Pembimbing
drg. Ika Destina Ulfa, Sp. KG
Bandung, Februari 2018
Pembimbing
Keluhan Utama
Riwayat gejala atau masalah yang diungkapkan pasien dengan kata katanya sendiri.
Riwayat Kesehatan
Evaluasi Diagnostik
Pemeriksaan Pemeriksaan
Pemeriksaan Objektif Special Test
Subjektif Radiograf
Pemeriksaan Intraoral
Jaringan Lunak
Tes Periradikular
Periksa gigi apabila terdapat perubahan
warna, fraktur, abrasi, erosi, karies, restorasi
yang besar, dan abnormalitas yang lain. Tes Vitalitas Pulpa
Pemeriksaan Periodontal
TES PERIRADIKULAR
Abses Apikalis Akut Inflamasi infeksi pulpa ditandai nekrosis - + + + - Lesi radiolusen di apical,
onset cepat, sakit spontan penbalan membrane
Pembentukan PUS, Pembengkakan periodontal
Condensing Osteitis reaksi tulang yang terlokaslisir terhadap lesi radioopak difus
inflamasi tingkat rendah yang biasanya terlihat
pada apex
Diagnosis Pulpa (AAE, 2013)
•Pulpa vital yang terinflamasi secara patologis •Menghilangnya lamina dura di apikal
•Pulpa yang nekrosis tidak memperlihatkan •Gambaran radiolusen pada apeks
perubahan pada stase awal •Radiolusen tampak seperti ‘hanging-drop’
•Proses inflamasi harus menyebar sampai ke
tulang kortikal agar terlihat dalam radiografi
•Penetrasi ke dalam pulpa •Berguna untuk gigi yang terasa •Untuk mengidentifikasi fraktur
dapat mengindikasikan pulpitis sakit, terutama untuk pasien vertikal pada mahkota karena
irreversibel yang memerlukan yang tidak dapat mengisolasi fragmen fraktur tidak dapat
perawatan endodontik dan gigi mana yang terasa sakit mentransmisikan cahaya
menentukan kedalaman karies dengan baik.
KARIES GIGI
Histopatologi Karies Gigi
1. Karies Gigi proses yang dapat terjadi pada seluruh permukaan gigi terutama bila terdapat deposisi plak gigi secara
terus menerus.
2. Plak suatu kelompok mikroorganisme yang aktif secara metabolik yang melekat pada permukaan gigi (Garg, 2013)
Permukaan Halus
Karies Enamel
Terbentuk celah
Hasil massa
pada karies dentin
nekrotik konsistensi
dapat terkelupas
kasar
saat ekskavasi
Zona Keterangan
1. Dentin Normal 1.Zona degenerasi berlemak Serabut Tome’s
2.Terbentuk oleh degenerasi proses odontogenik
3.Memproduksi nyeri tajam pada stimulasi
2. Zona Sklerosis Dentin 1.Intertubular dentin berdemineralisasi
2.Sclerosis dentin (deposisi garam kalsium pada tubuli
dentin)
3.Kerusakan proses zona odontoblast
4.Tidak terdapat bakteri pada zona ini, sehingga zona ini
mampu untuk remineralisasi
3. Zona Dekalsifikasi 1.Demineralisasi lebih jauh dari intertubular dentin yang
mengarah pada dentin yang lebih lunak
4. Zona Bakteri Invasif 1.Pelebaran dan distorsi tubuli dentin yang terisi oleh Gambar 3.Zona Karies
bakteri Dentin
2.Dentin tidak dapat reparasi sendiri
3.Zona ini harus dihilangkan saat preparasi gigi
Z5. Zona Dekomposisi Dentin 1.Zona terluar
karena Asam dan Enzim 2.Terdiri dari dentin terdekomposisi yang terisi oleh
bakteri
3.Harus dihilangkan saat preparasi gigi (Garg, 2013)
Gambaran Klinis
1. Penelitian ketebalan dentin 0.5 mm menurunkan efek toksik pada pulpa sebesar 75%, ketebalan dentin 1 mm
menurunkan efek toksik sebesar 90%, dan sangat sedikit kemungkinan reaksi pulpa bila sisa ketebalan dentin sebesar 2
