persalinan karena banyaknya
energy yang telah dikeluarkan oleh ibu selama proses persalinan.
 Haus dan ingin minum banyak, akibat banyaknya cairan yang
keluar selama proses persalinan, baik berupa darah, keringat,
maupun kemih dan pernafasan.
 Buang air besar sering kurang lancer karena tonus otot yang
menurun, tekanan intra abdominal menurun, dan nyeri akibat
luka perineum, serta kadang-kadang oleh hemoroid.

3. Sistem Kardiovaskuler
a. Tanda – tanda vital.
1) Suhu dalam 24 jam pertama mungkin akan meningkat
menjadi 380 C disebabkan oleh kelelahan dan dehidrasi. Bila
lebih dari 380 C setelah 24 jam pertama sampai dengan hari
kesepuluh, kemungkinan terjadi infeksi.
2) Tekanan darah harus stabil, bila terjadi penurunan sedikit,
hal ini normal karena adanya proses adaptasi terhadap
penurunan dalam rongga panggul dan perdarahan. Tetapi
bila ada peningkatan dan keluhan pusing, perlu
diperhatikan.
3) Bradikardi, dengan frekuensi 50 – 70 kali/menit adalah
normal untuk 6–10 jam pertama, hal ini mungkin
disebabkan Karen penuruna aliran darah dari jantung.
4) Takhikardi jarang terjadi, hal ini akan timbul karena
perdarahan persalinan lama atau sulit.

4. System endokrin.
Beberapa perubahan terjadi pada system endokrim selama masa
puerperium antara lain hormone estrogen dan progesterone
menurun. Hormone prolaktin meningkat sehingga merangsang
untuk mengeluarkan air susu. Bila ibu tidak menyusui maka akan
lebih cepat menstruasi kurang lebih 12 minggu post partum dan
hormone estrogen akan meningkat dan akan terjadi ovulasi bila ibu
menyusui bayinya,menstruasi lebih lama kurang lebih 36 minggu
post partum dan tidak terjadi ovulasi.

5. Sistem Hematologi ( darah ).


Pada akhir periode post partum, darah harus sudah mulai kembali
ke keadaan semula.
a. Leukositosis normal pada kehamilan rata-rata sekitar
12.000/mm 3. Selama 10 sampai 12 hari pertama setelah bayi
lahir, nilai leukosit antara 20.000 dan 25.000/mm3. ( Bobak,
2001)
b. Kehilangan darah yang normal (250-500 cc) pada persalinan
normal.
c. Haemoglobin dan nilai eritrosit bervaraiasi selama masa nifas
dini, tetapi harus kembali normal dalam 2-6 minggu post
partum

6. Sistem Neurologi.
Perubahan pada system neurologi selama masa nifas sebagai
akibat dari adaptasi menjadi seorang ibu setelah hamil dan adanya
trauma setelah proses melahirkan. Rasa tidak nyaman neurologis
yang diinduksi kehamilan akan menghilang setelah wanita
melahirkan.

7. Sistem Integumen
Kloasma akibat kehamilan biasanya akan hilang sampai masa
kehamilan berlalu. Terjadinya hiperpigmentasi pada aareola dan
linea nigra mungkin akan hilang setelah melahirkan. Namunm pada
beberapa wanita ada yang menetap pada daerah – daerah
tersebut. Perubahan daerah vaskuler yang abnormal akan
menimbulkan nyeri,kemerah dan epulis, yang merupakan respon
dari penurunan estrogen setelah selesai melahirkan. Namun tanda
nyeri pada wanita ada yang menetap da nada yang hilang.

8. Sistem Imunologi
Imunologi A merupakan suatu anti bodi yang terdapat pada
colostrums dan air susu yang berfungsi untuk mencegah
menempelnya bakteri permukaan mukosa terutamam pada
traktus gastroenstestinal.

9. Mengapa pada VT didapatkan yeri goyang portio dan nyeri pada


uterus?

