MELAHIRKAN
Step 1
1. Lokea purulenta
Eksresi cairn rahim selama nifas ifatnya basa dapatdengan mudah
digunakan oleh mikroorgisme untuk berkembang biak.
Keluarnya nanah yang berbau busuk
2. Nyeri goyang portio
Tindakan vt ginekolois untuk mengatuhi ada infeksi atau tidak jika
nyeri berarti positif adanya infeksi
3. VT ginekologis
Pemeriksaan dalam pada vagina untuk mengethui beberapa kelainan
pasca persalinan, contoh nyeri goyang portio , PPV keluarnya cairan
kuning keruh normalnya darah atau jaringan – jaringan.
VT ginekologis dilakaukan pada kasus – kasus apa saja?serta
indikasinya?
Perbedaan pendarahan dan perdarahan?
Step 2
1. Mengapa pada pasien ditemukan demam dan pendarahan dari jalan
lahir sejak 5 hari yang lalu?
2. Mengapa di ddapatakan payudara mengeras dan nyeri?
3. Apa hubungan status g6p6a0 dan usia dngan keluhan yang dialami
oleh pasien?
4. Apa yang menyebabkan ppv berwarna merah bercampur cairan
kekukinangan keruh serta berbau?
5. Apa tindakan awal dokter untk menghentikan pendarhan? Dan apa
terpinya?
6. Apa maksud dokter memberikan paracetamol?
7. Kenapa ditemukan pemeriksaan abdomen ditemukan TFU di
pertenghan umbilikus dan simfisis pubis serta konsistensinya
lembek?
8. Perubahan anatomi fisiologis pasca persalinan?
9. Mengapa pada VT didapatkan yeri goyang portio dan nyeri pada
uterus?
10. Pemeriksaan laborat apa saja yang dlakuka oleh dokter ntuk pasien?
11. DD pendarhan pasca persalinan?
12. Dd demam pasca persalinan?
13. Kenapa pasien di minta untuk banyak minum?
14. Kelainan apa saja pada msa nifas?
15. Kenapa pasien mengeluh demam pada hari ke 2 setelah
mendapatkan perawatan?
Step 3
1. Mengapa pada pasien ditemukan demam dan pendarahan dari jalan
lahir sejak 5 hari yang lalu?
- 4 akibat :
- sosio ekonomi rendah sehingga terjadi pelahiran di dukun
- proses pesalinanya buruk
- Tindakan persalinan sesar dapat menyebaban penngkatn lebih
tinggi
- Bakteriologi : flora normal b- hemoliticus srepcoccus dan
clostridum wellcii sehingga terjdi infeksi sehingga menyebablan
demam proses dari ketuban pecah dini atau pada partus lama
naik ke arah implantasi plasenta.
- Bisa ddidaptkan juga dari tangan penolong.
- Droplet infection pad saat tidak fit waktu penolongan
persalinan
- Dari udara karena ketidaksterilan tempt sehingga terjadi infeksi
- Pendarahan disebabkan 3 hal
- dari tempat implantasi plasenta dari kotiledon yang tertinggal
sebagian sja rest plasenta atau apabila tertinggal retensio
plasenta
- Robekan pada jalan lahir
- Gangguan koagulaasi adanya trombofili
- Atonia uteri karen ketidak adekuatan dari kontraksi uterus
sehingga uterus tidak dapat menyebabkan arteri spiralis
tertutup
- Kapan flora normal menjadi patologis?
Pendarahan
Perdarahan pascapersalinan (PPP) adalah perdarahan yang melebihi
500 ml setelah bayi lahir.