mm
2. Hal ini dapat membantu dalam menentukan penggunaan base dan liner
Stepwise Excavation
1. Pembuangan karies dapat dilakukan dalam 2 kali pertemuan. Batas antara pertemuan 3 minggu hingga 2 tahun
2. Hanya sebagian dentin lunak dibuang saat kunjungan pertama restorasi lesi
3. Kunjungan kedua restorasi dibuka buang sisa karies lunak
4. Gigi direstorasi permanen
5. Teknik ini berhasil untuk mencegah eksponasi pulpa
6. Dentin menunjukkan warna berbeda saat kunjungan kedua
7. Penurunan jumlah bakteri
Mengapa Dilakukan Stepwise Excavation
1. Kavitas dengan prosedur dua kali kunjungan menunjukkan dentin dengan warna yang lebih gelap, keras, dengan
konsistensi lebih kering
2. Dengan membuang sebagian massa karies dan menutup sisa karies dari bakteri oral dapat menurunkan kadar aktif lesi
karies
3. Penelitian merubah lingkungan kavitas dari aktif ke pasif dapat diiringi dengan formasi tubuli dentin tersier
4. Ekskavasi akhir dilakukan sebab lebih mudah ekskavasi karies yang gelap dan keras dibandingkan dentin kuning lunak
demineralisasi (Praveena, 2015)
`
PULP CAPPING
Definisi
o Tindakan menempatkan dressing secara langsung ke pulpa yang terekspose tanpa menghilangkan jaringan
lunak (Cohen, 2011).
o Tindakan menempatkan dressing langsung ke pulpa yang terekspose (Garg, 2014).
Indikasi
•Gigi permanen → sedikit pulpa yang terekspose → •Gigi permanen → diagnosis pulpa normal tanpa tanda
mekanis/trauma selama preparasi kavitas/ terekspose tanda pulpitis/dengan diagnosa pulpitis reversibel →
karena karies pada gigi → pulpa normal atau pulpitis memiliki karies yang dalam tetapi tidak mengenai
reversibel. (Torabinejad, 2009) pulpa (AAPD, 2014)
•Eksposure mekanis pada gigi vital dan tidak terdapat •Tidak ada riwayat gejala gejala pada pemeriksaan
kelainan pulpa (AAE, 2009) subjektif (AAE, 2012)
•Perdarahan dapat dikontrol pada daerah eksposure •Radiografi →tidak menunjukkan adanya pathosis
(AAE, 2012) periradikular (AAE, 2012)
•Seal yang adekuat (AAE, 2012) •Pasien telah diinformasikan → perawatan endodontik
•Pasien telah diinformasikan → perawatan endodontik mungkin diindikasikan dimasa depan (AAE, 2012)
mungkin diindikasikan dimasa depan (AAE, 2012)
Tujuan
Direct Pulp Capping Indirect Pulp Capping
•Mencegah tanda klinis atau gejala yang merugikan. •Mencegah tanda klinis dan gejala yang merugikan.
•Mengembangkan kontak bahan capping radioopak •Mendapatkan bukti radiografi perkembangan akar.
biokompatibel dengan jaringan pulpa. •Mencegah kerusakan pada jaringan pendukung
•Menjaga respon normal terhadap tes pulpa elektrik dan periradikular.
termal. •Mencegah defek resorptif atau perkembangan
•Mencegah kerusakan → jaringan pendukung kalsifikasi kanal yang dilihat dari evaluasi radiografi
periradikular. (AAE, 2012) periodik. (AAE, 2012)
Prosedur
Direct Pulp Capping Indirect Pulp Capping
•ekspose mekanis yang kecil saat preparasi kavitas → •Dua kali kunjungan → jarak kunjungan 6-8 bulan.
bersihkan kavitas. •Kunjungan pertama →karies dieskavasi→ meninggalkan
•sedikit perdarahan→ kontrol perdarahan. dentin yang terinfeksi yang dekat dengan pulpa.
