MANDIBULAR
Disusun oleh :
Dibimbing Oleh :
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2018
JUDUL : PERAWATAN INVASIF DAN NON-INVASIF KELAINAN
TEMPORAL MANDIBULAR
NURSABRINAH MUTIARASARI
Disetujui oleh :
NIP. 195901241986012002
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….………1
PENDAHULUAN
antara rahang bawah (mandibular) dan rahang atas (maksila). Bagian – bagian dari
TMJ merupakan penonjolan yang berbentuk bulat pada ujung tulang rahang
bawah (kondilus mandibular, daerah yang berongga pada daerah rahang atas
(Fossa glenoid) dan jaringan ikat yang terletak antara komndilus mandibular dan
fossa articular (diskus artikularis). Gerakan rahang yang normal pada aktivitas
pengunyahan tidak hanya ke atas dan ke bawah, tapi juga ke samping. Pergerakan
rahang ini juga didukung oleh aktivitas otot – otot leher dan punggung, serta
berhubungan pula dengan aktivitas otot – otot di sekitar sendi. Kondisi gigi geligi
yang tersusun dengan baik pada lengkung geligi akan menempatkan kedua
kondilus berada pada bagian tengah diskus artikularis. Keadaan ini akan
kehilangan gigi, terutama yang melibatkan gigi belakang dapat merupakan salah
berlanjut pada gangguan sendi rahang yang disebut TMJ disorder. TMJ disorder
disebut juga TMD, sering ditemukan pada praktek dokter gigi sehari – hari. TMD
merupakan istilah yang digunakan untuk mengenali sejumlah masalah klinis yang
meliputi otot – otot mastikasi, TMJ atau keduanya. Istilah ini sama dengan
1
2
sebagai penyebab utama nyeri non dental pada daerah orofasial dan dianggap
konservatif, sehingga prosedur invasif menjadi tidak dituju sebagai terapi inisial.
Proses dalam memilih perawatan dan seberapa agresif perawatan yang akan
TINJAUAN PUSTAKA
Artikulasi TMJ adalah sendi yang mampu melakukan gerakan tipe hinge
fibrosa. Kondilus mandibular membentuk bagian bawah dari sendi tulang dan
tulang temporal (mandibular dan fossa glenoid) (Gambar 2.1 dan 2.2) Bentuk
S dari fossa dan eminensia berkembang saat umur 6 tahun dan terus
melebihi sisi anterior dari fossa, yang disebut eminensia artikularis. TMJ
memiliki ujung yang padat yang di yang menunjukkan kontak gigi. Rotasi
kondilus lebih berperan pada membuka mulut lebih dari translasi. (Greenberg
3
4
Gambar 2.1 Bentuk S dari fossa dan eminensia berkembang saat 6 umur
tahun dab berlangsung sampai decade kedua. Kondilus
mandibular menfungsikan spasium pada fossa untuk
berotasi dan bertranslasi saat pergerakan mandibular.
dan jaringan ikat elastic. Diskus berisi sejumlah sel yang mirip seperti fibrosit
dengan ligamen ke ujung lateral dan medial dari kondilus. Ligamen terdiri dari
kolagen dan jaringan ikat elasti. Ligamen terdiri memberikan fungsi gerakan
rotasi dari diskus pada kondilus selama mulut terbuka dan tertutup. Diskus
memiliki bagian yang paling tipis pada bagian tengahnya untuk membentuk
artikularis
terdiri dari jaringan ikat kolagen, jaringan ikat elastis, lemak, darah, dan limfe,
Kapsul dan ligament diskus lateral bergabung dan merekat pada aspek
sebelah lateral dari kapsul namun tidak mudah dipisahkan darinya dengan
medialis. Diduga akan menjadi lebih tegang salama gerakan protrusive pada
Glick, 2003).
8
penting yaitu arteri fasial dan lingual ke region. Pada level leher kondilus,
arteri maksilaris internal. Kedua arteri ini mensuplai muskulus mastikasi dan
saraf kranial VII, IX, X, dan XI dan nervus servikal 2 dan 3 juga
berkontribusi. Sinaps saraf tepi dengan nuklei pada batang otak yang
saraf aurikulotemporal sensoris mensuplai inervasi TMJ. Saraf ini berasal dari
literatur, namun bukti literatur yang jelas dan meyakinkan sebagai etiologi
utama masih belum ada. Studi penelitian membedakan antara relasi sentrik
dan oklusi sentrik, gangguan pada sisi oklusal yang tidak bekerja, dan
klasifikasi oklusi Angle tidak menunjukkan perbedaan yang kuat antara pasien
Hubungan observasi antara overbite dan TMD telah dilaporkan, namun belum
penutupan rahang yang nyeri dengan otot yang tidak nyeri belum ditemukan.