10. Pemeriksaan laborat apa saja yang dlakuka oleh dokter untuk pasien?
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah dengan
menggunakan :
1. Pemeriksaan Laboratorium
Kadar Hb, Ht, Masa perdarahan dan masa pembekuan
2. Pemeriksaan USG
Hal ini dilakukan bila perlu untuk menentukan adanya sisa jaringan
konsepsi intrauterin
3. Kultur uterus dan vaginal
Menentukan efek samping apakah ada infeksi yang terjadi
4. Urinalisis
Memastikan kerusakan kandung kemih
5. Profil Koagulasi
Menentukan peningkatan degradasi kadar produk fibrin,
penurunan fibrinogen, aktivasi masa tromboplastin dan masa
tromboplastin parsial
Sumber: Cunningham, dkk . 1995 . Obstetri Williams

Pada saat awal resusitasi (perbaikan keadaan umum) cairan juga


diambil sample darahnya untuk diperiksakan laboratorium sederhana
dahulu, yaitu kadar Hemoglobin, Hematokrit, Lekosit, Trombosit, Faal
Pembeku Darah atau dikerjakan pemeriksaan Waktu Pembekuan
Darah dan Waktu perdarahan secara langsung.
Sumber: Saifuddin et al.,2006

11. DD etiologi pendarhan pasca ?


Atonia Uteri
Definisi
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya atau gagalnya
tonus/kontraksi otot rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu
menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah
bayi dan plasenta lahir (Karkata,2009). Sedangakan menurut Hakimi
(2010), perdarahan postpartum bisa dikendalikan melalui kontraksi
dan retraksi serat-serat miometrium. Kontraksi dan retraksi ini
menyebabkan terlipatnya pembuluh-pembuluh darah sehingga aliran
darah ketempat plasenta menjadi terhenti. Kegagalan mekanisme
akibat gangguan fungsi miometrium dinamakan atonia uteri.
Perdarahan postpartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi
serat-serat miometrium terutama yang berada disekitar pembuluh
darah yang mensuplai darah pada tempat implantasi plasenta. Atonia
uteri terjadi karena miometrium tidak dapat berkontraksi. Atonia uteri
merupakan penyebab tersering perdarahan postpartum, sekurang-
kurangnya 2/3 dari semua perdarahan postpartum disebabkan oleh
atonia uteri (Depkes RI,2007).

Faktor predisposisi
1. Regangan rahim berlebihan selama kehamilan yang disebabkan
karena kehamilan gemeli, polihidramnion, atau anak terlalu besar.
2. Kelelahan karena persalinan lama.
3. Kehamilan grande-multipara.
4. Ibu dengan keadaan umum yang jelek, anemis, atau menderita
penyakit menahun.
5. Mioma uteri yang mengganggu kontraksi rahim.
6. Infeksi intrauterin (korioamnionitis).
7. Ada riwayat pernah atonia uteri sebelumnya.
Jika seorang wanita memiliki salah satu dari kondisi-kondisi yang
berisiko ini, maka penting bagi penolong persalinan untuk
mengantisipasi kemungkinan terjadinya atoni uteri postpartum.
Meskipun demikian, 20% atoni uteri postpartum dapat terjadi pada ibu
tanpa faktor-faktor risiko ini. Adalah penting bagi semua penolong
persalinan untuk mempersiapkan diri dalam melakukan
penatalaksanaan awal terhadap masalah yang mungkin terjadi selama
proses persalinan (Depkes RI,2007).

Etiologi
1. Disfungsi uterus : atonia uteri primer merupakan disfungsi intrinsik
uterus.
2. Penatalaksanaan yang salah pada kala III. Mencoba mempercepat
kala III dengan dorongan dan pemijatan uterus sehingga
mengganggu mekanisme fisiologis pelepasan plasenta dan dapat
menyebabkan pemisahan sebagian plasenta yang mengakibatkan
perdarahan
3. Anestesi yang dalam dan lama menyebabkan terjadiya relaksasi
miometrium yang berlebihan, kegagalan kontraksi dan retraksi
menyebabkan atonia uteri dan perdarahan postpartum.
4. Kerja uterus sangat kurang efektif selama kala persalinan yang
kemungkinan besar akan diikuti oleh kontraindikasi serta retraksi
miometrium jika dalam kala III.
5. Overdistensi uterus : uterus yang mengalami distensi secara
berlebihan akibat keadaan bayi yang besar, kehamilan kembar,
polihidramnion, cenderung mempunyai daya kontraksi yang jelek.
6. Kelemahan akibat partus lama : bukan hanya rahim yang lemah,
cenderung berkontraksi lemah setelah melahirkan, tetapi juga ibu
yang keletihan kurang bertahan terhadap kehilangan darah.
7. Grande-multipara: uterus yang lemah banyak melahirkan anak
cenderung bekerja tidak efisien dalam semua kala persalinan.
8. Mioma uteri : dapat menimbulkan perdarahan dengan
mengganggu kontraksi dan retraksi miometrium uteri.
9. Melahirkan dengan tindakan : keadaan ini mencakup prosedur
operatik seperti forsep dan fersi ekstraksi

