Anda di halaman 1dari 86

BUKU SAKU ENDO

Dian Purbasri N. (160112160010)


Nursabrinah Mutiarasari (160112160020)
M. Andyka F. S. P. (160112160022)
Dela Armilda (160112160086)
Diandra Amalia (160112160088)

Pembimbing
drg. Ika Destina Ulfa, Sp. KG
Bandung, Februari 2018

Pembimbing

drg. Ika Destiana Ulfa, Sp.KG


PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS
SISTEMATIKA DIAGNOSIS ENDODONTIK

Keluhan Utama
Riwayat gejala atau masalah yang diungkapkan pasien dengan kata katanya sendiri.

Riwayat Kesehatan

Riwayat Medis Riwayat Dental Tanda dan Gelaja Saat ini

Evaluasi Diagnostik
Pemeriksaan Pemeriksaan
Pemeriksaan Objektif Special Test
Subjektif Radiograf

Pemeriksaan Subjektif Pemeriksaan Objektif Pemeriksaan Radiograf Special Test

•Lokasi •Pemeriksaan •Limitasi •Pembuangan karies


•Intensitas Ekstraoral •Periradikular •Anastesi selektif
•Durasi •Jaringan Lunak •Pulpa •Transluminasi
•Stimulus •Gigi Geligi
•Bantuan/ hal yang •Tes Klinis
Meringankan
•Spontanitas
Pemeriksaan Ekstraoral

Cek tampilan umum, warna kulit, dan asimetri


wajah

Catat pembengkakan, kemerahan, saluran


sinus, lunak atau pembesaran nodus
limfatikus, rasa tidak nyaman saat dipalpasi
atau pergerakan dari TMJ.

Pemeriksaan Intraoral

Jaringan Lunak

Periksa mukosa dan gingiva secara visual dan


digital untuk perubahan warna, inflamasi,
ulserasi, pembengkakan dan pembentukan
saluran sinus.
Gigi Geligi Tes Klinis

Tes Periradikular
Periksa gigi apabila terdapat perubahan
warna, fraktur, abrasi, erosi, karies, restorasi
yang besar, dan abnormalitas yang lain. Tes Vitalitas Pulpa

Pemeriksaan Periodontal

TES PERIRADIKULAR

Perkusi Palpasi Tekan

•Respon nyeri→ indikator •Respon nyeri→ indikator •mengetahui ada/ tidaknya


inflamasi periradikular inflamasi periradikular fraktur / inflamasi pd jaringan
•Isolasi daerah kerja periapikal.
•ketukkan dg tekanan ringan pd •isolasi daerah kerja
insisal/oklusal gigi sejajar •letakkan cotton swab/ bud pd
sumbu aksial gigi dg ujung gigi yg terlibat
instrumen tumpul •instruksikan utk menggigit scr
•perhatikan respon pasien, perlahan
mulai dari gigi normal dahulu •perhatikan respon pasien,
mulai dari gigi normal dahulu
TES VITALITAS PULPA

Dingin Panas Pulpa Elektrik Kavitas


•bersihkan, keringkan
•isolasi daerah kerja. •isolasi daerah kerja. dan isolasi gigi, •Sensasi yang tiba-tiba
•keringkan permukaan •keringkan permukaan kemudian tempatkan dan tajam ketika bur
bukal/ labial gigi bukal atau labial gigi sedikit pasta gigi atau memotong dentin
dengan cotton pellet. dengan cotton pellet. konduktor yang lain mengindikasikan
•Ethyl cholride spray •Gutta percha pada elektroda. pulpa mengandung
disemprotkan pada dipanaskan sampai •Pastikan mengikuti jaringan vital.
cotton pellet yang lunak, tidak mencair. instruksi pabrik untuk
dipegang dengan •ditempelkan pada menegakkan
pinset. daerah servikal gigi pengukuran yang
•cotton pellet/ Ice stick yang telah akurat.
ditempelkan pada dikeringkan •Sensasi mungkin
servikal gigi yang sebelumnya. dideskribsikan seperti
telah dikeringkan Perhatikan respon tergelitik, rasa
sebelumnya dan pasien. menyengat atau rasa
dilihat bagaimana panas , teras penuh
respon pasien. atau ditekan.
Diagnosis Apikal

Pemeriksaan Subjektif V P T Pal M Radiogafi


Jaringan Periapikal Tidak ada keluhan + - - - - TAK
Normal
Periodontitis Apikalis Inflamasi pada periodontal di apikal - + + + +/- Lesi radiolusen di apical,
Simtomatik penebalan membrane
periodontal
Periodontitis Apikalis Inflamasi dan destruksi periodontal di apikal - - - - - Lesi radiolusen di apical,
Asimtomatik penebalan membrane
periodontal
Abses Apikalis Kronis Inflamasi infeksi pulpa ditandai  nekrosis - - - - - Lesi radiolusen di apical,
onset bertahap penbalan membrane
Adanya FISTULA periodontal

Abses Apikalis Akut Inflamasi infeksi pulpa ditandai  nekrosis - + + + - Lesi radiolusen di apical,
onset cepat, sakit spontan penbalan membrane
Pembentukan PUS, Pembengkakan periodontal

Condensing Osteitis reaksi tulang yang terlokaslisir terhadap lesi radioopak difus
inflamasi tingkat rendah yang biasanya terlihat
pada apex
Diagnosis Pulpa (AAE, 2013)

1. Pulpa Normal 2. Pulpitis Reversibel 3. Pulpitis Reversibel


1. Pulpa tidak memiliki gejala, 1. Inflamasi pulpa, dan dapat 1. Pulpa vital, tidak mampu tidak
respon normal terhadap kembali normal bila mampu sembuh sendiri,
stimulus dihilangkan etiologinya membutuhkan perawatan
2. Histologi  mungkin tidak 2. Klinis  ngilu pada rangsang saluran akar.
normal dingin dan manis, menghilang 2. Nyeri tajam, tahan (30
3. Klinis  respon ringan, beberapa detik setelah detik/lebih), nyeri spontan
sementara pada rangsang stimulus dihilangkan tanpa rangsang, terlokalisata,
termal dingin, bertahan 1-2 3. Etiologi  dentin kadang berubah saat postur
detik setelah stimulus tereksponasi, karies dan tubuh berbaring atau
dihilangkan restorasi yang dalam membungkuk, tidak hilang
4. Pemeriksaan  dibandingkan 4. Nyeri tidak muncul secara tiba- dengan analgesic
dengan gigi sebelahnya atau tiba 3. Etiologi  karies dalam,
kontralateralnya 5. Perubahan pada periapikal (-) restorasi luas, fraktur hingga
6. Perawatan  membuang jaringan pulpa
karies dan restorasi lama, 4. Inflamasi belum mencapai
menutup dentin tereksponasi apical  (-) pemeriksaan
 follow up, dentin harus periodontal (perkusi)
kembali normal
4. Pulpitis Irreversibel 5. Nekrosis Pulpa 6. Prevently Treated 7. Previously Initiated
Asimptomatis Therapy
1. Puloa vital 1. Diagnosis  1. Gigi pernah 1. Definisi gigi pernah
terinflamasi, tidak kematian pulpa gigi, dilakukan dilakukan
dapat sembuh harus dilakukan perawatan perawatan
sendiri sehingga perawatan saluran endodontic, endodontic parsial
diperlukan akar obturasi dengan (pulpotomi/pulpekt
perawatan saluran 2. Klinis  pulpa tidak bahan pengisi omi)
akar responsive terhadap 2. Klinis  tidak 2. Klinis  bisa/tidak
2. Normal terhadap rangsang thermal merespon rangsang bisa merespon
rangsang termal, dan asimptomatik termal/tes elektrik rangsang termal/tes
ada riwayat 3. Tidak menyebabkan pulpa elektrik pulpa
trauma/karies yang periodontitis apical
menyebabkan (perkusi + atau
eksponasi pulpa radiolusen pada
radiografi, kecuali
bila terkena infeksi
4. Beberapa gigi tidak
responsive 
kalsifikasi, riwayat
trauma, gigi tidak
merespon
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiografi

Lesi periradikular yang berasal dari pulpa memiliki


Keterbatasan Pemeriksaan Radiografi
tiga karakteristik berupa

•Pulpa vital yang terinflamasi secara patologis •Menghilangnya lamina dura di apikal
•Pulpa yang nekrosis tidak memperlihatkan •Gambaran radiolusen pada apeks
perubahan pada stase awal •Radiolusen tampak seperti ‘hanging-drop’
•Proses inflamasi harus menyebar sampai ke
tulang kortikal agar terlihat dalam radiografi

Tes Lain yang dilakukan (AAE, 2010)

Caries Removal (Penghilangan


Selective Anesthesia Transiluminasi
Karies)

•Penetrasi ke dalam pulpa •Berguna untuk gigi yang terasa •Untuk mengidentifikasi fraktur
dapat mengindikasikan pulpitis sakit, terutama untuk pasien vertikal pada mahkota karena
irreversibel yang memerlukan yang tidak dapat mengisolasi fragmen fraktur tidak dapat
perawatan endodontik dan gigi mana yang terasa sakit mentransmisikan cahaya
menentukan kedalaman karies dengan baik.
KARIES GIGI
Histopatologi Karies Gigi

1. Karies Gigi  proses yang dapat terjadi pada seluruh permukaan gigi terutama bila terdapat deposisi plak gigi secara
terus menerus.

