KAJIAN PUSTAKA
2.1 Meniskus
Sendi lutut terdiri dari struktur meniskus, yang terdiri dari komponen medial dan lateral
yang terletak antara kondilus femur dan tibia plateau. Meniskus adalah suatu jaringan
yang terdiri dari komponen selular khususnya molekul ekstraselular matriks yang memiliki
inervasi dan vaskularisasi secara spesifik (Hauser et al., 2010; Makris et al., 2011).
Meniskus sangat penting sebagai stabilitas sendi, meredam gaya goncangan, berperan
sebagai landasan atau bantalan ketika adanya suatunya impaksi kekuatan femur dan tibia,
memberikan lubrikasi pada sendi, dan sebagai fungsi proprioseptif. Meniskus medial berbentuk C.
Ujung (horn) posteriornya lebih besar daripada ujung (horn) anteriornya. Pada bagian ujung (horn)
anterior dari medial meniskus sebagai tempat perlekatan dari tulang. Sedangkan ujung (horn)
posterior terletak sebelah anterior dari posterior cruciate ligament. Meniskus lateral berbentuk
semisirkular dan membungkus sebagian besar permukaan artikular dari tulang tibia jika
dibandingkan dengan meniskus medial. Ujung (horn) anterior dari meniskus lateral letaknya
berdekatan dengan anterior cruciate ligament. Sedangkan ujung (horn) posterior dikenal sebagai
ligamen meniskofemoral yang disebut juga dengan Humphries and Wrisberg ligament, dimana
menghubungkan bagian ujung (horn) posterior dengan bagian lateral dari kondilus medial femur
(Howell et al., 2014). Hanya sekitar 46 % dari orang - orang yang memiliki kedua ligamen ini, dan
sekitar 100 % dari orang - orang yang memiliki salah satunya (Fox et al., 2012; Makris et al.,
2011).
6
Permukaan meniskus secara nyata dan mikroskopis tampak seperti sesuatu yang lembut.
Meniskus manusia bagian medial dan lateral masing - masing memiliki perbedaan dimensi, yaitu
: panjang meniskus lateral sekitar 32.4 - 35.7 mm dan lebarnya sekitar 26.6 - 29.3 mm, sedangkan
meniskus medial panjangnya sekitar 40.5 - 45.5 mm dan lebarnya sekitar 27 mm. Secara
keseluruhan, meniskus dibagi menjadi dua zona, yaitu red – red zone (kaya akan pembuluh darah
dan saraf) dan white – white zone (daerah avaskular dan aneural). Dan kedua zona tersebut diatas
Vaskularisasi pada meniskus memiliki relevansi yang sangat tinggi. Dari perkembangan
prenatal sampai setelah kelahiran, meniskus mendapatkan vaskularisasi secara penuh. Setelah anak
– anak berumur 10 tahun, vaskularisasi menjadi sekitar 10-30% meniskus, dan maturitas dari
menikus hanya terdiri dari vaskularisasi dan saraf pada daerah perifer (sekitar 10 - 25% dari
meniskus). Pada daerah perifer, meniskus disuplai oleh medial dan lateral arteri geniculate, yang
merupakan cabang dari arteri popliteal, dimana memberikan vaskularisasi utama pada daerah
superior dan inferior dari meniskus. Arteri geniculate merupakan cabang kecil posterior dimana
7
mampu menembus oblique popliteal ligament pada bagian tepi posteromedial dari sendi
tibiofemoral. Capillary network dari meniskus diawali dari pembuluh darah arteri tersebut dan
berakhir di dalam jaringan sinovial dan kapsular dari bagian perifer meniskus. Hanya sekitar 10-
30% bagian perifer dari meniskus bagian medial dan sekitar 10-25% bagian perifer dari meniskus
bagian lateral menerima suplai pembuluh darah secara langsung. Pembuluh darah
endoligamentosus pada ujung (horns) anterior dan posterior berjalan sangat dekat ke dalam
meniskus dan membentuk suatu terminal yang mengakomodasi nutrisi. Dan sisanya (sekitar 65-
