Anda di halaman 1dari 17

Makalah Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Kehamilan dan kelahiran dianggap sebagai suatu kejadian fisiologis yang pada
sebagian besar wanita berakhir dengan normal dan tanpa komplikasi (Departmen of
Health, 1993). Pada akhir masa puerperium, pemulihan persalinan secara umum
dianggap telah lengkap. Pandangan ini mungkin terlalu optimisis Bagi banyak
wanita, pemulihan adalah sesuatu yang berlangsung terjadi menjadi seorang ibu
adalah proses fisiologis yang normal.Namun beberapa studi terbaru
mengungkapkan bahwa masalah-masalah kesehatan jangka panjang yang terjadi
setelah melahirkan adalah masalah yang banyak ditemui (Hillan, 1992b; glazener et
al. 1993; bick dan MacArthur,1995a), dapat berlangsung dalam waktu lama
(macArthuretal.1991). Pengetahuan menyeluruh tentang perubahan fisiologis dan
psikologis pada masa puerperium adalah sangat penting jika bidan menilai status
kesehatan ibu secara akurat dan memastikan bahwa
pemulihan sesuai dengan
standar yang diharapkan. Hal yang sama pentingnya adalah menyadari potensi
morbiditas pascapartum dalam jangka panjang dan factor-faktor yang berhubungan
dengannnya seperti obstetric, anestesi dan faktor social.

1.2 TUJUAN
a.

Tujuan Umum

Untuk mengetahui fisiologis pada masa nifas


Untuk mengetahui tahapan-tahapan masa nifas prubahan serta adaptasi ibu
masa nifas

b.

Tujuan Khusus

Untuk memenuhi tugas ASKEB III ( Nifas )


Agar mahasiswa lebih terampil memberikan asuhan kebidanan tentang fisiologis
masa nifas
Menjadikan mahasiswa sebagai calon petugas kesehatan yang terampil dan
kompeten dalam bekerja

BAB II
PEMBAHASAAN
2.1 PENGERTIAN
Masa nifas (postpartum/ puerperium) berasal dari bahasa Latin,yaitu dari kata
pueryang artinya bayi dan parious yang berakti melahirkan .
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali,mulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandungan kembali sebelum hamil.lama nifas yaitu 6-8 minggu
Periode masa nifas (puerperium) adalah perode waktu selama 6-8 minggu setelah
persalinan.proses ini di mulai setelah selesainnya persalinan dan berakhir setelah
alat-alat reproduksi kembali keadaan sebelum hamil/ tidak hamil sebagai akibat dari
adannya perubahan fisiologis dan fsikologi karna proses persalinan
Periode masa nifas di bagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:
1.

Periode immediate postpartum

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.pada masa ini sering
terdapat banyak masalah seperti pendarahan
2.

Periode Early postpartum (24 jam-1 minggu)

Masa dimana involsi uterus harus dipastikan dalam keadaan normal,tidak ada
pendarahan,lokea tidak berbau busuk,tidak demam,ibu cukup mendapatkan
makanan dan cairan,serta ibu dapat menyusui dengan baik
3.

Periode Latei Postpartum (1-5 minggu)

Masa di mana perawatan dan pemeriksaan kondisi sehari-hari,serta konseling KB

Pembagian masa nifas di bagi dalam tiga periode


1.

Peurperium Dini

Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan


2.

Peurperium intermedial

Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalis yang lamanya 6-8 minggu


3.

Remote peurperium

Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama
hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi

2.2. INVOULSI DAN SUBINVOULSI


Involusi adalah berhasilnya proses perubahan fisiologis pada sisitem reproduksi
pada masa nifas yang terjadi pada setiap organ dan saluran yang reproduktif ke
bentuk normal atau sebelum hamil.
Subinvolusi adalah kegagalan perubahan fisiologis pada sisitem reproduksi pada
masa nifas yang terjadi pada setiap organ dan saluran yang reproduktif.
Subinvoulsi dapat terjadi pada
1.

Uterus

2.

Tempat plasenta

3.

Ligmen

4.

Serviks

5.