•Aplikasikan calcium hidroxide / mineral trioxide •Calcium ditempatkan diatas dentin → base.
agregate (MTA) pada permukaan jaringan pulpa •Berikan tambalan sementara.
•Aplikasikan base. •Pada pertemuan kedua→ restorasi dibuka dan karies
•Restorasi final ditempatkan diatas base. residual dihilangkan→ gigi direstorasi permanen
•Status pulpa dan periradikular harus dicek secara •(AAE, 2012)
periodik.(Torabinejad, 2014)
Sterilisasi Pulp Capping
o Teknik:
Setelah kavitas dibersihkan dari karies, kavitas kemudian dibersihkan dan dikeringkan
Gunakan chlorhexidine 2% solution di dasar kavitas dan diamkan selama 60 detik
Kemudian keringkan dengan air spray
Kavitas dapat diaplikasikan CaOH dan base (ZOE)
Follow-Up
•Tes vitalitas, palpasi, perkusi dan radiografi →setelah 3 minggu, 3, 6, dan 12 bulan (Garg, 2014)
Prognosis
Dilakukan pada GIGI SULUNG atau GIGI DEWASA MUDA dengan karies yang luas namun tidak terdapat patologi pada
radikular serta ketika pembuangan karies menyebabkan tereksposnya pulpa.
TUJUAN PULPOTOMI
INDIKASI KONTRAINDIKASI
1. Pulpa vital yang terekspos /pulpitis irreversible pada 1. Gigi sulung yang tidak didukung oleh struktur akar
gigi sulung /setelah pembuangan jaringan karies yang baik, resorpsi internal, perforasi furkasi atau
atau setelah trauma. terdapat patosis periradikular dapat membahayakan
2. Jaringan koronal diamputasi, sisa jaringan radikular gigi permanen yang akan tumbuh
vital tanpa supurasi, purulensi, nekrosis atau
perdarahan yang berlebih yang tidak dapat dikontrol
dengan damp cotton pellet setelah beberapa menit
3. Tidak ada tanda-tanda infeksi dan resorpsi patologis
pada gambaran radiografi
4. Perawatan emergency pada gigi permanen hingga
perawatan saluran akar dapat diselesaikan. Perlu
dilakukan pulpal debridement.
5. Prosedur interim pada gigi permanen dengan
pembentukan akar yang belum lengkap untuk
melanjutkan perkembangan akarnya (apexogenesis).
CALCIUM HYDROXIDE PULPOTOMY
PULPOTOMI PARSIAL
1. Membuang jaringan pulpa koronal sampai sebatas jaringan pulpa yang sehat.
2. Kalsium hidroksida material of choice untuk gigi dewasa muda untuk merangsang
pembentukan dentine bridge pada gigi dengan karies pulpa yang terekspos.
TEKNIK
Follow-Up
Radiografi sangat penting untuk menilai tanda-tanda adanya periodontitis apikal dan memastikan kelanjutan pembentukan akar
Prognosis
Prognosis 75% -> lebih buruk daripada parsial pulpotomy.