2. Plak  suatu kelompok mikroorganisme yang aktif secara metabolik yang melekat pada permukaan gigi (Garg, 2013)

Permukaan Halus

Karies Enamel

Pit dan Fisura


Zona Translusen Zona Gelap Zona Badan Lesi 1.Zona Permukaan
1.Sisi paling dalam 1.Terletak di sebelah dan 1.Bagian terbesar pada 1.Zona ini tidak/paling sedikit
suatu lesi superfisial dari zona karies insipient terinfeksi oleh dentin
2.2. 10x lebih porus translusen 2.Ditemukan di antara zona 2.Resistensi lebih besar
dibandingkan enamel 2.Biasanya ada dan permukaan dan zona gelap mungkin karena derajat
sehat menunjukkan zona positif 3.Merupakan daerah dengan mineralisasi lebih besar dan
3.Tidak selalu ada 3.Disebut zona gelap demineralisasi terbesar dan konsentrasi fluoride lebih
karena tidak membuatnya menjadi lebih tinggi.
mentransmisikan cahaya porus 3.Kurang dari 5% porositas
polarisasi 4.Radiopasitas dapat
4.Terbentuk saat dibandingkan dengan enamel
demineralisasi gigi sebelahnya. (Garg, 2013).

Gambar 1. Zona Karies Enamel (Garg, 2013)


Karies Dentin

1. rganik dan penghancuran komponen organic pada serabut kolagen


2.

Perubahan Dentin Awal

1. Perubahan awal pada dentin Karena karies  Dentin Sklerosis


2. Terjadi proses kalsifikasi tubuli dentin  mencegah penetrasi M.O lebih dalam, lebih menonjol pada karies kronis

Gambar 2. Perubahan dentin yang disebabkan oleh karies (Garg, 2013).


1. Perubahan Dentin Awal
Intertubular dentin
Tubuli dentin Memberi gambar mengalami
tersumbat seluruhnya transparan pada demineralisasi  lebih
oleh pengendapan lampu transmisi  lembut dan
mineral dentin transparan transparan dari dentin
sehat

Tubuli dentin sedikit


Substrat karbohidrat Tubuli dentin
terlibat  M.O
 mendukung terbungkus M.O 
penetrasi ke tubuli
pertumbuhan M.O berbentuk
dentin  Pioneer
(Garg, 2013). coccus/bacillus
Bacteria

2. Perubahan Dentin Tingkat Lanjut


Pembentukan
Diameter tubuli
Dekalsifikasi terus liquefaction foci 
dentin meningkat 
berlanjut  tubuli destruksi tubuli
diselubungi oleh
dentin menyatu dentin berisi
M.O
jaringan nekrotik

Terbentuk celah
Hasil  massa
pada karies dentin
nekrotik konsistensi
 dapat terkelupas
kasar
saat ekskavasi
Zona Keterangan
1. Dentin Normal 1.Zona degenerasi berlemak Serabut Tome’s
2.Terbentuk oleh degenerasi proses odontogenik
3.Memproduksi nyeri tajam pada stimulasi
2. Zona Sklerosis Dentin 1.Intertubular dentin berdemineralisasi
2.Sclerosis dentin (deposisi garam kalsium pada tubuli
dentin)
3.Kerusakan proses zona odontoblast
4.Tidak terdapat bakteri pada zona ini, sehingga zona ini
mampu untuk remineralisasi
3. Zona Dekalsifikasi 1.Demineralisasi lebih jauh dari intertubular dentin yang
mengarah pada dentin yang lebih lunak
4. Zona Bakteri Invasif 1.Pelebaran dan distorsi tubuli dentin yang terisi oleh Gambar 3.Zona Karies
bakteri Dentin
2.Dentin tidak dapat reparasi sendiri
3.Zona ini harus dihilangkan saat preparasi gigi
Z5. Zona Dekomposisi Dentin 1.Zona terluar
karena Asam dan Enzim 2.Terdiri dari dentin terdekomposisi yang terisi oleh
bakteri
3.Harus dihilangkan saat preparasi gigi (Garg, 2013)
Gambaran Klinis

Batas ketebalan minimal dentin sehat yang memisahkan


jaringan pulpa dari lesi karies :

1. •2 mm  dentin reparative dapat terbentuk


2. •0.8-2mm  terjadi reaksi reparative tidak
sempurna
3. •0.3-0.8 mm  terjadi reaksi pulpa
Sisa Ketebalan Dentin

1. Penelitian  ketebalan dentin 0.5 mm menurunkan efek toksik pada pulpa sebesar 75%, ketebalan dentin 1 mm
menurunkan efek toksik sebesar 90%, dan sangat sedikit kemungkinan reaksi pulpa bila sisa ketebalan dentin sebesar 2
mm
2. Hal ini dapat membantu dalam menentukan penggunaan base dan liner

Stepwise Excavation

1. Pembuangan karies dapat dilakukan dalam 2 kali pertemuan. Batas antara pertemuan  3 minggu hingga 2 tahun
2. Hanya sebagian dentin lunak dibuang saat kunjungan pertama  restorasi lesi
3. Kunjungan kedua  restorasi dibuka  buang sisa karies lunak
4. Gigi direstorasi permanen
5. Teknik ini berhasil untuk mencegah eksponasi pulpa
6. Dentin menunjukkan warna berbeda saat kunjungan kedua
7. Penurunan jumlah bakteri
Mengapa Dilakukan Stepwise Excavation

1. Kavitas dengan prosedur dua kali kunjungan menunjukkan dentin dengan warna yang lebih gelap, keras, dengan
konsistensi lebih kering
2. Dengan membuang sebagian massa karies dan menutup sisa karies dari bakteri oral dapat menurunkan kadar aktif lesi
karies
3. Penelitian  merubah lingkungan kavitas dari aktif ke pasif dapat diiringi dengan formasi tubuli dentin tersier
4. Ekskavasi akhir dilakukan sebab lebih mudah ekskavasi karies yang gelap dan keras dibandingkan dentin kuning lunak
demineralisasi (Praveena, 2015)

1.Penelitian mengatakan bahwa


stepwise tidak harus dilakukan

2.Semen kalsium silikat (contoh : MTA)


 berhasil pada beberapa kasus
(Praveena, 2015)
PULP CAPPING
KALSIUM HIDROKSIDA

• 1920  Hermann memperkenalkan CaOH sebagai Pulp Capping Agent


• Sekarang telah banyak fungsi lain untuk perawatan Endodontik

CaOH sebgai Pulp Capping Agent

• CaOH merupakan obat pilihan pulp capping


• Histologi: tebentuk jembatan dentin yang utuh dengan pulpa radicular yang sehat
• Kalsium hidroksida  pada pulpa  nekrosis dan inflamasi jaringan dibawahnya  dibawahnya akan terbentuk
lapisan odontoblast  lapisan dentin reparative baru
• Pada waktu 4 minggu menunjukan penurunan jumlah bakteri. Pembentukan dentin yang signifikan terjadi saat 5 bulan

CaOH pada Pulpotomi


• medikamen untuk pulpa yang paling direkomendasikan untuk pulpa gigi akar muda yang belum menutup secara
sempurna
• Histologi: jaringan pulpa  akan mengalami nekrosis karena pH yang tinggi  nekrosis disertai inflamasi jar
dibawahnya  setelah 4 minggu akan terbentuk lapisan odontoblastic
Mekanisme Kalsium Hidroksida pada Pulp Capping

Gambaran histologi jaringan nekrotik yang


disebabkan tingginya pH CaOH

`
PULP CAPPING

 Definisi
o Tindakan menempatkan dressing secara langsung ke pulpa yang terekspose tanpa menghilangkan jaringan
lunak (Cohen, 2011).
o Tindakan menempatkan dressing langsung ke pulpa yang terekspose (Garg, 2014).