Atrisi gigi menandakan keausan gigi yang disebabkan oleh bruksisme tidak
berhubungan dengan clicking TMJ atau kekakuan, atau dengan kekakuan otot
kelainan proses dari sistem saraf pusat, nemun penemuan ini dapat juga
nyeri otot. Tantangan yang secara terus menerus dihadapi pada nyeri kronis
12
kronis.
biting)
2. Stress emosional
cervical)
6. Kelemahan sendi
musculoskeletal.
8. Kesehatan umum yang buruk dan kebiasaan hidup yang tidak sehat
tanda lain dari nyeri mandibular dan disfungsi sangat tinggi pada populasi, hanya
usia 20-40 tahun dan lebih banyak pada wanita. Pada studi berbasis komunitas
tinggi terkena TMD, dan wanita usia 40 tahun ke atas, dimana telah terjadi
extracapsular (otot), namun kedua diagnosis ini seringkali tidak tepat dalam
(Tabel 2.1)
14
sesuai dengan gambaran klinis. Tabel 2.2 menjelaskan tentang diagnosis yang
Tabel 2.2 Diagnosis yang berhubungan dengan TMD (Greenberg dan Glick,
2003)
terbatas
3. Pergerakan laterotrusion pada
sisi kontralateralnya terbatas
4. Soft tissue imaging
menunjukkan displaced disk
without reduciion
5. Gambaran klinis : nyeri saat
pembukaan mulut secara tiba-
tiba, riwayat clicking
bersamaan dengan locking,
nyeri saat palpasi sendi
terinfeksi, hiperoklusi
ipsilateran
Synovitis atau Capsulitis 1. Nyeri terlokalisir dan
diperparah saat fungsi,
terutama pada sendi bagian
superior dan posterior
2. Gerakan sendi terbatas karena
nyeri
3. Gambaran MRI menunjukkan
adanya cairan pada sendi
Osteoarthrosis (kondisi degenerative 1. Krepitus
noninflamasi disertai inflamasi 2. Gerakan terbatas menyebabkan
sekunder (syinovitis) pada TMJ) deviasi pada sisi terinfeksi saat
membuka mulut
3. Gambaran radiografi
menunjukkan perubahan
struktur tulang dan
penyempitan ruang sendi
Osteoarthritis (kondisi degenerative 1. Sama seperti osteoarthosis,
disertai inflamasi sekunder (synovitis) ditambah krepitus dan
pada TMJ beberapa bunyi sendi, nyeri
saat fungsi karena inflamasi,
dan sensitive terhadap palpasi
Myofascial pain ( nyeri tumpul dan 1. Nyeri terlokalisasi, biasanya
adanya titik nyeri (trigger point) pada tumpul
otot, tendon, atau fascia yang 2. Nyeri sensitive pada otot atau
menyebabkan nyeri saat palpasi dan fascia tertentu
dapat membentuk pola nyeri khas 3. Reduksi nyeri dapat dilakukan
pada bagian tertentu) dengan injeksi anestesi local
17
Nyeri merupakan karakter utama TMD. Namun, nyeri disini dapat berasal
dari penyakit lain yang tidak terdeteksi yang menyerupai gejala TMD. Nyeri
berdenyut hebat pada bagian temporal, bersamaan dengan nodular arteri temporal
teraba, sakit kepala hebat disertai mual dan muntah, serta pendengaran
individu yang dapat diharapkan untuk mengatur gaya hidup, kognitif, dan
18
pemeriksaan faktor ini dan kesehatan umum pasien perlu diperhatikan. Table di
bawah ini menjelaskan tentang faktor kontribusi penyakit TMD (Greenberg dan
Glick, 2003).
Tabel 2.3 Faktor yang berkontribusi pada penyakit TMD (Greenberg dan Glick,
2003).
Keluhan utama pada pasien dengan TMD adalah nyeri. Nyeri ini
penurunan nyeri. Pasien juga dapat mencatat perilaku atau kondisi yang
merupakan hal yang paling konsisten yang ditemukan pada kasus TMD.
maksimal
saat palpasi
4.
seringkali tidak sadar pada saat tooth clenching. Melaporkan diri sendiri,
pemeriksaan aktivitas rahang saat siang hari dan laporan dari teman tidur
Glick, 2003).
Gejala utama pada TMD adalah nyeri. Nyeri dapat muncul saat
lebar. Penemuan lain adalah adanya nyeri pada saat palpasi TMJ atau otot
lain. Myofascial pain merupakan gejala utama pada TMD, dan dapat
sangat berpengaruh terhadap besar bukaan mulut pada TMD. Nyeri TMD
serta pasien dengan kondisi patologi, tnternal derangement, dan bila terapi
normal dan fungsi rahang normal. Perawatan penyakit TMJ terbagi menjadi dua,
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meredakan gejala, yaitu :
23
1. Diet lunak
2. Gunakan kantong es
sampai 4 minggu) dan pasien dapat dirawat secara konservatif. Nyeri TMJ yang
mengatasi nyeri akut dan kronis. Intervensi farmakologis serupa dilakukan pada
digunakan dalam perawatan penyakit TMJ, meskipun belum terdapat dasar ilmiah
24
yang menyatakan bahwa maloklusi pada gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah
Terdapat dua tipe utama occlusal splint, yaitu tipe permitive dan directive.