Lochia

6.

Vulva

7.

Vagina

8.

Perineum

a.
Subinvolusi uterus adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal
involusi/ proses involusi rahim tidak berjalan sebagai semestinya sehingga proses
pengecilan uterus terhambat.
Subinvolusi merupakan istilah yang dipergunakan untuk menunjukan kemunduran
yang terjadi pada setiap organ dan saluran reproduktif kadang lebih banyak
mengarah secara spesifik pada kemunduran uterus yang mengarah keukurannya
(varneys midwifery)
Tanda dan gejala
Fundus uteri letaknya tetap tinggi di dalam abdomen/pelvis dari yang seharusnya
atau penurunan fundus uteri lambat
1.

Konsistensi utererus lembek

2.

Pengeluaran lochea seringkali gagal berubah

3.

Terdapat bekuan darah

4.

Lochea berbau menyengat

5.

Uterus tidak berkontraksi

6.

Pucat, pusing dan tekanan darah rendah serta suhu tubuh tinggi

Penyebab
1.

Terjadi infeksi pada miometrium

2.

Terdapat sisa plasenta dan selaput plasenta di dalam uterus

3. Lochea rubra lebih dari 2 minggu postpartum dan pengeluarannya lebih banyak
dari yang diperkirakan.
Terapi
1.

Pemberian antibiotika

2.

Pemberian uterotonika

3.

Pemberian tablet Fe

Selain itu uterus juga mengalaimi involusi uteri


Invoulsi uteri atau penggerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus
kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai
segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot otot polos uterus. Proses involusi
uteri pada akhir kala III persalinan, uterus berada digaris tengah kira kira 2cm
dibawah umbilikus dengan fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat
ini uterus besarnya kira kira sama dengn besar uterus sewaktu usia kehamilan 16
minggu dengan berat 1000 gram.
Proses involusi uterus
1. Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot
uterin. Enzim proteulitik akan mendekatkan jaringan otot yang telah sempat
mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan 5 kali lebar dari semula
selama kehamilan. Sitoplasma sel yang berlebih akan tercerna sendiri hingga
tertinggal jaringan fibro elastis dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan.
2. Atrofi jaringan merupakan jaringan yang berploriferasi dengan adanya estrogen
dalam jumlah besar kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap
penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain
perubahan atrofi pada otot otot uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi akan
terlepas dan meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi menjadi
endometrium yang baru
3. Efek oksitosin membuat itensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna
segera setelah lahir, diduga terjadi sebagai respon penurunan volume intra uerin

yang sangat besar. Hormon oksitosin yang dilepas dari kelenjar hipofisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, menggopresi embuluh darah dan
membantu proses homostaksis. Kontraksi dan retraksi otot uteri akan mengurangi
suplai darah ke uterus.
b. Subinvolusi tempat plasenta adalah kegagalan bekas tempat implantasi untuk
berubah
Tanda dan Gejala
1.

Tempat implantasi masih meninggalkan parut dan menonjol

2.

Perdarahan

Penyebab
1.

Tali pusat putus akibat dari traksi yang berlebihan

2.

Inversio uteri sebagai akibat tarikan

3.

Tidak ada regenerasi endometrium ditempat implantasi plasenta

4.

Tidak ada pertumbuhan kelenjar endometrium

c.
Subinvolusi ligament adalah kegagalan ligamen dan diafragma pelvis fasia
kembali seperti sedia kala
Tanda dan gejala
1.

Ligamentum rotundum masih kendor

2.

Ligamen fasia dan jaringan penunjang serta alat genitalia masih kendor

Penyebab
1.

Terlalu sering melahirkan

2.

Faktor umur

3. Ligamen fasia dan jaringan penunjang serta alat genitalia sudah berkurang
elastisitasnya.

d. Subinvolusi Serviks adalah kegagalan serviks berubah kebentuk semula seperti


sebelum hamil
Tanda dan gejala
1.

Konsistensi serviks lembek

2.

Perdarahan

Penyebab
1.

Multi paritas

2.

Terjadi ruptur saat persalinan

3.