Karena ketidakmampuan untuk mengevaluasi status pulpa setelah full pulpotomy -> beberapa ahli telah merekomendasikan
pulpektomi secara rutin setelah akar terbentuk sepenuhnya dengan tingkat keberhasilan dalam kisaran 95%, Cohen, 2011)
PULPEKTOMI
PULPEKTOMI
INDIKASI KONTRAINDIKASI
1. Gigi dengan infeksi yang melewati ruang kamar 1. Keterlibatan periapikal atau mobilitas ekstensif
pulpa, baik pada gigi vital, nekrosis sebagian maupun 2. Resorbsi akar ekstensif atau > 1/2 akar
gigi sudah nonvital. 3. Resorbsi internal meluas menyebabkan perforasi
2. Saluran akar dapat dimasuki instrument. bifurkasi
3. Jaringan periapeks dalam gambaran radiografis 4. Pasien tidak kooperatif
kurang dari sepertiga apikal.
4. Pendarahan berlebihan pada pemotongan pulpa
(pulpotomi) tidak berhasil
5. Sakit spontan tanpa stimulasi
6. Keterlibatan tulang interradikular tanpa kehilangan
tulang penyangga
7. Tanda-tanda/gejala terus menerus setelah
perawatan pulpotomi
PULPEKTOMI VITAL
MUMIFIKASI
Triad endodontik :
Preparasi biomekanik
Kontrol mikroba
Obturasi
Akses yang memadai adalah kunci untuk mencapai keberhasilan endodontik (AAE, 2010)
Konsep dasar
Menghilangkan jaringan pulpa seluruhnya dari kompleks pulpa -> berawal dari bagian oklusal pada tanduk pulpa dan berakhir
pada foramen apikal. Proses pembersihan dan pembentukan kompleks dapat dibagi menjadi empat tahap yaitu analisis pra-
akses, penghilangan atap kamar pulpa, identifikasi ruang pulpa dan orifis lubang saluran akar, serta instrumen saluran akar (AAE,
2010)
Analisis Pra-Akses Teknik Akses Lokasi Orifis Instrumen
Kamar pulpa: Menghilangkan seluruh defek “Law of Symmetri 1” Bur bundar karbida #2,
“Law of Centrality” restorasi dan karies cegah #4, #6
Kecuali pada M RA, orifis
kamar pulpa berada di kontaminasi bakteri saat menghilangkan karies
memiliki jarak yang sama
tengah gigi pada perawatan dan membuat bentuk
dengan garis yang ditarik
tingkat CEJ (AAE, 2010) outline eksternal akhir,
dalam arah mesiodistal
serta penetrasi
melalui kamar pulpa
melewati atap kamar
pulpa untuk
menghilangkan
atapnya
“Law of Concentricity”
dinding kamar (Cohen, S., & Hargreaves, K.,
pulpa konsentris 2006)
terhadap outline
eksternal gigi pada
tingkat CEJ (Cohen, S., &
Hargreaves, K., 2006)
(AAE, 2010)
Angulasi gigi: radiografi (AAE, Memilih bur yang tepat “Law of Symmetri 2” Bur fissure karbida atau
2010) fissure/tapered diamond dengan
Kecuali pada M RA, orifis
Untuk menghilangkan restorasi rounded cutting end
terletak pada garis lurus yang
juga pertimbangkan (contoh: kegunaan sama dengan
tegak lurus dengan garis
untuk menghilangkan restorasi bur bundar.
mesiodistal tadi
logam) Keuntungannya: dapat
(AAE, 2010) juga digunakan untuk
memperlebar dinding
aksial pada preparasi
akses kavitas
I1 : outline form C: Akses kavitas Insisif sentral dan dan Bentuk akses opening
akses berbentuk berbentuk oval lateral mandibula memiliki kaninus RB sama dengan
segitiga membulat dengan diameter sistem akses kavitas dan kaninus RA kecuali:
dengan dasar labiopalatal. saluran akar yang sama.
menghadap incisal. Bentuk akses kavitas insisif •Bentuk lebih kecil
Lebar dasar mandibula memiliki
tergantung pada perbedaan dengan insisif •Outline saluran akar lebih
jarak antara tanduk (Garg, N., & Garg, A., 2011) maxilla di hal berikut: sempit secara mesiodistal
pulpa mesial dan
•Bentuk lebih kecil •Pada umumnya terdapat 2
distal.
