Anda di halaman 1dari 41

CASE PRESENTATION

KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA JS DI PUSKESMAS GENUK KOTA


SEMARANG

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Program Pendidikan Profesi Dokter Pada Bagian

Ilmu Kesehatan Masyarakat

Disusun oleh:

Marina Rizki Saputri

012116444

Pembimbing :

Dr. dr. Joko WW, M.Kes

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNGSEMARANG

2018

HALAMAN PENGESAHAN

i
CASE PRESENTATION

KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA JS DI PUSKESMAS GENUK KOTA


SEMARANG

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Marina Rizki Saputri

012116444

Laporan Kasus yang telah diseminarkan, diterima dan disetujui di depan tim penilai

Puskesmas Genuk Kota Semarang.

Semarang, Januari 2018

Mengetahui

Kepala Puskesmas Genuk Pembimbing

Satida Fargiani, SKM, M.Kes dr. Syiska Maolana

Pembimbing kepaniteraan IKM

Dr. dr. Joko WW, M.Kes

Kepala Bagian IKM FK Unissula

DR. Siti Thomas Z, SKM, MKes

ii
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kasus berjudul Faktor-

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Gizi Buruk Di Puskesmas Genukdengan Pendekatan HL

Blum.Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas-tugas dalam rangka menjalankan

Kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Laporan ini dapat diselesaikan berkat kerjasama tim dan bantuan dari berbagai pihak.

Untuk itu kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. DR. Siti Thomas Z, SKM, M.kesselaku Kepala bagian IKM FK UNISSULA

2. Dr. dr. Joko WW, M.Kesselaku Pembimbing Koass IKMFK UNISSULA

3. Ibu Satida Fargiani, SKM, M.Kes selaku Kepala Puskesmas Genuk

4. dr. Syiska Maolana selaku pembimbing Koass IKM di Puskesmas Genuk,

Semarang.

5. Dokter, Paramedis, beserta Staf Puskesmas Genuk atas bimbingan dan kerjasama

yang telah diberikan.

Kami menyadari sepenunuhnya bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari

sempurna karena keterbatasan waktu dan kemampuan.Karena itu kami sangat berterima kasih

atas kritik dan saran yang bersifat membangun.Akhir kata kami berharap semoga hasil

laporan kasus berjudul Kejadian Gizi Buruk Pada Balita JS Di Puskesmas GenukKota

Semarangini bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, Januari 2018

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................................ii

PRAKATA.......................................................................................................................iii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iv

BAB I 1

PENDAHULUAN.............................................................................................................1

1.1. Latar Belakang.................................................................................................1


1.2. Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3. Tujuan..............................................................................................................3
1.4. Manfaat............................................................................................................3
BAB II 5

ANALISIS SITUASI........................................................................................................5

2.1. Cara dan Waktu Pengamatan............................................................................5


2.2. Hasil Pengamatan.............................................................................................6
2.2.1. Identitas Pasien......................................................................................6
2.2.2. Anamnesis Holistik................................................................................6
2.3. Data Keluarga.................................................................................................15
2.4. Pemeriksaan Fisik...........................................................................................16
2.5. Diagnosis Holistik..........................................................................................20
2.6. Identifikasi Permasalahan Yang Didapat Dalam Keluarga.............................21
2.7. Penyebab Masalah..........................................................................................21
2.8. Usulan Penatalaksanaan Komprehensif..........................................................23
2.9. Intervensi..........................................................................................................1
BAB III PEMBAHASAN..............................................................................................4

3.1. Masalah............................................................................................................4
3.2. Gambaran proses dan Masalah pada kelima aspek...........................................4
3.3. Intervensi.........................................................Error! Bookmark not defined.
BAB IV 9

KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................................................9

4.1. Kesimpulan.......................................................................................................9
4.2. Saran...............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................11

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi,

atau nutrisinya di bawah standar. Gizi buruk pada anak balita adalah suatu

kondisi dimana nilai status gizi berdasarkan BB/TB pada nilai terstandar

(Zscore) <-3,0 sedangkan gizi kurang pada anak balita memiliki nilai status

gizi berdasarkan BB/TB antara <-2,0 s/d -3,0 pada nilai terstandar (Zscore)

(Riset Kesehatan Dasar, 2013).Status gizi dihubungkan dengan keberhasilan

pembangunan suatu bangsa yang ditentukan oleh ketersediaan sumber daya

manusia (SDM) yang berkualitas dimana SDM tersebut memiliki ciri fisik

yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas

(Bappenas, RANPG 2006-2010). Gizi pada lima tahun pertama kehidupan

sangat penting karena pada masa ini perkembangan fisik dan perkembangan

otak paling pesat(Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2016).

Hasil pengukuran status gizi tahun 2016 dengan indeks BB/U pada balita

0-59 bulan, mendapatkan persentase gizi buruk sebesar 3,4%, gizi kurang

sebesar 14,4% dan gizi lebih sebesar 1,5%. Angka tersebut tidak jauh berbeda

dengan hasil 2015, yaitu gizi buruk sebesar 3,9%, gizi kurang sebesar 14,9%

dan gizi lebih sebesar 1,6%.Di kota Semarang permasalahan gizi yang masih

tetap ada dan cenderung bertambah. Pada tahun 2016 ditemukan sebanyak

39kasus gizi buruk di kota Semarang dengan presentase 0,38% (Profil

1
Kesehatan Kota Semarang 2016). Di puskesmas genuk tahun 2017 terdapat 5

balita dibawah garis merah.Kejadian gizi buruk apabila tidak diatasi akan

menyebabkan dampak yang buruk untuk perkembangan dan pertumbuhan

bagi balita. Dampak yang terjadi antara lain kematian dan infeksi kronis,

tumbuh kembang anak tidak optimal sehingga daya pikir anak kurang dan

menjadi Lost Generation. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)

faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap kasus gizi buruk pada balita

adalah kemiskinan, tingkat pengetahuan orang tua, asupan gizi, dan faktor

penyakit bawaan.Sedangkan menurut UNICEF faktor-faktor secara

langsungnya adalah asupan makanan, infeksi penyakit, dan faktor tak

langsung meliputi pola asuh anak, ketersedian pangan, layanan kesehatan/

sanitasi dan sosial ekonomi.