Lemahnya elastisitas serviks

e.
Subinvolusi Lochea adalah tidak ada perubahan pada konsistensi
lochea.Seharusnya lochea berubah secara normal sesuai dengan fase dan lamanya
postpartum,
Tanda dan gejala
1.

Perdarahan tidak sesuai dengan fase

2.

Darah berbau menyengat

3.

Perdarahan

4.

Demam, menggigil

Penyebab
1.

Bekuan darah pada serviks

2.

Uterus tidak berkontraksi

3.

Posisi ibu telentang sehingga menghambat darah nifas untuk keluar

4.

Tidak mobilisasi

5.

Robekan jalan lahir

6.

Infeksi

f.
Subinvolusi Vulva dan Vagina adalah tidak kembalinya bentuk dan konsistensi
vulva dan vagina seperti semula setelah beberapa hari postpartus.

Tanda dan gejala


1.

Vulva dan vagina kemerahan

2.

Terlihat oedem

3.

Konsistensi lembek

Penyebab
1.

Elastisitas vulva dan vagina lemah

2.

Infeksi

3.

Terjadi robekan vulva dan vagina saat partus

4.

Ekstrasi kuman

g. Subinvolusi Perineum adalah tidak ada perubahan perineum setelah beberapa


hari persalinan
Tanda dan gejala
1.

Perineum terlihat kemerahan

2.

Konsistensi lembek

3.

Oedem

Penyebab
1.

Tonus otot perineum sudah lemah

2.

kurangnya elastisitas perineum

3.

infeksi

4. pemotongan benang catgut terlalu pendek pada saat laseralisasi sehingga


jahitan perineum putus.

2.3. TAHAPAN LOKEA MASA NIFAS


Dengan adannya involsi uterus, maka lapisan luar dari desidua yang
mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik (layu/ mati). Desidua yang mati

akan keluar bersama dengan sisa cairan.campuran antara darah dan desidua
tersebut dinamakan lokea, yang biasannya berwarna merah muda atau putih pucat.
Lochea merupakan ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea mengandung
darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lokia mempunyai
bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbedabeda pada setiap wanita. Lokia mengalami perubahan karena proses involusi.
Pengeluaran lokia dapat dibagi menjadi lokia rubra, sanguilenta, serosa dan alba.

Perbedaan masing-masing lokia dapat dilihat sebagai berikut:


Lokia
Waktu
Warna
Ciri-ciri
Rubra
1-3 hari
Merah kehitaman
Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum dan sisa
darah
Sanguilenta
3-7 hari
Putih bercampur merah
Sisa darah bercampur lender
Serosa
7-14 hari
Kekuningan/ kecoklatan
Lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan
laserasi plasenta
Alba
>14 hari
Putih

Mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.
Umumnya jumlah lochia lebih sedikit bila wanita postpartum dalam posisi berbaring
daripada berdiri. Hal ini terjadi akibat pembuangan bersatu di vagina bagian atas
saat wanita dalam posisi berbaring dan kemudian akan mengalir keluar saat berdiri.
Total jumlah rata-rata pengeluaran lokia sekitar 240 hingga 270 ml.

2.4. PERUBAHAN FISIOLOGI MASA NIFAS


1.

Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan, astium


eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu serviks
menutup.
2.

Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta perenggangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses
tersebut kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu
vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan tugae dalam vagina
secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih
menonjol.
3.

Perenium

Segera setelah melahirkan, perenium menjadi kendur karena sebelumnya teregang


oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke-5, perenium
sudah mendapatkan kembali sebagaian besar tonusnya sekalipun tetap lebih
kendur pada keadaan sebelum melahirkan.
4.

Payudara

a. Penurunan kadar progesteron secara cepat dengan peningkatan hormon


piolaktin setelah persalinan.
b. Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi ASI terjadi pada hari ke-2 atau
hari ke-3 setelah persalinan.
c.

Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulanya proses laktasi.

5.