75% meniskus) menerima suplai nutrisi dari cairan sinovial melalui proses difusi (Brindle et al.,
Sendi lutut diinervasi oleh cabang posterior articular dari saraf tibia posterior dan
kumpulan cabang dari safar obturator dan femoral. Serat saraf menembus kapsul sendi bersamaan
8
dengan suplai pembuluh darah, dan melayani meniskus. Terdapat tiga bagian komponen
mekanoreseptor yang menginervasi bagian perifer dari meniskus yaitu (Brindle et al., 2001; Fox
et al., 2012):
Penghantaran sinyalnya bersifat lambat dan lebih lambat dalam mengadaptasi suatu perubahan
Penghantaran sinyalnya bersifat lambat dan lebih cepat dalam mengadaptasi suatu rengangan
Penghantaran sinyal terjadi pada saat sendi lutut akan melakukan pergerakan dan berhubungan
Kandungan biokimia dari meniskus mengandung sekitar 72% air dan sisanya sekitar 28%
bahan – bahan organik, terutama ekstraselular matriks dan sel – sel. Secara umum, kolagen
membentuk bahan – bahan organik ini, yang diikuti oleh GAG (glycosaminoglycans) 17%
(chondroitin 6 sulfate, dermatan sulfate, chondroitin sulfate, dan keratin sulfate), DNA
(deoxyribonucleic acid) 2%, adhesion glycoprotein (fibronectin, thrombospondin, dan kolagen VI)
kurang dari 1%, dan elastin kurang dari 1%. Komponen – komponen tersebut proporsinya berbeda
pada setiap manusia, karena bergantung dari umur, trauma, dan keadaan patologis lainnya.
Kolagen merupakan komponen utama dalam kandungan biokimia dari meniskus manusia. Pada
red – red zone, kolagen tipe I merupakan komponen yang utama, komposisinya sekitar 80% dari
9
berat kering, dan sisanya berupa kolagen varian (tipe II, III, IV, VI, dan XVIII sekitar kurang dari
1%). Pada white – white zone, kolagen komposisinya sekitar 70% dari berat kering, dimana 60%
berupa kolagen tipe II dan sekitar 40% kolagen tipe I. Pada red – red zone terdiri dari banyak sel
– sel fibroblas yang akan memproduksi matriks ekstraselular serat kolagen tipe 1. Komponen
selain kolagen dalam meniskus adalah elastin yang sampai saat ini fungsinya dalam meniskus
belum diketahui. Kemudian juga terdapat proteoglikan (aggrecan, biglycan, dan decorin) yang
merupakan molekul glikosilat dalam membentuk ekstraselular matriks meniskus (Fox et al., 2012;
Dewasa ini, karakteristik dari sel – sel meniskus, masih diperdebatkan dan secara literatur
masih menimbulkan banyak kontroversi. Secara umum dikenal dengan berbagai macam istilah
untuk sel – sel meniskus tersebut, seperti dikenal fibrosit, fibroblas, fibrokondrosit, dan kondrosit.
Meskipun berbagai macam istilah yang digunakan, sel meniskus terlihat oval pada zona terluar,
bentuknya fusiform, dan tampak memiliki persamaan dengan penampilan dan perilaku yang sama
dengan fibroblas. Oleh karena itu dikenal dengan istilah fibroblast like cells. Sel ini menunjukkan
perluasan sel yang panjang dengan memfasilitasi hubungan komunikasi dengan sel lainnya dan
matriks ekstraselular. Matrik yang membungkus sel meniskus mengandung kolagen tipe I, dan
sebagian kecil terdiri dari glikoprotein dan kolagen tipe III dan V. Hal ini berbanding terbalik
dengan zona terdalam sel, dimana tampak bulat dan matriks ekstraselularnya mengandung kolagen
tipe II, GAG, dan aggrecan. Untuk itu sel meniskus diklasifikasikan dengan sebutan
fibrochondrocytes atau chondrocyte like cells (Fox et al., 2012; Makris et al., 2011).
10
Gambar 2.3 Zona dan Populasi Sel Meniskus (Makris et al., 2011).
