Anda di halaman 1dari 123

BUKU SAKU ENDO

Dian Purbasri N. (160112160010)


Nursabrinah Mutiarasari (160112160020)
M. Andyka F. S. P. (160112160022)
Dela Armilda (160112160086)
Diandra Amalia (160112160088)

Pembimbing

drg. Ika Destina Ulfa, Sp. KG


SISTEMATIKA DIAGNOSIS ENDODONTIK

Keluhan Utama

Riwayat gejala atau masalah yang diungkapkan pasien dengan kata katanya sendiri.

Riwayat Kesehatan

Riwayat Medis Riwayat Dental Tanda dan Gelaja Saat ini

Evaluasi Diagnostik
Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan
Special Test
Subjektif Objektif Radiograf
Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan
Special Test
Subjektif Objektif Radiograf

• Lokasi • Pemeriksaan • Limitasi • Pembuangan


• Intensitas Ekstraoral • Periradikular karies
• Durasi • Jaringan Lunak • Pulpa • Anastesi selektif
• Stimulus • Gigi Geligi • Transluminasi
• Bantuan/ hal • Tes Klinis
yang
Meringankan
• Spontanitas
Pemeriksaan Ekstraoral Jaringan Lunak

Cek tampilan umum, warna kulit, dan Periksa mukosa dan gingiva secara visual
asimetri wajah dan digital untuk perubahan warna,
inflamasi, ulserasi, pembengkakan dan
pembentukan saluran sinus.
Catat pembengkakan, kemerahan, saluran
sinus, lunak atau pembesaran nodus
limfatikus, rasa tidak nyaman saat dipalpasi
atau pergerakan dari TMJ.

Gigi Geligi Tes Klinis

Periksa gigi apabila terdapat Tes Periradikular


perubahan warna, fraktur, abrasi,
erosi, karies, restorasi yang besar, dan
abnormalitas yang lain. Tes Vitalitas Pulpa

Pemeriksaan Periodontal
TES PERIRADIKULAR

Perkusi Palpasi Tekan

• Respon nyeri→ indikator • Respon nyeri→ indikator • mengetahui ada/


inflamasi periradikular inflamasi periradikular tidaknya fraktur /
• Isolasi daerah kerja inflamasi pd jaringan
• ketukkan dg tekanan periapikal.
ringan pd insisal/oklusal • isolasi daerah kerja
gigi sejajar sumbu aksial • letakkan cotton swab/
gigi dg ujung instrumen bud pd gigi yg terlibat
tumpul • instruksikan utk
• perhatikan respon menggigit scr perlahan
pasien, mulai dari gigi • perhatikan respon
normal dahulu pasien, mulai dari gigi
normal dahulu
TES VITALITAS PULPA

Dingin Panas Pulpa Elektrik Kavitas


•bersihkan,
•isolasi daerah kerja. •isolasi daerah kerja. keringkan dan • Sensasi yang
•keringkan •keringkan isolasi gigi, tiba-tiba dan
permukaan bukal/ permukaan bukal kemudian tajam ketika bur
labial gigi dengan atau labial gigi tempatkan sedikit memotong dentin
cotton pellet. dengan cotton pasta gigi atau mengindikasikan
•Ethyl cholride spray pellet. konduktor yang lain pulpa
disemprotkan pada •Gutta percha pada elektroda.
mengandung
cotton pellet yang dipanaskan sampai •Pastikan mengikuti jaringan vital.
dipegang dengan lunak, tidak instruksi pabrik
pinset. mencair. untuk menegakkan
•cotton pellet/ Ice •ditempelkan pada pengukuran yang
stick ditempelkan daerah servikal gigi akurat.
pada servikal gigi yang telah •Sensasi mungkin
yang telah dikeringkan dideskribsikan
dikeringkan sebelumnya. seperti tergelitik,
sebelumnya dan Perhatikan respon rasa menyengat atau
dilihat bagaimana pasien. rasa panas , teras
respon pasien. penuh atau ditekan.
Pemeriksaan Radiografi
Keterbatasan Pemeriksaan Radiografi
1. Pulpa vital yang terinflamasi secara patologis
2. Pulpa yang nekrosis tidak memperlihatkan perubahan pada stase awal
3. Proses inflamasi harus menyebar sampai ke tulang kortikal agar terlihat dalam radiografi

Lesi periradikular yang berasal dari pulpa memiliki tiga karakteristik berupa :
1. Menghilangnya lamina dura di apikal
2. Gambaran radiolusen pada apeks
3. Radiolusen tampak seperti ‘hanging-drop’

Pulpa
Hanya sedikit keadaan patologis yang berkaitan dengan pulpitis irreversibel yang terlihat secara radiografis.
Resorpsi internal atau kalsifikasi diffus yang meluas di kamar pulpa biasanya mengindikasikan adanya
iritasi yang telah lama terjadi.
Tes Lain yang dilakukan
1. Caries Removal (Penghilangan Karies)
Penetrasi ke dalam pulpa dapat mengindikasikan pulpitis irreversibel yang memerlukan perawatan
endodontik dan menentukan kedalaman karies.
2. Selective Anesthesia
Berguna untuk gigi yang terasa sakit, terutama untuk pasien yang tidak dapat mengisolasi gigi mana yang
terasa sakit.
3. Transiluminasi
Untuk mengidentifikasi fraktur vertikal pada mahkota karena fragmen fraktur tidak dapat mentransmisikan
cahaya dengan baik.