Permissive splint dirancang untuk menghilangkan kontak oklusi yang tidak baik
dan mengembalikan fungsi dan harmonisasi otot mastikasi. Fungsi utama splint
ini adalah untuk membedakan oklusi sehingga gigi terganggu dengan penempatan
kondilus yang benar dan untuk mengatur tekanan pada otot. Directive splint
bila terdapat keluhan rasa nyeri. Bila permitive splint berguna untuk
bantuan elevator muscle, directive splint mencegah kontak lengkap pada sendi
dalam oklusal splint. Reposisi anterior directive splint dapat berguna untuk kasus
seperti trauma hebat dengan edema retrodiscal dan nyeri, kronis pada disc
2.6.1.4 Injeksi
Injeksi pada tender muscle, trigger area, dan/atau joint space dengan
larutan anestesi lokal berguna untuk diagnosis dan menyembuhkan gejala. Injeksi
latihan berbagai macam gerakan, dengan dipandu oleh fisioterapis saat latihan.
Hal ini bermanfaat terutama setelah operasi sendi dilakukan (Singh, et al., 2014).
2.6.1.6 Psychotherapy
kesehatan jiwa. Pasien TMD yang telah menjalani beberapa perawatan namun
al., 2014)
2.6.1.7 Ultrasound
Gray et al yang telah disebutkan pada bagian perawatan termal, ultrasound pada
0,25 W/cm2 2 – 1,2 nadi dalam waktu 2 menit merawat pasien 3 kali setiap
minggu selama 4 minggu menghasilkan pasien yang sembuh dari nyeri TMD
secara signifikan pada 3 bulan control bila dibanding dengan grup placebo.
Dibandingkan grup ultrasound dengan perawatan lain pada penelitian ini yang
sejumlah pasien yang mengalami peningkatan klinis diantara grup. (Singh, et al.,
2014)
dengan TMD muscular memiliki aktivitas mioelektrik pada otot elevator rahang
bila disbanding dengan kelompok kontrol, lebih terlihat pada bagian anterior pada
otot temporal. Kruger LR pada tahun 1998 menyebutkan bahwa aplikasi TENS
angsur dari aktivitas mioelektrik pada bagian anterior dari otot ini saat istirahat
mungkin merubah generasi aksi potensial dan, pada akhirnya, amplitude aktivitas
dengan TENS palsu pada 10 pasien untuk perawatan nyeri miofasial dan
menemukan tidak ada manfaat dari penurunan rasa sakit, walau begitu penelitian
dan temannya membandingkan empat pengaturan TEN yang berbeda dengan tidak
adanya control stimulasi pada studi double blind dan menemukan frekuensi yang
signifikan di kelompok yang dirawat dengan TENS pada 100 Hz, stimulasi 250
msec diikuti dengan 100 Hz, 50 msec dibanding dengan kontrol. Walaupun
begitu, perbedaan signifikan dari ambang tekan nyeri tidak ditemukan di beberapa
2.8.1 Arthroscopi
Arthroscopi TMJ telah luas digunakan pada diagnosa dan perawatan dari
sendi yang berhubungan dengan TMD. Prosedur ini memiliki resiko yang rendah
dengan manfaat yang signifikan yang juga menyediakan dukungan diagnostik jika
lakukan dibawah anastesi local atau umum dan biasanya membutuhkan rawat inap
pos- operatif yang pendek. Sediaan arthroscope 1.2 mm yang kecil telah
scope yang lebih luas dengan potensial menyebabkan morbiditas lebih besar.
Tampilan yang terbatas dari spasium sendi bagian bawah dan hasil dari operator
yang dependan dapat menjadi kekurangan dari prosedur ini. Karena mayoritas dari
spasium sendi yang bagian atas, artroskopi TMJ yang dapat mentampilkan
meningkatkan hasil fungsional yang mencapai 90% dari kasus, namun tidak ada
inisial invasif minimal adalah pilihan yang lebih baik, Eminektomi telah banyak
nyeri sendi yang berhubungan dan mendapatkan hasil yang diinginkan namun
sedikit bukti untuk mendukung hasil positif untuk manajemen nyeri TMJ. Bentuk
lain dari bedah terbuka (disc plication, discectomy, dan condylar shave) memiliki
Condylar shave adalah perawatan pilihan untuk merawat hiperplasia kondilus dan
internal.