Laktasi

Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu (ASI),
yang merupakan makanan pokok terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah. Bagi
setiap ibu yang melahirkan akan tersedia makanan bagi dirinya, dan bagi si anak
akan merasa puas dalam pelukan ibunya, merasa aman, tentram, hangat akan
kasih sayang ibunya. Hal ini merupakan faktor penting bagi perkembangan anak
selanjutnya.
6.

Sistem Pencernaan

Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena
pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan
kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan
(dehidrasi), kurang makan, hemoroid, laserasi jalan lahir. Rasa sakit di daerah
perenium juga dapat menghalangi keinginan ke belakang. Supaya buang air besar
kembali teratur dapat diberikan diet/makanan yang mengandung serat dan
pemberian cairan yang cukup.
7.

Sistem Perkemihan

Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan terdapat spasine
sfingter dan edema leher buli - buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara
kepala janin dan tulang pubis selama persalinan.Urin dalam jumlah yang besar akan
dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan,
kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan
yang mencolok, keadaan ini menyebabkan cliviesis. Ureter yang berdilatasi akan
kembali normal dalam tempo 6 minggu.
8.

Sistem Musculoskeletal

Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan,
setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga
tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamen
rotundum menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu
setelah persalinan.
9.

Sistem Endokrin

Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. Human Chorionic


Gonodotiopin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam
hingga hari ke-7 post partum dan sebagai onset pemenuhan mammae pada hari ke3 PP
10.

Sistem kordiovaskuler

Selama kehamilan volume darah normal digunakan untuk menampung aliran darah
yang meningkat,yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah uterin.
Penarikan kembali estrogen menyebabkan aturesis terjadi yang secara cepat
mengurangi volume plasma kembali pada porposi normal. Aliran ini terjadi dalam 24 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa nifas ini ibu mengeluarkan
banyak sekali jumlah urine. Hilangnya progesteron membantu mengurangi retensi
cairan yang melekat dengan meningkatnya volume pada jaringan tersebut selama

kehamilan. Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar (200-400 cc). Bila
kelahiran melalui seksio cesaria, maka kehilangan darah dapat dua kali lipat.
Perubahan terdiri dari volume darah (blood volume) dan hemotokrit
(hoemoconcentration). Bila persalinan pervaginam, hemotrokit akan naik dan pada
seksio cesaria, hemotokrit cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6minggu.
11.

Sistem Hematologi

Selama minggu-minggu terakhir kehamilan,kadar fibrinogen dan plasma serta


faktor-faktor pembekuan darah meningkat.Pada hari pertama PP, kadar fibrinogen
dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan
peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan
darah.Leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel darah putih mencapai 15.000
selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari pertama dan masa
PP.Jumlah sel darah putih tersebut masih bisa naik lagi sampai 25.000/30.000 tanpa
adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama.Jumlah
hemoglobine,hemorokit,dan eritrosyt akan sangat bervariasi pada awal-awal masa
PP sebagai akibat volume darah, volume plasenta dan tingkat volume darah yang
berubah ubah.Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi
wanita tersebut. Kira-kira selama kelahiran dan masa PP terjadi kehilangan darah
sekitar 200-250 ml. penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan
diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobine pada hari ke 3-7 PP
dan akan kembali normal dalam 4-5 minggu PP

12.

Perubahan Tanda-Tanda Vital

a. Suhu Badan satu hari (24 jam) PP suhu badan akan naik sedikit (37,5oC 38oC)
sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan yang berlebihan
dan kelelahan. Apabila keadaan normal suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada
hari ketiga suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI, buah dada
menjadi bengkok, berwarna merah karena kebanyakan ASI. Bila suhu tidak menurun
kemungkinan adanya infeksi pada endometrium, mastitis, tractus genitalis atau
sistem lain.
b.

Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80x/menit. Sehabis melahirkan biasanya
denyut nadi akan lebih cepat.
c.

Tekanan,Darah

Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu
melahirkan karena perdarahan. Tekanan darah tinggi pada PP dapat menandakan
terjadinya preeklamsia post partum.
d. Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan dnyut nadi. Bila
suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada
gangguan khusus pada saluran nafas.