Analisis Data
Susun Diagnosis dan Rencana Perawatan
(AAE, 2010)
Diagnosis Pulpa (AAE, 2013)
Diagnosis Apikal

Pemeriksaan Subjektif V P T Pal M Radiogafi


Jaringan Tidak ada keluhan + - - - - TAK
Periapikal Normal
Periodontitis Inflamasi pada periodontal di apikal - + + + +/- Lesi radiolusen di
Apikalis apical, penebalan
Simtomatik membrane periodontal
Periodontitis Inflamasi dan destruksi periodontal di - - - - - Lesi radiolusen di
Apikalis apikal apical, penebalan
Asimtomatik membrane periodontal
Abses Apikalis Inflamasi infeksi pulpa ditandai  - - - - - Lesi radiolusen di
Kronis nekrosis onset bertahap apical, penbalan
Adanya FISTULA membrane periodontal

Abses Apikalis Inflamasi infeksi pulpa ditandai  - + + + - Lesi radiolusen di


Akut nekrosis onset cepat, sakit spontan apical, penbalan
Pembentukan PUS, Pembengkakan membrane periodontal

Condensing reaksi tulang yang terlokaslisir lesi radioopak difus


Osteitis terhadap inflamasi tingkat rendah yang
biasanya terlihat pada apex
Histopatologi Karies Gigi

1. Karies Gigi  proses yang dapat terjadi pada seluruh permukaan gigi terutama bila terdapat deposisi plak gigi
secara terus menerus.

2. Plak  suatu kelompok mikroorganisme yang aktif secara metabolik yang melekat pada permukaan gigi
(Garg, 2013)

Permukaan Halus

Karies Enamel

Pit dan Fisura


Zona pada Karies Enamel

Gambar 1. Zona Karies Enamel (Garg, 2013)


Zona Translusen Zona Gelap Zona Badan Lesi 1. Zona Permukaan

1. Sisi paling dalam 1. Terletak di sebelah 1. Bagian terbesar pada 1. Zona ini tidak/paling
suatu lesi dan superfisial dari karies insipient sedikit terinfeksi oleh
2. 2. 10x lebih porus zona translusen 2. Ditemukan di antara dentin
dibandingkan enamel 2. Biasanya ada dan zona permukaan dan 2. Resistensi lebih besar
sehat menunjukkan zona zona gelap mungkin karena
3. Tidak selalu ada positif 3. Merupakan daerah derajat mineralisasi
3. Disebut zona gelap dengan demineralisasi lebih besar dan
karena tidak terbesar dan konsentrasi fluoride
mentransmisikan membuatnya menjadi lebih tinggi.
cahaya polarisasi lebih porus 3. Kurang dari 5%
4. Terbentuk saat porositas
demineralisasi 4. Radiopasitas dapat
dibandingkan dengan
enamel gigi
sebelahnya. (Garg,
2013).
Karies Dentin

1.
komponen anorganik dan penghancuran
komponen organic pada serabut kolagen
2.

serangan asam

Perubahan Dentin Awal


Gambar 1. Perubahan dentin yang disebabkan oleh
karies (Garg, 2013).

1. Perubahan awal pada dentin Karena karies 


Dentin Sklerosis

2. Terjadi proses kalsifikasi tubuli dentin 


mencegah penetrasi M.O lebih dalam, lebih
menonjol pada karies kronis
1. Perubahan Dentin Awal

Intertubular dentin
Memberi gambar
Tubuli dentin tersumbat mengalami
transparan pada lampu
seluruhnya oleh demineralisasi à lebih
transmisi à dentin
pengendapan mineral lembut dan transparan
transparan
dari dentin sehat

Tubuli dentin sedikit


Substrat karbohidrat à
Tubuli dentin terbungkus terlibat à M.O
mendukung
M.O à berbentuk penetrasi ke tubuli
pertumbuhan M.O
coccus/bacillus dentin à Pioneer
(Garg, 2013).
Bacteria
Perubahan Dentin Tingkat Lanjut

Pembentukan
Dekalsifikasi terus Diameter tubuli dentin
liquefaction foci à
berlanjut à tubuli meningkat à
destruksi tubuli dentin
dentin menyatu diselubungi oleh M.O
berisi jaringan nekrotik

Terbentuk celah pada


karies dentin à dapat Hasil à massa nekrotik
terkelupas saat konsistensi kasar
ekskavasi
Zona Karies Dentin