saluran
I2 : outline form akses
•Berbentuk oval panjang
mirip dengan I1 hanya
dengan dimensi lebih besar C: outline form hampir
ukurannya lebih kecil. incisive, namun caninus
Jika tanduk pulpa ke arah insisogingival tidak memiliki tanduk
terlihat, bentuk outline pulpa. Akses kavitas
form segitiga I1 : outline form akses berbentuk oval dengan
membulat, namun jika berbentuk segitiga diameter labiopalatal
tanduk pulpa tidak membulat dengan (Garg, N., &Garg, A.,
terlihat, outline form dasar menghadap 2011)
berbentuk oval incisal. Lebar dasar
tergantung pada jarak
(Garg, N., & Garg, A., 2011) antara tanduk pulpa
mesial dan distal.
I2 : outline form akses
mirip dengan I1 hanya
ukurannya lebih kecil.
Jika tanduk pulpa
terlihat, bentuk outline
form segitiga
membulat, namun jika
tanduk pulpa tidak
terlihat, outline form
berbentuk oval
P1: outline form ovoid, dengan batas tidak Bentuk: ovoid dalam dimensi buccolingual dan
boleh melebihi setengah dari lereng lingual diposisikan dari bukal menuju central groove
cusp bukal, dan setengah lereng buccal cups P1: penetrasi di tengah garis inklinasi lingual cusp
lingual. bukal
P2: outline form sama dengan P1, P2: penetrasi di central groove, Kamar pulpa
perbedaan bergantung dari struktur lebih lebar secara bukolingual. Kanal oval. Open
anatomis dari ruang pulpa akses berbentuk ovoid yang lebih lebar ke
mesiodistal.
(Garg, N., & Garg, A., 2011)
(Garg, N., & Garg, A., 2011)
M2
Teknik dasar sama dengan M1 dengan perbedaan:
1. ketiga akar biasanya lebih berdekatan bahkan
dapat berfusi menjadi 1 akar
2. jarang ditemukan MB2
3. Ketiga saluran membentuk segitiga membulat
dengan dasar bukal
4. Orifis mesiobukal berada lebih ke mesial dan
bukal dr M1
(Garg, N., &Garg, A., 2011)
1. Evaluasi Gigi
2. Buat Straight line access
3. Overlying dentin dibuang
4. Pembentukan saluran akar à mempengaruhi cleaning
5. Bentuk permukaan halus, tapered ke ujung akar untuk memperoleh obturasi yg baik
6. Setelah obturasi à penutup lengkap s/d ruang pulpa untuk cegah kebocoran mikro
7. Restorasi Permanen à mempertahankan bentuk, fungsi, estetika
8. Recall pasienà evaluasi keberhasilan perawatan (Garg, 2014)
Gambar 1. Pembuangan dentin Gambar 2. cleaning and shaping
untuk membentuk straight line menghasilkan irigasi dan obturasi
access (Garg, 2014) yang baik (Garg, 2014)
Prinsip Dasar Preparasi Saluran Akar Teknik Standar Preparasi Saluran Akar
Straight line access terhadap saluran akar. Tentukan panjang kerja dan pilih file insial.
Lakukan preparasi secara memutar untuk
memperbesar saluran akar sebesar 2-3 file lebih besar
dari file inisial.
File dimasukkan ke saluran akar sampai panjang kerja,
kemudian sedikit menekan ke dinding saluran akar
(lateral) dan tarik file.