Berdasarkan data rekapitulasi prevalensi dan faktor risko gizi buruk

tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti kejadian gizi buruk di wilayah kerja

Puskesmas Genuk Kota Semarang.

1.2. Rumusan Masalah

“Bagaimana kejadian gizi buruk pada balita JSdi Puskesmas Genuk Kota

Semarang?”

2
1.3. Tujuan

a. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran kejadian Gizi Buruk di puskesmas Genuk


kotaSemarang berdasarkan pendekatan HL. Blum

b. Tujuan Khusus
1) Untuk mengkaji faktor perilaku yang mempengaruhi terjadinya Gizi
Buruk.
2) Untuk mengkaji faktor lingkungan yang mempengaruhi terjadinya
Gizi Buruk
3) Untuk mengkaji faktor pelayanan kesehatan yang mempengaruhi
terjadinya Gizi Buruk
4) Untuk mengkaji faktor genetik yang mempengaruhi terjadinya Gizi
Buruk

1.4. Manfaat

a. Bagi Masyarakat
1) Masyarakat mengetahui mengenai Gizi Buruk
2) Masyarakat mengetahui manfaat perilaku hidup bersih dan sehat
3) Masyarakat mengetahui tentang kesehatan lingkungan
4) Membangun kesadaran masyarakat tentang pencegahan terhadap Gizi
Buruk
b. Bagi Mahasiswa
1) Mahasiswa mengetahui secara langsung permasalahan yang ada di
lapangan.
2) Mahasiswa menjadi terbiasa melaporkan masalah mulai penemuan
masalah sampai pembuatan plan of action.
3) Sebagai media yang menambah wawasan pengetahuan tentang ilmu
kesehatan masyarakat.
4) Sebagai media yang dapat mengembangkan ketrampilan sebagai
dokter.

3
5) Sebagai modal dasar untuk melakukan penelitian bidang ilmu
kesehatan masyarakat pada tataran yang lebih lanjut.

1.

4
BAB II

ANALISIS SITUASI

2.1. Cara dan Waktu Pengamatan

Data pasien diambil dari data kunjungan poliklinik MTBS Puskesmas

Genuk pada 5Januari 2018. Setelah dilakukan pengumpulan data responden,

peneliti melakukan wawancara dengan ibu pasien di Puskesmas Genuk dan

melakukan informed consent kunjungan rumah untuk mencari informasi

mengenai keluhan pasien, pemeriksaan fisik, perilaku dan gaya hidup

pasien, dan melakukan pengamatan lingkungan di sekitar rumah pasien.

Kunjungan pertama dilakukan pada 7 Januari 2018.Pada tanggal 8 Januari

2018, peneliti melakukan kunjungan kembali ke rumah pasien untuk kedua

kalinya untuk melakukan memberi intervensi kepada pasien.

5
2.2. Hasil Pengamatan

2.2.1. Identitas Pasien

Nama : An. JS

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 4 tahun

Berat badan : 10 kg

Tinggi badan : 95 cm

Lingkar lengan : 13 cm

Lingkar kepala : 42 cm

Agama : Islam

Alamat : Genuksari 1/5

Kewarganegaraan : WNI

Cara pembayaran : Umum

Nama Penanggungjawab : Tn. S

2.2.2. Anamnesis Holistik

1) Aspek personal :

Pasien dibawa oleh ibunya ke Posyandu untuk pertama

kalinya saat usia anak 1 bulan didapatkan berat badan 1,8 kg. Ibu

pasien menyadari kelainan yang diderita anak nya karena berat

badan lahir yang rendah sehingga ibu pasien membawa ke

posyandu secara rutin. Namun ibu pasien baru mengetahui bahwa

anaknya gizi buruk saat anak berusia 10 bulan. Pada saat itu BB

anak 5,9 kg dan TB 60 cm, dan termasuk gizi buruk. Dari

6
alloanamnesis dengan ibu pasien saat itu, didapatkan pasien sejak

lahir sering sakit demam, batuk dan pilek dan setiap makan selalu

sedikit karena nafsu makan kurang.

2) Aspek medis umum :

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pada tanggal 5 januari 2018ibu pasien datang ke poli MTBS

Puskesmas Genuk mengeluh anaknya pilek sejak 3 hari yang

lalu.Ibu pasien mengakui anaknya sering demam, batuk, dan pilek.

Ibu pasien mengatakan pasien sering tidak nafsu makan dan tiap

makan hanya sedikit (2-3 sendok).Ibu pasien tidak rutin membawa

anaknya ke posyandu, pasien mengalami peningkatan berat badan

tetapi terkadang juga tetap atau pernah turun dan pada data KMS

tetap dibawah garis merah.