Batas ketebalan minimal dentin sehat yang


memisahkan jaringan pulpa dari lesi karies

2.
3. 0.8-
sempurna
Gambaran Klinis 4. 0.3- pulpa
Zona Keterangan

1. Dentin Normal 1. Zona degenerasi berlemak Serabut Tome’s


2. Terbentuk oleh degenerasi proses odontogenik
3. Memproduksi nyeri tajam pada stimulasi
2. Zona Sklerosis Dentin 1. Intertubular dentin berdemineralisasi
2. Sclerosis dentin (deposisi garam kalsium pada
tubuli dentin)
3. Kerusakan proses zona odontoblast
4. Tidak terdapat bakteri pada zona ini, sehingga
zona ini mampu untuk remineralisasi
3. Zona Dekalsifikasi 1. Demineralisasi lebih jauh dari intertubular dentin
yang mengarah pada dentin yang lebih lunak
4. Zona Bakteri Invasif 1. Pelebaran dan distorsi tubuli dentin yang terisi
oleh bakteri
2. Dentin tidak dapat reparasi sendiri
3. Zona ini harus dihilangkan saat preparasi gigi
5. Zona Dekomposisi Dentin karena Asam dan Enzim 1. Zona terluar
2. Terdiri dari dentin terdekomposisi yang terisi oleh
bakteri
3. Harus dihilangkan saat preparasi gigi (Garg, 2013)
Sisa Ketebalan Dentin 2. Hanya sebagian dentin lunak dibuang saat

 3. buang
menurunkan efek toksik pada pulpa sebesar sisa karies lunak
75%, 1 mm menurunkan efek toksik sebesar 4. Gigi direstorasi permanen
90%, dan sangat sedikit kemungkinan reaksi 5. Teknik ini berhasil untuk mencegah eksponasi
pulpa bila sisa ketebalan dentin sebesar 2 mm pulpa
 Hal ini dapat membantu dalam menentukan 6. Dentin menunjukkan warna berbeda saat
penggunaan base dan liner kunjungan kedua
7. Penurunan jumlah bakteri

Mengapa dilakukan stepwise excavation?

1. Kavitas dengan prosedur dua kali kunjungan


menunjukkan dentin dengan warna yang lebih
gelap, keras, dengan konsistensi lebih kering
2. Dengan membuang sebagian massa karies dan
menutup sisa karies dari bakteri oral dapat
Stepwise Excavation menurunkan kadar aktif lesi karies
3.
1. Pembuangan karies dapat dilakukan dalam 2 aktif ke pasif dapat diiringi dengan formasi
tubuli dentin tersier
minggu hingga 2 tahun 4. Ekskavasi akhir dilakukan sebab lebih mudah
ekskavasi karies yang gelap dan keras
dibandingkan dentin kuning lunak
demineralisasi (Praveena, 2015)

Gambaran  menunjukkan bahwa penelitian


menunjukkan bahwa stepwise tidak harus dilakukan
Semen kalsium silikat (contoh : MTA) dapat berhasil
pada beberapa kasus (Praveena, 2015)
Kalsium Hidroksida

• 1920  Hermann memperkenalkan CaOH sebagai Pulp Capping Agent


• Sekarang telah banyak fungsi lain untuk perawatan Endodontik

CaOH sebgai Pulp Capping Agent

• CaOH merupakan obat pilihan pulp capping


• Histologi: tebentuk jembatan dentin yang utuh dengan pulpa radicular yang sehat
• Kalsium hidroksida  pada pulpa  nekrosis dan inflamasi jaringan dibawahnya  dibawahnya akan
terbentuk lapisan odontoblast  lapisan dentin reparative baru
• Pada waktu 4 minggu menunjukan penurunan jumlah bakteri. Pembentukan dentin yang signifikan terjadi
saat 5 bulan

CaOH pada Pulpotomi


• medikamen untuk pulpa yang paling direkomendasikan untuk pulpa gigi akar muda yang belum menutup
secara sempurna
• Histologi: jaringan pulpa  akan mengalami nekrosis karena pH yang tinggi  nekrosis disertai inflamasi jar
dibawahnya  setelah 4 minggu akan terbentuk lapisan odontoblastic
Mekanisme Kalsium Hidroksida pada Pulp Capping
Gambaran histologi jaringan nekrotik yang
disebabkan tingginya pH CaOH

`
PULP CAPPING

 Definisi
o Tindakan menempatkan dressing secara langsung ke pulpa yang terekspose tanpa
menghilangkan jaringan lunak (Cohen, 2011).
o Tindakan menempatkan dressing langsung ke pulpa yang terekspose (Garg, 2014).
 Indikasi
Direct Pulp Capping Indirect Pulp Capping
•Gigi permanen → sedikit pulpa yang terekspose •Gigi permanen → diagnosis pulpa normal tanpa
→ mekanis/trauma selama preparasi kavitas/ tanda tanda pulpitis/dengan diagnosa pulpitis
terekspose karena karies pada gigi → pulpa reversibel → memiliki karies yang dalam tetapi
normal atau pulpitis reversibel. (Torabinejad, tidak mengenai pulpa (AAPD, 2014)
2009) •Tidak ada riwayat gejala gejala pada pemeriksaan
•Eksposure mekanis pada gigi vital dan tidak subjektif (AAE, 2012)
terdapat kelainan pulpa (AAE, 2009) •Radiografi →tidak menunjukkan adanya pathosis
•Perdarahan dapat dikontrol pada daerah periradikular (AAE, 2012)
eksposure (AAE, 2012) •Pasien telah diinformasikan → perawatan
•Seal yang adekuat (AAE, 2012) endodontik mungkin diindikasikan dimasa depan
•Pasien telah diinformasikan → perawatan (AAE, 2012)
endodontik mungkin diindikasikan dimasa depan
(AAE, 2012)
 Tujuan