Cedera meniskus dapat terjadi baik trauma maupun non trauma. Cedera meniskus oleh
karena non trauma, biasanya terjadi pada orang usia dewasa pertengahan dan usia tua. Hal ini
disebabkan oleh suatu proses degeneratif seperti osteoarthritis. Sedangkan cedera meniskus oleh
karena trauma, umumnya terjadi pada orang muda dan berhubungan dengan kegiatan olahraga
(sepakbola, basket, ski, dan baseball). Mekanisme injuri dari cedera meniskus karena trauma ini
biasanya berhubungan dengan gerakan lutut yang melakukan gaya twisting, cutting, hiperekstensi,
atau akibat adanya kekuatan yang begitu besar. Cedera meniskus biasanya berhubungan dengan
cedera anterior cruciate ligament (sekitar >80% kasus) (Makris et al., 2011).
Klasifikasi cedera menikus bergantung pada lokasi, ketebalan, stabilitasnya, dan bentuk
robekannya. Berdasarkan lokasinya, robekan meniskus dapat terjadi pada bagian perifer (red – red
zone), bagian transisi (red – white zone), dan bagian dalam (white – white zone). Sedangkan
berdasarkan bentuk robekannya, dapat dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu : vertikal –
(degeneratif). Semua kategori tersebut diatas disertai dengan adanya pemeriksaan pasien melalui
11
anamnesis yang akurat, pemeriksaan fisik yang baik, dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang
yang memadai (MRI), sangat berperan penting dalam menentukan keberhasilan dan efektifitas
Cedera meniskus berdasarkan lokasinya, dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu (Makris et
al., 2011):
Berbagai macam teknik operasi telah digambarkan dan dilaksanakan dalam memperbaiki
cedera meniskus di daerah perifer (vaskular). Meskipun berbagai macam teknik operasi terus
berkembang, namun tetap secara prinsip teknik operasi meniskus menggunakan empat
kategori teknik (inside out, outside in, dan all inside arthroscopic techniques, dan open repair).
Keberhasilan penyembuhan meniskus pada zona ini adalah sangat baik sekitar 69-91%.
Cedera meniskus pada daerah avaskular ini merupakan suatu bagian yang paling luas,
kompleks, dan sering berhubungan dengan prognosis yang buruk jika dilakukan tindakan
12
perbaikan meniskus. Untuk peningkatan proses penyembuhan meniskus pada daerah ini,
menjadi suatu tantangan bagi para klinis dan peneliti. Banyak teknik operasi termasuk banyak
avaskular meniskus ini, namun hasilnya tetap saja tidak memuaskan. Oleh karena itu, para
dokter sering melakukan tindakan menisektomi pada daerah avaskular meniskus ini, namun
Penanganan cedera meniskus secara umum dibagi menjadi dua bagian, yaitu (Brindle et
al., 2001) :
1. Non Operatif
Penanganan non operatif untuk cedera meniskus biasanya untuk cedera meniskus yang bersifat
asimtomatis dan pasien usia tua yang tidak mampu mengubah gaya hidupnya. Semua pasien
seharusnya ditangani dengan RICE (rest, ice compression, elevation, and NSAID). Rehabilitasi
dilakukan pada cedera meniskus untuk mengurangi nyeri, latihan ROM secara penuh, dan latihan
Pada tindakan artroskopi lutut, jika didapatkan adanya robekan meniskus, kemudian tidak
dilakukan tindakan abrasi parameniskus untuk mempercepat proses penyembuhan. Oleh karena
itu ada beberapa hal yang tidak memerlukan tindakan operasi pada cedera meniskus, seperti :
- full thickness vertical atau robekan oblik yang panjangnya kurang dari 5 mm (kondisi
stabil)
13
- robekan karena proses degeneratif khususnya pada kasus osteoartritis yang disertai
- robekan yang bersifat stabil dengan tidak adanya pergeseran ke arah sentral yang lebih
besar dari 3 mm
2. Operatif
Penanganan cedera meniskus dengan tindakan operasi direkomendasikan untuk pasien yang
memiliki keluhan nyeri secara menetap, usia muda dengan aktivitas yang aktif (atlet), ada keluhan
locking knee, dan pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya tanda – tanda dari robekan meniskus.