 Indikasi

Direct Pulp Capping Indirect Pulp Capping

•Gigi permanen → sedikit pulpa yang terekspose → •Gigi permanen → diagnosis pulpa normal tanpa tanda
mekanis/trauma selama preparasi kavitas/ terekspose tanda pulpitis/dengan diagnosa pulpitis reversibel →
karena karies pada gigi → pulpa normal atau pulpitis memiliki karies yang dalam tetapi tidak mengenai
reversibel. (Torabinejad, 2009) pulpa (AAPD, 2014)
•Eksposure mekanis pada gigi vital dan tidak terdapat •Tidak ada riwayat gejala gejala pada pemeriksaan
kelainan pulpa (AAE, 2009) subjektif (AAE, 2012)
•Perdarahan dapat dikontrol pada daerah eksposure •Radiografi →tidak menunjukkan adanya pathosis
(AAE, 2012) periradikular (AAE, 2012)
•Seal yang adekuat (AAE, 2012) •Pasien telah diinformasikan → perawatan endodontik
•Pasien telah diinformasikan → perawatan endodontik mungkin diindikasikan dimasa depan (AAE, 2012)
mungkin diindikasikan dimasa depan (AAE, 2012)
 Tujuan
Direct Pulp Capping Indirect Pulp Capping
•Mencegah tanda klinis atau gejala yang merugikan. •Mencegah tanda klinis dan gejala yang merugikan.
•Mengembangkan kontak bahan capping radioopak •Mendapatkan bukti radiografi perkembangan akar.
biokompatibel dengan jaringan pulpa. •Mencegah kerusakan pada jaringan pendukung
•Menjaga respon normal terhadap tes pulpa elektrik dan periradikular.
termal. •Mencegah defek resorptif atau perkembangan
•Mencegah kerusakan → jaringan pendukung kalsifikasi kanal yang dilihat dari evaluasi radiografi
periradikular. (AAE, 2012) periodik. (AAE, 2012)

 Prosedur
Direct Pulp Capping Indirect Pulp Capping

•ekspose mekanis yang kecil saat preparasi kavitas → •Dua kali kunjungan → jarak kunjungan 6-8 bulan.
bersihkan kavitas. •Kunjungan pertama →karies dieskavasi→ meninggalkan
•sedikit perdarahan→ kontrol perdarahan. dentin yang terinfeksi yang dekat dengan pulpa.
•Aplikasikan calcium hidroxide / mineral trioxide •Calcium ditempatkan diatas dentin → base.
agregate (MTA) pada permukaan jaringan pulpa •Berikan tambalan sementara.
•Aplikasikan base. •Pada pertemuan kedua→ restorasi dibuka dan karies
•Restorasi final ditempatkan diatas base. residual dihilangkan→ gigi direstorasi permanen
•Status pulpa dan periradikular harus dicek secara •(AAE, 2012)
periodik.(Torabinejad, 2014)
 Sterilisasi Pulp Capping
o Teknik:
 Setelah kavitas dibersihkan dari karies, kavitas kemudian dibersihkan dan dikeringkan
 Gunakan chlorhexidine 2% solution di dasar kavitas dan diamkan selama 60 detik
 Kemudian keringkan dengan air spray
 Kavitas dapat diaplikasikan CaOH dan base (ZOE)
Follow-Up

•Tes vitalitas, palpasi, perkusi dan radiografi →setelah 3 minggu, 3, 6, dan 12 bulan (Garg, 2014)

Prognosis

•Prognosis mencapai 80% tergantung pada:


•Kemampuan calcium hidroksida → mendisinfeksi pulpa superfisial dan dentin, → mematikan area yang
terinflamasi secara superfisial (Garg, 2014)
•Kualitas bakterial tight seal pada restorasi (Garg, 2014)
PULPOTOMI
PULPOTOMI

Dilakukan pada GIGI SULUNG atau GIGI DEWASA MUDA dengan karies yang luas namun tidak terdapat patologi pada
radikular serta ketika pembuangan karies menyebabkan tereksposnya pulpa.

TUJUAN PULPOTOMI

1. Melindungi vitalitas pulpa


2. Memicu terjadinya apeksogenesis  mempertahankan pulpa pada salurn akar gigi dewasa muda
3. Meredakan rasa sakit  kasus pulpitis akut
4. Mencegah gejala klinis yang merugikan
5. Mendapatkan bukti radiografi perkembangan akar yang cukup untuk perawatan endodontik  dapat terjadi
peningkatan panjang akar
6. Mencegah kerusakan jaringan pendukung periradikular
7. Mencegah defek resorptif /percepatan kalsifikasi kanal yang dapat ditentukan dengan evaluasi radiografi periodik
8. Jaringan radikular yang tersisa harus asimtomatik tanpa gejala klinis seperti sensitifitas, nyeri atau bengkak
9. Tidak terdapat gambaran patologis dari radiorafi: resorpsi eksternal setelah dilakukan perawatan, resorpsi internal
dapat terjadi namun sifatnya self-limitting dan stabil
10. Operator harus memonitor resorpsi internal, membuang jaringan gigi yang terinfeksi jika perforasi menyebabkan
hilangnya jaringan pendukung tulang dan atau menyebabkan gejala klinis infeksi dan inflamasi
11. Tidak boleh membahayakan gigi permanen yang akan tumbuh
KRITERIA KEBERHASILAN PULPOTOMI

1. Tidak ada indikasi resorpsi akar


2. Tidak ada gambaran radiografi periodontitis periradikular
3. Gigi harus merespon pada tes pulpa
4. Gigi yang asimtomatik
5. Perkembangan akar yang berkelanjutan menjadi bukti pada gambaran radiografi

INDIKASI KONTRAINDIKASI
1. Pulpa vital yang terekspos /pulpitis irreversible pada 1. Gigi sulung yang tidak didukung oleh struktur akar
gigi sulung /setelah pembuangan jaringan karies yang baik, resorpsi internal, perforasi furkasi atau
atau setelah trauma. terdapat patosis periradikular dapat membahayakan
2. Jaringan koronal diamputasi, sisa jaringan radikular gigi permanen yang akan tumbuh
vital tanpa supurasi, purulensi, nekrosis atau
perdarahan yang berlebih yang tidak dapat dikontrol
dengan damp cotton pellet setelah beberapa menit
3. Tidak ada tanda-tanda infeksi dan resorpsi patologis
pada gambaran radiografi
4. Perawatan emergency pada gigi permanen hingga
perawatan saluran akar dapat diselesaikan. Perlu
dilakukan pulpal debridement.
5. Prosedur interim pada gigi permanen dengan
pembentukan akar yang belum lengkap untuk
melanjutkan perkembangan akarnya (apexogenesis).
CALCIUM HYDROXIDE PULPOTOMY

INDIKASI: Gigi dewasa muda dengan pembentukan akar yang belum


lengkap untuk memicu terjadinya apeksogenesis

PULPOTOMI PARSIAL
1. Membuang jaringan pulpa koronal sampai sebatas jaringan pulpa yang sehat.
2. Kalsium hidroksida  material of choice untuk gigi dewasa muda untuk merangsang
pembentukan dentine bridge pada gigi dengan karies pulpa yang terekspos.

TEKNIK

1. Setelah gigi dianestesi, rubber dam ditempatkan


2. Preparasi kavitas sedalam 1-2 mm dengan bur diamond
3. Menempatkan selapis tipis kalsium hidroksida yang dicampur
dengan larutan saline atau larutan anestesi dan akses kavitas ditutup
dengan restorasi sementara
FULL PULPOTOMY
Prosedur ini melibatkan penghilangan seluruh pulpa koronal sampai orifis saluran akar (Cohen, 2011)
Indikasi
• Paparan traumatis setelah lebih dari 72 jam
• Paparan akibat karies pada gigi muda dengan apeks yang baru terbentuk sebagian
Teknik
• Anestesi
• Penempatan rubber dam
• Desinfeksi superfisial
• Pulpa koronal dihilangkan sampai ke orifis saluran akar.
• Aplikasi Kalsium hidroksida
• Restorasi koronal

Follow-Up
Radiografi sangat penting untuk menilai tanda-tanda adanya periodontitis apikal dan memastikan kelanjutan pembentukan akar

Prognosis
Prognosis 75% -> lebih buruk daripada parsial pulpotomy.
Karena ketidakmampuan untuk mengevaluasi status pulpa setelah full pulpotomy -> beberapa ahli telah merekomendasikan
pulpektomi secara rutin setelah akar terbentuk sepenuhnya dengan tingkat keberhasilan dalam kisaran 95%, Cohen, 2011)
PULPEKTOMI
PULPEKTOMI

INDIKASI KONTRAINDIKASI

1. Gigi dengan infeksi yang melewati ruang kamar 1. Keterlibatan periapikal atau mobilitas ekstensif
pulpa, baik pada gigi vital, nekrosis sebagian maupun 2. Resorbsi akar ekstensif atau > 1/2 akar
gigi sudah nonvital. 3. Resorbsi internal meluas menyebabkan perforasi
2. Saluran akar dapat dimasuki instrument. bifurkasi
3. Jaringan periapeks dalam gambaran radiografis 4. Pasien tidak kooperatif
kurang dari sepertiga apikal.
4. Pendarahan berlebihan pada pemotongan pulpa
(pulpotomi) tidak berhasil
5. Sakit spontan tanpa stimulasi
6. Keterlibatan tulang interradikular tanpa kehilangan
tulang penyangga
7. Tanda-tanda/gejala terus menerus setelah
perawatan pulpotomi
PULPEKTOMI VITAL

KUNJUNGAN I KUNJUNGAN II KUNJUNGAN III KUNJUNGAN IV


1. Anestesi adekuat 1. Kontrol obat, jika tidak ada 1. Kontrol pengisian 1. Kontrol follow up
2. Isolasi gigi (rubber dam) keluhan, lanjutkan 2. Follow up
3. Menghilangkan semua karies perawatan
4. Buka kavum 2. Trial pengisian
5. Ekstirpasi, Reaming, Filing 3. Tambalan sementara
6. Irigasi --> Sodium Hipoklorit
7. Pengukuran panjang kerja
8. CaOH / Eugenol
9. Tambalan sementara

