Pembimbing :
Oleh :
30101407269
FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
CASE PRESENTATION
IDENTIFIKASI FAKTOR PERILAKU HIDUP SEHAT TERHADAP
KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA TN. S DI PUSKESMAS
NGALIYAN SEMARANG
Pembimbing :
dr. Rahmi
Oleh :
30101206780
FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh :
Nina Oktarina Yustiarini
30101407269
Laporan Kasus yang telah diseminarkan, diterima dan disetujui di depan tim penilai Puskesmas
Ngaliyan Kota Semarang.
Telah Disahkan
Semarang, Juli 2019
Mengetahui,
iii
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kasus mengenai “Identifikasi
Faktor Perilaku Hidup Sehat Terhadap Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 Pada Tn. S Di
Puskesmas Ngaliyan Semarang”.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas-tugas dalam rangka menjalankan Kepaniteraan
Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat. Laporan ini memuat data hasil kunjungan pasien dengan
diabetes melitus pada 31 Juli 2019 di Puskesmas Ngaliyan kemudian di kediaman pasien, serta
tanggal 2 Agustus 2019 di kediaman beliau.
Laporan ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu kami
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Siti Thomas Z, SKM, M.Kes selaku Kepala Bagian IKM FK UNISSULA.
2. Dr. Imam D K., M. Kes, selaku pembimbing case presentation penulis.
3. Devi SKM, M.Kes, selaku Kepala Puskesmas Ngaliyan Semarang.
4. dr. Azmi. selaku pembimbing di Puskesmas Ngaliyan Semarang.
5. Dokter, Paramedis, beserta Staf Puskesmas Ngaliyan atas bimbingan dan kerjasama yang telah
diberikan..
Kami menyadari sepenunhnya bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna
karena keterbatasan waktu dan kemampuan. Karena itu kami sangat berterima kasih atas kritik dan
saran yang bersifat membangun.
Akhir kata kami berharap semoga hasil laporan kasus “Identifikasi Faktor Perilaku Hidup
Sehat Terhadap Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 Pada Tn. S Di Puskesmas Ngaliyan Semarang”
dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
PRAKATA ............................................................................................................. iv
LAMPIRAN .......................................................................................................... 32
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
BAB I
PENDAHULUAN
berbagai hal, namun hiperglikemi paling sering disebabkan oleh diabetes melitus. Pada
diabetes melitus gula menumpuk dalam darah sehingga gagal masuk ke dalam sel.
Kegagalan tersebut terjadi akibat hormon insulin jumlahnya kurang atau cacat fungsi.
Hormon insulin merupakan hormon yang membantu masuknya gula darah (WHO,
2016). Keluhan klasik pada penderita DM adalah poliuria, polidipsia, polifagia dan
penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya (Irianto, 2014). Pada
diabetes melitus (tipe 1) hormon insulin tidak diprosuksi sehingga disebut insulin
oleh resistensi hormon insulin, karena jumlah reseptor insulin pada permukaan sel
berkurang, meskipun jumlah insulin tidak berkurang. Saat ini penelitian epidemiologi
yang menjadi salah satu ancaman kesehatan global, peningkatan tersebut diperkirakan
mencapai 21,3 juta penderita pada tahun 2030. Indonesia merupakan negara yang
penyandang DM di Indonesia dari 9,1 juta pada tahun 2014 menjadi 14,1 juta pada
1
2
tahun 2035. Data Depkes RI (2017) menunjukkan kasus penderita DM di Jawa Tengah
kedua di Profinsi Jawa Tengah sebanyak 19,22% (Profil Kesehatan Jawa Tengah,
2017). Kasus DM meningkat pada tahun 2018 yaitu 20,57% atau 496.181 kasus.
(Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2018). Angka kejadian diabetes melitus di Puskesmas
Ngaliyan kota Semarang cenderung naik turun selama beberapa bulan terakhir ini.
Jumlah kasus diabetes melitus tidak tergantung insulin pada bulan Januari sampai Juni
2019 secara berurutan adalah 110 kasus, 68 kasus, 87 kasus, 96 kasus, 80 kasus, dan
103 kasus. Diabetes melitus menjadi salah satu penyakit tidak menular yang paling
Penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan degeneratif sebagai penyebab
menular mulai meningkat bersama dengan pola hidup pada masyarakat. Salah satu
penyakit tidak menular yang menjadi penyebab utama kematian adalah diabetes
terjadinya DM adalah obesitas, usia dan adanya riwayat keluarga yang menderita DM.