PPP primer : PPP yang terjadi dalam 24 jam pertama
PPP sekunder : PP yang terjadi setelah 24 jam persalinan
Kausalnya dibedakan atas :
Perdarahan dari tempat implantasi plasenta
Hipotoni sampai atonia uteri
Akibat anestesi
Distensi berlebihan (gemeli, anak besar, hidramnion)
Partus lama, partus kasep
Partus presipitatus/partus terlalu cepat
Persalinan karena induksi oksitosin
Multiparitas
Korioamnionitis
Pernah atonia sebelumnya
Sisa plasenta
Kotiledon atau selaput ketuban tersisa
Plasenta susenturiata
Plasenta akreta, inkreta, perkreta
Perdarahan karena robekan
Episiotomi yang melebar
Robekan pada perineum, vagina, dan serviks
Ruptura uteri
Gangguan koagulasi
Jarang terjadi tapi dapat memperburuk keadaan di atas,
misalnya pada kasus trombofilia, sindroma HELLP, preeklamsia,
solusio plasenta, kematian janin dalam kandungan, dan emboli
air ketuban.
Sumber: Ilmu kebidanan sarwono prawirohardjo
3. Apa hubungan status g6p6a0 dan usia dngan keluhan yang dialami
oleh pasien?
Grandemultipara
Pada wanita yang paritasnya lebih dari 3 cenderung mempunyai
komplikasi pada kehamilan maupun persalinan. Karena uterus yang
terlalu sering meregang dan terjadinya gangguan pada plasenta yang
akan mengakibatkan gangguan sirkulasi pada janin sehingga
pertumbuhan terhambat (Karkata, 2009). Berdasarkan Manuaba
kejadian perdarahan postpartum sering terjadi pada ibu dengan
grandemultipara.
Paritas mempunyai pengaruh terhadap kejadian perdarahan
postpartum karena pada setiap kehamilan dan persalinan terjadi
perubahan serabut otot pada uterus yang dapat menurunkan
kemampuan uterus untuk berkontraksi sehingga sulit untuk
melakukan penekanan pembuluh-pembuluh darah yang terbuka
setelah lepasnya plasenta. Risiko terjadinya akan meningkat setelah
persalinan ketiga atau lebih yang mengakibatkan terjadinya
perdarahan postpartum. (Saifuddin et al. 2002)
Usia
Menurut Depkes (2003), masa reproduksi sehat yaitu pada umur 20-35
tahun. Pada umur < 20 tahun masih belum matangnya alat reproduksi
untuk hamil, sedangkan bila umur ibu > 35 tahun fungsi alat reproduksi
dan fisik menurun (Kay, 2007). Dalam hal ini dapat mempengaruhi
fungsi plasenta dan dapat mengakibatkan iritabilitas pada uterus serta
terjadi perubahan pada serviks.
Kematian maternal pada ibu yang berusia muda ( 20 tahun) 2-5 kali
lebih tinggi daripada usia 20-29 tahun dan kematian tersebut akan
meningkat kembalisesudah usia 35 tahun (Karkata, 2009). Penelitian
yang dilakukan oleh Pardosi (2005), menemukan bahwa dengan umur
< 20 tahun atau > 35 tahun memiliki risiko mengalami perdarahan
postpartum 3,3 kali lebih besar dibanding dengan ibu dengan umur 20-
30 tahun.
Perdarahan postpartum meningkat sesuai dengan umur ibu. Hal ini
dapat diketahui dengan melihat bahwa semakin tua umur ibu, makin
tinggi frekwensi penyakit hipertensi menahun yang menyertai.
Jenis-jenis lokea
Lokea: cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam
masa nifas.
Lochia rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ke¬tuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan
mekoneum, selama 2 hari pasca persalinan.
Lochia sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir; hari ke 3-7 pasca persalinan.
Lochia serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada
hari ke 7-14 pasca persalinan.
Lochia alba: cairan putih, setelah 2 minggu.
Lochia purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah
berbau busuk.
Lochiostasis: Lochia tidak lancar keluarnya.
Sumber: Wiknjosastro, Hanifa
5. Apa tindakan awal dokter untk menghentikan pendarhan?dan
terapinya?
Penatalaksanaan
Penanganan pada perdarahan postpartum terdapat dua bagian
sebagai berikut :
1. Suportif, yaitu perbaikan keadaan umum, penambahan cairan, dan
darah serta komponen-komponennya.