Pencegahan
1. Melakukan secara rutin manajemen aktif kala III pada semua
wanita yang bersalin, karena hal ini dapat menurunkan insidensi
perdarahan postpartum akibat atonia uteri.
2. Jika ada riwayat pernah atonia uteri sebelumnya, persalinan harus
berlangsung di rumah sakit.
3. Dalam kala III uterus jangan di masase dan didorong sebelum
plasenta lepas dari dindingnya.
4. Pemberian misoprostol peroral 2-3 tablet (400-600 μg) segera
setelah bayi lahir.
5. Mengantisipasi / mengadakan penyuluhan kepada ibu-ibu yang
paritasnya masih antara 1–3, yaitu dengan mnganjurkan program
KB dan edukasi bahaya yang ditimbulkan dengan memiliki anak
lebih dari 5 (grandemultigravida).
6. Edukasi pemberian tablet besi sewaktu ANC untuk mencegah
anemia postpartum

Diagnosis
Diagosis ditegakkan bila setelah bayi dan plasenta lahir ternyata
perdarahan masih aktif dan banyak, bergumpal dan pada palpasi
didapatkan fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih dengan
kontraksi yang lembek. Perlu diperhatikan bahwa pada saat atonia
uteri didiagnosis, maka pada saat itu juga masih ada darah sebanyak
500-1.000 ml yang sudah keluar dari pembuluh darah, tetapi masih
terperangkap dalam uterus dan harus diperhitungkan dalam kalkulasi
pemberian darah pengganti (Karkata 2009).

Penatalaksanaan
Menurut Karkata (2009) dan Saifuddin dkk. (2002), banyaknya darah
yang hilang akan mempengaruhi keadaan pasien. Pasian bisa masih
dalam keadaan sadar, sedikit anemis, atau sampai syok hipovolemik
berat. Perdarahan yang lebih dari 1000 ml atau bahkan lebih dari 1500
ml (20-25% volume darah) akan menimbulkan gangguan vaskular
hingga terjadi shock hemoragik sehingga tranfusi darah diperlukan
(Ramanathan & Arulkumaran, 2006). Tindakan pertama yang
dilakukan bergantung pada keadaan kliniknya. Pada umumnya
dilakukan secara simultan (bila pasien syok) hal-hal sebagai berikut:
1. Sikap Trendelenburg, memasang venous line, dan memberikan
oksigen.
2. Sekaligus merangsang kontraksi uterus dengan cara :
a. Masase fundus uteri dan merangsang puting susu.
b. Pemberianobat uterotonika :
1) Oksitosin dan turunan ergot melalui suntikan secara
intramuscular, intravena, atau subcutan.
2) Memberikan derivat prostaglandin F2α (carboprost
tromethamine) yang kadang memberikan efek samping
berupa diare, hipertensi, mual, muntah, febris, dan
takikardia.
3) Pemberian misoprostol (800-1.000 μg) per-rektal.

c. Kompresi bimanual eksternal dan/atau internal


d. Kompresi aorta abdominalis
e. Pemasangan tampon (packing) kassa uterovaginal.
Alternatif dari pemberian tampon selain dengan kassa, juga
dipakai beberapa cara yaitu dengan menggunakan: Sengstaken-
Blakemore tube, Rusch urologic hydrostatic balloon catheter
(Folley catheter) atau SOS Bakri tamponade balloon catheter.
Pada tahun 2003 Sayeba Akhter,dkk. mengajukan alternatif
baru dengan pemasangan kondom yang diikatkan pada kateter.
Dari penelitiannya disebutkan angka keberhasilannya 100%,
kondom dilepas 24-48 jam kemudian dan tidak didapatkan
komplikasi yang berat. Cara ini kemudian disebut dengan
Metode Sayeba. Cara pemasangannya adalah secara aseptik
kondom yang telah diikatkan pada kateter dimasukkan kedalam
cavum uteri. Kondom diisi dengan cairan garam fisiologis
sebanyak 250-500 cc sesuai kebutuhan. Dilakukan observasi
perdarahan dan pengisian kondom dihentikan ketika
perdarahan sudah berkurang. Untuk menjaga kondom agar
tetap di cavum uteri, dipasang tampon kasa gulung di vagina.
Bila perdarahan berlanjut tampon kassa akan basah dan darah
keluar dari introitus vagina. Kontraktilitas uterus dijaga dengan
pemberian drip oksitosin paling tidak sampai dengan 6 jam
kemudian. Diberikan antibiotika tripel, Amoksisilin,
Metronidazol dan Gentamisin. Kondom kateter dilepas 24-48
jam kemudian, pada kasus dengan perdarahan berat kondom
dapat dipertahankan lebih lama (Danso D and Reginald PW,
2006 ).
Bila penanganan dengan non operatif ini tidak berhasil,
baru dilakukan penanganan secara operatif (laparotomi dengan
pilihan bedah konservatif (mempertahankan uterus) atau
melakukan histerektomi ), yaitu :
f. Laparatomi pemakaian metode B-Lynch
g. Ligasi arteri uterina, arteri hipogastrika (iliaka interna)
Bila dengan cara ini belum berhasil menghentikan
perdarahan, dilakukan :
h. Histerektomi supravaginal
i. Histerektomi total abdominal