STEP BACK
Preparasi ini terbagi menjadi 2 Fase yaitu:
Gambar 7 Gambar 10
Fase II
1. Letakkan file selanjutnya dengan panjang 1 mm lebih pendek dari MAF. Masukkan instrument ke dalam kanal
dengan gerakan watch winding, angkat, lakukan irigasi, dan rekapitulasi
2. Ulangi proses ini dengan file yang lebih besar dan kurangi 1 mm secara berkala dari file yang digunakan
sebelumnya
3. Selanjutnya, 2/3 daerah kanal dan 1/3 koronal saluran akar dipreparasi dan dibentuk dengan nomer file yang lebih
besar
4. Tahap terakhir, haluskan saluran akar dengan Master Apical File (MAF) dengan gerakan push-and-pull untuk
mendapatkan bentuk taper yang halus pada saluran akar.
Gambar 6. #35 file Gambar 7. #40 file dengan Gambar 8. #45 file dengan Gambar 9. Preparasi step back
dengan panjang 1 mm panjang 2 mm lebih pendek panjang 3 mm lebih pendek menghasilkan preparasi apical
lebih pendek dari dari panjang kerja (Garg, dari panjang kerja (Garg, yang kecil dengan instrument
panjang kerja (Garg, 2014) 2014) yang lebih besar digunakan
2014) dengan mengurangi panjang
kerja untuk membentuk taper
(Garg, 2014)
Crown Down
2. Metode Kuttler’s
o Keuntungan
a. Kegagalan kecil
b. Banyak menunjukkan keberhasilan
o Kekurangan
a. Memerlukan waktu dan rumit
b. Memerlukan kualitas radiografi yang bagus
o Teknik
Tentukan letak diameter mayor dan minor pada radiografik preoperatif
Estimasi panjang akar
Estimasi lebar
Masukkan file ke dalam kanal sampai ke estimasi panjang kanal dan ambil foto radiograf
Jika file terlalu panjang /pendek >1mm dari diameter minor, baca file dan ambil foto radiografi kedua
Jika file mencapai diameter mayor, tambahkan 0.5mm dari panjang file untuk pasien muda dan 0.67
untuk pasien yang lebih tua
Metode Non Radiografi
• Digital tactile sense
– Melihat peningkatan resistensi dari file ketika mencapai 2-3mm dari apikal
• Tes sensitivitas periodotal
– Berdasar pada respon nyeri pasien, tetapi metode ini tidak selalu menghasilkan pembacaan yang
akurat
• Metode pengukuran paper point
– Paper point secara perlahan dimasukkan ke dalam kanal sesuai estimasi panjang kerja.
– Darah pada bagian apikal paper point mengindikasikan telah melewati batas estimasi panjang kerja.
Generasi 4 Generasi 5
IRIGASI DAN MEDIKAMEN INTRAKANAL
IRIGASI
Syarat Ideal Bahan Irigasi Fungsi Irigan
Broadspectrum antimicrobial Menghilangkan sisa-sisa dentin
Membantu dalam debridemen saluran akar Meningkatkan efisiensi instrumen
Dapat menghilangkan jaringan nekrotik atau debris Menghilangkan jaringan nekrotik
Toksisitas rendah Menghilangkan debris dari kanal lateral dan aksesori
Lubrikan yang baik Sebagai germicidal seperti antibacterial
Dapat mengalir ke tempat yang sulit terjangkau Bleaching action
Dapat mensterilisasi kanal Irigasi dengan lubricating agent meningkatkan efisinesi
Dapat mensterilisasi kanal Membuka tubulus dentin dengan menghilangkan smear
Dapat menghilangkan smear layer layer
Inactive endotoxin
Mekanisme Aksi
Irigan Konsentrasi pH Keuntungan Kerugian
Normal 0.9% 7.3 Physical flushing Biokompatibel Tidak memiliki sifat
Saline Tidak ada reaksi merugikan, disinfeksi dan
bahkan jika terjadi ekstrusi antimikrobial
periapikal tekanan Terlalu ringan untuk
osmotik normal saline sama membersihkan kanal
dengan darah sepenuhnya
Tidak dapat
membershikan flora
mikroba dari tempat
yang sulit dijangkau
seperti kanal aksesori
Tidak dapat
menghilangkan smear
layer
Metode Irigasi
o Poin berikut harus diingat saat mengirigasi kanal:
Cairan dimasukkan scr perlahan dan pasif kedalam kanal
Jarum tidak boleh mendesak kedlam kanal dan dapat mengalirkan aliran balik yang adekuat
Jarum tumpul ukuran 25 atau 27 lebih diutamakan
Pada kasus kanal yang kecil, deposit cairan di kamar pulpa. Kemudian file membawa cairan ke dalam
kanal.