Disektomi diindikasikan pada kerusakan diskus yang besar yang tidak dapat
diselamatkan. Hal ini adalah pilihan yang baik dari perawatan pasien dengan
clicking resiprokal atau closed lock kronis karena penyakit diskus, namun
memiliki hasil yang lebih buruk saat arthroskopi gagal. Walaupun terdapat
beberapa bahan interposisi telah digunakan dan penggantian yang ideal yang
3.1 Kasus 1
Pritesh B. Ruparelia, Deep S. Shah, Kosha Ruparelia, Shreyansh P. Sutaria, and Deep Pathak
3.1.1. Pendahuluan
Deskripsi pertama dari RA yang dikenalkan oleh Dr. Augustin Jacob Landre-
Beauvais dari Paris pada tahun 1800. B Garrod menamakan penyakitnya rheumatoid
arthritis pada tahun 1858 yang mengganti istilah lama yaitu arthritis deformans dan
rheumatic gout. Dia yang diberi penghargaan dalam pemberian perbedaan yang jelas
antara artritis rheumatoid, osteoarthritis dan gout. Pada tahun 1932 International
Keluhan TMJ muncul pada lebih dari 50% pasien RA.TMJ biasanya menjadi
sendi terakhir yang terlibat dan berhubungan dengan banyak tanda klinis dan gejala
dimana nyeri menjadi masalah yang besar yang nantinya mengarah ke inflamasi,
30
31
pergerakan yang terbatas, bengkak (kekakuan sendi) dan spasme otot. Jika hal tersebut
terjadi pada umur yang masih muda akan menghasilkan gangguan pertumbuhan pada
mandibular, deformitas fasial, dan ankilosis dan pada orang dewasa hal ini dapat beragam
dari kekakuan sendi ringan ke gangguan sendi total dengan deformitas okluso fasial.
Diagnosis dari keterlibatan TMJ pada RA secara khusus berdasar pada sejarah,
temuan fisik, studi radiografik dan tes lab. Maka pendekatan multidisipliner amat
dibutuhkan.
depan kedua telinganya dan tidak nyaman selama membuka mulut sejak 2 bulan yang
lalu. Keluhan yang lain termasuk anoreksia, gelisah, lelah, dan lemah. Empat minggu
kemudian dia merasakan perasaan nyeri yang menusuk – menusuk pada sendi yang
semakin parah saat mengunyah. Secara berangsur – angsur nyeri semakin sering terasa,
membuat pasien sulit membuka mulut dan diikuti dengan suara kliking saat mulut
terbuka pada sisi kanan di depan telinga. Riwayat medis dan bedah lainnya menunjukkan
nyeri yang ringan dan kekakuan sendi pada tangan dan kaki.
sendi interpalangeal pada tangan dan kaki, menyebabkan deformitas leher angsa pada jari
– jari yang merupakan deformitas yang menurunkan fungsi pergelangan tangan dan jari –
32
jari. Pembengkakan terlihat pada sendi interfalangeal pada jari tengah, ketiga dan
keempat pada tangan kiri dan pada aspek lateral pada sendi pergelangan tangan sisi
kanan.
Gambar 3.1 Menunjukkan deformitas sendi dengan kekakuan sendi interfalangeal dari
tangan
Gambar 3.3 Menujukkan nodul pada sendi pergelangan tangan dilihat dari aspek lateral
Gambar 3.3 Menunjukkan adanya nodul pada sendi interfalangeal pada jari ketiga,
tengah dan keempat dari tangan kiri
yang tumpul saat fungsi. Depresi preaurikular sisi kanan dengan deviasi mandibula pada
sisi yang sama (kanan) saan membuka mulut. Pada palpasi bilateral rasa lembek terasa
dan lebih terasa pada sisi sebelah kanan. Krepitasi terdengar di sisi kanan dan kiri TMJ,
Berdasarkan riwayat yang detail dan pemeriksaan klinis yang lengkap pasien
Gout, Osteoarthritis, sindrom Felty, Still’s Disease, Sistemik Lupus Eritematus (SLE) dan
Pemeriksaan panoramik menunjukkan erosi irregular pada sisi kanan dan kiri
kepala kondilus dengan eminensia yang menjadi rata. Pemeriksaan digital TMJ OPG
posterosuperior dari kondilus kanan dan kiri fossa glenoidales. Pada posisi mulut yang
terbuka pada sisi kanan kepala kondilus muncul di bawah eminensia artikularis yang
diduga menjadi sulitnya translasi kondilus. Area scooped out dari erosi pada spek
sendi interfalangeal pada jari – jari dan menyempitnya ruangan sendi terlihat pada sendi
dari tangan.
35
Gambar 3.6 Area Scooped out pada kepala kondilus dan Radiografi pergelangan tangan
ESR yang meningkat ke 65 mm setelah satu jam kemudian, dan jumlah hitung leukosit
9200/cmm pada aliran darah dengan hitungan banding yang normal. Tes RA untu factor
rheumatoid (RF) dengan metode aglutinasi lateks menunjukkan level yang meningkat
73.40 IU/L (Ref value : up to 10 IU/L) dan tes antibodi nuklear (ANA) dengan metode
untuk RA. Level serum asam urat ditemukan normal, 4.9 mg% (Nilai ref adalah 2.4 –
Dengan hasil yang didapat di atas maka diagnosis RA dikonfirmasi. Setelah itu,
pasien dirawat dengan NSAID dan kortikosteroid dan selanjutnya diberikan instruksi oral
dan tertulis untuk terapi panas dan dingin dan anjuran olahraga gerak beberapa kali
36
dengan istirahat. Pasien lalu dating kembali setelah 2 minggu dan melaporkan
penyembuhan dari gejala. Pasien lalu direfer ke rheumatologis untuk mendapat pendapat
3.1.3 Diskusi
inflamasi pada membrane sinovial. Franks pada tahun 1969 melaporkan bahwa
perempuan memiliki kecenderungan 3 kali lebih besar terserang penyakit ini daripada
laki – laki. Abjiheet dan Shirish pada tahun 2010 juga mendapatkan temuan yang sama.