MUMIFIKASI

KUNJUNGAN I KUNJUNGAN II KUNJUNGAN III KUNJUNGAN IV KUNJUNGAN V


1. Isolasi gigi (rubber 1. Menghilangkan semua 1. Kontrol obat, jika 1. Kontrol 1. Kontrol
dam) karies tidak ada keluhan, pengisian follow up
2. Ekskavasi karies 2. Buka kavum lanjutkan 2. Follow up
3. Pasta devitalisasi 3. Ekstirpasi, Reaming, Filing perawatan
(euparal) 4. Irigasi  sodium hipoklorit 2. Trial pengisian
4. Tambalan 5. Mengukur panjang kerja 3. Pengisian
sementara 6. CaOH 4. Tambalan
7. Tambalan sementara sementara
Access Opening

Triad endodontik :

 Preparasi biomekanik
 Kontrol mikroba
 Obturasi

Akses yang memadai adalah kunci untuk mencapai keberhasilan endodontik (AAE, 2010)

Tujuan Preparasi Akses Kavitas

 Akses yang lurus dan langsung kearah foramen apikal


 Mengambil seluruh atap kamar pulpa
 Menjaga struktur gigi yang tersisa agar tetap kuat (Garg, 2007)

Konsep dasar

Menghilangkan jaringan pulpa seluruhnya dari kompleks pulpa -> berawal dari bagian oklusal pada tanduk pulpa dan berakhir
pada foramen apikal. Proses pembersihan dan pembentukan kompleks dapat dibagi menjadi empat tahap yaitu analisis pra-
akses, penghilangan atap kamar pulpa, identifikasi ruang pulpa dan orifis lubang saluran akar, serta instrumen saluran akar (AAE,
2010)
Analisis Pra-Akses Teknik Akses Lokasi Orifis Instrumen

Kamar pulpa: Menghilangkan seluruh defek “Law of Symmetri 1” Bur bundar karbida #2,
 “Law of Centrality”  restorasi dan karies  cegah #4, #6 
Kecuali pada M RA, orifis
kamar pulpa berada di kontaminasi bakteri saat menghilangkan karies
memiliki jarak yang sama
tengah gigi pada perawatan dan membuat bentuk
dengan garis yang ditarik
tingkat CEJ (AAE, 2010) outline eksternal akhir,
dalam arah mesiodistal
serta penetrasi
melalui kamar pulpa
melewati atap kamar
pulpa untuk
menghilangkan
atapnya

 “Law of Concentricity”
 dinding kamar (Cohen, S., & Hargreaves, K.,
pulpa konsentris 2006)
terhadap outline
eksternal gigi pada
tingkat CEJ (Cohen, S., &
Hargreaves, K., 2006)
(AAE, 2010)

Angulasi gigi: radiografi (AAE, Memilih bur yang tepat  “Law of Symmetri 2” Bur fissure karbida atau
2010) fissure/tapered diamond dengan
Kecuali pada M RA, orifis
Untuk menghilangkan restorasi rounded cutting end 
terletak pada garis lurus yang
juga pertimbangkan (contoh: kegunaan sama dengan
tegak lurus dengan garis
untuk menghilangkan restorasi bur bundar.
mesiodistal tadi
logam) Keuntungannya: dapat
(AAE, 2010) juga digunakan untuk
memperlebar dinding
aksial pada preparasi
akses kavitas

(Cohen, S., & Hargreaves, K.,


2006)

(Cohen, S., &


Hargreaves, K., 2006)
Jarak dari puncak cusp ke furkasi: Menghilangkan seluruh atap “Law of Color Change” Bur fissure karbida dan
cegah perforasi furkasi kamar pulpa diamond dengan safety
Warna kamar pulpa lebih
 Bur mengarah ke tengah  Bur lurus (fissure, dll) tips (tanpa cutting
gelap dari dinding
CEJ  gerakkan lateral ends)  memperlebar
sekelilingnya
 Paralel sumbu panjang searah sumbu panjang dinding aksial kamar
gigi gigi pulpa
(AAE, 2010)

(Cohen, S., & Hargreaves, K.,


 Bur bundar  2006)
menghilangkan atap
kamar pulpa yang (Cohen, S., &
overhang dengan Hargreaves, K., 2006)
gerakan menarik ke
oklusal

Harus tahu kapan berhenti:


“The Law of Color Change” 
warna kamar pulpa lebih gelap
dari dinding sekelilingnya
(AAE, 2010)

Menentukan titik penetrasi inisial “Law of Orifis Location 1” Bur transmetal 


pada oklusal membuang restorasi
Orifis selalu terletak pada
 Pada pit dan fossa  logam
pertemuan dinding dasar
bisa salah
kamar pulpa
(AAE, 2010)

(Cohen, S., & Hargreaves, K.,


2006) (Cohen, S., &
Hargreaves, K., 2006)
“Law of Orifis Location 2” Bur mueller dan LN 
untuk identifikasi orifis
Orifis selalu terletak pada
jika terjadi kalsifikasi
sudut perbatasan dinding-
dasar

(Cohen, S., & Hargreaves, K., (Cohen, S., &


2006) Hargreaves, K., 2006)

“Law of Orifis Location 3” Bur gates-glidden 


memperlebar orifis
Orifis selalu terletak pada
perbatasan root development
fusion line

(Cohen, S., &


Hargreaves, K., 2006)
(Cohen, S., & Hargreaves, K.,
2006)
Preparasi Akses Gigi Anterior
1. Hilangkan karies dan restorasi
2. Tentukan titik preparasi akses di tengah permukaan lingual.
3. Penetrasi email dengan bur bundar dengan arah bur tegak lurus permukaan lingual.
4. Setelah email ditembus, bur diarahkan sejajar sumbu panjang gigi sampai dirasa sudah menembus kamar pulpa
5. Setelah menembus kamar pulpa, preparasi untuk menghilangkan atap kamar pulpa dengan bur bundar dari dalam ke luar.
6. Cari kanal orifis dengan menggunakan endodontic explorer.
7. Hilangkan lingual shoulder dengan Gates-Glidden drills atau safed-tip diamond atau bur karbid.
8. Saat manghilangkan lingual shoulder, orifis harus diperluas agar menyatu dengan preparasi akses kavitas sehingganakses lurus
ke foramen apikal
9. Menghaluskan margin cavosurface akses kavitas

Insisif RA Caninus RA Insisif RB Caninus RB

 I1 : outline form  C: Akses kavitas Insisif sentral dan dan Bentuk akses opening
akses berbentuk berbentuk oval lateral mandibula memiliki kaninus RB sama dengan
segitiga membulat dengan diameter sistem akses kavitas dan kaninus RA kecuali:
dengan dasar labiopalatal. saluran akar yang sama.
menghadap incisal. Bentuk akses kavitas insisif •Bentuk lebih kecil
Lebar dasar mandibula memiliki
tergantung pada perbedaan dengan insisif •Outline saluran akar lebih
jarak antara tanduk (Garg, N., & Garg, A., 2011) maxilla di hal berikut: sempit secara mesiodistal
pulpa mesial dan
•Bentuk lebih kecil •Pada umumnya terdapat 2
distal.
saluran
 I2 : outline form akses
•Berbentuk oval panjang
mirip dengan I1 hanya
dengan dimensi lebih besar  C: outline form hampir
ukurannya lebih kecil. incisive, namun caninus
Jika tanduk pulpa ke arah insisogingival tidak memiliki tanduk
terlihat, bentuk outline pulpa. Akses kavitas
form segitiga  I1 : outline form akses berbentuk oval dengan
membulat, namun jika berbentuk segitiga diameter labiopalatal
tanduk pulpa tidak membulat dengan  (Garg, N., &Garg, A.,
terlihat, outline form dasar menghadap 2011)
berbentuk oval incisal. Lebar dasar
tergantung pada jarak
(Garg, N., & Garg, A., 2011) antara tanduk pulpa
mesial dan distal.
 I2 : outline form akses
mirip dengan I1 hanya
ukurannya lebih kecil.
Jika tanduk pulpa
terlihat, bentuk outline
form segitiga
membulat, namun jika
tanduk pulpa tidak
terlihat, outline form
berbentuk oval

(Garg, N., & Garg, A., 2011)


Gamb
ar

Akses opening di tengah


permukaan lingual
Outline form caninus Outline form I RB
(Garg, N., & Garg, A., 2011) maksila (Garg, N., & Garg, A., 2011)
(Garg, N., & Garg, A., 2011)
(Garg, N., & Garg, A., 2011)