- Menisektomi total
Prosedur ini dilakukan dengan membuang semua meniskus dan diindikasikan pada
kasus – kasus meniskus yang mengalami proses degeneratif. Hal tersebut tentu saja
Prosedur ini dilakukan dengan membuang sebagian meniskus yang cedera, khususnya
yang mengalami puntiran atau bagian yang tidak stabil (flaps, complex tear,
degenerative dan central/radial tear) dengan menyisakan kontur atau bentuk dari
14
meliputi : open meniscal repair, inside – out arthroscopic repair, outside – in
- Transplantasi meniskus
meniskus. Dengan cara ini mampu mencegah terjadinya perubahan proses degeneratif
pada pasien – pasien paska dilakukan tindakan menisektomi total atau parsial. Indikasi
prosedur ini adalah usia pasien kurang dari 45 tahun, rasa nyeri maupun tidak nyaman
yang berkepanjangan, osteoartritis stadium kurang dari 4 tanpa disertai dengan cedera
adalah umur pasien lebih dari 60 tahun dengan adanya perubahan arsitektur tulang,
Mekanisme penyembuhan meniskus dapat melalui dua bentuk pathway yaitu (de Albornoz
1. Extrinsic Pathway
Terjadi pada daerah lesi meniskus yang mempunyai vaskularisasi dan penyembuhan ini
melibatkan pembuluh darah kapiler yang mensuplai nutrisi untuk sel – sel mesenkimal dalam
2. Intrinsic Pathway
Berdasarkan kemampuan penyembuhan diri sendiri dari fibrokartilago meniskus dan cairan
sinovium. Semakin sentral lokasi dari cedera menikus, maka akan menyebabkan respon
intrinsik sangat rendah untuk sembuh. Pada kasus ini biasanya diperlukan faktor – faktor
15
lainnya yang dapat memberikan respon biologis untuk penyembuhan meniskus serta
Selain hal diatas, faktor - faktor yang diperlukan untuk proses perbaikan meniskus adalah
kemampuan sel – sel dan mediator – mediator inflamasi. Pembentukan pembekuan darah adalah
fase awal dalam menyediakan formasi dalam pembentukan matriks dan merangsang kemotaksis
sebagai elemen selular yang telibat dalam penyembuhan cedera (Rath & Richmond, 2000).
2.2 VEGF
sekitar 20% struktur asam aminonya homolog dengan Platelet Derived Growth Factor (PDGF).
VEGF diproduksi oleh berbagai macam tipe sel dalam suatu proses penyembuhan luka, yaitu sel
endotelial, sel fibrolas, sel otot polos, platelet, neutrofil, dan makrofag. Pada manusia VEGF
berikatan dengan 2 reseptor tyrosinkinase, yaitu reseptor Flt-1 dan KDR pada permukaan sel
endotelial dan pembuluh darah yang sudah matang dalam suatu proses penyembuhan luka serta
akan menginduksi fosforilasi dan memicu migrasi dari sel endotelial dan proses angiogenesis
VEGF akan menginduksi pergerakan membran sel endotelial, proses kemotaksis, dan proliferasi
dari sel endotelial. VEGF merupakan faktor pertumbuhan angiogenik paling kuat, menstimulasi
Salah satu peran dari VEGF yang penting dalam suatu proses penyembuhan luka adalah
16
proses seperti vasodilatasi, degradasi membran sel basal, migrasi sel endotel, dan proliferasi sel
endotel. Kemudian akan terjadi pembentukan pipa – pipa kapiler darah serta diikuti oleh
pembentukan anastomosis pararel dari kapiler dan akhirnya terjadi pembentukan membran sel
VEGF memberikan efeknya pada sel endotelial dengan berikatan dan mengaktifasi
reseptor tirosin kinase yang berada pada permukaan sel. VEGF A mampu berikatan dengan banyak
reseptor termasuk VEGF reseptor 1 (VEGFR-1) dan VEGF reseptor 2 (VEGFR-2). VEGFR-1
17
berikatan dengan ligan VEGF dengan daya tarik yang sangat tinggi, sedangkan VEGFR-2
menunjukkan perlekatan yang kuat dari aktivitas tirosin kinase. VEGFR-2 dipercaya memerankan
peranan yang lebih penting dibandingkan reseptor lainnya dalam mengontrol fungsi sel endotel
dan mengatur proses angiogenesis melalui suatu proses kaskade angiogenesis. Setelah berikatan
dengan VEGF, sisa fosforilasi tirosin pada VEGF akan menyebabkan perangsangan aktivasi dari
protein kinase B, dimana berfungsi untuk menghambat apoptosis, dan akan mengaktivasi mitogen
activated protein kinase (MAPK), yang berfungsi untuk merangsang terjadinya proses proliferasi.