Seseorang dengan indeks massa tubuh > 25 memiliki risiko terjadinya DM lebih
mekanisme kompensasi dari resistensi insulin. Usia > 45 tahun juga memiliki resiko
menderita DM lebih besar. Adanya riwayat keluarga yang menderita DM juga akan
meningkatkan resiko seseorang mengalami DM, yaitu 2 sampai 6 kali lipat daripada
jauh tentang faktor perilaku hidup sehat dengan kejadian DM pada warga di wilayah
Bagaimana hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian kejadian
1.3. Tujuan
pendekatan HL Bloom.
1.4. Manfaat
kejadian DM.
lapangan.
masalah
1.4.1.4. sampai pembuatan plan of action.
kesehatan masyarakat.
1.4.1.6. Sebagai modal dasar untuk melakukan penelitian bidang ilmu kesehatan
yang tipe 2.
diabetes melitus.
4
BAB II
ANALISA SITUASI
terdiagnosis diabetes melitus di Puskesmas Ngaliyan pada 31 Juli 2019. Analisa HL Bloom
terhadap kejadian diabetes melitus tipe 2 diperoleh dari kunjungan rumah pasien di Ngaliyan
RT 05 RW 07, pada tanggal 2 Agustus 2019. Anamnesa dan kunjungan rumah untuk
mengamati kondisi lingkungan, perilaku pasien, dan keluarga pasien. Intervensi pada tanggal 2
Agustus 2019.
Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 65 tahun
Agama : Islam
Kewarganegaraan : WNI
Keluhan Utama Badan terasa lemas dan BAK malam hari >3x.
lain.
5
6
Pada hari Jumat tanggal 31 Juli 2019, pasien datang ke Puskesmas Pembantu
Ngaliyan . Pasien mengeluh badan lemas dan BAK yang lebih dari 3 kali saat malam
hari. Keluhan tersebut disetai dengan rasa haus yang berlebihan sehingga pasien
menjadi lebih sering minum. Pasien merasa sangat terganggu dengan keluhan nya ini.
- Riwayat keluhan yang sama (+) 2 tahun yang lalu, BAK >10x malam hari.
Dari hasil anamnesis terhadap pasien riwayat diabetes melitus pada keluarga tidak
diketahui.
Pasien tinggal bersama istri di rumahnya, dan sebagian anak pasien yang sudah
berumah tangga tinggal berdekatan dengan rumah pasien. Saat ini pasien bekerja
sebagai OB Madrasah dan hanya sesekali jika ada yang minta bantuan membetulkan
Data Rumah
Pasien tinggal di rumah sederhana di daerah Ngaliyan bersama anak, menantu dan
cucu. Luas bangunan ± 120 m2. Rumah tersebut terdiri atas ruang tamu, 2 kamar tidur, 1
- Atap asbes.
tidak diplester).
Di belakang rumah digunakan untuk menjemur pakaian, dan di bagian depan ruamah
pasien terdapat banyak tanaman serta tempat pasien membetulkan elektronik. Keadaan
A. Data Individu
Pasien berusia 65 tahun, pasien tamat sekolah sampai SLTP. Berat badan pasien
61 kg, dan tinggi badan 162 cm dimana BMI = 23,2 kg/m2. Berdasarkan analisa
B. Data Keluarga
C. Data Genetik
Keterangan:
: Pasien
: Wanita hidup
: Laki-laki hidup
D. Data Perilaku
nasi sebagai makanan utama lebih dari 3 kali sehari. Pasien makan dengan lauk seperti
tahu, tempe, ayam dan sayur. Porsi makan pasien tidak terlalu banyak, namun frekuensi
makan pasien lebih dari tiga kali sehari. Di sela-sela makan utama, saat merasa ingin
makan pasien juga suka ngemil jajanan seperti gorengan. Pasien juga terbiasa
mengkonsumsi teh manis sehari dua gelas, karena pasien beranggapan jika tidak minum
teh manis badan nya akan terasa lemas. Frekuensi dan pola makan pasien mengikuti
9
keinginan pasien sendiri. Pasien melakukan aktifitas seperti biasa bila dirumah seperti
untuk sholat, pergi mengaji dan bermain dengan cucunya. Pasien tidak pernah
periksa di Klinik Praktik Dokter Umum pada bulan Mei 2017. Pola makan dan aktivitas
pasien sempat berubah saat mengetahui dirinya menderita DM, karena pasien merasa
takut dengan kadar gula darah pasien yang sangat tinggi. Namun saat ini pola diet dan
aktivitas pasien tidak teratur sesuai dengan aturan untuk penderita DM. Pasien rutin
kontrol setiap bulan ke Puskesmas Ngaliyan . Pasien tidak rutin minum obat, dalam
artian tidak sesuai dosis yang di anjurkan dokter. Pasien juga jarang berolahraga.