2.5. ADAPTASI FISIOLOGI MASA NIFAS


Setelah melahirkan ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang juga
mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari fisiknya.Ia mengalami stimulasi
kegembiraan yang luar biasa, menjalani peruses esprorasi dan asmilasi terhadap
bayinya, berada di bawah tekanan untuk dapat menyerap pembelajaran yang
diperlukan tentang apa yang harus diketahuinya dan perawatan untuk bayinya dan
merasa tanggung jawab yang luar biasa biasa sekarang untuk menjadi seorang ibu
Tidak mengherankan bila ibu mengalami sedikit perubahan perilaku dan
se4sekali merasa kerepotan. Masa ini adalah masab rentan dan terbuka untuk
bimbingan dan pembelajaran.

Reva rubin membagi periode ini menjadi 3 bagian antara lain :


1.

Periode Taking in

a. Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada umumnya pasif
dan tergantung, perhatiannya tertuju pada kekawatiran akan tubuhnya
b.

Ia mungkin mengulang-ulang menceritakan pengalaman waktu melahirkanya

c. Tidur tampa gangguan sangat penting untuk mengurangi gangguan kesehatan


akibat kurang istirahat.
d. Peningkatan nutrisi dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan dan
penyembuhan luka, serta persiapan proses laktasi aktiv
e. Dalam memmberi asuahan bidan, harus dapat memfasilitasi kebutuhan
fisikologis ibu, pada tahap ini bidan harus menjadi pendengar yang baik ketika ibu
menceritakan pengalamanya. Berikan juga dukungan mental dan aspirasi atas hasil
perjuangan ibu sehingga dapat berhasil melahirkan anaknya. Bidan harus dapat
menciptakan suasana yang nyaman bagi ibu sehingga dapat leluasa dan terbuka
mengemukan permasalahan dapat dihadapi bidan. Dalam hal ini, sering terjadi
kesalahan dalam pelaksanaan perawatan yang dilakukan oleh pasien terhadap
dirinnya dan bayinya karna kurangnya jalinan komunikasi yang baik antara pasien
dan bidan
2.

Periode taking hold

a.

Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 post partum

b. Ini menjadi perhatian pada kemampuan menjadi orang tua yang sukses dan
meningkatkan tanggung jawabterhadap bayi
c. Ibu berkonsentrasi pada pengotrolan fungsi tubuhnya,BAA dan BAK,serta
kekuatan dan ketahanan tubuhnya

d. Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan perawatan bayi, misalnya


mengendong, memandikan dan memasang popok dan sebagainya.
e. Pada masa ini, ibu biasanya sangat sensitive dan merasa tidak mahir dalam
melakukan hal-hal tersebut
f.
Pada tahap ini, bidan harus tanggap terhadap kemungkinan perubahan yang
terjadi.
g. Tahap ini merupakan waktu yang tepat bagi bidan untuk memberiken
bimbingan cara perawatan bayi, namun harus selalu di perhatikan teknik
bimbinganya jangan sampai menyingung perasaan atau membuat perasaan ibu
tidak nyaman karena ia sangat sensitive. Hidari kata jangan begitu atau kalau
kayak gitu salah pada ibu karna hal itu akan sangat menyakiti perasaanya dan
akibatnya ibu akan putus asa untuk mengikuti bimbingan yang bidan berikan.
3.

Periode Letting Go

a. Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang ke rumah periode ini pun sangat
berpengaruh terhadap dan perhatian yang diberikan oleh keluarga
b. Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi dan ia harus
beradaptasi dengan segala kebutuhan bayi yang sangat tergantung padanya. Hal
ini menyebabkan berkurangnya hak ibu,kebebasan, dan hubungan social.
c.

Depresi post partum umumnya terjadi pada periode ini.