2. Kausatif, yaitu dengan melakukan identifikasi penyebab
perdarahan dan usaha untuk menghentikannya
DOSIS
Jika tidak ada masalah di organ hati, dosis maksimum paracetamol
untuk orang dewasa adalah 4 gram (4000mg) per hari atau
8 tablet paracetamol 500 mg.
Indikasi : analgesik, antipiretik Cara pakai : oral Dosis anak 6-12 bulan
60 mg/kali, maks. 6 kali sehari; 1-6 tahun 60-120 mg/kali, maks. 6
kali/hari; 6-12 tahun 150-300 mg/kali, maks. 1,2 g/hari; dewasa 300 mg 1
g/kali, maks. 4 g/hari Sediaan : tab. 100 mg, 500 mg; sir. 120 mg/5 ml
b. Kontraksi uterus.
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segara
setelah persalinan bayi,yang merupakan respon untuk segera
mengurangi jumlah volume intra uterus. Selama 1 s/d 2 jam
pertama post partum, aktifitas uterus menurun dengan halus
dan stabil.
Kontraksi uterus mempunyai peran untuk keseimbangan oleh
penekanan intra mural pembuluh-pembuluh darah pada waktu
pertama keadaan ibu ditinggikan sehingga fundus menetap
dengan tegas. Periode relaksasi dan kontraksi dengan kuat
adalah lebih umum ada pada kehamilan dan mungkin
menyebabkan nyeri perut yang tidak nyaman yang disebut
afterpains dimana terus berlangsung sampai masa puerperium.
c. Tempat pelepasan placenta.
Segera setelah placenta dan membran-membran dikeluarkan
terjadi kontriksi vascular dan trombus untuk menutupi tempat
tumbuhnya placenta dengan suatu nodul-nodul yang irregular
dan area elevasi. Pelepasan jaringan-jaringan yang nekrose
diikuti dengan pertumbuhan endrometrium untuk mencegah
terjadinya scar. Proses yang unik ini adalah karakteristik
penyembuhan luka yang normal. Itu memungkinkan
endrometrium untuk segera memulai siklus perubahan dan
untuk mempersiapkan tempat tumbuhnya dan pembentukan
placenta pada kehamilan yang akan datang. Regenerasi
endometrium sempurna pada akhir minggu ketiga post partum
kecuali pada tempat pelepasan placenta. Regenerasi tempat
pelepasan placenta sering kali tidak sempurna hingga 6 minggu
setelah persalinan.
d. Lochea.
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari kavam uteri dan
vagina dalam masa nifas.
1) Lochea rubra (1-3 hari post partum)
Jumlahnya sedang, berwarna merah dan hitam.
2) Lochea sanginolenta ( 3-7 hari)
Jumlahnya berkurang dan berwarna putih bercampur
merah.
3) Lochea serosa (7-14 hari)
Jumlahnya sedikit, berwarna kekuningan.
4) Loche alba
Setelah hari ke-14 berwarna putih.
e. Serviks
Setelah kala III dan segmen uterus merupakan struktur tipis,
kolap dan lembek. Pada ekstroserviks akan mendapat luka kecil
dan memar, yang merupakan kondisi optimal untuk terjadinya
infeksi setelah melahirkan, lubang serviks akan dilatasi hingga
10 cm dan berangsur- angsur menutup tetapi ostium ekternum
akan kembali dan akan terbentuk seperti mulut ikan.
f. Vagina dan perineum.
Awalnya introitus vagina eritema dan edema pada area
episiotomy atau perbaikan area yang sobek. Melakukan
perawatan dengan hati-hati pada area tersebut, mencegah dan
mengobati segera hematom dam menjaga kebersihan dengan
baik selama 2 minggu pertama.
g. Payudara.