Selain itu, aktivasi dari Src kinase, focal adhesion kinase, dan p38 MAPK akan menyebabkan
Dalam proses suatu penghantaran sinyal VEGF akan terjadi suatu ikatan antara VEGF –
VEGFR, yang akan menyebabkan proses dimerisasi dan autofosforilasi dari VEGFR. Fosforilasi
VEGFR akan menggerakkan aktivasi PI3K dan fosforilasi dari Akt. Bentuk aktif dari Akt. Akan
menghentikan proapoptotic molecules BAD dan caspase – 9, yang kemudian akan menyebabkan
sel-sel menjadi bertahan. Sinyal VEGF juga akan mengaktivasi beberapa kinase yang akan
menyebabkan terjadinya proses migrasi sel, termasuk Src, FAK, dan p38 MAPK. Aktivasi
pathway yang banyak ini akan diikuti oleh fosforilasi VEGFR yang menyebabkan penghantaran
sinyal MAPK (fosforilasi dari MEK/ERK), yang kemudian akan menstimulasi proliferasi sel – sel.
Nama “kolagen”, berasal dari terminologi protein yang membentuk susunan triple helix
dari tiga rantai polipeptida, dan semua jenis dari kolagen membentuk struktur supramolekular pada
matriks ekstraselular walaupun ukuran, fungsi, dan distribusi jaringannya berbeda satu dengan
18
yang lainnya. Sampai saat ini, terdapat 26 jenis kolagen yang berbeda secara genetik (Gao et al.,
2013).
menjadi : fibril forming collagens, fibril associated collagens (FACIT), network forming
collagens, anchoring fibrils, transmembran collagens, basement membran collagens, dan lain lain.
Berbagai tipe kolagen dikarakterisasikan dengan kompleksitas dan perbedaan dari struktur, ada
atau tidaknya domain non helikal, susunan, dan fungsinya. Keluarga terbesar dari kolagen, yang
mencakup 90% dari keseluruhan jenis kolagen adalah fibril forming collagens. Kolagen fibril tipe
I dan V berkontribusi terhadap struktur tulang, sementara kolagen tipe II dan XI berkontribusi
terhadap matriks fibril dari articular cartilage. Stabilitas torisional dan tensile strength berperan
terhadap stabilitas dan integritas dari jaringan ini. Kolagen tipe IV memiliki susunan triple helix
yang lebih fleksibel. Kolagen mikrofibril tipe VI memiliki susunan disulfida dan berkontribusi
terhadap hubungan filamen yang berikatan dengan fibril kolagen lainnya. Fibril Associated
Collagens (FACIT) dengan struktur interrupted triplehelices seperti tipe IX, XII, dan XIV
berhubungan dengan molekul tunggal dengan fibril kolagen berukuran besar dan memaikan peran
dalam regulasi diameter fibril kolagen. Kolagen tipe VIII dan X membentuk susunan heksagonal,
sedangkan tipe XIII dan XVII menyusun membran sel (Gelse et al., 2003; Kruger et al., 2013).