Gynther dan Tronje pada 1998 melaporkan 80% orang – orang dengan RA
menunjukkan tanda dan gejala dari penyakit pada umur 35 dan 45 tahun, penelitian lain
yang dilakukan Voog et al pada tahun 2003 dan Ardic et al pada tahun 2006 juga
melaporkan rata – rata umur dalam kisaran ini namun kami melaporkan pasien pada
Kori dan Stephen pada tahun 2012 melaporkan bahwa pemeriksaan klinis yang
ditemukan beragam dari ketidaknyamanan sendi yang ringan dengan durasi waktu yang
Inflamasi kronis dapat berakhir ke kehilangan kartilago, erosi, dan lemahnya tulang dan
otot, yang menghasilkan deformitas sendi, kerusakan, dan hilang fungsi, yang positif
pada kasus ini dengan tambahan adanya deformitas leher angsa pada jari – jari.
37
sendi (70%) diikuti oleh krepitasi sendi (65%) dan nyeri pad fungsi mandibular (60%)
dan kesulitan membuka mulut yang semuanya positif pada kasus ini. Tanda klinis yang
paling khas pada RA adalah kelembekan yang terasa pada sendi dan krepitasi yang
muncul pada kasus ini. Penyakit memengaruhi secara sistemik pada kulit, pembuluh
darah, mata, pleura, paru – paru, saraf periferal, dan kelenjar endokrin namun tidak ada
keterlibatan sistemik yang mucul pada kasus ini, yang mungkin dapat didiagnosa lebih
awal.
Helenius et al pada tahun 2005 melaporkan bahwa pada RA, beberapa sendi pada
tubuh biasanya terengaruhi, TMJ adalah sendi terakhir yang terlibat. Pada penelitian oleh
Abhijeet dan Shirish pada tahun 2010 yang dilakukan pada pasien RA, durasi rata – rata
dari penyakit secara umum adalah 11.2 tahun sedangkan durasi gejala yang terasa pada
TMJ adalah 1.7 tahun. Penemuan ini mirip dengan penemuan Voog et al. Pada kasus
yang dijelaskan berikut, walaupun TMJ terlibat setelah sendi pergelangan tangan adalah
tidak ada sendi lain dan keterlibatan sistemik yang lain, maka dapat disimpulkan bahwa
kasus kami merupakan kasus yang penyakit pada fase yang lebih awal bila dibandingkan
mendiagnosis RA. Walaupun begitu, kriteria ini terbatas dengan sensitivitas yang lemah
awal dengan berpenyakit RA. Mereka gagal untuk mengidentifikasi individu dengan
Hasil dari kekurangan dan perkembangan ini, ACR and European League Against
Rheumatism (EULAR) memiliki kriteria klasifikasi baru untuk artritis awal yang menilai
keterlibatan sendi, status autoantibodi, dan respon fase akut dan durasi gejala. Pada tahun
2010 mereka memberikan kriteria klasifikasi untuk rheumatoid artritis. Pada skor
minimal 6 dari 10 dibutuhkan untuk menghasilkan RA definitif. Pada kasus kami, skor
erosi kortikal, menurunnya ruangan sendi, deosifikasi, kepala pensil yang tajam atau
deformitas yang mebentuk duri dari kepala kondilus dan kista subkortikal yang positif
Abhijeet dan Shirish pada tahun 2010 melaporkan pada pasien dengan rheumatoid
artritis, penemuan yang predominan adalah erosi kondilus (85%) diikuti sclerosis
39
kondilar yang mirip dengan penelitian Gynther dan Tronje , Goupille et al dan Voog et al.
Sklerosis adalah tanda penyembuhan sendi yang kontras dengan erosi, yang
mendikasikan penyakit tulang aktif. Penemuan ini konsisten dengan kasus kami.