dan diabetes melitus kurang, sehingga pengertian pola hidup sehat untuk penderita
Data Lingkungan
a. Ekonomi
semua anak pasien tinggal berdekatan dengan rumah pasien. Untuk mencukupi
kebutuhan sehari-hari, pasien mendapatkan uang dari anak pasien. Pasien tinggal di
cukup untuk biaya hidup untuk makan dan kebutuhan sehari-hari. Pasien berobat
menggunakan Gratis.
10
b. Sosial Masyarakat
Pasien dan keluarga pasien berhubungan baik dengan tetangga sekitar rumah.
Dari hasil di atas didaptkan skor 13 sehingga dapat di kasifikasikan sebagai keluarga yang
Jarak dari rumah hingga Puskesmas Ngaliyan dapat ditempuh dalam waktu
sekitar 15 menit.
2.3.5. Aspek 5:
Derajat Fungsional
Tanda Vital :
b. Nadi
Frekuensi : 80 x/menit
Irama : Reguler
Ekualitas : Ekual
d. Suhu : 36oC
Normal
Status Present
a. Kepala : Mesocephale
c. Kulit : Tidak sianosis, Ikterus (-), Petechie (-), kelembaban cukup, turgor cukup.
d. Mata : Oedema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks
cahaya (+/+), pupil isokor (3 mm/3mm) bulat-di tengah, tidak ada alat bantu
penglihatan.
g. Mulut : Gusi berdarah (-), Bibir kering (-), Bibir sianosis (-)
i. Tenggorok : Uvula di tengah, mukosa faring hiperemis (-), Tonsil T1-T1 tenang.
Pemeriksaan Tambahan
Aspek 1
lebih lanjut.
Aspek 2
Diagnosis banding : -
Aspek 3
c. Kurangnya perhatian terhadap pola makan yang baik untuk penderita DM.
d. Pasien tidak teratur minum obat dengan dosis sesuai anjuran dokter.
Aspek 4
Tidak adanya dukungan dari keluarga untuk mengubah gaya hidup pasien.
Aspek 5
Derajat fungsional : 2 Dapat melakukan aktivitas ringan di dalam maupun di luar rumah
secara mandiri.
mengeluh buang air kecil (BAK) pada malam hari sebanyak > 3x sehingga menganggu
Berdasarkan identifikasi dari faktor risiko internal ditemukan bahwa pasien berusia
65 tahun. Pasien juga kurang memperhatikan pola makan yang baik, yaitu
mengkonsumsi makanan dalam porsi yang tidak terlalu banyak namun frekuensi
makannya yang terlalu sering serta mengkonsumsi minuman manis seperti teh manis 2
gelas sehari. Pasien juga kurang beraktivitas dan pengetahuan tentang penyakit diabetes
2.5.2. Intervensi
1. Promotif
a. Patient Centered
15
- Memberikan edukasi kepada pasien tentang pola makan yang aman dan sehat
berolahraga.
b. Family Focused
faktor resiko, gejala, cara pencegahan, pengobatan dan pola makan yang benar
bisa berperan sebagai pengawas meminum obat dan membantu dalam proses
- Community Oriented
Puskesmas atau pihak terkait dapat melakukan kunjungan rumah pasien atau
2. Preventive
a. Patient Centered
- Mengatur pola makan dan minum sehingga kadar gula dalam darah dapat
terkontrol.
raga ringan jalan santai dan senam kaki bagi penderita DM.