Kolagen merupakan salah satu struktur protein penting pada vertebrata. Unit struktural dari
kolagen adalah tropokolagen, protein yang tipis dan panjang (280 nm) dan dengan lebar 1.5 nm
yang utamanya mengandung kolagen tipe I. Tropokolagen dibentuk dalam sel fibroblas sebagai
Karakteristik kolagen adalah terdapat sedikitnya satu triple helical domain yang terdiri dari rantai
19
Kolagen terdiri dari tiga rantai polipeptida yang sama atau identik yaitu rantai alpha dengan
33% glisin di setiap posisi ketiga, 15% hidroksiprolin dan 15% residu lisin pada posisi X dan Y.
Glisin meningkatkan stabilitas dengan membentuk ikatan hidrogen di antara 3 rantai. Kolagen juga
mengandung 2 asam amino hidroksiprolin dan hidroksilisin yang jarang ditemukan pada protein
pembentukannya di dalam sel mRNA untuk setiap polipeptida rantai alpha. Polipeptida rantai
alpha dipasang pada poliribosom yang terikat pada membran retikulum endoplasmik yang kasar.
Sinyal peptida pada rantai akhir aminoterminal dipotong oleh signal peptidase setelah translokasi
melewati retikulum endoplasmik kasar dan membentuk prokolagen. Kemudian prokolagen akan
keluar menuju matriks ekstraseluler dan propeptida kolagen fibrilar akan membelah dan kolagen
akan dibentuk menjadi fibril dan terjadi cross link antara hidroksiprolin dan lisin residual. Sekitar
setengah dari prolin dan beberapa lisin terhidroksilasi, tepat sebelum rantai memuntir menjadi
triple helix untuk membentuk prokolagen. Enzim yang memediasi memerlukan besi dan vitamin
Matriks ekstraselular dari jaringan konektif terdiri dari susunan yang kompleks yang terdiri
dari berbagai jenis protein yang berbeda yang memiliki integritas struktur dan fungsi fisiologis
yang berbeda. Susunan supramolekular dari elemen fiber, mikrofibril, glikoprotein, dan berbagai
jenis molekul lainnya menentukan karakteristik biofisik. Komposisi dan struktur berbeda beda
antara jaringan konektif yang satu dengan yang lain. Sintesis dari protein struktural dan komponen
glikoprotein yang berbeda, menghasilkan karakteristik jaringan fungsional dan biologis yang unik
20
Walaupun berbagai tipe kolagen mempunyai struktur yang sangat berbeda beda antar satu
dengan yang lainnya, semua anggota dari keluarga kolagen mempunyai sebuah ciri khas: right
handed triple helix yang tersusun dari tiga buah rantai a. Hal ini dapat tersusun dari tiga rantai
yang saling identik (homotrimers), seperti tampak pada kolagen II, III, VII, VIII, X, dan lainnya,
atau dua atau lebih rantai yang berbeda (heterotrimers), seperti yang tampak pada kolagen tipe I,
IV, V, VI, IX, dan XI. Setiap tiga dari rantai a di dalam molekul akan membentuk left handed helix
dengan 18 asam amino setiap putarannya. Ketiga rantai ini, dengan residu yang relatif satu dengan
yang lainnya, menggulung pada bagian sentral ke arah kanan dan membentuk triple helix. Struktur
yang dibutuhkan untuk pembentukan triple helix adalah residu glycine, asam amino yang paling
kecil, pada setiap posisi ketiga dari rantai polipeptida, sehingga membentuk Glycine X-Y, Rantai
a berkumpul pada bagian tengah dengan suatu cara sehingga seluruh residu glycine terposisikan
pada bagian tengah triple helix, dan rantai lainnya menyusun posisi bagian luar. Hal ini
memungkinkan bentuk yang rapat dari molekul ini. Posisi X dan Y sering diisi oleh prolin dan
hidroksiprolin. Tergantung dari tipe kolagen, residu dari proline dan lysine dimodifikasi oleh post
translational enzymatic hydroxylation. Isi dari 4 – hydroxyproline penting untuk formasi dari
ikatan hidrogen intramolekular dan berkontribusi pada stabilitas triple helix. Beberapa dari
hidroksilisin akan dimodifikasi lebih lanjut melalui proses glikosilasi. Panjang dari bagian triple
helix berbeda antar kolagen. Ikatan helix Gly X-Y yang berulang adalah struktur yang
mendominasi fibril forming collagens (I, II, III), dimana pada panjang 300 nm, tersusun atas 1000
asam amino. Pada kolagen tipe lainnya, domain kolagen ini jauh lebih pendek dan mengandung
struktur non triple helix. Oleh karena itu, kolagen tipe VI atau X mengandung triple helix dengan
200-460 asam amino. Walaupun triple helix adalah fitur kunci dari seluruh kolagen dan mewakili
bagian utama dari fibril forming collagen, domain non kolagen juga merupakan komponen
21
struktural yang penting. Oleh karena itu, C – propeptida memiliki peran yang penting dalam
pembentukan triple helix¸dan N – propeptida berperan dalam regulasi diameter fibril primer.