Direct Pulp Capping Indirect Pulp Capping

•Mencegah tanda klinis atau gejala yang •Mencegah tanda klinis dan gejala yang
merugikan. merugikan.
•Mengembangkan kontak bahan capping •Mendapatkan bukti radiografi perkembangan
radioopak biokompatibel dengan jaringan akar.
pulpa. •Mencegah kerusakan pada jaringan
•Menjaga respon normal terhadap tes pulpa pendukung periradikular.
elektrik dan termal. •Mencegah defek resorptif atau perkembangan
•Mencegah kerusakan → jaringan pendukung kalsifikasi kanal yang dilihat dari evaluasi
periradikular. radiografi periodik.
•(AAE, 2012) •(AAE, 2012)
 Prosedur
Direct Pulp Capping Indirect Pulp Capping
•ekspose mekanis yang kecil saat preparasi •Dua kali kunjungan → jarak kunjungan 6-8
kavitas → bersihkan kavitas. bulan.
•sedikit perdarahan→ kontrol perdarahan. •Kunjungan pertama →karies dieskavasi→
•Aplikasikan calcium hidroxide / mineral trioxide meninggalkan dentin yang terinfeksi yang dekat
agregate (MTA) pada permukaan jaringan pulpa dengan pulpa.
•Aplikasikan base. •Calcium ditempatkan diatas dentin → base.
•Restorasi final ditempatkan diatas base. •Berikan tambalan sementara.
•Status pulpa dan periradikular harus dicek •Pada pertemuan kedua→ restorasi dibuka dan
secara periodik. karies residual dihilangkan→ gigi direstorasi
•(Torabinejad, 2014) permanen
•(AAE, 2012)

 Sterilisasi Pulp Capping


o Teknik:
 Setelah kavitas dibersihkan dari karies, kavitas kemudian dibersihkan dan dikeringkan
 Gunakan chlorhexidine 2% solution di dasar kavitas dan diamkan selama 60 detik
 Kemudian keringkan dengan air spray
 Kavitas dapat diaplikasikan CaOH dan base (ZOE)
Follow-Up

•Tes vitalitas, palpasi, perkusi dan radiografi →setelah 3 minggu, 3, 6, dan 12 bulan (Garg, 2014)

Prognosis

•Prognosis mencapai 80% tergantung pada:


•Kemampuan calcium hidroksida → mendisinfeksi pulpa superfisial dan dentin, → mematikan area
yang terinflamasi secara superfisial (Garg, 2014)
•Kualitas bakterial tight seal pada restorasi (Garg, 2014)
PULPOTOMI

• Pulpotomi  ekstirpasi koronal jaringan pulpa vital


 Dilakukan pada GIGI SULUNG atau GIGI DEWASA MUDA dengan karies yang luas namun
tidak terdapat patologi pada radikular serta ketika pembuangan karies menyebabkan
tereksposnya pulpa.
TUJUAN PULPOTOMI
Melindungi vitalitas pulpa

Memicu terjadinya apeksogenesis  mempertahankan pulpa pada salurn akar gigi dewasa muda

Meredakan rasa sakit  kasus pulpitis akut

Mencegah gejala klinis yang merugikan

Mendapatkan bukti radiografi perkembangan akar yang cukup untuk perawatan endodontik  dapat
terjadi peningkatan panjang akar

Mencegah kerusakan jaringan pendukung periradikular


TUJUAN PULPOTOMI

Mencegah defek resorptif /percepatan kalsifikasi kanal yang dapat ditentukan dengan
evaluasi radiografi periodik

Jaringan radikular yang tersisa harus asimtomatik tanpa gejala klinis seperti sensitifitas,
nyeri atau bengkak

Tidak terdapat gambaran patologis dari radiorafi: resorpsi eksternal setelah dilakukan
perawatan, resorpsi internal dapat terjadi namun sifatnya self-limitting dan stabil

Operator harus memonitor resorpsi internal, membuang jaringan gigi yang terinfeksi jika
perforasi menyebabkan hilangnya jaringan pendukung tulang dan atau menyebabkan
gejala klinis infeksi dan inflamasi

Tidak boleh membahayakan gigi permanen yang akan tumbuh


KRITERIA KEBERHASILAN PULPOTOMI

Perkembangan
Tidak ada
akar yang
Tidak ada gambaran Gigi harus
Gigi yang berkelanjutan
indikasi resorpsi radiografi merespon pada
asimtomatik menjadi bukti
akar periodontitis tes pulpa
pada gambaran
periradikular
radiografi
• Pulpa vital yang terekspos /pulpitis irreversible pada gigi
sulung /setelah pembuangan jaringan karies atau setelah
trauma.
• Jaringan koronal diamputasi, sisa jaringan radikular vital tanpa
supurasi, purulensi, nekrosis atau perdarahan yang berlebih
yang tidak dapat dikontrol dengan damp cotton pellet setelah
beberapa menit
INDIKASI • Tidak ada tanda-tanda infeksi dan resorpsi patologis pada
gambaran radiografi
• Perawatan emergency pada gigi permanen hingga perawatan
saluran akar dapat diselesaikan. Perlu dilakukan pulpal
debridement.
• Prosedur interim pada gigi permanen dengan pembentukan akar
yang belum lengkap untuk melanjutkan perkembangan akarnya
(apexogenesis).