b. Family Focused
16
3. Kuratif
a. Patient Centered
b. Family Focused
4. Rehabilitatif
a. Patient Centered
- Setiap pagi pasien berolahraga rutin jalan santai dengan alas kaki selama 30
b. Family Focused
- Dari hasil di atas didaptkan skor 13 sehingga dapat di kasifikasikan sebagai keluarga
PEMBAHASAN
3.1.1. Perilaku
Penyakit DM yang diderita pasien dikaitkan dengan masukan nutrient, dimana jika
Secara alamiah Tn. S telah mengalami proses menua (Budioro, 2001). Tn. S saat ini
sudah berumur 65 tahun, sedangkan umur lebih dari 45 tahun beresiko tinggi untuk
mengalami diabetes mellitus. Sedangkan menurut (Jelantik, 2014) umur lebih dari 60
tahun berkaitan dengan terjadinya diabetes mellitus karena pada usia tua, fungsi tubuh
secara fisiologis menurun karena terjadi penurunan sekresi atau resistensi insulin
sehingga kemampuan fungsi tubuh terhadap pengendalian glukosa darah yang tinggi
kurang optimal.
DM yang di deritanya. Hal ini dimaksudkan agar penderita mampu mengenali gejala-
gejala yang timbul serta mengetahui komplikasi akibat dari DM itu sendiri. Dalam kasus
ini pasien tidak mengetahui detail mengenai diabetes mellitus, seperti pencegahan, gejala,
cara mengontrol kadar gula darah dan komplikasi yang dapat timbul. Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Perdana dkk (2011) menunjukan bahwa semakin baik tingkat
Selama melakukan pengobatan medikamentosa, pasien tidak rutin minum obat yang
diberikan oleh dokter. Saat pasien merasa tidak ada keluhan yang mengganggu, pasien
hanya meminum obat sesuai kemauan hati pasien. Jadi pasien tidak mengkonsumsi obat
sesuai dengan dosis anjuran dokter. Padahal obat yang diberikan oleh dokter kepada
pasien apabila di minum seusuai anjuran dan dosis yang ditentukan mampu membantu
mengontrol gula darah pasien. Salah satu penentu keberhasilan terapi DM adalah adanya
Pasien berusia 65 tahun dan saat ini bekerja membersihkan Madrasah. Pasien tidak
rutin berolahraga setiap hari. Padahal penderita DM harus rajin berolahraga ringan seperti
jalan kaki jogging setidaknya 30 menit setiap harinya sebagai upaya mengendalikan gula
Selain itu, pasien tidak taat melakukan diet bagi penderita DM. Saat awal
terdiagnosa DM, pasien patuh melakukan diet DM karena merasa ketakutan, namun
sekarang pola makan pasien tidak lagi memenuhi aturan sebagai penderita DM. Menurut
pasien, “mumpung iseh urip, mangan sak sak e, moso yo kabeh ora intuk mba?”. Pasien
juga mempunyai kebiasaan makan 4x sehari dengan nasi, masih sering makan permen, es
krim, dan nasi tidak pernah dikurangi, bahkan sering lebih dari porsi biasanya. Pasien
kacau dalam memproses gula menjadi kembali normal. Diet sehat untuk penderita DM
yaitu 3J meliputi jenis, jumlah dan jadwal makan. Perilaku diet seperti ini terlihat mudah,
akan tetapi banyak penderita DM yang gagal dalam melaksanankan diet. Mengingat hal
ini maka diperlukan dukungan dan pengawasan dari keluarga mengenai diet bagi
3.1.2. Agent
causation), baik jelas nyata maupun tidak jelas, dimana dalam jumlah yang berlebihan
atau sebaliknya dapat menimbulkan proses penyakit. Penyebab penyakit (agent) yang
dapat menimbulkan proses peyakit tidak hanya biologis, namun juga terdapat agent lain,
seperti penyebab kimiawi yang dibentuk dalam tubuh manusia itu sendiri misalnya pada
Faktor keturunan atau genetik memberikan andil sangat besar pada prevalensi
penyakit diabetes melitus tipe II. Diketahui bahwa orang yang memiliki riwayat keluarga
20
menderita DM lebih berisiko daripada orang yang tidak memiliki riwayat DM. Hal ini
selaras dengan penelitian yang menunjukkan terjadinya diabetes melitus tipe II akan
meningkat dua sampai enam kali lipat jika orang tua atau saudara kandung mengalami
penyakit ini (Frankilawati, 2013). Pada kasus DM yang diderita Tn. S, tidak diketahui ada