. Riwayat Penyakit Dahulu:

Pasien sering sakit demam, batuk dan pilek dan setiap

makan selalu sedikit karena nafsu makan kurang. Pasien belum

pernah di rawat di RS sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga:

Tidak ada penyakit keluarga yang sakit seperti ini

Riwayat alergi

- Makanan : tidak ada

- Obat : tidak ada

7
Riwayat Sosial Ekonomi:

Rumah tinggal pasien terdiri dari 2 ruang tidur, 1 kamar mandi,

dan 1 dapur.Luas rumah pasien ± 3,5x7meter.Dinding berupa

tembok yang belum di cat, atap rumah langsung genteng, lantai

rumah diplester, dapur tidak memiliki ruangan khusus dan kamar

mandi tidak memiliki pintu tertutup.Didalam rumah pasien tampak

berantakan, sekitar rumah pasien banyak tumbuh rumput dan air

menggenang.Jarak rumah pasien dengan rumah tetangga

cukupjauh.Air untuk minum menggunakan air isi ulang dan masak

dengan air PDAM. Pendapatan keluarga berasal dari bapak pasien

yang berkerja sebagai kuli bangunan dengan pendapat 400000 –

800000/bulan dan ibu pasien adalah ibu rumah tangga.Saat ini

pasien dan keluarga menggunakan biaya umum untuk biaya

berobat, karena belum memiliki BPJS.

Riwayat Kebiasaan:

Pasien saat ini belum dapat berjalan dan masih belajar untuk

duduk, pasien kemana-mana harus digendong.

Riwayat Persalinan dan Postnatal

Pasien merupakan anak kedua.Ibu pasien melakukan

pemeriksaan kehamilan sebanyak 4xselama hamil di

Bidan.Menurut alloanamnesa dari ibu pasien, selama kehamilan

tidak pernah sakit, namun pada awal kehamilan sering mengalami

8
mual dan muntah sehingga nafsu makannya menurun dan mendapat

obat dari bidan. Riwayat perdarahan (-), tekanan darah tinggi (-),

kencing manis (-). kaki bengkak (-). Selama hamil tidak pernah ada

cairan yang merembes dari liang kemaluan.

Anak laki-laki dari ibu G2P1A0, hamil cukup bulan, lahir

normal di bidan Semarang.Bayi langsung menangis saat lahir.

Berat badan lahir 2.300 gram, panjang badan 47cm, lingkar kepala

dan lingar dada saat lahir tidak diingat oleh ibu pasien. Setelah lahir

pasien dibawa pulang kerumah.

Pasien di beri ASI sejak lahir sampai usia 1 tahun, sejak usia 6

bulan diberi makanan pendamping asi. Kemudian setelah usia 1

tahun pasien mengkonsumsi susu formula dan nasi dengan lauk

sayur, tempe, tahu.Pemeliharaan postnatal dilakukan di Posyandu

namun tidak rutin dan hanya berlangsung hingga pasien berusia

10bulan. Pasien tidak mendapatkan imunisasilengkap, hanya

mendapat imunisasi HB0, BCG, Polio 1, DPT1/HB1 dan Polio 2.

Kemudian tidak meneruskan imunisasi karena pasien sering sakit.

Riwayat pertumbuhan dan perkembangan :

Pertumbuhan : Berat badan lahir 2.300 gr, PB: 47, lingkar kepala :-

Berat badan sekarang 10 kg, TB 95cm, lingkar lengan atas 12 cm,

lingkar kepala 43 cm.

Pasien tampak kurus dan kurang aktif.

9
Riwayat Perkembangan (Milestone)

Anak mulai mengangkat kepala usia ±4 bulan. Pasien mulai

tengkurap ±8 bulan. Pasien mulai duduk usia ±12 bulan. Pasien

mulai tumbuh gigi ±12bulan. Pasien saat ini belum bisa berjalan.

Pasien sudah bisa meminta keinginannya, berinteraksi, dan

merespon dengan senyuman atau tertawa namun belum dapat

berbicara.

2) Aspek internal

 Data Individu :

Pasien seorang anak laki-laki berusia 4 tahun, anak kedua dari 2

bersaudara. Berat badan saat lahir 2300 gram dengan panjang

badan 47 cm. Saat ini berat badan pasien 10kg dan panjang

badan 95sentimeter.

 Data Perilaku

o Perilaku Makan

Sehari-hari pasien dan keluarga makan dengan teratur 3 kali

sehari pada pagi, siang dan malam hari.Menu makan pasien

cukup bervariasi setiap kali makan. Pada hari peneliti

melakukan kunjungan, pasien sarapan dengan nasi dan

tempe. Siang hari pasien makan dengan lauk tempe dan sayur

bayam. Pasien juga makan biskuit. Ibu pasien mengatakan

pasien mengkonsumsi susu pediasure sudah 3 botol untuk

hari ini. Ibu pasien memberikan menu kurang bervariasiuntuk

10
pasien sejak pasien mulai makan, seperti bubur tim, nasi ulek

di campur dengan sayur. Selama ini menu makan pasien

seadanya, sama dengan makanan orang dewasa yang ada di

rumah sejak usia 1 tahun. Ibu jarang memberikan makanan

bersantan maupun daging merah.Pasien mau memakan buah-

buahan tetapi ibu jarang membeli buah untuk pasien.

o Jadwal Kegiatan Sehari-hari Pasien

Pasien bangun antara pukul 06.00 – 07.00 WIB.Kemudian

pasien mandi dan sarapan.Pasien belum bersekolah sehingga

sehari-hari pasien bermain di rumah.Menurut ibupasien, anak

termasuk aktif.Pasien jarang tidur siang.Pasien biasa tidur

pukul 21.00 WIB.

o Perilaku Posyandu

Pasien tidak rutin dibawa oleh ibunya ke posyandu untuk

melakukan penimbangan dan pengukuran tinggi badan. Sejak

usia 10bulan kenaikan berat badan pasien minimal dan ibu

mendapatkan edukasi untuk lebih memperhatikan gizi dan

pola makan anak, namun ibu tidak terlalu menghiraukan

karena berpikir anaknya memang sudah kecil saat lahir.