Arnett et al pada tahun 1988 berkata bahwa bukti yang jelas dari erosi yang
kondilus yang terbatas pada radiografi panoramik lateral. Hal ini juga dilaporkan pada
kasus ini.
perubahan akut atau awal sedangkan formasi osteofit dan merata yang mengindikasikan
menunjukkan perubahan adaptif dan degeneratif pada sendi yang menahan beban
termasuk TMJ. Pada TMJ bagian anterosuperior dari kondilus mandibular dan sisi
posterior dan bagian inferior dari eminensia artikularis diasumsikan memiliki beban yang
paling berat. Abhijeet dan Shirish pada tahun 2010 juga melaporkan erosi pada bagian
Franks pada tahun 1969 menyebutkan perubahan biasanya muncul pada margin
anterior dari kondilus secara progresif dan kerusakan menyebabkan kondilus membentuk
deformitas seperti pensil yang tajam. Uotila pada tahun 1964 berpendapat erosi yang
terjadi hanya pada aspek anterior berbentuk seperti “the mouthpiece of the flute”. Namun
40
pada kasus ini, erosi terjadi pada aspek posterosuperior menunjukkan bentuk mouthpiece
3.1.4 Kesimpulan
Terdapat banyak hal yang perlu diperhatikan oleh dokter gigi dalam perawatan
TMJ yang terlibat RA. Walau begitu, tanda dan gejala yang melibatkan TMJ dengan RA
perlu selalu menjadi dugaan. TMJ biasanya berada pada sendi yang terakhir yang terlibat
namun pemeriksaan fungsional dari TMJ biasanya menunjukkan gejala klinis pertama
dan maka dokter gigi dapat membantu pasien untuk diagnosis awal dan manajemen dari
kelainan poliartikular dan multiorgan yang mengiringi tidak terbatas pada area orofasial.
3.2 Kasus 2
3.2.1 Abstrak
mandibular ke dasar tengkorak. Saat hal ini terjadi pada anak-anak, dapat menyebabkan
kerusakan pada proses pertumbuhan dan perkembangan gigi dan rahang anak. Selain itu,
pada beberapa kasus ditemukan pengaruh negative dari lingkungan sosial karena
deformitas wajah yang dapat memperburuk proses pertumbuhan. Jurnal ini menjelaskan
41
tentang pasien anak berusia 9 tahun dengan diagnosis unilateral TMJ Ankylosis
3.2.2 Pendahuluan
pembukaan mulut reduksi sebagian atau imobilitas lengkap pada rahang. Pada beberapa
kasus disertai dengan trauma local (13-100%) atau infeksi sistemik (10-49%), atau
intrakapsuler pada disk condyle complex dengan permukaan temporal articular yang
membatasi gerakan mandibular seperti adhesi fibrosa atau fusi tulang antara kondilus,
disk, fossa glenoidalis dan eminensia. hal ini merupakan kondisi disabilitas yang
dan kebersihan mulut. Hal ini juga dapat menyebabkan terganggunya tumbuh kembang
wajah dan mandibula. Hal ini dapat berbahaya bila mengganggu saluran napas sebab
dapat menghasilkan kecacatan fisik dan psikososial. Ankylosis dapat ditandai dengan
adanya penyatuan permukaan sendi oleh tulang atau jaringan ikat (Shanmugavadivel, G.,
et al., 2016).
Klasifikasi TMJ ankyloses ditentukan berdasarkan sisi (intra atau ekstra articular),
tipe jaringan yeng terlibat (bony, fibre, atau fibro-osseous tissue), dan derajat fusi
42
(complete atau incomplete). Hal ini dapat diklasifikasikan sebagai tipe I apabila terdapat
kondilus dan adhesi pada jaringan ikat. Tipe II, bila terdapat bony fusion, dan tipe III, bila
terdapat ankylotic block, dimana ramus mandibula fusi dengan arkus zigomatikus, dan
sisi medial tetap berkontak. Tipe IV, merupakan true ankylotic block dimana terdapat
perubahan anatomi sebab ramus berfusi dengan basis kranii. Pada kasus ini, terdapat
pasien anak laki-laki berusia 9 tahun dengan diagnosis unilateral TMJ Ankylosis
ketidakmampuan membuka mulut. Sebagai presentasi awal, tinggi anak 129 cm dengan
berat badan 30 kg. Anak dalam kondisi sehat dan tidak ada komplikasi saat proses
kelahiran.
Gambar 3.7 Pasien anak usia 9 tahun (sisi lateral) (Shanmugavadivel, G., et al., 2016).
gigi-geligi Kelas II. Midline mandibula bergeser 8 cm ke kanan dari midline wajah, dan
43
bidang oklusi canted. Profil wajah cembung, bibir tidak kompeten, asimetri fasial dengan
mandibular deviasi ke kanan mendekati sisi kanan wajah. Kelenjar limfe tidak terpalpasi,
dan pembukaan mulut sedikit. Pemeriksaan intraoral, jaringan mukosa normal, karies
pada 53 dan 83, retained 72, crowding anterior RA dan RB, dan unilateral posterior
2. Coronoidectomy
4. Penempatan splint
setelah 3 hari pasca operasi. Pasien selanjutnya diminta untuk berlatih dengan tongue
blade untuk meregangkan otot mulut secara maksimal. Twin block mulai digunakan 3
bulan setelah operasi. Pada saat itu, pembukaan mulut meningkat menjadi 25 mm. Pada
kunjungan berikutnya, oklusi pasien telah stabil dan pembukaan mulut vertical sebesar 26
mm, dengan gerakan lateral sebesar 4 mm dan 6 mm (Shanmugavadivel, G., et al., 2016).