nya riwayat orang tua atau saudara kandung yang mengalami penyakit yang sama, hal ini
3.1.3. Lingkungan
pengobatan DM. Faktor lingkungan sosial yang berperan dalam kasus ini meliputi
kebiasaan tidak mengkonsumsi obat sesuai anjuran dokter secara teratur. Hal ini
dikarenakan tidak ada dukungan keluarga untuk pasien senantiasa mengubah pola
penelitian Anggina et al (2010) juga menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan erat
dengan kepatuhan terapi adalah dukungan keluarga karena dukungan keluarga merupakan
salah satu dari faktor yang memiliki kontribusi yang cukup berarti dan sebagai faktor
dilakukan oleh pelayanan kesehatan juga dapat menjadi faktor penyebab. Pasien
mengaku bahwa informasi mengenai hal tersebut belum pernah didengar, karena ketika
3.1.4. HL Bloom
Pelayanan Kesehatan
Lingkungan
PHBS
PENGETAHUAN DM
40% TAHU
KURANG TAHU
60%
23
PENGETAHUAN PHBS
TAHU
KURANG TAHU
1. Pengetahuan pasien Edukasi kepada Pasien -Edukasi Pengetahuan Pas 31 juli Dokter Rp
tentang pengertian, pasien tentang mengetahui -Diskusi pasien tentang ien 2019 Muda 2.000,-
tanda, gejala, faktor pengertian, gejala, tentang tanya tanda, gejala dan FK
resiko, cara faktor resiko, cara pengertian, jawab komplikasi UNISS
mengontrol mengontrol dan tanda, gejala, diabetes mellitus ULA
penyakit pasien dan komplikasi faktor resiko, menjadi baik.
komplikasi DM diabetes melitus cara mengontrol
masih kurang serta pemberian dan komplikasi
leaflet. DM.
2. Pasien tidak patuh -Edukasi kepada -Pasien patuh Edukasi Pasien patuh Pas 31 Juli Dokter Rp
meminum obat pasien pentingnya minum obat personal meminum obat ien 2019 Muda 10.000,
sesuai dengan dosis meminum obat sesuai anjuran secara teratur. FK -
anjuran dokter secara teratur dokter. UNISS
dengan dosis sesuai ULA
anjuran dokter. -Pasien memiliki
wadah obat agar
-Edukasi bahwa lebih tertata rapi.
DM memerlukan
pengobatan jangka
panjang dan
kontrol teratur.
-Pemberian wadah
obat kepada pasien.
26
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan kasus ini Tn. S tidak patuh meminum obat sesuai anjuran dan dosis yang
diberikan dokter, jarang melakukan olahraga dan tidak patuh menjaga pola makan, dinilai
Berdasarkan kasus ini penderita telah berusia lebih dari 60 tahun dinilai merupakan faktor
Berdasarkan kasus ini faktor lingkungan berupa tidak adanya dukungan dari keluarga
kepada pasien untuk meminum obat dan olahraga teratur merupakan faktor yang
Dilakukan intervensi kepada Tn. S mengenai penyakit DM berupa metode edukasi dan
praktik langsung.
4.2 Saran
Mengurangi makanan yang tidak aman bagi penderita DM, dalam kasus ini Tn. S
Melakukan screening kesehatan bagi keluarga pasien yang memiliki faktor risiko
menderita DM.
melitus.
.
DAFTAR PUSTAKA
WHO. Definition, Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus and its complication. World
Health Organization Department of Noncommunicable Disease Surveil:lance. Geneva 1999.
Irianto K. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Balai Penerbit Alfabeta, Bandung 2014 : hal 189-195.
American Diabetes Association. Diabetes care. The Journal of Clinical and Applied Research and
Education. 2015:Volume 38, Supplement 1.
International Diabetes Federation, 2015. Definition and Diagnosis of Diabetes Mellitus and
Intermediate Hyperglycemia. Atlas Diabetes.
http://www.who.int/diabetes/publications/Definition%20and
diagnosis%20of%20 diabetes new.pdf.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia , 2012 Diabetes Melitus Masalah Kesehatan Serius,
Jakarta.
http://www.depkes.go.id//index.php?.option=news&task=viearticle&id=2310&Itemid=2
Darmawan, A. 2016. Epidemiologi Penyait Menular dan Penyakit Tidak Menular. Ilmu Kesehatan
Universitas Jambi.