Preparasi Akses Gigi Premolar


1. Hilangkan karies dan restorasi
2. Tentukan titik open akses diantara cusp bukal dan lingual
3. Penetrasi email dengan bur bundar no. 4 dengan arah bur paralel sumbu panjang gigi dan tegak lurus oklusal.
4. Hilangkan atap kamar pulpa
5. Setelah atap kamar pulpa hilang, temukan orifis dengan bantuan explorer endodontik tajam
6. Hilangkan undercut yang tersisa dengan bur safety tip atau gates-glidden untuk mendapatkan akses lurus ke kanal.
7. Haluskan dan miringkan sedikit dinding akses kavitas. Dinding yang divergen -> kedudukan yang baik untuk restorasi
sementara (Garg, 2007)
Premolar RA Premolar RB

 P1: outline form ovoid, dengan batas tidak  Bentuk: ovoid dalam dimensi buccolingual dan
boleh melebihi setengah dari lereng lingual diposisikan dari bukal menuju central groove
cusp bukal, dan setengah lereng buccal cups  P1: penetrasi di tengah garis inklinasi lingual cusp
lingual. bukal
 P2: outline form sama dengan P1,  P2: penetrasi di central groove, Kamar pulpa
perbedaan bergantung dari struktur lebih lebar secara bukolingual. Kanal oval. Open
anatomis dari ruang pulpa akses berbentuk ovoid yang lebih lebar ke
mesiodistal.
(Garg, N., & Garg, A., 2011)
(Garg, N., & Garg, A., 2011)

Gambar Bentuk outline P1 RA Bentuk outline P1 RB


Bentuk outline P2 RA Bentuk outline P2 RB

Preparasi Akses Molar

1. Hilangkan karies atau restorasi


2. Tentukan bentuk dan ukuran akses opening
3. Tentukan titik mulai bur ke enamel di central groove diantara batas mesial dan distal.
4. Penetrasi enamel dengan bur bundar no. 4 di central groove secara palatal dan menyiapkan outline form
5. Penetrasi bur ke dalam dentin sampai ke kamar pulpa. Buang atap kamar pulpa
6. Periksa orifis saluran dengan endo explorer yang tajam.
7. Jika orifis saluran sudah ditemukan, buang tonjolan, pinggiran, atau obstruksi yang ada.
8. Haluskan dan selesaikan dinding akses kavitas sehingga menyatu dengan dinding kamar pulpa dan sedikit divergen menuju
oklusal (Garg, 2007)
Molar RA Molar RB
 M1  M1
- bentuk kamar pulpa adalah jajargenjang dengan - Orifis mesiobukal di bawah cusp mesiobukal.
sudut mesiobukal tajam, sudut distobukal tumpul, - Orifis mesiolingual pada depresi dinding mesial
dan sudut palatal yang disesuaikan. dan lingual.
- orifis saluran palatal terdapat di palatal. Orifis - Orifis distal bentuk oval dan paling lebar ke
saluran mesiobukal terdapat dibawah mesiobukal bukolingual, terletak di distal bukal groove.
cusp. Orifis saluran distobukal terdapat didekat - Orifis seluruh kanal: terletak di 2/3 mesial
orifis distal dan palatal mesiobukal. mahkota
- garis digambarkan untuk menyatukan ketiga orifis
(MB,DB,&palatal) yang membentuk segitiga, yang  M2
dinamakan segitiga molar (triangle molar) - Kamar pulpa lebih kecil
- MB2 (saluran mesiobukal kedua) selalu ada di M1 - Kanal mungkin berjumlah 1, 2, atau lebih kanal
RA yang berada di palatal dan mesial MB1. - Orifis mesiobukal dan mesiolingual berdekatan
Walaupun posisinya dapat berbeda, terkadang - 3 kanal  bentuk akses mirip dengan M1, namun
terdapat garis yang dapat dibuat diantara orifis lebih triangular
MB1 dan palatal. - 2 kanal  akses kavitas berbentuk rectangular,
- karena adanya MB2, akses kavitas membutuhkan lebar ke mesiodistal, sempit ke bukolingual
bentuk jajargenjang dengan sudut yang (Garg, N., & Garg, A., 2011)
menyatukan seluruh orifis saluran (MB1, MB2, DB,
dan palatal).

 M2
Teknik dasar sama dengan M1 dengan perbedaan:
1. ketiga akar biasanya lebih berdekatan bahkan
dapat berfusi menjadi 1 akar
2. jarang ditemukan MB2
3. Ketiga saluran membentuk segitiga membulat
dengan dasar bukal
4. Orifis mesiobukal berada lebih ke mesial dan
bukal dr M1
(Garg, N., &Garg, A., 2011)

Gambar Outline Preparasi Akses M1 dan M2 RA

Outline preparasi akses, batas mesial dan distal

Bentuk outline. Terletak 2/3 mesial


(Garg, N., & Garg, A., 2011)
Cleaning and Shaping the Root Canal

Tujuan Biologis Preparasi Saluran Akar

1. Terbatas pada ruang saluran akar


2. Jaringan pulpa terinfeksi, bakteri, dan debris harus dibuang
3. Debris nekrotik tidak boleh tertekan ke periapikal
4. Ruang cukup untuk medikamen intrakanal (Garg, 2014).

Tujuan Klinis Preparasi Saluran Akar

1. Evaluasi Gigi
2. Buat Straight line access
3. Overlying dentin dibuang
4. Pembentukan saluran akar à mempengaruhi cleaning
5. Bentuk permukaan halus, tapered ke ujung akar untuk memperoleh obturasi yg baik
6. Setelah obturasi à penutup lengkap s/d ruang pulpa untuk cegah kebocoran mikro
7. Restorasi Permanen à mempertahankan bentuk, fungsi, estetika
8. Recall pasienà evaluasi keberhasilan perawatan (Garg, 2014)
Gambar 1. Pembuangan dentin Gambar 2. cleaning and shaping
untuk membentuk straight line menghasilkan irigasi dan obturasi
access (Garg, 2014) yang baik (Garg, 2014)

Gambar 3. Obturasi saluran dan Gambar 4. Perawatan endodontic


penutupan lengkap sampai ruang dengan penutupan mahkota (Garg,
pulpa (Garg, 2014) 2014)
Instrumen yang digunakan pada Perawatan Saluran Akar

Jenis Instrumen Merk Dagang


1. Hand Instrument - Broaches
- File : K-Files, Reamers, H-Files, NiTi hand
files
2. Rotary Instrument - Gates-glidden drills
- Protaper
- Profile
- Greater Taper
- Quantec file series
- Light speed
- RACE
- K2 Files
- Hero 642
3. Automated (Ultrasonic/sonic)
4. Laser
Gerakan pada Hand Instrument

Gerakan Keterangan Gambar


Reaming Rotasi clockwise pada instrument untuk
menghasilkan cutting effect

Filing Gerakan push-and-pull

Kombinasi reaming dan - File dimasukkan dengan putaran


filing ¼ clockwise tekanan ke arah
apical, lalu ditarik keluar
- Kombinasi gerakan ini dapat
memperluas saluran akar

Watch winding - Gerakan oscillation back-and-


forth (file atau reamer) kanan-kiri
seiring masuknya ke dalam
saluran akar
- Sudut 30-60 derajat
- Menggunakan K-type instrument
Watch winding and pull - Instrument digerakkan ke apical
motion dengan memutar kanan-kiri
melalui arc
- Bila instrumen terasa ada
resistensi, instrument ditarik dari
saluran akar

Prinsip Dasar Preparasi Saluran Akar Teknik Standar Preparasi Saluran Akar
 Straight line access terhadap saluran akar.  Tentukan panjang kerja dan pilih file insial.
 Lakukan preparasi secara memutar untuk
memperbesar saluran akar sebesar 2-3 file lebih besar
dari file inisial.
 File dimasukkan ke saluran akar sampai panjang kerja,
kemudian sedikit menekan ke dinding saluran akar
(lateral) dan tarik file.

 Instrumentasi dengan file harus diselingi dengan KERUGIAN


irigasi  saat preparasi suasana saluran akar harus 1. Adanya kemungkinan kehilangan panjang kerja 
basah. akumulasi debris.
 Preparasi saluran akar harus mempertahankan 2. Lebar saluran akar lebih besar dari ukuran instrumen.
bentuk aslinya. 3. Bentuk saluran akar tidak boleh elips/lonjong dengan
diameter yang besar.
4. Hasil obturasi tidak adekuat.
5. Penggunaan irigan dan medikamen tidak adekuat.
6. Insidensi perforasi tinggi.
 Eksplorasi orifis dengan file yang lebih kecil 
memperkirakan bentuk dan ukuran saluran akar.
 Melebarkan saluran akar menggunakan instrumen
sesuai dengan urutan nomornya, jangan sampai ada
yang terlewat.
 Instrument binding dan dentin removal harus
dihindari.
 Setelah file digunakan, file harus selalu dicek dan
dibersihkan.