Setelah itu ibu pasien sudah tidak pernah membawa anaknya

ke posyandu lagi.

11
Perilaku Imunisasi

Pasien tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkapkarena

anak sering sakit sehingga tidak rutin dibawa ke posyandu.

3) Aspek Eksternal

 Data Lingkungan

o Ekonomi

Rumah tinggal pasien terdiri dari 2 ruang tidur, 1 kamar

mandi, dan 1 dapur yang bergabung dengan ruang lainnya.

Luas rumah pasien ± 3,5 x 7 meter. Pendapatan keluarga

berasal dari bapak pasien yang berkerja sebagai kuli

bangunan dengan penghasilan 400000 - 800000/bulan dan

ibu pasien merupakan ibu rumah tangga.

a. Keluarga

Sehari-hari pasien di rumah dengan ibu, ayah, dan

kakak. Pasien sering di rumah bersama ibunya karena

ibunya tidak bekerja dan sebagai ibu rumah tangga. Ibu

pasien mengaku pernah memberikan menu khusus

untuk anaknya sejak anak mulai diberikan makanan,

namun sekarang makanan yang dimakan pasien adalah

makanan yang dimakan keluarga. Ibu tidak rutin

membawa anaknya ke posyandu untuk diukur

pertumbuhannya dan mengetahui bahwa penambahan

berat badan anaknya sangat minimal tetapi hal itu tidak

12
membuat ibu menjadi lebih memperhatikan gizi

anaknya karena menurut ibu anaknya kurus karena

memang perawakannya seperti itu. Orang tua pasien

kurang mengetahui mengenai kebutuhan gizi anak dan

dampaknya terhadap pertumbuhan dan perkembangan.

b. Sosial Masyarakat

Keluarga pasien berhubungan baik dengan tetangga

sekitar rumah. Tetangga pasien tidak ada yang

menderita gizi buruk. Rata-rata lingkungan masyarakat

pasien adalah golongan menengah ke bawah.

c. Kebijakan pemerintah

Kebijakan pemerintah berupa BPJS, yang

memperingan pasien untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan, seperti mendapatkan pemeriksaan tumbuh

kembang, imunisasi dan obat secara gratis.

 Data Fasilitas Pelayanan yang Terdekat

o Sarana Pelayanan Kesehatan

Keluarga membawa pasien memeriksakan kesehatannya

berpindah tempat, dibidan, kadang di Puskesmas Genuk.

Terakhir pasien dibawa oleh keluarga memeriksakan

kesehatannya di Puskesmas Genuk.

13
o Akses Pelayanan Kesehatan

Keluarga pasien menaiki sepeda motor untuk mencapai

puskesmas Genuk. Jarak dari rumah hingga puskesmas

Genuk kurang lebih 2 kilometer.

o Program pada Pelayanan Kesehatan

1. Kegiatan posyandu. Ibu pasien tidak rutin mengikuti

posyandu di sekitar rumahnya.

2. Penyuluhan petugas puskesmas di Posyandu. Menurut

ibu pasien ada kegiatan penyuluhan namun ibu tidak

hadir mengikutinya.

3. Penyuluhan petugas puskesmas. Saat datang ke poli

MTBS untuk memeriksakan pasien yang sedang pilek,

didapati gizi pasien termasuk ke dalam gizi buruk (<-

3SD). Petugas puskesmas kemudian menjelaskan

pentingnya gizi bagi petumbuhan dan perkembangan

anak serta dampak bagi anak jika dibiarkan terus

menerus. Petugas juga mengajarkan cara pembuatan

Formula 100 kepada ibu serta memberikan makanan

tambahan dari puskesmas. Namun ibu jarang

mempraktikkan saran dari petugas puskesmas.

4. Imunisasi. Menurut ibu pasien, pasien tidak

mendapatkan imunisasi lengkap karena sering sakit.


4) Aspek derajat fungsional

14
Derajat fungsional skala dua karena pasien masih bisa beraktifitas

sehari-hari di dalam rumah.

2.3. Data Keluarga

Identitas keluarga

Nama KK : Tn. S

Pekerjaan : Kuli bangunan

Nama ibu : Ny. S

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Usia
No Nama Pendidikan Status
(tahun)
1 Tn. S 53 Tamat SMP Suami
2 Ny. S 43 Tamat SMP Istri
3 An. A 11 SD Anak 1
4 An. JS 4 - Anak 2

Genogram An. JS

15
Keterangan :

: Perempuan hidup : Laki – laki hidup

: Pasien : tinggal satu rumah

2.4. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum : Tampak kurus dan cukup aktif

2. Vital sign :

1. Kesadaran : Compos Mentis

2. Tekanan Darah : tidak dilakukan

3. Frekuensi Nadi : 120 x/menit

4. Frekuensi Pernapasan : 30 x/menit

5. Suhu : 36,70C

Status Generalis:

BB : 10 Kg

TB : 95 cm

16
1. BB/U
Simpang baku
umur -3 SD -2 SD -1 SD median +1 SD +2 SD +3 SD
4 tahun 11,2 12,7 14,4 16,3 18,6 21,2 24,2

WAZ = 10 –16,3
1,9
= - 3,31 SD (gizi buruk)
2. PB/U
Simpang baku
umur -3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
4tahun 90,7 94,9 99,1 103,3 107,5 111,7 115,9

HAZ = 95 – 103,3
4,2
= - 1,97SD (normal)
3. BB/PB
Simpang baku
PB -3 SD -2 SD -1 SD median +1 SD +2 SD +3 SD
100cm 12,0 12,9 14,0 15,2 16,5 18,0 19,6

WHZ = 10 – 15,2
1,2
= - 3,91 (sangat kurus)

1. Pemeriksaan Kepala

- Bentuk kepala : normocephal, simetris

17
- Rambut : tipis, berwarna kemerahan

- Nyeri tekan : tidak ada

-Edem/pembengkakan wajah : tidak ada

2. Pemeriksaan Mata

- Palpebra : tidak ada udem

- Konjungtiva : anemis (-/-)

- Sklera : ikterik (-/-)

- Pupil : reflek cahaya (+/+), isokor diameter ± 3 mm

3. Pemeriksaan Telinga : tidak ada discharge pada kedua telinga

4. Pemeriksaan Hidung : nafas cuping hidung (-), secret (+)

5. Pemeriksaan Mulut : bibir tidak sianosis, faring tidak hiperemis

6. Pemeriksaan Leher : kelenjar limfe dalam batas normal, tekanan

vena jugularis tidak meningkat

7. Pemeriksaan thorak

- Pulmo

Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri pada saat

statis dan dinamis, tidak terdapat retraksi diafragma, iga gambang

Palpasi : Fremitus taktil dan vokal simetris kanan dan kiri.

Perkusi : Sonor seluruh lapang paru.

Auskultasi: vesikuler, tidak ada ronkhi, tidak ada wheezing.

- Jantung

Inspeksi: iktus kordis tidak terlihat.

Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS IV linea midklavikula sinistra, kuat

18
angkat, dan tidak terdapat thrill

Perkusi : Batas jantung kanan pada ICS V linea sternalis dextra

batas jantung kiri pada ICS V linea midklavikula sinistra

batas pinggang jantung pada ICS III linea parasternalis sinistra,

proyeksi besar jantung normal.

Auskultasi : Bunyi jantung I dan II normal, tidak terdapat murmur dan

bunyi gallop.

8. Pemeriksaan abdomen

Inspeksi : Tampak datar, simetris

Auskultasi: Bising usus normal.

Palpasi : supel, tidak ada nyeri tekan di epigastrium, Hepar dan lien

tak teraba.

Perkusi : tympani di seluruh lapang abdomen, Undulasi (-), Pekak

beralih (-).

9. Pemeriksaan tungkai bawah

Atas Bawah
Edema -/- -/-
Sianosis -/- -/-
CRT <2dtk/ <2dtk <2dtk/ <2dtk

2.5. Diagnosis Holistik

ASPEK 1 :

Keluhan Utama : pilek, pertumbuhan tidak sesuai dengan z score

Harapan : Sehat, tumbuh kembang sesuai usia

19
Kekhawatiran : Keterlambatan tumbuh kembang
ASPEK 2

Diagnosis kerja: Gizi Buruk - Marasmus

Diagnosis banding: Gizi buruk – kwashiorkor


ASPEK 3 :

Faktor Risiko Internal

Status Gizi Buruk

Daya tahan tubuh kurang

Pola makan dan pemenuhan gizi pasien kurang


ASPEK 4 :

Faktor Risiko Eksternal

Kurangnya pengetahuan orangtua terhadap kebutuhan gizi anak

Pola makan dan pemenuhan gizi pasien kurang


ASPEK 5 :

Derajat fungsional skala dua karena pasien masih bisa beraktifitas sehari-hari

di dalam rumah(sedikit kesulitan).

2.6. Identifikasi Permasalahan Yang Didapat Dalam Keluarga

Diagram HL Blumm

Lingkungan

· Faktor kebersihan lingkungan dan rumah kurang


· Sosial ekonomi kurang

Genetika/Kependudukan Pelayanan Kesehatan


Gizi buruk
 Riwayat BBLR Tidak ada masalah
20
Perilaku
 Tingkat pengetahuan orangtua yang kurang tentang status gizi anak
 Kesadaran mengenai perilaku pemberian gizi seimbang

 Kesadaran mengenai perilaku pemberian makan yang baik


 Sikap ibu yang kurang sabar dalam menyuapi anaknya

2.7. Penyebab Masalah

Penyebab masalah yang teridentifikasi selanjutnya dilakukan prioritas

penyebab masalahnya :