Frankilawati, D. A.M. 2013. Hubungan Antara Pola Makan, Genetik dan Kebiasaan Olahraga
Terhadap Kejadian Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Nusukan,
Surakarta. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Hap , N. 2014. Hubungan Antara Kepatuhan Penggunaan Obat dan Keberhasilan Terapi pada
Pasien Diabetes Melitus Instalasi Rawat Jalandi RS X Surakarta. Fakultas Ilmu Kesehatan.
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
30
31
Jelantik. (2014). Hubungan Faktor Risiko Umur, Jenis Kelamin, Kegemukan Dan Hipertensi
Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe Ii Di Wilayah Kerja Puskesmas Mataram. Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Budioro. 2001. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Badan Penerbit Universitas Diponegoro : Semarang
Gibney. M. J., Margetts, B. M., Kearney. J.M., Arab, L. (2009). Gizi kesehatan masyarakat. EGC:
Jakarta.
Anggina, L, Hamzah, H. 2010. Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga dengan Kepatuhan
Pasien Diabetes Mellitus dalam Melaksanakan Progam Diet di Poli Penyakit Dalam RSUD
eibabat cimahi, Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. November 2010. ISSN : 2086-
3098.
32
LAMPIRAN
Lampiran I
IDENTITAS PASIEN
Umur : 65 Tahun
BB : 78 kg
TB : 170 cm
= 62 x 90%
= 55,8 kg
= 61 kg / (162 m)2
= 61 kg / 2,6244 m2
= 23,2 (normal)
= 55,8 kg X 30 kalori
2. Umur
Umur pasien > 40 tahun = -5% x 1.674 kalori
= - 83,7 kalori
= + 334,8 kalori
Distribusi makanan :
1. Karbohidrat 60% = 60% x1000 = 600 kalori dari karbohidrat yang setara dengan 150 gram
2. Protein 20 % = 20% x 1000 = 200 kalori dari protein yang setara dengan 50 gram protein (200
3. Lemak 20% = 20% x 1000 = 200 kalori dari lemak yang setara dengan 22,2 gram lemak (200
Lampiran II
3 Lembar Roti Gandum 150 kkal Nasi Putih 100 gram 175 kkal Nasi Putih 100 gram 175 kkal
1 telur ayam besar 95 kkal Semur daging 90 kkal Pepes ikan 65 kkal
Sayur lalapan/tomat 100 kkal 2 potong tempe goreng 80 kkal Cah tahu 85 kkal
2 buah Apel 184 kkal Jus Sirsak 40 kkal 4 bauh meri gandum tawar 140 kkal
36
Lampiran III
Lampiran IV
DIET PENDERITA DM
1. Jadwal Makan
2. Jenis Makan
38
Daftar bahan makanan yang dapat digunakan sebagai pengganti nasi (100 gram nasi mengandung
175 kalori)
Daftar bahan makanan yang dapat digunakan sebagai pengganti buah (40 gram buah mengandunng
50 kalori)
3. Jumlah Makan
40
41
Lampiran V
KUISIONER
4. Pola makan yang bagaimanakah yang Anda terapkan sehingga dikatakan pola makan yang baik?
6. Sebagai penderita diabetes mellitus berapakah rata-rata jumlah lemak yang Anda konsumsi?
a.20-25% lemak
b.15% lemak
7. Sebagai penderita diabetes mellitus berapakah jumlah gula yang Anda konsumsi?
8. Berapa porsi dalam sepiring Anda mengkonsumsi nasi untuk tiap kali makan besar?
9. Berapa porsi dalam se piring Anda mengkonsumsi sayur untuk tiap kali makan besar?
10. Selain nasi, makanan apa yang Anda konsumsi untuk memenuhi kebutuhan zat gizi tubuh Anda?
11.Makanan berlemak tinggi yang harus Anda hindari dalam pengaturan pola makan yang baik
12. Berapa selang waktu yang Anda berikan dari makan besar ke makan kecil?
a. 2 jam
b. 3 jam
c. 4 jam
13.Upaya yang Anda lakukan untuk mencegah timbulnya komplikasi diabetes mellitus adalah :
Lampiran VI
45
46
47
Lampiran VII