Telopeptida non helical terlibat dalam ikatan kovalen molekul kolagen dan juga ikatan struktur
fibril – array diantara 25-400 nm (Gelse et al., 2003). Pada mikroskop elektron, fibril didefinisikan
sebagai pola banding dengan periodisitas sekitar 70 nm, berdasarkan susunan monomer kolagen
individual. Kolagen tipe I adalah tipe yang paling banyak dan tipe yang paling banyak dipelajari
(Gao et al., 2013). Kolagen tipe I membentuk lebih dari 90% dari struktur organik tulang dan
merupakan kolagen utama dari tendon, kulit, ligamen, kornea dan jaringan konektif intersisial,
dengan pengecualian beberapa jaringan seperti kartilago hialin, otak, dan badan vitreous. Triple
Helix dari kolagen tipe I disusun oleh heterotrimer oleh dua rantai a – 1 yang identik dan satu
rantai a – 2. Fiber triple helix tersusun menjadi suatu komposit yang mengandung kolagen tipe III
(pada kulit dan jaringan retikular) atau kolagen tipe V (pada tulang, tendon, kornea). Pada organ,
khususnya tendon dan fasia, kolagen tipe I berperan dalam tensile stiffness, dan pada tulang
berperan dalam biomekanisnya yang berhubungan dengan load bearing, tensile strength, dan
Fibril forming kolagen tipe II didominasi oleh komponen kartilago hialin. Akan tetapi,
kolagen ini tidak spesifik terbatas pada kartilago, juga terdapat pada badan vitreous, epitelium
kornea, notochord, nucleus pulposus, dan epitelial embrionik. Triple Helix dari kolagen tipe II
22
disusun oleh tiga rantai a – 1 yang membentuk molekul homotrimerik yang berukuran dan
memiliki properti biomekanis yang sama dengan kolagen tipe I. Kolagen fibril pada kartilago
mewakili heterofibril yang mengandung kolagen tipe II, juga tipe XI, dan IX, sehingga membatasi
diameter fibril sekitar 15-50 nm. Dibandingkan dengan kolagen tipe I, rantai kolagen tipe II
menunjukkan jumlah hidroksilisin yang lebih tinggi dan juga residu glucosyl dan galactosyl, yang
memediasi interaksi dengan proteoglikan (komponen dari matriks kartilago hialin). Kolagen tipe
III adalah homotrimer dari tiga rantai a – 1 dan banyak terdapat pada jaringan yang mengandung
kolagen tipe I, kecuali tulang. Kolagen ini merupakan komponen yang penting pada jaringan
retikular pada jaringan intersisial dari paru – paru, hepar, dermis, limpa, dan pembuluh darah.
Molekul homotrimerik ini juga berkontribusi dalam mixed fibril dengan kolagen tipe I dan banyak
Kolagen tipe V dan XI dibentuk oleh heterotrimer dari tiga rantai a yang berbeda,
Kombinasi dari kolagen tipe V dan XI tampak pada berbagai jaringan. Kolagen tipe V membentuk
heterofibril dengan tipe I dan III dan berkontribusi dalam pembentukan matriks tulang organik,
stroma kornea dan matriks intersisial dari otot, hepar, paru – paru, dan plasenta. Kolagen tipe XI
banyak terdapat pada articular cartilage ( Wallace et al., 2010;Gao et al., 2013)
23