 Instrumen nomor kecil harus digunakan secara hati-


hati.
 Rekapitulasi dilakukan secara teratur 
menghilangkan debris dan mengembalikan panjang
kerja.
 Hindari preparasi berlebihan dan agresif  hindari
pelebaran saluran akar berlebih.
 Pembuatan apikal stop mungkin dilakukan jika
foramen apikal terlalu besar.
 Menekan dan memutar terus menerus file  file
patah.
 Tentukan daerah apikal yang sebenarnya dengan file
kecil (No. 10) sebelum preparasi.
Teknik Preparasi Saluran Akar

STEP BACK
Preparasi ini terbagi menjadi 2 Fase yaitu:

 fase 1 preparasi dimulai dari kontriksi apical.


 fase 2  preparasi sisa saluran akar yang secara bergradasi semakin membesar.
Fase I

1. Evaluasi karies gigi sebelum mengawali perawatan endodontik


2. Preparasi akses kavitas dan tentukan kanal orifis
3. Tentukan UPK menggunakan pathfinder
4. masukkan instrument pertama yang pas dengan diameter saluran akar (IAF, contoh : kfile no 15) sesuai panjang kerja
dengan gerakan witch winding.
5. Tarik instrument dan lakukan irigasi pada kanal
6. Lakukan lubrikasi pada instrument yang akan digunakan pada daerah apikal
7. Masukkan ukuran file yang lebih besar selanjutnya sesuai UPK, lakukan irigasi ulang
8. Lakukan rekapitulasi ulang pada kanal dengan nomer instrument IAF.
9. Ulangi proses ini sampai 3 nomer file lebih besar dari IAF yang merupakaan Master Apical File (contoh: no 30)
10. Lakukan rekapitulasi dengan jarum IAF sesuai UPK
Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3 Gambar 4

Gambar 7 Gambar 10
Fase II

1. Letakkan file selanjutnya dengan panjang 1 mm lebih pendek dari MAF. Masukkan instrument ke dalam kanal
dengan gerakan watch winding, angkat, lakukan irigasi, dan rekapitulasi
2. Ulangi proses ini dengan file yang lebih besar dan kurangi 1 mm secara berkala dari file yang digunakan
sebelumnya
3. Selanjutnya, 2/3 daerah kanal dan 1/3 koronal saluran akar dipreparasi dan dibentuk dengan nomer file yang lebih
besar
4. Tahap terakhir, haluskan saluran akar dengan Master Apical File (MAF) dengan gerakan push-and-pull untuk
mendapatkan bentuk taper yang halus pada saluran akar.

Gambar 6. #35 file Gambar 7. #40 file dengan Gambar 8. #45 file dengan Gambar 9. Preparasi step back
dengan panjang 1 mm panjang 2 mm lebih pendek panjang 3 mm lebih pendek menghasilkan preparasi apical
lebih pendek dari dari panjang kerja (Garg, dari panjang kerja (Garg, yang kecil dengan instrument
panjang kerja (Garg, 2014) 2014) yang lebih besar digunakan
2014) dengan mengurangi panjang
kerja untuk membentuk taper
(Garg, 2014)
Crown Down

1. Bentuk straight line access pada kanal orifis


2. Preparasi 1/3 koronal pada saluran dengan menggunakan S1 ke dalam kanal dengan gerakan pasif.
3. Irigasi dan rekapitulasi dengan file no 10.
4. Pada gigi yang lebih pendek, gunakan Sx
5. Selanjutnya, gunakan S2 sesuai perkiraan panjang kerja.
6. Konfirmasi panjang kerja menggunakan K-file sampai ukuran 15 menggunakan apex locator atau gambaran
radiograf.
7. Gunakan F1, F2, dan F3 sampai panjang kerja yang ditentukan dan lengkapi preparasi apikal. Bersihkan preparasi
apikal denga menggunakan file untuk membersihkan foramen apikal dan menghaluskan kanal (Garg, 2014)
PENENTUAN PANJANG KERJA
 Definisi
o Panjang kerja → jarak titik referensi koronal ke titik dimana persiapan dan obturasi kanal harus berakhir (Garg,
2014).
o Lebar kerja → dimensi horizontal awal dan post instrumentsi dr sistem saluran akar pd panjang kerja dan
tingkatan lainnya.
o Lebar kerja minimum → sesuai ukuran file apikal awal (IAF) yang mengikat pada panjang kerja.
o Lebar kerja maksimal sesuai ukuran file apikal master (MAF).
Metode untuk menentukan panjang kerja
Metode radiografik Metode nonradiografik

 Formula Grossmann  Digital tactile sense


 Metode Ingle’s  Sensitivitas periodontal apikal
 Metode Kuttler’s  Metode paper poin
 Radiographic grid  Apekslocator elektronik
 Probe endometrik
 Radiografi digital langsung
 Xeroradiografi
 Radiografi substraksi

Metode radiografi untuk penentuan panjang kerja


Keuntungan Kekurangan

• Dapat melihat anatomi gigi • Beda pengamat beda hasil


• Dapat melihat kurvatura saluran akar • Struktur anatomi yang sumperimpose
• Dapat melihat hubungan antara gigi • Gambaran 2 dimensi dari objek 3
yang berdekatan dan struktur dimensi
anatomi • Tidak bisa menginterpretasi foramen
apikal memiliki ujung bukal atau lingual
• Resiko paparan radiasi
• Memerlukan waktu
• Akurasi terbatas
1. Metode Grossmann

• Kekurangan, kesalahan membaca karena:


• Variasi sudut radiograf
• Akar bengkok
• S shaped, saluran akar ganda

2. Metode Kuttler’s
o Keuntungan
a. Kegagalan kecil
b. Banyak menunjukkan keberhasilan
o Kekurangan
a. Memerlukan waktu dan rumit
b. Memerlukan kualitas radiografi yang bagus
o Teknik
 Tentukan letak diameter mayor dan minor pada radiografik preoperatif
 Estimasi panjang akar
 Estimasi lebar
 Masukkan file ke dalam kanal sampai ke estimasi panjang kanal dan ambil foto radiograf
 Jika file terlalu panjang /pendek >1mm dari diameter minor, baca file dan ambil foto radiografi kedua
 Jika file mencapai diameter mayor, tambahkan 0.5mm dari panjang file untuk pasien muda dan 0.67
untuk pasien yang lebih tua
Metode Non Radiografi
• Digital tactile sense
– Melihat peningkatan resistensi dari file ketika mencapai 2-3mm dari apikal
• Tes sensitivitas periodotal
– Berdasar pada respon nyeri pasien, tetapi metode ini tidak selalu menghasilkan pembacaan yang
akurat
• Metode pengukuran paper point
– Paper point secara perlahan dimasukkan ke dalam kanal sesuai estimasi panjang kerja.
– Darah pada bagian apikal paper point mengindikasikan telah melewati batas estimasi panjang kerja.

• Electronic Apex Locator


– Electronic apex locator → menentukan panjang kerja → tambahan dari pemeriksaan radiografi.
– Mencari lokasi konstriksi apikal/sementodentinal junction / foramen apikal dan bukan apeks
radiografik.
• Komponen
– Klip bibir
– Klip file
– Peralatan elektronik
– Kabel yang menyambung dengan 3 bagian diatas
• Keuntungan
– Menyediakan informasi yang objektif dengan tingkat akurasi yang tinggi
– Akurasi pembacaan (90-98%)
– Beberapa apex locator juga tersedia dalam kombinasi dengan pulpa tester
• Kekurangan
– Dapat menghasilkan pebacaan yang tidak akurat pada beberapa kasus
• Apeks Locator generasi pertama (Apeks Locator Resisten)
– Teknik
• Nyalakan alat dan tempelkan klip bibir dekat dengan rahang yang dirawat.
• Pegang file 15 dan masukkan ke dalam sulkus gigi kira-kira 0.5mm (seperti oemeriksaan
probe periodontal).
• Atur tombol kontrol sampai jarum referensi berada pada tengah meter scale dan
menghasilkan bunyi beeps.
• Dengan radiograf preoperatif, perkirakan lebar kerja.
• Bersihkan kanal dan keringkan dengan paper-point.
• Masukkan file kedalam kanal meskipun jarum referensi bergerak dari paling kiri sampai ke
skala tengah dan alarm mengeluarkan bunyi beeps.
• Reset pada referensi point dan catat panjang kerjanya.
• Jika panjang kerja lebih panjang/pendek, kemungkinan terdapat elongasi pada film
preoperatif atau apeks locator tidak akurat.
Keuntungan Kekurangan

• Mudah dioperasikan • Memerlukan daerah yang kering


• Pembacaan secara digital • Pasien sensitif
• Indikasi dapat didengar • Memerlukan kalibrasi
• Dapat mendeteksi perforasi • Memerlukan kontak yang baik dengan klip bibir
• Dapat digunakan dengan K-file • File harus pas dengan saluran akar
• Dapat digabungkan dengan pulp • File tidak boleh berkontak dengan restorasi
tester logam

 Apeks Locator generasi kedua (Apeks Locator frekuensi rendah)


Keuntungan Kekurangan
• Tidak membutuhkan klip bibir • Tidak terdapat tampilan digital
• Pasien tidak sensitif • Sulit dioperasikan
• Analog meter • Kanal harus bebas dari ekektrokonduktif irigan dan cairan jaringan
• Dapat mendeteksi perforasi • Membutuhkan probe yang dilapisi
• Tidak bisa menggunakan file

 Apeks Locator generasi ketiga (apeks locator frekuensi tinggi)