Pembukaan mulut dan ekspresi wajah di evaluasi selama 7 hari, 30 hari, dan 60
hari. Pasien menunjukkan pembukaan mulut yang baik dan penyembuhan luka, dan
3.2.4 Pembahasan
45
Temporomandibular Joint (TMJ) ankyloses merupakan salah satu penyakit TMJ yang
mulut.
wajah. Pada anak-anak, ankylosis terjadi karena fraktur kompresi intrakapsuler atau
artritis pendukung yang disebabkan oleh infeksi pada telinga tengah. Etiologi utama
disebabkan oleh trauma, penyakit sistemik, atau infeksi. Keterbatasan psikologis seperti
menelan, mastikasi, dan bicara merupakan komplikasi dari ankylosis. Secara klinis,
kebersihan mulut.
Ankylosis pada anak-anak biasanya terjadi sebagai fraktur atau kondilus tipe IV.
Ankylosis pada anak-anak dapat menjadi semakin buruk pada perkembangan tulang
wajah sehingga dapat mengganggu proses tumbuh kembang. Pada anak-anak, ankylosis
terjadi karena fraktur kompresi intrakapsuler yang disebabkan oleh suppurative arthritis
Penyebab dan perawatan TMJ ankylosis yang disebabkan oleh trauma atau infeksi
dapat menyebabkan dua hal utama. Pada anak-anak, TMJ ankylosis dapat menyebabkan
retrognasi mandibular yang dapat mengganggu fungsi dan estetis. Sehingga, perawatan
harus segera dilakukan setelah kondisi diketahui dengan tujuan utama untuk
TMJ ankylosis dibedakan menjadi fibrous atau bony dan menurut penelitian
terdahulu, fibrous ankylosis dapat berkembang menjadi bony ankylosis. Etiologi utama
46
TMJ ankylosis adalah trauma, terutama pada fraktur kondylus. Meskipun terdapat
hubungan antara fraktur kondilus dengan TMJ ankylosis, pathogenesis penyakit ini
belum dapat ditentukan secara pasti dan sangat sedikit penelitian yang pernah dilakukan
sebelumnya.
Onset penyakit biasanya terjadi pada anak usia 10 tahun dengan prevalensi laki-laki
seimbang dengan perempuan. Reduksi progresif pada rahang pada pemeriksaan awal dan
keterbatasan dalam membuka mulut sangat jarang ditemukan, sebab pasien masih dapat
membuka mulut pada kasus dengan diagnosis bony ankylosis. Secara umum,
pembentukan bony ankylosis membutuhkan waktu yang lama dari beberapa bulan hingga
perkembangan normal pada wajah sangat penting untuk mendapatkan pembukaan mulut
penyempitan faring, dan gangguan sulit tidur karena adanya obstruksi saluran napas
merupakan beberapa komplikasi yang disebabkan oleh kegagalan dalam mengobati TMJ
ankylosis.
Metode pembedahan yang dapat dilakukan adalah dengan simple gap arthroplasty,
langkah prosedur yang dapat dilakukan untuk merawat pasien dengan diagnosis TMJ
otot temporalis
Pada kasus unilateral TMJ ankylosis, observasi pada sendi lawan ditemukan
normal selama beberapa tahun. Perlu diketahui, pada kasus intermaxillary fixation,
Pada pasien ini, terjadi peningkatan gerakan antero-posterior pada mandibula dan
terjadi peningkatan ukuran sejak dibuang nya jaringan ankylosis. Hasil akhir dinilai
3.2.5 Kesimpulan
TMJ ankylosis tidak hanya merusak kepala kondylus, fossa glenoidalis, atau
PEMBAHASAN
klinis yang meliputi otot – otot mastikasi, TMJ atau keduanya. Diagnosis dan klasifikasi
TMD ditentukan berdasarkan tanda dan gejala. American Academy of Orofacial Pain
hypoplasia, hyperplasia, dysplasia (1st and 2nd branchial arch anomaly), Pierre Robins
dysplasia Acquired Disorder (neoplasia, fraktur). Diagnosis penyakit yang termasuk pada
Diagnosis penyakit yang termasuk Masticatory Muscle Disorder adalah Myofascial pain,
mengembalikan gerakan dan fungsi mandibular semirip mungkin dengan gerakan normal.
Pasien akan mengalami masa penyembuhan untuk mengobati gejala, sehingga mayoritas
pasien dianjurkan untuk diberi perawatan non-invasif sebagai terapi inisial. Intervensi
bedah harus dilakukan apabila pasien mengalami nyeri berkepanjangan dan disfungsi,
serta pasien dengan kondisi patologi, internal derangement, dan bila terapi konservatif
tidak berhasil dilakukan (Greenberg dan Glick, 2003). Perawatan penyakit TMJ terbagi
48
49
menjadi dua, pertama adalah non-surgical therapy yang meliputi teknik relaksasi,
therapy. Biasa disebut juga sebagai perawatan non invasif dan perawatan invasif. (Singh,
et al., 2014).