• Gigi sulung yang tidak didukung oleh struktur akar yang baik, resorpsi
KONTRAINDIKASI internal, perforasi furkasi atau terdapat patosis periradikular dapat
membahayakan gigi permanen yang akan tumbuh
CALCIUM HYDROXIDE PULPOTOMY

INDIKASI: Gigi dewasa muda dengan pembentukan akar yang belum lengkap untuk
meningkatkan apexogenesis
PULPOTOMI PARSIAL

Membuang jaringan pulpa koronal sampai sebatas jaringan pulpa yang sehat.

Kalsium hidroksida  material of choice untuk gigi dewasa muda untuk merangsang pembentukan
dentine bridge pada gigi dengan karies pulpa yang terekspos.
TEKNIK

Setelah gigi dianestesi, rubber dam ditempatkan

Preparasi kavitas sedalam 1-2 mm dengan bur diamond

Menempatkan selapis tipis kalsium hidroksida yang dicampur dengan larutan


saline atau larutan anestesi dan akses kavitas ditutup dengan restorasi sementara
Full Pulpotomy
Prosedur ini melibatkan penghilangan seluruh pulpa koronal sampai orifis saluran akar (Cohen, 2011)

Indikasi

 Paparan traumatis setelah lebih dari 72 jam


 Paparan akibat karies pada gigi muda dengan apeks yang baru terbentuk sebagian
Teknik

 Anestesi
 Penempatan rubber dam
 Desinfeksi superfisial
 Pulpa koronal dihilangkan sampai ke orifis saluran akar.
 Aplikasi Kalsium hidroksida
 Restorasi koronal
Follow-Up
Radiografi sangat penting untuk menilai tanda-tanda adanya periodontitis apikal dan memastikan kelanjutan
pembentukan akar
Prognosis
Prognosis 75% -> lebih buruk daripada parsial pulpotomy.
Karena ketidakmampuan untuk mengevaluasi status pulpa setelah full pulpotomy -> beberapa ahli telah
merekomendasikan pulpektomi secara rutin setelah akar terbentuk sepenuhnya dengan tingkat keberhasilan
dalam kisaran 95%, Cohen, 2011)
PULPEKTOMI (TARIGAN, 2002)
Pulpektomi  Menghilangkan seluruh jaringan pulpa

INDIKASI

Gigi dengan infeksi yang melewati ruang kamar pulpa, baik pada gigi vital, nekrosis sebagian maupun gigi
sudah nonvital.
Saluran akar dapat dimasuki instrument.

Jaringan periapeks dalam gambaran radiografis kurang dari sepertiga apikal.

Pendarahan berlebihan pada pemotongan pulpa (pulpotomi) tidak berhasil

Sakit spontan tanpa stimulasi

Keterlibatan tulang interradikular tanpa kehilangan tulang penyangga

Tanda-tanda/gejala terus menerus setelah perawatan pulpotomi


KONTRAINDIKASI

Keterlibatan periapikal Resorbsi internal


Resorbsi akar ekstensif
atau mobilitas meluas menyebabkan Pasien tidak kooperatif
atau > 1/2 akar
ekstensif perforasi bifurkasi

PULPEKTOMI VITAL
1. Foto Rontgen mengetahui panjang dan jumlah saluran akar serta keadaan jaringan sekitar gigi
yang akan dirawat.
2. Pemberian anestesi lokal
3. Isolasi dengan rubber dam
4. Jaringan karies dibuang dengan bor fisur steril. Atap kamar pulpa dibuang dengan menggunakan bor
bundar steril kemudian diperluas dengan bor fisur steril.
5. Jaringan pulpa di kamar pulpa dibuang dengan menggunakan ekskavatar atau bor bundar
6. Perdarahan yang terjadi setelah pembuangan jaringan pulpa dikendalikan dengan menekankan cotton
pellet steril yang telah dibasahi larutan saline atau akuades selama 3 sampai dengan 5 menit.
7. Kamar pulpa dibersihkan dari sisa-sisa jaringan pulpa yang telah terlepas kemudian diirigasi dan
dikeringkan dengan cotton pellet steril. Jaringan pulpa di saluran akar dikeluarkan dengan
menggunakan jarum ekstirpasi dan headstrom file.
8. Saluran akar diirigasi dengan akuades steril untuk menghilangkan debris dan darah kemudian
dikeringkan dengan menggunakan paper point steril yang telah dibasahi dengan formokresol
kemudian diaplikasikan ke dalam saluran akar selama 5 menit.
9. Saluran akar diisi dengan pasta mulai dari apeks hingga batas koronal dengan ,menggunakan rotary
paste filler
10. Lakukan lagi foto rontgen untuk melihat ketepatan pengisian .
11. Kamar pulpa ditutup dengan ZnOE atau zinc fosfat
12. Selanjutnya gigi di restorasi dengan restorasi permanen.
PULPEKTOMI NONVITAL
INDIKASI