Berbeda dengan perubahan atrofik yang terjadi pada organ –
organ pelvis, payudara mencapai maturitas yang penuh selama
masa nifas, kecuali jika laktasi disupresi. Payudara akan menjadi
lebih besar, lebih kencang dan mula – mula lebih nyeri tekan
sebagai reaksi terhadap perubahan status hormonal serta
dimulainya laktasi.
3. Sistem Kardiovaskuler
a. Tanda – tanda vital.
1) Suhu dalam 24 jam pertama mungkin akan meningkat
menjadi 380 C disebabkan oleh kelelahan dan dehidrasi. Bila
lebih dari 380 C setelah 24 jam pertama sampai dengan hari
kesepuluh, kemungkinan terjadi infeksi.
2) Tekanan darah harus stabil, bila terjadi penurunan sedikit,
hal ini normal karena adanya proses adaptasi terhadap
penurunan dalam rongga panggul dan perdarahan. Tetapi
bila ada peningkatan dan keluhan pusing, perlu
diperhatikan.
3) Bradikardi, dengan frekuensi 50 – 70 kali/menit adalah
normal untuk 6–10 jam pertama, hal ini mungkin
disebabkan Karen penuruna aliran darah dari jantung.
4) Takhikardi jarang terjadi, hal ini akan timbul karena
perdarahan persalinan lama atau sulit.
4. System endokrin.
Beberapa perubahan terjadi pada system endokrim selama masa
puerperium antara lain hormone estrogen dan progesterone
menurun. Hormone prolaktin meningkat sehingga merangsang
untuk mengeluarkan air susu. Bila ibu tidak menyusui maka akan
lebih cepat menstruasi kurang lebih 12 minggu post partum dan
hormone estrogen akan meningkat dan akan terjadi ovulasi bila ibu
menyusui bayinya,menstruasi lebih lama kurang lebih 36 minggu
post partum dan tidak terjadi ovulasi.
6. Sistem Neurologi.
Perubahan pada system neurologi selama masa nifas sebagai
akibat dari adaptasi menjadi seorang ibu setelah hamil dan adanya
trauma setelah proses melahirkan. Rasa tidak nyaman neurologis
yang diinduksi kehamilan akan menghilang setelah wanita
melahirkan.
7. Sistem Integumen
Kloasma akibat kehamilan biasanya akan hilang sampai masa
kehamilan berlalu. Terjadinya hiperpigmentasi pada aareola dan
linea nigra mungkin akan hilang setelah melahirkan. Namunm pada
beberapa wanita ada yang menetap pada daerah – daerah
tersebut. Perubahan daerah vaskuler yang abnormal akan
menimbulkan nyeri,kemerah dan epulis, yang merupakan respon
dari penurunan estrogen setelah selesai melahirkan. Namun tanda
nyeri pada wanita ada yang menetap da nada yang hilang.
8. Sistem Imunologi
Imunologi A merupakan suatu anti bodi yang terdapat pada
colostrums dan air susu yang berfungsi untuk mencegah
menempelnya bakteri permukaan mukosa terutamam pada
traktus gastroenstestinal.
10. Pemeriksaan laborat apa saja yang dlakuka oleh dokter untuk pasien?
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah dengan
menggunakan :
1. Pemeriksaan Laboratorium
Kadar Hb, Ht, Masa perdarahan dan masa pembekuan
2. Pemeriksaan USG
Hal ini dilakukan bila perlu untuk menentukan adanya sisa jaringan
konsepsi intrauterin
3. Kultur uterus dan vaginal
Menentukan efek samping apakah ada infeksi yang terjadi
4. Urinalisis
Memastikan kerusakan kandung kemih
5. Profil Koagulasi
Menentukan peningkatan degradasi kadar produk fibrin,
penurunan fibrinogen, aktivasi masa tromboplastin dan masa
tromboplastin parsial
Sumber: Cunningham, dkk . 1995 . Obstetri Williams
Faktor predisposisi
1. Regangan rahim berlebihan selama kehamilan yang disebabkan
karena kehamilan gemeli, polihidramnion, atau anak terlalu besar.