TMJ adalah struktur kompleks yang secara anatomis dan fungsional dan bersifat
multifaktorial. Karena anatomi dan struktur yang berhubungan kompleks sangat sulit
untuk klinisi untuk menentukan perawatan dan termasuk kepada penyakit yang
perawatan non – invasif ke terapi bedah. Terapi non invasif perlu dilakukan sebelum
temporomandibular disorder dalam makalah ini. Makalah ini membahas 2 kasus tentang
temporomandibular joint disorder yaitu tentang Rheumatoid Arthritis (RA) dan kelainan
synovial, yang mengarah ke kelainan parah dan mortalitas prematur. Seorang pasien
50
perempuan berumur 29 tahun datang dengan keluhan nyeri di depan kedua telinganya dan
tidak nyaman selama membuka mulut sejak 2 bulan yang lalu. Keluhan yang lain
termasuk anoreksia, gelisah, lelah, dan lemah. Empat minggu kemudian dia merasakan
perasaan nyeri yang menusuk – menusuk pada sendi yang semakin parah saat
mengunyah. Secara berangsur – angsur nyeri semakin sering terasa, membuat pasien sulit
membuka mulut dan diikuti dengan suara kliking saat mulut terbuka pada sisi kanan di
preaurikular yang tumpul saat fungsi. Depresi preaurikular sisi kanan dengan deviasi
mandibula pada sisi yang sama (kanan) saan membuka mulut. Pada palpasi bilateral rasa
lembek terasa dan lebih terasa pada sisi sebelah kanan. Krepitasi terdengar di sisi kanan
dan kiri TMJ, lebih sering di sisi kanan saat pembukaan mulut. Dengan pemeriksaan –
pemeriksaan yang lain yang didapat di atas maka diagnosis RA dikonfirmasi. Setelah itu,
pasien dirawat dengan NSAID dan kortikosteroid dan selanjutnya diberikan instruksi oral
dan tertulis untuk terapi panas dan dingin dan anjuran olahraga gerak beberapa kali
dengan istirahat.
merupakan fusi pada kondilus mandibular ke dasar tengkorak. Pasien anak laki-laki
geligi Kelas II. Diagnosis klinis selanjutnya didukung dengan gambaran radiografi oleh
2. Coronoidectomy
4. Penempatan splint
ankilosis untuk mendapatkan pertumbuhan dan perkembangan normal pada wajah sangat
penting untuk mendapatkan pembukaan mulut maksimal dengan gerakan bebas pada
pertumbuhan wajah, serta kemungkinan penyempitan faring, dan gangguan sulit tidur
karena adanya obstruksi saluran napas merupakan beberapa komplikasi yang disebabkan
oleh kegagalan dalam mengobati TMJ ankilosis. Maka dari itu, pilihan perawatan bedah
sangat esensial untuk dilaksanakan. Perawatan non – invasif yang merupakan pilihan
perawatan inisial tidak dipilih karena perawatan non invasif tidak dapat mencegah dan
memperbaiki hal – hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan ankilosis seperti
dampak yang muncul pada pertumbuhan wajah ataupun fungsi saluran pernafasan.
BAB V
KESIMPULAN
bawah (mandibular) dan rahang atas (maksila). Sendi Temporomandibular merupakan struktur
kompleks secara anatomis dan fungsional dan penyakitnya disebabkan oleh multifactorial.
Gerakan rahang yang normal pada aktivitas pengunyahan tidak hanya ke atas dan ke bawah, tapi
juga ke samping. Pergerakan rahang ini juga didukung oleh aktivitas otot – otot leher dan
punggung, serta berhubungan pula dengan aktivitas otot – otot di sekitar sendi.
TMD merupakan istilah yang digunakan untuk mengenali sejumlah masalah klinis yang
meliputi otot – otot mastikasi, TMJ atau keduanya. Diagnosis dan klasifikasi TMD ditentukan
Tujuan perawatan TMD adalah untuk mengontrol nyeri dan untuk mengembalikan
gerakan dan fungsi mandibular semirip mungkin dengan gerakan normal. Perawatan TMD
terbagi menjadi dua, yaitu perawatan invasif dan non invasive. Penelitian lebih lanjut mengenai
TMD perlu dilakukan pada jumlah sampel yang lebih besar. Sehinnga, hasil peneiltian yang
52
DAFTAR PUSTAKA
Greenberg, M.S. dan Glick, M., 2003. Burket’s Oral Medicine Diagnosis and Treatment
Singh, P. P., et al., 2014. Non Invasive Treatment of Temporomandibular Joint Disorder :
Rupella, P. B., et al., 2014. Case Report : Bilateral TMJ Involvment in Rheumatoid
53