Mahkota gigi masih dapat direstorasi

Tidak ada mobility dan jaringan periodontal normal

Foto rongen menunjukkan resorpsi akar tidak lebih dari sepertiga apical, tidak ada granuloma pada
gigi sulung.
Kondisi pasien baik serta ingin giginya dipertahankan dan bersedia untuk memelihara kebersihan
gigi dan mulutnya

KONTRAINDIKASI

Akar bengkok dengan


granuloma/ kista yang
Gigi tidak dapat Resorpsi akar lebih dari
Pasien tidak kooperatif sukar di bersihkan atau
direstorasi lagi sepertiga apical
sukar dilakukan tindakan
bedah endodonti
TEKNIK PULPOTOMI NONVITAL
KUNJUNGAN I

Foto rontgen

Isolasi daerah kerja.

Buka atap pulpa dan setelah ruang pulpa terbuka, jaringan pulpa diangkat dengan file Hedstrom.

Instrumen saluran akar pada kunjungan pertama tidak dianjurkan jika ada pembengkakkan, gigi goyang atau ada fistel.

Irigasi saluran akar dengan H2O2 3% keringkan dengan gulungan kapas kecil.

Obat anti bakteri diletakkan pada kamar pulpa formokresol atau CHKM dan diberi tambalan sementara.

KUNJUNGAN II (setelah 2-10 hari)

Buka tambalan sementara.

Jika saluran akar sudah kering dapat diisi dengan ZnO dan eugenol formokresol (1:1) atau ZnO dan formokresol.

Kemudian tambal sementara atau tambal tetap.


• Jumlah kunjungan, waktu pelaksanaannya dan sejauh mana instrumen dilakukan ditentukan oleh
tanda dan gejala pada tiap kunjungan.
• Artinya saluran akar diisi setelah kering dan semua tanda dan gejala telah hilang.
Access Opening
Triad endodontik :

 Preparasi biomekanik
 Kontrol mikroba
 Obturasi
Akses yang memadai adalah kunci untuk mencapai keberhasilan endodontik (AAE, 2010)

Tujuan Preparasi Akses Kavitas

 Akses yang lurus dan langsung kearah foramen apikal


 Mengambil seluruh atap kamar pulpa
 Menjaga struktur gigi yang tersisa agar tetap kuat (Garg, 2007)
Konsep dasar
Menghilangkan jaringan pulpa seluruhnya dari kompleks pulpa -> berawal dari bagian oklusal pada tanduk
pulpa dan berakhir pada foramen apikal. Proses pembersihan dan pembentukan kompleks dapat dibagi
menjadi empat tahap yaitu analisis pra-akses, penghilangan atap kamar pulpa, identifikasi ruang pulpa dan
orifis lubang saluran akar, serta instrumen saluran akar (AAE, 2010)
Analisis Pra-Akses Teknik Akses Lokasi Orifis Instrumen

Kamar pulpa: Menghilangkan seluruh “Law of Symmetri 1” Bur bundar karbida


 “Law of defek restorasi dan karies Kecuali pada M RA, #2, #4, #6 
Centrality”   cegah kontaminasi menghilangkan
orifis memiliki jarak
kamar pulpa berada bakteri saat perawatan karies dan membuat
yang sama dengan garis
di tengah gigi pada (AAE, 2010) bentuk outline
yang ditarik dalam arah
tingkat CEJ eksternal akhir,
mesiodistal melalui
serta penetrasi
kamar pulpa
melewati atap
kamar pulpa untuk
menghilangkan
atapnya
 “Law of
Concentricity”  (Cohen, S., &
dinding kamar Hargreaves, K., 2006)
pulpa konsentris
terhadap outline
eksternal gigi pada (Cohen, S., &
tingkat CEJ Hargreaves, K.,
2006)

(AAE, 2010)

Angulasi gigi: radiografi Memilih bur yang tepat  “Law of Symmetri 2” Bur fissure karbida
(AAE, 2010) fissure/tapered atau diamond
Kecuali pada M RA,
Untuk menghilangkan dengan rounded
orifis terletak pada garis
restorasi juga cutting end 
lurus yang tegak lurus
pertimbangkan (contoh: kegunaan sama
dengan garis mesiodistal
untuk menghilangkan dengan bur bundar.
tadi
restorasi logam) Keuntungannya:
(AAE, 2010) dapat juga
digunakan untuk
memperlebar
dinding aksial pada
(Cohen, S., & preparasi akses
Hargreaves, K., 2006) kavitas

(Cohen, S., &


Hargreaves, K.,
2006)
Jarak dari puncak cusp ke Menghilangkan seluruh “Law of Color Change” Bur fissure karbida
furkasi: cegah perforasi atap kamar pulpa dan diamond
Warna kamar pulpa lebih
furkasi  Bur lurus (fissure, gelap dari dinding dengan safety tips
 Bur mengarah ke dll)  gerakkan sekelilingnya (tanpa cutting ends)
tengah CEJ lateral searah  memperlebar
 Paralel sumbu sumbu panjang gigi dinding aksial
panjang gigi kamar pulpa
(AAE, 2010)