2. Kelelahan karena persalinan lama.
3. Kehamilan grande-multipara.
4. Ibu dengan keadaan umum yang jelek, anemis, atau menderita
penyakit menahun.
5. Mioma uteri yang mengganggu kontraksi rahim.
6. Infeksi intrauterin (korioamnionitis).
7. Ada riwayat pernah atonia uteri sebelumnya.
Jika seorang wanita memiliki salah satu dari kondisi-kondisi yang
berisiko ini, maka penting bagi penolong persalinan untuk
mengantisipasi kemungkinan terjadinya atoni uteri postpartum.
Meskipun demikian, 20% atoni uteri postpartum dapat terjadi pada ibu
tanpa faktor-faktor risiko ini. Adalah penting bagi semua penolong
persalinan untuk mempersiapkan diri dalam melakukan
penatalaksanaan awal terhadap masalah yang mungkin terjadi selama
proses persalinan (Depkes RI,2007).
Etiologi
1. Disfungsi uterus : atonia uteri primer merupakan disfungsi intrinsik
uterus.
2. Penatalaksanaan yang salah pada kala III. Mencoba mempercepat
kala III dengan dorongan dan pemijatan uterus sehingga
mengganggu mekanisme fisiologis pelepasan plasenta dan dapat
menyebabkan pemisahan sebagian plasenta yang mengakibatkan
perdarahan
3. Anestesi yang dalam dan lama menyebabkan terjadiya relaksasi
miometrium yang berlebihan, kegagalan kontraksi dan retraksi
menyebabkan atonia uteri dan perdarahan postpartum.
4. Kerja uterus sangat kurang efektif selama kala persalinan yang
kemungkinan besar akan diikuti oleh kontraindikasi serta retraksi
miometrium jika dalam kala III.
5. Overdistensi uterus : uterus yang mengalami distensi secara
berlebihan akibat keadaan bayi yang besar, kehamilan kembar,
polihidramnion, cenderung mempunyai daya kontraksi yang jelek.
6. Kelemahan akibat partus lama : bukan hanya rahim yang lemah,
cenderung berkontraksi lemah setelah melahirkan, tetapi juga ibu
yang keletihan kurang bertahan terhadap kehilangan darah.
7. Grande-multipara: uterus yang lemah banyak melahirkan anak
cenderung bekerja tidak efisien dalam semua kala persalinan.
8. Mioma uteri : dapat menimbulkan perdarahan dengan
mengganggu kontraksi dan retraksi miometrium uteri.
9. Melahirkan dengan tindakan : keadaan ini mencakup prosedur
operatik seperti forsep dan fersi ekstraksi
Pencegahan
1. Melakukan secara rutin manajemen aktif kala III pada semua
wanita yang bersalin, karena hal ini dapat menurunkan insidensi
perdarahan postpartum akibat atonia uteri.
2. Jika ada riwayat pernah atonia uteri sebelumnya, persalinan harus
berlangsung di rumah sakit.
3. Dalam kala III uterus jangan di masase dan didorong sebelum
plasenta lepas dari dindingnya.
4. Pemberian misoprostol peroral 2-3 tablet (400-600 μg) segera
setelah bayi lahir.
5. Mengantisipasi / mengadakan penyuluhan kepada ibu-ibu yang
paritasnya masih antara 1–3, yaitu dengan mnganjurkan program
KB dan edukasi bahaya yang ditimbulkan dengan memiliki anak
lebih dari 5 (grandemultigravida).
6. Edukasi pemberian tablet besi sewaktu ANC untuk mencegah
anemia postpartum
Diagnosis
Diagosis ditegakkan bila setelah bayi dan plasenta lahir ternyata
perdarahan masih aktif dan banyak, bergumpal dan pada palpasi
didapatkan fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih dengan
kontraksi yang lembek. Perlu diperhatikan bahwa pada saat atonia
uteri didiagnosis, maka pada saat itu juga masih ada darah sebanyak
500-1.000 ml yang sudah keluar dari pembuluh darah, tetapi masih
terperangkap dalam uterus dan harus diperhitungkan dalam kalkulasi
pemberian darah pengganti (Karkata 2009).