Factor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi orang


tua pada saat post partum, antara lain:
1. Respon dan dukungan keluarga dan teman. Bagi ibu post partum, apalagi pada
ibu yang baru pertama kali melahirkan akan sangat membutuhkan dukungan orangorang terdekatnya karana ia belum sepenuhnya berada pada kondisi stabil, baik
fisik maupun psikologinya. Ia masih sangat asing dengan perubahan peran barunya
yang begitu fantastis terjadi dalam waktu yang begitu cepat, yaitu peran sebagai
seorang ibu. Dengan respon positif dari lingkungan, akan mempercepat proses
adaptasi peran ini sehingga akan memudahkan bagi bidan untuk memberikan
asuhan yang sehat
2. Hubungan dari pengalaman melahirkan terhadap harapan dan aspirasi. Hal
yang dialami oleh ibu ketika melahirkan akan sangat mewarnai alam perasaan
terhadap perannya sebagai ibu. Ia menjadi tahu bahwa begitu beratnya ia harus
berjuang untuk melahirkan bayinya dan hal tersebut akan memperkaya
pengalaman hidupnya untuk lebih dewasa. Banyak kasus terjadi setelah seorang
ibu melahirkan anakanya yang pertama, ia akan bertekad untuk meningkatkan
kualitas hubungan dengan ibunya.

3. Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lalu. Walapun kali ini
adalah bukan pengalaman yang pertama melahirkan bayinya, namun kebutuhan
untuk mendpatkan dukungan yang positif dari lingkunganya tidak berbeda dengan
ibu yang baru melahirkan anak pertama. Hanya yang membedakan teknik
penyampaian dukungan yang diberikan lebih kepada support dan aspirasi dan
keberhasialn dalam melewati saat-saat sulit pada persalinan yang lalu.
4. Pengaruh budaya adanya adat istiadat yang dianut oleh lingkungan dan
keluarga akan sedikit banyak akan mempengaruhi keberhasilan ibu akan melewati
saat transisi ini. Apalagi ada yang tidak singkron antara arahan dari tenaga
kesehatan dengan budaya yang dianut. Dalam hal ini bidan harus bijaksana
menyikapi, namun tidak mengurangi kuliatas asuhan yang diberikan. Keterlibtan
kelurga dari awal dalam menentukan bentuk asuhan dan perawatan yang harus
diberikan kepada ibu dan bayi yang akan memudahkan bidan dalam memberi
asuhan.
2.6. POST PARTUM BLUES
Fenomena pasca partum awal atau baby blues merupakan seksual umum
melahirkan bayia biasanya terjadi pada 70% wanita . penyebabnya adalah
beberapa hal,antara lain lingkungan tempat melahirkan yang kurang mendukung,
perubahan hormone yang cepat,dan keraguan terhadap peran yang baru. Pada
dasarnya, tidak satu pun dari ketiga hal tersebut termasuk penyebab konsisten .
factor penyebab biasanya merupakan kombinasi dari berbagai factor, termasuk
adanya ganguan tidur yang tidak dapat dihindari oleh ibu selama masa-masa awal
menjadi seorang ibu.
Post partum blus biasannya dimulai pada beberapa hari setelah kelahiran dan
berakhir setelah 10-14 hari.
Karatistik post partum blus meliputi:
a.

Menangis

b.

Merasa letih karena melahirkan

c.

Gelisah

d.

Perubahan alam perasaan

e.

Menarik diri

f.

Serta reaksi negatif terhadap bayi dan keluarga

Karena pengalaman melahirkan digambarkan sebagai puncak ibu baru mungkin


merasa perawatan dirinya tidak kuat atau ia tidak mendapatkan perawatan yang
tepat, jika pengalaman melahirkan tidak sesuai dengan apa yang ia alami. Ia
mungkin juga merasa diabaikan jika perhatian keluaranya tiba-tiba berfokus pada
bayi dilahirkannya
Kunci untuk mendukung wanita dalam melalui periode ini adalah berikan perhatian
dan dukungan yang baik baginya, serta yakinkan padanya bahwa ia adalah orang

yang berarti bagi keluarga dan suami. Hal yang terpenting berikan kesempatan
untuk beristirahat yang cukup. Selain itu, dukungan positif atas keberhasilan
menjadi orang tua dari bayi yang baru lahir dapat membantu memulihkan
kepercayaan diri terhadap kemampuannya.
2.7. Depresi pos partum
Ada kalanya ibu merasakan kesedihan karena kebebasan, otonomi interaksi
sosial, kemandiriannnya berkurang. Hal ini akan mengakibatkan depresi paska
persalinan ( depresi pos partum ). Berikut ini gejala gejala depresi paska
persalinan
1.