1. Pengetahuan orang tua tentang gizi kurang dan buruk, serta

penanganannya kurang

2. Kesadaran mengenai perilaku pemberian gizi seimbang

3. Sikap ibu yang kurang sabar dalam menyuapi anaknya

4. Kesadaran mengenai kebersihan lingkungan dan rumah yang kurang

5. Faktor genetika pasien terlahir BBLR.

6. Sosial ekonomi yang kurang

21
2.8. Usulan Penatalaksanaan Komprehensif

PLAN OF ACTION
No Masalah Intervensi Tujuan Indikator Sasaran Waktu
Keberhasilan
1. Kurangnya Memberikan edukasi Agar orang tua dapat orang tua paham Orang tua Kunjungan
Pengetahuan tentang gizi buruk, mengetahui penyakit tentang gizi rumah
ibu tentang gizi mulai dari penyebab, gizi buruk dan dapat buruk,dan dapat
buruk dan cara dan pencegahan membuat F100 dirumah membuat F100
penaganannya seeperti melatih serta meningkatkan dirumah
membuat F100 nafsu makan anak
dirumah. menjadi 3-4 x sehari
dan 2x makanan
selingan atau bisa
frekuensi makan lebih
sering tetapi volume
asupan dikurangi
2. Kesadaran Memberikan edukasi Agar orang tua mampu Orang tua dapat Orang tua Kunjungan
mengenai tentang makanan memberikan makan- mmberikan rumah
perilaku dengan gizi seimbang. makanan yang bergizi kebutuhan makanan
pemberian gizi Pemberian contoh kepada anak dan yang bergizi
seimbang menu makanan yang memberikan makanan
bervariasi yang bervariasi agar
nafsu makan anak
bertambah.
3. Sikap ibu yang Memotivasi ibu agar Agar pola makan anak Pola makan anak Orang tua Kunjungan
kurang sabar selalu sabar (telaten) tetap terkontrol terkontrol ke rumah

22
dalam dalam merawat
menyuapi anaknya terutama
anaknya mengatur pola makan

4. Kebersihan Memberikan edukasi Agar orang tua mampu Orang tua mampu Orang tua Kunjungan
rumah dan kepada orangtua menerapkan hidup menerapkan hidup ke rumah
lingkungan untuk selalu bersih dan sehat di bersih dan sehat
yang kurang membersihkan rumah lingkungan rumah agar
setiap hari serta dapat mencegah
menjaga kebersihan timbulnya penyakit
rumah dan
lingkungan,
pemberantasan sarang
nyamuk, membuka
jendela rumah tiap
pagi dan siang hari

Sosial ekonomi Memberikan edukasi Agar lebih mudah Orang tua mampu Orang tua Kunjungan
yang kurang untuk mengikuti untuk mendapatkan membawa keluarga ke rumah
kepesertaan BPJS pelayanan kesehatan yang sakit ke
karena sudah tercover fasilitas kesehatan
oleh asuransi kesehatan dan tidak khawatir
dengan biaya

23
2.9. Intervensi

a Promotif

• Patient centered

- Pemantauan tumbuh kembang secara teratur


• Family oriented

- Memberikan penyuluhan/edukasi tentang Gizi buruk mulai dari

definisi yang benar tentang gizi buruk, penyebab, penatalaksanaan dan

pencegahan yang benar untuk gizi buruk

- Mewujudkan keluarga sadar gizi melalui edukasi

• Community oriented

- Menggalang kerjasama lintas sektor dan kemitraan dengan masyarakat

beserta swasta/dunia usaha dalam memobilisasi sumber daya untuk

penyediaan pangan di tingkat rumah tangga, peningkatan daya beli

keluarga, dan perbaikan pola asuhan gizi keluarga.

- Melanjutkan program atau fungsi posyandu dan meningkatkan

kembali partisipasi masyarakat dan keluarga dalam memantau,

mengenali dan menanggulangi secara dini gangguan pertumbuhan

pada balita.

- Meningkatkan kemampuan dan keterampilan SDM puskesmas beserta

jaringannya dalam tatalaksana gizi buruk dan masalah gizi lain,

manajemen laktasi dan konseling gizi.

- Puskesmas atau pihak terkait dapat meningkatkan kegiatan edukasi

mengenai kebutuhan gizi anak baik melalui penyuluhan ataupun

leaflet.

1
b Preventif

· Patient centered

- Pemberian makanan tambahan kepada pasien

· Family oriented

- Edukasi gizi seimbang dan kebutuhan gizi seimbang

- Edukasi untuk rutin melakukan pengukuran antropomtri di posyandu

- Edukasi berperilaku hidup bersih dan sehat

· Community oriented

- Pengadaan kader untuk memantau tumbuh kembang pada anak yang

berisiko mengalami gizi buruk

- Pengadaan leaflet di posyandu/puskesmas untuk meningkatkan

pengetahuan masyarakat terutama ibu mengenai gizi balita

c Kuratif

· Patient centered

- Menyarankan pasien:

Membawa kembali untuk kontrol secara teratur:

— Bulan I : 1x seminggu

— Bulan II : 1 x /2 minggu

— Bulan III – VI : 1x/bulan

 Family oriented

- Membuat F100 dirumah dan memantau perkembangan anaknya

- Dukungan emosional pada anak gizi kurang.

- Diberi saran untuk membawa kembali untuk kontrol secara teratur.

2
 Community oriented

- Membantu menstimulasi pasien agar mampu berkomunikasi dengan

baik

d Rehabilitatif

• Patient centered

- memberikan stimulasi pada anak agar memperoleh cakupan gizi yang

baik.

- Stimulasi tumbuh kembang pasien

• Family oriented

- dukungan dari keluarga untuk memberikan cakupan gizi yang cukup

kepada anak.

• Community oriented

- pelaksanaan upaya penanganan anak dengan gizi buruk secara terpadu.