Keuntungan Kekurangan

• Mudah dioperasikan • Membutuhkan klip bibir


• Menggukankan K-type file • Kemungkinan konsleting
• Indikais dapat didengar • Membutuhkan baterai yang penuh
• Dapat dioperasikan meskipun ada cairan • Harus dikalibrasikan untuk setiap kanal
• Analog terbaca • Peka terhadap tingkat cairan kanal
 Kondisi dasar untuk menghasilkan keakuratan apeks locator:
 Kanal harus bebas dari jaringan dan debris
 Kanal harus relatif kering
 Tidak ada kebocoran servikal
 File berkontak baik dengan dinding kanal dan periapeks
 Tidak ada halangan atau kalsidikasi pada kanal

Generasi 1 Generasi 2 Generasi 3

Generasi 4 Generasi 5
IRIGASI DAN MEDIKAMEN INTRAKANAL
IRIGASI
Syarat Ideal Bahan Irigasi Fungsi Irigan
 Broadspectrum antimicrobial  Menghilangkan sisa-sisa dentin
 Membantu dalam debridemen saluran akar  Meningkatkan efisiensi instrumen
 Dapat menghilangkan jaringan nekrotik atau debris  Menghilangkan jaringan nekrotik
 Toksisitas rendah  Menghilangkan debris dari kanal lateral dan aksesori
 Lubrikan yang baik  Sebagai germicidal seperti antibacterial
 Dapat mengalir ke tempat yang sulit terjangkau  Bleaching action
 Dapat mensterilisasi kanal  Irigasi dengan lubricating agent meningkatkan efisinesi
 Dapat mensterilisasi kanal  Membuka tubulus dentin dengan menghilangkan smear
 Dapat menghilangkan smear layer layer
 Inactive endotoxin

FAKTOR YANG MENGUBAH AKTIVITAS CAIRAN IRIGASI


• Konsentrasi
• Kontak
• Ada tidaknya jaringan organik
• Kuantitas irigan yang digunanakan
• Ukuran jarum irigasi
• Tegangan permukaan irigan
• Suhu irigan
• Frekuensi irigasi
• Tingkat observasi
• Diameter kanal
• Usia irigan
Bahan Irigasi yang Digunakan dalam Endodontik

Mekanisme Aksi
Irigan Konsentrasi pH Keuntungan Kerugian
Normal 0.9% 7.3 Physical flushing  Biokompatibel  Tidak memiliki sifat
Saline  Tidak ada reaksi merugikan, disinfeksi dan
bahkan jika terjadi ekstrusi antimikrobial
periapikal  tekanan  Terlalu ringan untuk
osmotik normal saline sama membersihkan kanal
dengan darah sepenuhnya
 Tidak dapat
membershikan flora
mikroba dari tempat
yang sulit dijangkau
seperti kanal aksesori
 Tidak dapat
menghilangkan smear
layer

Sodium 1%, 2.5%, 10.8 Bactericidal  Melarutkan jaringan  Membuat instrumen


hypochlorite 5.25% – 1.2  Antibacterial korosif
 Bleaching action  Dapat menyebabkan
 Lubrikasi kanal luka jaringan jika terjadi
ekstrudasi periapikal
Urea 30% solution Denaturasi protein  “Kendaraan” yang baik
untuk antimikroba seperti
sulfonamide
 Toksisitas rendah
Hydrogen 3% 6 Bactericidal  Memiliki sifat desinfektan
proxide  Berdisosiasi dengan dan antimikrobial
H2O dan [O][O] dalam
aktivitas bakterisidal
 Menyebabkan oksidasi
pada grup sulfhydryl
dari enzim
 Reaksi berbusa dari
H2O2 menyebabkan
debridemen mekanis
Chlorhexidine 0.12% 5.5 –  Konsentrasi rendah  Propertyof substantivity  Bukan merupakan irigan
0.2%  7  bakteriostatik  Efektif untuk bakteri gram utama dalam standar
kontrol plak  Bakteriosidal  positif endodontik
2%  irigasi menyebabkan  Tidak dapat
kanal koagulasi dan membersihkan jaringan
pengendapan nekrotik
sitoplasma  Tidak memiliki efek
terhadap biofilm
EDTA 15%, 17% 5.5 -  Lubrikasi,  Memiliki sifat
7 emulsifikasi, dan membersihkan dentin
mensuspensi debris  Memudahkan manipulasi
 Membentuk chelates kanal
dengan ion kalsium
dari dentin
membuatnya mudah
dimanipulasi
Citric Acid  Digunakan sendiri atau
dikombinasikan dengan
irigan lain
 Menghilangkan smear layer
Salvizol  Surface acting materials like 
quaternary ammonium
group
 Memiliki sifat antibakterial
pada material organik
 Efektif untuk bakteri gram
positif, gram negatif, dan
fungi

 Metode Irigasi
o Poin berikut harus diingat saat mengirigasi kanal:
 Cairan dimasukkan scr perlahan dan pasif kedalam kanal
 Jarum tidak boleh mendesak kedlam kanal dan dapat mengalirkan aliran balik yang adekuat
 Jarum tumpul ukuran 25 atau 27 lebih diutamakan
 Pada kasus kanal yang kecil, deposit cairan di kamar pulpa. Kemudian file membawa cairan ke dalam
kanal.
 Ukuran dan bentuk kanal krusial untuk irigasi.
 Untuk pembersihan yang efektif, jarum yang mendeposit caian harus dekat dengan material yang
akan dibuang.
 Volume irigan lebih penting dibandingkan konsentrasi atau tipe irigan.
MEDIKAMEN INTRAKANAL
 Menghancurkn bakteri yang tersisa dan juga membatasi pertumbuhan yang baru
 Berguna pada perawatan periodontitis apikalis
 Untuk menghilangkan mikroorganisme yang tersisa di kamar pulpa
 Untuk mengeringkan kanal
 Menetralisasi jaringan debris

SIFAT YANG DIHARAPKAN DARI MEDIKAMEN INTRAKANAL:


• Efektif pada bakteri dn jamur
• Tidak mengiritasi jaringan pulpa
• Memiliki aksi antimikrobil yang berkepanjangan
• Memiliki tegangan permukaan yang rendah
• Aktif dalam keadaan adanya darah dan pus
• Tidak mewarnai gigi
• Tidak menginduksi respon imun
• Tidak menggangu perbaikan jaringan periapikal
• Macam macam medikamen Intrakanal
No. Kelompok Jenis Medikamen Intrakanal
1. Minyak Esensial Eugenol
 Kegunaan : medikamen intrakanal, sealer saluran
akar, agen sealing sementara.
 Efek dosis rendah : antiinflamasi
 Efek dosis tinggi : efek sitotoksik
2. Phenolic Compound a. Phenol
 Kegunaan : disinfeksi sebelum bedah periapikal
 Potensi inflamasi tinggi  jarang digunakan lagi
sebagai medikamen intrakanal
b. Parachlorophenol
 Pilihan alternatif phenol
 Kegunaan : medikamen intrakanal gigi infeksi
c. Camphorated Monoparachlorophenol (CMCP)
 Kegunaan : pilihan alternatif medikamen
intrakanal gigi infeksi
d. Cresatin
 Kualitas sama dengan CMCP
 Iritasi terhadap jaringan periapikal lebih kecil
3. Aldehydes a. Formocresol
 Kegunaan : medikamen pulpotomi pada gigi sulung
 Toksik dan mutagenik
b. Paraformaldehyde
 Kegunaan : komponen material obturasi saluran
akar
 Toksik dan alergenik
4. Kalsium hidroksida Indikasi :
- Abses yang parah
- Kasus resorpsi
- Untuk apeksifikasi
- Pulpotomi
- Perawatan non bedah lesi periapikal
- Pulp capping direk dan indirek
- Sebagai sealer untuk obturasi
- Meringankan nyeri post operasi (jika over
instrument)
Keuntungan :
- Menghambat resorpsi akar
- Menstimulasi penyembuhan periapikal
- Meningkatkan mineralisasi
Kerugian :
- Sulit dibersihkan dari saluran akar
- Menurunkan setting time ZnOE sebagai semen
base
Sediaan :
- Pasta  pasta tunggal atau dikombinasi dengan
iodoform
- Bubuk  dicampur dengan saline atau larutan
anestesi
5. Halogen a. Chlorine
- Irigan terbaik pada golongan ini
- Kerugian : berinteraksi dengan bahan organik
b. Iodides
- Sangat reaktif
- Agen antibakteri yang sangat poten dengan kadar
toksik rendah
6. Chlorhexidine gluconate - Aktivitas antibakteri spektrum luas
- Toksisitas rendah
- Konsentrasi efektif : 0.2% - 2%
7. PBSC paste Penicillin  efektif untuk bakteri gram positif
Bacitracin  efektif untuk bakteri yang resisten terhadap
penicillin
Streptomycin  efektif untuk bakteri gram negatif
Caprylate (garam sodium)  efektif untuk jamur
8. Sulfonamides - Untuk medikamen  dicampur dengan air distilasi steril
atau menggunakan paper point lembab
- Kekurangan : diskolorisasi
9. N2 by Sargent - Terdiri dari paraformaldehid, eugenol, phenyl mercuric
- Efek antibakteri jangka pendek  hilang dalam 7-10 hari
10. Chloramines-T - Senyawa klorin dengan efek antimikroba yang baik
- Digunakan pada konsentrasi 5%
- Kegunaan : disinfeksi gutta percha point dan dapat
digunakan pada pasien dengan alergi iodine
11. Quaternary Ammonium Compounds - Kombinasi antibiotik dan kortikosteroid
- Penggunaannya harus dengan bantuan paper point atau
reamer
- Kortikosteroid : meredakan inflamasi periapikal dan
menghilangkan nyeri
- Antibiotik : mencegah pertumbuhan mikroorganisme
PENEMPATAN MEDIKAMEN INTRAKANAL:

 Irigasi saluran akar sampai menghilangkan debris yang tersisa


 Tempatkan master apikal file pada kanal
 Keringkan kanal menggunakan paper point
 Tempatkan medikamen intrakanal pada cotton pellet steril dan tempatkan pada kamar pulpa
 Setelah cotton pellet steril ditempatkan, tutup dengan tamballan sementara
OBTURASI
Tahapan yang dilakukan setelah preparasi saluran akar untuk menutup seluruh sistem saluran akar secara hermetis hingga
kedap cairan (tight fluid seal).