Penatalaksanaan
Menurut Karkata (2009) dan Saifuddin dkk. (2002), banyaknya darah
yang hilang akan mempengaruhi keadaan pasien. Pasian bisa masih
dalam keadaan sadar, sedikit anemis, atau sampai syok hipovolemik
berat. Perdarahan yang lebih dari 1000 ml atau bahkan lebih dari 1500
ml (20-25% volume darah) akan menimbulkan gangguan vaskular
hingga terjadi shock hemoragik sehingga tranfusi darah diperlukan
(Ramanathan & Arulkumaran, 2006). Tindakan pertama yang
dilakukan bergantung pada keadaan kliniknya. Pada umumnya
dilakukan secara simultan (bila pasien syok) hal-hal sebagai berikut:
1. Sikap Trendelenburg, memasang venous line, dan memberikan
oksigen.
2. Sekaligus merangsang kontraksi uterus dengan cara :
a. Masase fundus uteri dan merangsang puting susu.
b. Pemberianobat uterotonika :
1) Oksitosin dan turunan ergot melalui suntikan secara
intramuscular, intravena, atau subcutan.
2) Memberikan derivat prostaglandin F2α (carboprost
tromethamine) yang kadang memberikan efek samping
berupa diare, hipertensi, mual, muntah, febris, dan
takikardia.
3) Pemberian misoprostol (800-1.000 μg) per-rektal.
Klasifikasi
Menurut waktu terjadinya dibagi atas dua bagian :
1. Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage)
Adalah perdarahan ≥ 500 ml yang terjadi dalam 24 jam pertama
setelah bayi lahir. Penyebab utama perdarahan postpartum primer
adalah atonia uteri, sisa plasenta, retensio plasenta, dan laserasi
jalan lahir.
2. Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage)
Adalah perdarahan ≥ 500 ml yang terjadi setelah 24 jam pertama
setelah bayi lahir. Penyebab utama perdarahan postpartum
sekunder adalah sisa plasenta dan laserasi jalan lahir.
Etiologi
Frekuensi perdarahan postpartum 4/5-15 % dari seluruh persalinan.
Berdasarkan penyebabnya :
1. Atonia uteri (50-60%)
2. Sisa plasenta(23-24%)
3. Retensio plasenta (16-17%)
4. Laserasi jalan lahir (4-5%)
5. Kelainan darah (0,5-0,8%)
Diagnosis
Diagnosis perdarahan postpartum pada umumnya tidak sukar, yaitu :
1. Terjadi perdarahan segera setelah bayi lahir : sebelum plasenta
lahir atau sesudah plasenta lahir.
2. Keluar pada umumnya mendadak, tanpa disadari.
3. Dapat diikuti dengan menurunnya kesadaran.
4. Dapat diikuti dengan perubahan sistem kardiovaskular.
Prognosis
Menurut Hakimi (2010), kematian karena perdarahan postpartum
akibat terus-menerus terjadi perdarahan yang jumlahnya kadang-
kadang tidak menimbulkan kecurigaan. Yang menimbulkan kematian
bukanlah perdarahan sakaligus dalam jumlah banyak tetapi justru
perdarahan terus-menerus yang terjadi sedikit demi sedikit. Beachan
mendapatkan bahwa interval rata-rata antara kelahiran dan kematian
adalah 5 jam 20 menit. Kenyataan ini menunjukkan adanya cukup
waktu untuk melangsungkan terapi yang efektif jika pasiennya selalu
diamati dengan seksama, diagnosis dibuat secara dini, dan tindakan
yang tepat segera dikerjakan.
17. Infeksi pasca persalinan, def, etiologi, klasifikasi, gejala dan tanda,
patofis atau patogenss, pemeriksaan penunjng baik diagnostik
maupun screening komplikasi, tata laksana, tanda kegawatan?