Sulit tidur, bahkan ketika bayi sudah tidur.

2.

Nafsu makan hilang,

3.

Perasaan tidak berdaya atau kehilangan kontrol

4.

Terlalu cemas atau tidak perhatian sama sekali sama bayi

5.

Tidak menyukai atau takut menyentuh bayi

6.

Pikiran yang menakutkan mengenai bayi

7.

Sedikit atau tidak ada perhatian terhadap penampilan pribadi

8.

Gejala fisik seperti banyak wanita sulit bernafas atau perasaan berdebar- debar

Penyakit ini dapat disembuhkan dengan obat- obatan dan konsultasi dengan
psikater. Jika depresi berkepanjangan ibu perlu mendapatkan perawatan dirumah
sakit. Seorang ibu nulipara mudah mengalami depresi masa nifas. Hal ini
disebabkan oleh kesibukannya yang mengurusi anak-anak sebelum kelahiran
anaknya ini. Ibu yang tidak mengurus dirinya sendiri, seorang ibu cepat murung,
mudah marah-marah. Hal ini menandakan ibu menderita depresi masa nifas.
Dibutuhkan juga dukungan keluarga dengan cara selalu mengunjungi dan
menawarkan bantuan dan dorongan kepada ibu.

BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN

Masa nifas ( masa post partum / puerperium ) adalah massa atau waktu sejak bayi
lahir dan plasenta keluar lepas dari rahim sampai enam minggu berikutnya, disertai
dengan pulihnya kembali organ organ yang berkaitan dengan kandungan , yang
mengalami perubahan . pada masa ini sangatlah rentan dengan kondisi pendarahan
maka masa nifas merupakan masa yang sangat penting dan masa dimana ibu
memerlukan pemantauan yang baik.
3.2. SARAN
Saran saya kita sebagai bidan harus lebih ekstra dalam memantau masa nifas
sebab kita tahu pada masa ini dapat mengakibatkan kematian pada ibu.

DAFTAR PUSTAKA
Flint carolone, 1994. Sensitif Midwifery.Oxford: Butterworth Heinemann
Henderson C, dan jone K. 2005. Buku Ajar Konsep Kebidanan (Edisi Bahasa
Indonesia). Ed. Yulianti. Jakarta: EGC
Pusdiknekes, 2001. Panduan Pengajar Asuhan Kebidanan Fisiologi Bagi dosen
Dipolma III Kebidanan. Jakarta: pusdiknes. WHOJHPIEGO.
Varney H, et al.2007, Buku a Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas.
Jakarta: Salemba Medika (hlm: 53-57).
Dessy, T., dkk. 2009. Perubahan Fisiologi Masa Nifas. Akademi Kebidanan
Mambaul Ulum Surakarta
Wulanda,ayu febri.2012.Biologi Reproduksi. Jakarta : Salemba Medika ( cetakan
ketiga )
Prawirohardjo, sarwono. 2009. Ilmu kebidanan. Edisi Keempat. cetakan kedua.
Jakarta: pt bina pustaka sarwono Prawirohardjo
Winkjosastro, H .dkk. 2005. Ilmu kebidanan. Edisi 3. Cetakan 7. Jakarta: yayasan

bina pustaka sarwono priwirohardjo

Diposkan oleh Afifa Afa di 05.52


Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Bagikan ke Pinterest

1 komentar:

susu walet28 Februari 2014 18.23


mantap susu waletnya... www.susuwaletasli.blogspot.com

Balas

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)
>
Arsip Blog
2016 (1)
2013 (13)
Juli (1)
Mei (8)
Makalah tentang Hemangioma
http://afifa08afa.blogspot.co.id/2013/05/makalah-asuhan-kebidanan-ibu-nifas.html

Anda mungkin juga menyukai