 Tujuan: Menghilangkan semua daerah kebocoran dari rongga mulut ke dalam sistem saluran akar
Menutup saluran akar dari iritan setelah cleaning dan shaping

o Waktu Obturasi: Gigi Asimtomatik


o Saluran Akar Kering  tidak ada cairan eksudat
o Tidak ada Fistula
o Tidak ada Bau  menunjukan adanya kebocoran mikro
o Tambalan sementara masih bagus  kalo rusak harus rekontaminasi
 Kegagalan Obturasi
o Overextension adalah keluarnya bahan pengisi dari foramen apical tetapi kanal mungkin belum terisi penuh
dan apeks belum tertutup
o Underfilling adalah pengisian saluran akar lebih pendek 2 mm dari apeks
Bahan Obturasi
Pasta Semi Solid Solid
• Zinc oxide
• epoxyresin (AH-26) • Guttapercha • Silver COne
• acrylic • Resilon
• polyethlyne & polyvinyl resins • Acrylic
(diaket)
• Semen polikarboksilat
• silicone rubber.

Syarat Ideal Bahan Obturasi (Cohen,2006)


1) Harus dapat dengan mudah dimasukkan kedalam saluran akar
2) Harus menutupi saluran kearah lateral dan apikal
3) Harus tidak mengerut setelah dimasukkan
4) Bakteriosidal  menghalangi pertumbuhan bakteri.
5) Radiopak
6) Tidak menodai struktur gigi
7) Tak mengiritasi jaringan periapikal
8) Harus kedap terhadap cairan
9) Steril dan mudah disterilkan
10) Bila perlu, dapat dikeluarkan lagi.
Guttapercha

Komposisi Bentuk Sediaan Keuntungan Kerugian


• 20% gutta- • Standar (uk • gutta-percha • Kompatibel dan • Kurang kaku
percha, sama dgn point, beradaptasi dengan • Kurang bersifat
• 65% zinc oxide, instrument • auxillary point, baik pada kontur adhesif/ tdak
• 10% endo) • guttapercha saluran akar inert bersifat adhesif
radiopacifier, • Konvensional pellet, • Dapat dilunakkan pada saluran
• 5% plasticizer • precoated core dengan pemanasan akar  harus
carrier, atau pelarut organik menggunakan
• syringe system, (eucaliptol, khloroform, sealer/ semen
guttaflow, xylol, turpentine) saluran akar
medicated gutta- • Dimensinya stabil • Mudah bergeser
percha • Toleransi terhadap karena tekanan
jaringan baik
• Tidak mengubah warna
gigi
• Radiopak
• Dapat diambil dengan
mudah dari saluran
akar
Sealer

• menutup ruang antara dinding dentinal dan bahan obturasi


• digunakan untuk mengisi ruang kosong dan bentuk irregular saluran akar, lateral dan aksesori kanal
• lubricant dalam proses obturasi

• Contoh sealer: Zinc oxide eugenol, sealer calcium hidroksida, sealer glass ionomer, resin based sealer, kalsium silikat
based.

Syarat Ideal Bahan Obturasi (Cohen,2006)

1) Harus dapat dengan mudah dimasukkan kedalam saluran akar


2) Harus menutupi saluran kearah lateral dan apikal
3) Harus tidak mengerut setelah dimasukkan
4) Bakteriosidal  menghalangi pertumbuhan bakteri.
5) Radiopak
6) Tidak menodai struktur gigi
7) Tak mengiritasi jaringan periapikal
8) Harus kedap terhadap cairan
9) Steril dan mudah disterilkan
10) Bila perlu, dapat dikeluarkan lagi.

Teknik Obturasi
- Kondensasi Lateral
- Kondensasi Vertikal
Teknik Kondesasi Lateral

o Keuntungan: dapat digunakan pada kebanyakan situasi klinis, menurunkan kemungkinan overfilling (mampu
mempertahankan UPK)
o Kerugian: tidak menghasilkan penutupan yang homogeny, master cone dan guta perca tambahan tidak dapat menyatu,
tidak dapat mengisi dengan baik kalau ada ketidak teraturan saluran akar (irregularities canal).

Teknik Kondensasi Vertikal

• Kondensasi menggunakan plugger yang dipanaskan dan penekan guttapercha yang telah dilunakan kearah vertical
sehingga guttapercha mengisi seluruh saluran akar

• Keuntungan: sangat baik mengisi saluran apikal termasuk saluran aksesori

• Kerugian: meningkatkan resiko fraktur vertical akar dan membutuhkan waktu lebih lama

o Tahapan Kondensasi Lateral


1) Pilih master cone gutapercha dengan diameter Master Apical File (MAF) sampai terasa tugback (terasa sedikit
terhambat saat ditarik)
2) Pastikan master cone pas, dilihat dengan foto rontgen
 Masrer cone lbh pendek dr UPK  irigasi dn NaOCl  seuai UPK
 master cone melebihi foramen apical  ganti ukuran lbh besar
 Master cone  bntk “s”  ukuran terlalu kecil
3) Pilih ukuran spreader, harus mencapai 1-2mm dari apical stop
4) Keringkan saluran akar dengan paper point
5) Aplikasikan sealer pada saluran akar.Apikal mastercone dilapisi dengan sealer dengan ditempatkan kembali ke
dalam sa;uran akar
6) Spreader dimasukan disisi master cone dan ditekan ke arah apikal
7) Guttapercha aksesori ditempatkan pada ruang yang ditinggalkan spreader
8) Proses ini diulang sampai seluruh saluran terisi padat
9) Kelebihan gutttapercha dipotong dengan instrumen (1mm dari margin gingiva)

Gambar Teknik Kondensasi Lateral

1. 2. 3. 5. 6.

7. 8.
Tahapan Kondensasi Vertikal

1) Pilih master cone sesuai dengan ukuran saluran akar  dilihat dengan radiografi  cone 1-2mm dari apikal stop
2) Irigasi dengan NaOCl dan keringkan dengan paper point
3) Pilih plugger dengan ukuran yang sesuai
4) Aplikasikan sealer pada saluran akar
5) Potong ujung guttapercha pada bagian koronal dengan instrument panas
6) plugger yang dipanaskan untuk menekan guttapercha ke saluran akar
7) lakukan backfilling sampai guttapercha mengisi seluruh saluran akar

Gambar Kondensasi Vertikal

1. 3. 6. 7.
DAFTAR PUSTAKA

American Association of Endodontics. 2010. Colleagues for excellence, access opening and canal location. [online] Available
from:http://www.aae.org/uploadedfiles/publications_and_research/endodontics_colleagues_for_excellence_newsletter/ro
otcanalirrigantsdisinfectants.pdf

American Association of Endodontist. 2012. Guide to Clinical Endodontic. Chicago: AAE

Douglas A., Young, et al., 2015. The American Dental Association Caries Classification System for Clinical Practice. Chicago:JADA
146(2)

Garg, Nisha., Garg, Amit., 2014. Textbook of Endodontics. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers
(P) Ltd.

Hargreaves, K.M, Cohen, Stephen. 2011. Cohen’s Pathways of the Pulp. St Louis Missouri: Mosby Elsevier.

Hargreaves, K; Berman, L . 2015. Cohen’s Pathways of the Pulp. Canada: Elsevier.

Mustafa, M. dkk. 2012. Role of Calcium Hydroxide in Endodontics : A Review. Global Journal of Medicine and Public Health

Sidhiarta, W. 2000. Penggunaan Kalsium Hidroksida pada Bidang Komservasi Gigi. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.
Jakarta

Tarigan, Rasinta. 2002. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Jakarta: EGC.


th
Torabinejad M, Walton RE. Principles and practice of endodontics 4 ed. Philadelphia: Saunders Company; 2009

Anda mungkin juga menyukai