12. Dd etiologi demam pasca persalinan?

13. Kenapa pasien di minta mnum banyak air?

14. Kelainan apa saja pada msa nifas?


1. Demam pasca persalinan
Definisi :demam pasca persalinan atau demam nifas atau
morbiditas peuerperalis meliputi demam yang timbul pada masa
nifas, demam > 38° selama 2 hari pada 10 hari pertama pasca
persalinan
2. Kelainan payudara saat nifas
 bendungan air susu
 mastitis
 galaktokel
 kelainanputing payudara
 kelainan keluarnya air susu
 penghentian laktasi
3. Kelainan pada uterus
 subinovolusi
sesudah persalinan uterus yang beratnya 1000 gram akan
mengecil samape 40-60 gram dalam 6 mingguà involusi uterus.
beberapa faktor yang menyebabkan subinvolusi adalah
tertinggalnya placenta,mioma uteri.
4. Perdarahan nifas sekunder
bila terjadi 24 jam atau lebih sesudah persalinan. Perdarahan bsa
timbul pada minggu ke2 masa nifas. Sebabnya bisa subinvolusi
uteri, inversi uteri,kelainan kongenital uterus
5. Kelainan-kelainan lain pada masa nifas
 trombosis dan emboli
trombosis dapat terjadi saat kehamilan, tetapi lebih sering
terjadi pada saat masa nifas. Penyebab trombosis ada 3 hal
pokok
a. perubahan susunan darah
b. perubahan laju permukaan darah
c. perlukaan lapisan intima pembuluh darah
Sumber: Ilmu kebidanan,Sarwono Prawirohardjo

15. Kenapa pasien mengeluh demam pada hari ke 2 setelah mendapatkan


perawatan?
16. Perdarahan post partum def, etiologi, klasifikasi, gejala dan tanda,
patofis atau patogenesis, pemeriksaan penunjng baik diagnostik
maupun screening komplikasi, tata laksana, tanda kegawatan?
Definisi
Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi segera
setelah persalinan melebihi 500 ml pada persalinan pervaginam atau
lebih dari 1000 ml pada seksio sesaria (Karkata,2009; Kenneth,2009;
Saifuddin et al.,2006).

Klasifikasi
Menurut waktu terjadinya dibagi atas dua bagian :
1. Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage)
Adalah perdarahan ≥ 500 ml yang terjadi dalam 24 jam pertama
setelah bayi lahir. Penyebab utama perdarahan postpartum primer
adalah atonia uteri, sisa plasenta, retensio plasenta, dan laserasi
jalan lahir.
2. Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage)
Adalah perdarahan ≥ 500 ml yang terjadi setelah 24 jam pertama
setelah bayi lahir. Penyebab utama perdarahan postpartum
sekunder adalah sisa plasenta dan laserasi jalan lahir.

Etiologi
Frekuensi perdarahan postpartum 4/5-15 % dari seluruh persalinan.
Berdasarkan penyebabnya :
1. Atonia uteri (50-60%)
2. Sisa plasenta(23-24%)
3. Retensio plasenta (16-17%)
4. Laserasi jalan lahir (4-5%)
5. Kelainan darah (0,5-0,8%)

Diagnosis
Diagnosis perdarahan postpartum pada umumnya tidak sukar, yaitu :
1. Terjadi perdarahan segera setelah bayi lahir : sebelum plasenta
lahir atau sesudah plasenta lahir.
2. Keluar pada umumnya mendadak, tanpa disadari.
3. Dapat diikuti dengan menurunnya kesadaran.
4. Dapat diikuti dengan perubahan sistem kardiovaskular.