- memberikan arahan kepada masyrakat yang memiliki masalah terhadap

gizi buruk terhadap anaknya untuk melaksanakan program penanganan

anak dengan gizi buruk

3
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Masalah

Berdasarkan pemeriksaan didapatkan pasien dengan usia 4 tahundengan

keluhan berupa anaktampak kurus. BB/TB :10kg/95cm dan Z-score menurut

BB/TB antara -3 SD (sangat kurus), TB/U< -1,9 SD (normal) dan BB/U <-3

SD (gizi buruk). Dimana Balita Gizi Buruk adalah anak yang berusia 0-5

tahun yang BB/TB nya ≤- 3 SD. Sehingga pasien termasuk dalam gizi

buruk.

3.2. Gambaran proses dan Masalah pada kelima aspek

ASPEK 1 :

Keluhan Utama : pilek, pertumbuhan tidak sesuai dengan z score

Harapan : Sehat, tumbuh kembang sesuai usia

Kekhawatiran : Keterlambatan tumbuh kembang


Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi tingkat berat pada anak

berdasarkan indeks berat badan menurut umur ≤-3 SD dan atau ditemukan

tanda-tanda klinis marasmus, kwashiorkor dan marasmus-kwarshiorkor.

(Depkes RI, 2009). Infeksi merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi status gizi seorang anak, selain itu status gizi yang kurang

dapat menyebabkan imun menurun sehingga lebih rentan terhadap infeksi.

Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan,

selain itu penyakit juga menghabiskan protein dan kalori yang seharusnya

digunakan untuk pertumbuhan. Penyakit-penyakit yang dapat memperburuk

4
keadaan gizi, yaitu ISPA, diare, tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria

kronis, cacingan (Rusilanti, 2015).


ASPEK 2

Diagnosis kerja: gizi buruk


Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi status gizi antara lain :

1. Tingkat Pendidikan Ibu

Salah satu faktor penting dalam proses tumbuh kembang anak yaitu

pendidikan orang tua. Tingkat pendidikan yang ditempuh ibu balita akan

mempengaruhi penerimaan pesan dan informasi gizi serta kesehatan anak

2. Pendapatan keluarga

Pendapatan keluarga adalah penghasilan orang tua baik bapak maupun

ibu dalam setiap bulan. Pendapatan yang rendah berpengaruh terhadap

asupan makanan yang dikonsumsi karena penghasilannya terbatas.

Semakin besar pendapatan keluarga maka semakin baik status gizi balita

dan sebaliknya (Retno, 2014).

3. Penyakit infeksi

Penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan gizi dan keadaan gizi yang

buruk dapat mempermudah terkena penyakit infeksi, sehingga penyakit

infeksi dengan keadaan gizi merupakan suatu hubungan timbal balik.

Penyakit infeksi dapat disebabkan oleh faktor agent (penyebab infeksi),

host (induk semang), dan route of transmission (jalannya penularan).

Faktor agen penyebab penyakit infeksi antara lain virus, bakteri, jamur,

riketsia, dan protozoa. Berbagai agen infeksi tersebut akan menyebabkan

seseorang mengalami penyakit-penyakit infeksi seperti influenza, cacar,

5
typhus, disentri, malaria, dan penyakit kulit seperti panu. Suatu penyakit

infeksi tergantung dari kekebalan atau resistensi orang yang

bersangkutan. Diare, tuberkulosis, campak, dan batuk rejan merupakan

penyakit yang umum terkait dengan masalah gizi. Kematian awal di

negara berkembang banyak diakibatkan oleh penyakit infeksi (Retno,

2014).

4. Asupan nutrisi

Salah satu penyebab langsung yang mempengaruhi status gizi yaitu

asupan nutrisi yang kurang. Makanan yang dikonsumsi tidak dapat

memenuhi kebutuhan zat-zat gizi dalam tubuh seperti energi dan protein.

Energi dapat diperoleh dari kandungan bahan makanan seperti

karbohidrat, lemak, dan protein. Energi tersebut dapat digunakan untuk

memenuhi kebutuhan energi basal, menunjang proses pertumbuhan serta

untuk menunjang aktivitas sehari-hari. Kekurangan protein dalam tubuh

juga dapat menyebabkan status gizi menurun sampai pada gizi buruk

apabila terjadi dalam jangka lama. Hal ini dikarenakan fungsi protein itu

sendiri sebagai pembangun, pertumbuhan, pemeliharaan jaringan,

mekanisme pertahanan tubuh, dan mengatur metabolisme tubuh. Anak-

anak dari tingkat sosial ekonomi yang rendah, lebih banyak

mengkonsumsi karbohidrat, dan kurang mengkonsumsi protein dan

lemak. Asupan harian anak seperti air, serat, fluoride, kalium, asam

linoleat, dan asupan vitamin D rendah, sedangkan energi harian, besi, dan

asupan asam folat hanya di bawah tingkat yang direkomendasikan.

6
Kemiskinan memiliki efek negatif pada kesehatan anak-anak, untuk itu

diperlukan dukungan nutrisi untuk anak-anak dengan tingkat sosial

ekonomi yang rendah (Retno, 2014).

5. Kebersihan Lingkungan

Kebersihan lingkungan berhubungan dengan ketersediaan air bersih,

kebersihan rumah, kepemilikan jamban, dinding rumah, lantai rumah dan

sebagainya. Semakin baik kebersihan lingkungan semakin kecil resiko

terkena penyakit (Soekirman, 2000)

6. Asupan Makanan

Asupan makanan yang tidak seimbang dapat mempengaruhi status gizi

anak. Hasil penelitian Asrar (2009) menyatakan bahwa ada hubungan

yang bermakna antara asupan energi dengan status gizi balita menurut

BB/U dan TB/U.