(Cohen, S., &


 Bur bundar  Hargreaves, K., 2006)
menghilangkan atap
kamar pulpa yang
overhang dengan
gerakan menarik ke
oklusal
(Cohen, S., &
Hargreaves, K.,
2006)

Harus tahu kapan berhenti:


“The Law of Color
Change”  warna kamar
pulpa lebih gelap dari
dinding sekelilingnya
(AAE, 2010)
Menentukan titik penetrasi “Law of Orifis Location Bur transmetal 
inisial pada oklusal 1” membuang
 Pada pit dan fossa Orifis selalu terletak pada restorasi logam
 bisa salah pertemuan dinding dasar
(AAE, 2010) kamar pulpa

(Cohen, S., & (Cohen, S., &


Hargreaves, K., 2006) Hargreaves, K.,
2006)
“Law of Orifis Location Bur mueller dan
2” LN  untuk
Orifis selalu terletak pada identifikasi orifis
jika terjadi
sudut perbatasan
kalsifikasi
dinding-dasar
(Cohen, S., &
Hargreaves, K., 2006) (Cohen, S., &
Hargreaves, K.,
2006)
“Law of Orifis Location Bur gates-glidden
3”  memperlebar
Orifis selalu terletak pada orifis
perbatasan root
development fusion line

(Cohen, S., &


Hargreaves, K.,
(Cohen, S., & 2006)
Hargreaves, K., 2006)
Insisif RA Caninus RA Premolar RA Molar RA

Pros 1. Hilangkan 1. Hilangkan 1. Hilangkan 1. Buang karies


edur karies dan karies dan karies dan atau restorasi
restorasi restorasi restorasi (jika ada)
2. Tentukan titik 2. Tentukan titik 2. Tentukan titik 2. Tentukan
open akses  open akses  open akses  bentuk dan
di tengah di tengah antara cusp ukuran akses
permukaan permukaan bukal dan opening dengan
lingual. lingual. lingual mengukur batas
kamar pulpa
3. Penetrasi email 3. Penetrasi email 3. Penetrasi email secara mesial,
dengan bur dengan bur dengan bur distal, dan
bundar  arah bundar  arah bundar no. 4  koronal dengan
bur tegak lurus bur tegak lurus arah bur paralel radiograph.
permukaan permukaan sumbu panjang
lingual. lingual. gigi dan tegak 3. Tentukan titik
lurus oklusal. mulai bur ke
4. Setelah email 4. Setelah email Akses enamel di
ditembus, bur ditembus, bur berbentuk central groove
diarahkan diarahkan ovoid dalam diantara batas
sejajar sumbu sejajar sumbu dimensi mesial dan
panjang gigi panjang gigi buccolingual distal. Batas
sampai dirasa sampai dirasa dan diposisikan mesial adalah
sudah sudah dari bukal garis yang
menembus menembus menuju central menyatukan
kamar pulpa. kamar pulpa. groove cusp mesial dan
batas distal
- I1 : outline - P1: outline adalah oblique
form akses form ovoid, ridge.
berbentuk - C: Akses dengan batas
segitiga kavitas tidak boleh 4. Penetrasi
membulat berbentuk oval melebihi enamel dengan
dengan dasar dengan setengah dari bur bundar no.
menghadap diameter lereng 4 di central
incisal. Lebar labiopalatal. lingual cusp groove secara
dasar bukal, dan palatal dan
tergantung pada setengah menyiapkan
jarak antara 5. Sudah lereng buccal outline form
tanduk pulpa menembus cups lingual.
5. Penetrasi bur ke
mesial dan kamar pulpa  - P2: outline dalam dentin
distal. preparasi untuk form sama sampai operator
menghilangkan dengan P1, merasa jatuh ke
- I2 : outline atap kamar perbedaan kamar pulpa.
form akses pulpa dengan bergantung Buang atap
mirip dengan I1 bur bundar dari dari struktur kamar pulpa
hanya dalam ke luar. anatomis dari dengan bur
ukurannya ruang pulpa bundar, fissure
lebih kecil. Jika tappered, safety
tanduk pulpa 4. Kamar pulpa diamond bur,
terlihat, bentuk 6. Cari canal orifis ditembus  atau bur karbid
outline form dengan penetrasi lebih
segitiga menggunakan dalam  6. Periksa orifis
membulat, endodontic menghilangkan saluran dengan
namun jika explorer. atap kamar endo explorer
tanduk pulpa pulpa tanpa yang tajam.
7. Hilangkan
tidak terlihat, mengurangi Semua orifis
lingual
outline form dasar kamar saluran harus
shoulder
berbentuk oval pulpa. berada di lantai
dengan Gates-
pulpa dan tidak
5. Sudah Glidden drills 5. Atap kamar boleh meluas
menembus atau safed-tip pulpa hilang 
kamar pulpa  diamond atau temukan orifis ke dinding axial
preparasi untuk bur karbid. dengan bantuan
menghilangkan explorer 7. Jika orifis
atap kamar 8. Saat endodontik saluran sudah
pulpa dengan manghilangkan tajam ditemukan,
bur bundar dari lingual buang tonjolan,
dalam ke luar. shoulder, orifis 6. Hilangkan pinggiran, atau
harus diperluas undercut yang obstruksi yang
6. Cari canal orifis  akan tersisa dengan ada.
dengan menyatu bur safety tip
menggunakan dengan atau gates- 8. Haluskan dan
endodontic preparasi akses glidden untuk selesaikan
explorer. kavitas  mendapatkan dinding akses
akses lurus ke akses lurus ke kavitas
7. Hilangkan foramen apikal kanal. Cara sehingga
lingual mengetahui  menyatu
shoulder 9. Menghaluskan lewatkan file ke dengan dinding
dengan Gates- margin kanal, harus kamar pulpa
Glidden drills cavosurface mencapai apex dan sedikit
atau safed-tip akses kavitas. tanpa ada divergen
diamond atau defleksi menuju oklusal.
(Garg, N., & Garg, A.,
bur karbid. 2011) 7. Haluskan dan M1
miringkan
8. Saat sedikit dinding - bentuk kamar pulpa
manghilangkan akses kavitas. adalah jajargenjang
lingual Dinding yang dengan sudut
shoulder, orifis divergen  mesiobukal tajam,
harus diperluas kedudukan sudut distobukal
 akan yang baik untuk tumpul, dan sudut
menyatu restorasi palatal yang
dengan sementara disesuaikan.
preparasi akses
kavitas  - orifis saluran palatal
akses lurus ke terdapat di palatal.
foramen apikal (Garg, N., & Garg, A., Orifis saluran
2011) mesiobukal terdapat
dibawah mesiobukal
cusp. Orifis saluran
9. Menghaluskan distobukal terdapat
margin didekat orifis distal dan
cavosurface palatal mesiobukal.
akses kavitas.
- garis digambarkan
(Garg, N., & Garg, A., untuk menyatukan
2011) ketiga orifis
(MB,DB,&palatal)
yang membentuk
segitiga, yang
dinamakan segitiga
molar (triangle molar)
- MB2 (saluran
mesiobukal kedua)
selalu ada di M1 RA
yang berada di palatal
dan mesial MB1.
Walaupun posisinya
dapat berbeda,
terkadang terdapat
garis yang dapat dibuat
diantara orifis MB1 dan
palatal.
- karena adanya MB2,
akses kavitas
membutuhkan bentuk
jajargenjang dengan
sudut yang
menyatukan seluruh
orifis saluran (MB1,
MB2, DB, dan palatal).