Ukuran dan bentuk kanal krusial untuk irigasi.
Untuk pembersihan yang efektif, jarum yang mendeposit caian harus dekat dengan material yang
akan dibuang.
Volume irigan lebih penting dibandingkan konsentrasi atau tipe irigan.
MEDIKAMEN INTRAKANAL
Menghancurkn bakteri yang tersisa dan juga membatasi pertumbuhan yang baru
Berguna pada perawatan periodontitis apikalis
Untuk menghilangkan mikroorganisme yang tersisa di kamar pulpa
Untuk mengeringkan kanal
Menetralisasi jaringan debris
Tujuan: Menghilangkan semua daerah kebocoran dari rongga mulut ke dalam sistem saluran akar
Menutup saluran akar dari iritan setelah cleaning dan shaping
• Contoh sealer: Zinc oxide eugenol, sealer calcium hidroksida, sealer glass ionomer, resin based sealer, kalsium silikat
based.
Teknik Obturasi
- Kondensasi Lateral
- Kondensasi Vertikal
Teknik Kondesasi Lateral
o Keuntungan: dapat digunakan pada kebanyakan situasi klinis, menurunkan kemungkinan overfilling (mampu
mempertahankan UPK)
o Kerugian: tidak menghasilkan penutupan yang homogeny, master cone dan guta perca tambahan tidak dapat menyatu,
tidak dapat mengisi dengan baik kalau ada ketidak teraturan saluran akar (irregularities canal).
• Kondensasi menggunakan plugger yang dipanaskan dan penekan guttapercha yang telah dilunakan kearah vertical
sehingga guttapercha mengisi seluruh saluran akar
• Kerugian: meningkatkan resiko fraktur vertical akar dan membutuhkan waktu lebih lama
1. 2. 3. 5. 6.
7. 8.
Tahapan Kondensasi Vertikal
1) Pilih master cone sesuai dengan ukuran saluran akar dilihat dengan radiografi cone 1-2mm dari apikal stop
2) Irigasi dengan NaOCl dan keringkan dengan paper point
3) Pilih plugger dengan ukuran yang sesuai
4) Aplikasikan sealer pada saluran akar
5) Potong ujung guttapercha pada bagian koronal dengan instrument panas
6) plugger yang dipanaskan untuk menekan guttapercha ke saluran akar
7) lakukan backfilling sampai guttapercha mengisi seluruh saluran akar
1. 3. 6. 7.
DAFTAR PUSTAKA
American Association of Endodontics. 2010. Colleagues for excellence, access opening and canal location. [online] Available
from:http://www.aae.org/uploadedfiles/publications_and_research/endodontics_colleagues_for_excellence_newsletter/ro
otcanalirrigantsdisinfectants.pdf
Douglas A., Young, et al., 2015. The American Dental Association Caries Classification System for Clinical Practice. Chicago:JADA
146(2)
Garg, Nisha., Garg, Amit., 2014. Textbook of Endodontics. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers
(P) Ltd.
Hargreaves, K.M, Cohen, Stephen. 2011. Cohen’s Pathways of the Pulp. St Louis Missouri: Mosby Elsevier.
Mustafa, M. dkk. 2012. Role of Calcium Hydroxide in Endodontics : A Review. Global Journal of Medicine and Public Health
Sidhiarta, W. 2000. Penggunaan Kalsium Hidroksida pada Bidang Komservasi Gigi. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.
Jakarta