Ada yang membagi faktor yang mempengaruhi status gizi menjadi 2

yaitu faktor langsung dan faktor tidak langsung. Penyebab langsung yaitu

makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak.

Penyebab tidak langsung terdiri ketahanan pangan di keluarga, pola

pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan

(Nurlaela, 2013).

ASPEK 3 :

Faktor Risiko Internal

Status Gizi Kurang

7
Daya tahan tubuh kurang

Pola makan dan pemenuhan gizi pasien kurang


Faktor resiko internal tersebut terdiri atas faktor yang dapat dimodifikasi

dengan upaya peningkatan pengetahuan dan kesadaran gizi keluarga pasien.


ASPEK 4 :

Faktor Risiko Eksternal

Kurangnya pengetahuan orangtua terhadapa kebutuhan gizi anak

Pola makan dan pemenuhan gizi pasien kurang


Faktor resiko eskternal mempengaruhi terhadinya faktor risiko internal.
ASPEK 5 :

Derajat fungsional skala dua karena pasien masih bisa beraktifitas sehari-

hari di dalam rumah (sedikit kesulitan).

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Setelah dilakukan selama kunjungan Perkesmas pada pasien An. JSdengan

usia 4 tahun mempunyai BB/TB :10 kg /95 cm dan Z-score menurut BB/TB

<-3SD, sehingga termasuk dalam gizi buruk, maka dapat diambil kesimpulan

8
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Pengetahuan orang tua tentang gizi kurang dan buruk, serta

penanganannya kurang

2. Kesadaran mengenai perilaku pemberian gizi seimbang

3. Sikap ibu yang kurang sabar dalam menyuapi anaknya

4. Kesadaran mengenai kebersihan lingkungan dan rumah yang kurang

5. Faktor genetika pasien terlahir BBLR.

6. Sosial ekonomi yang kurang

9
.

4.2. Saran

1. Untuk keluarga
 Memotivasi keluarga agar makan makanan dengan gizi seimbang
secara teratur.
 Memotivasi keluarga untuk memperbaiki kondisi lingkungan
rumah sehingga tercipta rumah sehat.
 Memotivasi keluarga untuk memperbaiki pola asuh dan pola
makan pasien.
2. Untuk Puskesmas
 Melakukan pencegahan meluasnya kasus dengan lebih
meningkatkan koordinasi lintas program dan lintas sektor.
Memberikan bantuan pangan, pengobatan penyakit, penyediaan air
bersih, memberikan penyuluhan gizi dan kesehatan terutama
peningkatan ASI Eksklusif sejak lahir sampai 6 bulan dan
diberikan Makanan Pendamping ASI setelah usia 6 bulan,
menyusui diteruskan sampai usia 2 tahun.
 Memberikan penanganan rehabilitatif yang sesuai dengan
ketentuan yang sudah ada pada pasien-pasien gizi buruk yang
sudah ada, sehingga jumlahnya semakin berkurang
3. Untuk Unissula
 Bekerjasama dengan puskesmas di sekitar kampus Unissula untuk
lebih meningkatkan kesehatan masyarakat.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Dinkes. 2006. Petunjuk Teknis Tatalaksana anak gizi buruk. Dinkes :


Jakarta
2. Departemen Kesehatan RI. 2009. Buku saku gizi. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
3. Departemen Kesehatan RI. 2014. Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013:
Laporan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
4. Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2015, Profil Kesehatan Kota Semarang
Tahun 2014. Semarang : Dinas Kesehatan Kota Semarang.
5. Depkes.2016. Pemantauan Status Gizi Balita
http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=16032200005
6. Elyana M., Candra A., 2009, Hubungan Frekuensi ISPA dengan Status
Gizi Balita, Dalam : http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=72033&val=1248
7. Ernawati A., 2003, Hubungan Faktor Ekonomi, Higiene, Sanitasi
Lingkungan, Tingkat Konsumsi dan Infeksi dengan Status Gizi Anak Usia
2-5 Tahun di Kabupaten Semarang 2003, Dalam :
http://eprints.undip.ac.id/15214/1/Aeda_Ernawati.pdf .
8. Kementerian Kesehatan, 2014, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013,
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
9. Purwaningrum S., Wardani Y., 2007, Hubungan Antara Asupan Makanan
dan Status Kesadaran Gizi Keluarga dengan Status Gizi Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Sewon I Bantul, Dalam :
http://journal.uad.ac.id/index.php/KesMas/article/viewFile/1054/783
10. Rusilanti, Dahlia M., Yulianti Y., 2015, Gizi dan Kesehatan Anak
Sekolah, PT Remaja Rosdakarya Offset, Bandung.
11. Syahputra H., Sabrian F., Utomo W., 2012, Perbandingan Kejadian ISPA
Pada Keluarga yang Merokok di dalam Rumah dengan Keluarga yang
Tidak Merokok, Dalam :
http://www.academia.edu/8261892/PERBANDINGAN_KEJADIAN_ISP
A_BALITA_PADA_KELUARGA_YANG_MEROKOK_DI_DALAM_R
UMAH_DENGAN_KELUARGA_YANG_TIDAK_MEROKOK
12. Soekirman, 2000, Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan
Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional
13. WHO, 2005, Malnutrition Quantifying The Health Impact at National and
Local Levels.
Dalam
:http://www.who.int/quantifying_ehimpacts/publications/MalnutritionEBD
12.pdf .

11
Lampiran 1 LAMPIRAN DOKUMENTASI

12
13
14

Anda mungkin juga menyukai