Banyaknya perdarahan mempengaruhi timbul gejala penurunan


tekanan darah, nadi, nafas cepat, pucat, akral dingin, sampai terjadi
syok.
Berikut langkah-langkah sistematik untuk mendiagnosa perdarahan
postpartum :
1. Palpasi uterus : bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus
uteri.
2. Memeriksa plasenta dan ketuban : lengkap atau tidak.
3. Eksplorasi kavum uteri : untuk mencari sisa plasenta dan ketuban,
robekan rahim, dan plasenta succenturiata.
4. Inspekulo : melihat robekan pada serviks, vagina, dan varises yang
pecah.
5. Pemeriksaan laboratorium : waktu perdarahan, hemoglobin, clot
observation test, dan lain-lain
Penatalaksanaan
Penanganan pada perdarahan postpartum terdapat dua bagian
sebagai berikut :
3. Suportif, yaitu perbaikan keadaan umum, penambahan cairan, dan
darah serta komponen-komponennya.
4. Kausatif, yaitu dengan melakukan identifikasi penyebab
perdarahan dan usaha untuk menghentikannya

Ada beberapa cara untuk menghentikan perdarahan, yaitu :


4. Pemberian uterotonika dengan oksitosin, metil ergometrin atau
prostaglandin.
5. Hemostasis secara mekanis dengan manual plasenta, kuret sisa
plasenta, kompresi manual ataupun packing.
6. Pembedahan, yaitu penjahitan laserasi, ligasi pembuluh darah,
ataupun dilakukan histerektomi

Tujuan utama penanganan perdarahan postpartum adalah :


3. Mengembalikan volume darah dan mempertahankan oksigenasi.
4. Menghentikan perdarahan dengan menangani penyebab
perdarahan postpartum.

Idealnya stabilisasi dilakukan terlebih dahulu sebelum tindakan


definitif dikerjakan, tetapi hal ini terkadang tidak mungkin dikerjakan
sendiri-sendiri melainkan seringkali dikerjakan perbaikan keadaan
umum ( resusitasi ) sambil dilakukan tindakan untuk menghentikan
perdarahan tersebut.
Pada saat awal resusitasi (perbaikan keadaan umum) cairan juga
diambil sample darahnya untuk diperiksakan laboratorium sederhana
dahulu, yaitu kadar Hemoglobin, Hematokrit, Lekosit, Trombosit, Faal
Pembeku Darah atau dikerjakan pemeriksaan Waktu Pembekuan
Darah dan Waktu perdarahan secara langsung.

Prognosis
Menurut Hakimi (2010), kematian karena perdarahan postpartum
akibat terus-menerus terjadi perdarahan yang jumlahnya kadang-
kadang tidak menimbulkan kecurigaan. Yang menimbulkan kematian
bukanlah perdarahan sakaligus dalam jumlah banyak tetapi justru
perdarahan terus-menerus yang terjadi sedikit demi sedikit. Beachan
mendapatkan bahwa interval rata-rata antara kelahiran dan kematian
adalah 5 jam 20 menit. Kenyataan ini menunjukkan adanya cukup
waktu untuk melangsungkan terapi yang efektif jika pasiennya selalu
diamati dengan seksama, diagnosis dibuat secara dini, dan tindakan
yang tepat segera dikerjakan.
17. Infeksi pasca persalinan, def, etiologi, klasifikasi, gejala dan tanda,
patofis atau patogenss, pemeriksaan penunjng baik diagnostik
maupun screening komplikasi, tata laksana, tanda kegawatan?

18. Def dan fisiologi masa nifas?


Masa nifas ( Peurperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat–alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung selama kira–kira 6 minggu ( Sarwono,
2001 ; 122)
Hampir sama dengan pendapat ( Bobak, 2004 ; 492). Masa nifas
(Peurperium) adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ –
organ reproduksi kembali dalam keadaan normal sebelum hamil
( Bobak, 2004 ; 492).
Pada masa nifas terjadi perubahan-perubahan fisiologi, yaitu;
perubahan fisik, involusi uterus dan pengeluaran lochia, Laktasi/
pengeluaran air susu ibu, perubahan sistem tubuh lainnya, perubahan
psikis.
Nifas dibagi dalam 3 periode, yaitu :
1) Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2) Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat
genitalia yang lamanya 6-8 minggu.
3) Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih
dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu
persalinan mempunyai komplkasi.

19. Bagaimana vascularisasi atau pendarahan pada organ reproduksi?

20.Bagaimana hub dengan mastitis dengan demam?

Anda mungkin juga menyukai