M2
Teknik dasar sama
dengan M1 dengan
perbedaan:
1. ketiga akar biasanya
lebih berdekatan
bahkan dapat berfusi
menjadi 1 akar
2. jarang ditemukan
MB2
3. Ketiga saluran
membentuk segitiga
membulat dengan
dasar bukal
4. Orifis mesiobukal
berada lebih ke mesial
dan bukal dr M1
(Garg, N., &Garg, A.,
2011)

Gam
bar

Outline preparasi
Akses opening di opening akses M1 RA
tengah permukaan
Outline form caninus P1 RA
lingual
maksila
(Garg, N., & Garg, A.,
2011)

(Garg, N., & Garg, A.,


2011) Outline ditentukan
P2 RB dengan batas mesial
dan distal

Posisi orifis saluran


akar M1 RA
Outline preparasi
opening akses M2 RA
(Garg, N., &Garg, A.,
2011)

Insisif RB Caninus RB Premolar RB Molar RB

Prosedur 1. Hilangkan 1. Hilangkan semua 1. Hilangkan 1. Hilangkan


semua karies karies dan karies dan karies dan
dan restorasi restorasi yang restorasi restorasi
yang rusak  rusak 
mencegah mencegah 2. Tentukan titik 2. Penetrasi
kontaminasi kontaminasi ruang open akses  email  pada
ruang pulpa. pulpa. antara cusp central fossa
bukal dan di antara batas
2. Tentukan titik 2. Tentukan titik lingual mesial distal.
open akses  open akses  di
di tengah tengah permukaan 3. Penetrasi 3. Penetrasi ke
permukaan lingual. email  arah central fossa
lingual. bur paralel diarahkan ke
3. Penetrasi email sumbu akar distal.
3. Penetrasi dengan bur bundar panjang gigi Hilangkan
email dengan  arah bur tegak dan tegak atap kamar
bur bundar  lurus permukaan lurus oklusal. pulpa.
arah bur lingual. Setelah
tegak lurus email ditembus, Bentuk: ovoid dalam 4. Temukan
permukaan bur diarahkan dimensi buccolingual orifis
lingual. sejajar sumbu dan diposisikan dari
Setelah email panjang gigi bukal menuju central 5. Molar 2
ditembus, bur sampai dirasa groove dengan akar
diarahkan sudah menembus yang fusi
sejajar sumbu kamar pulpa. - P1: biasanya
panjang gigi penetrasi memiliki 2
sampai dirasa - C: outline form di tengah kanal, bukal
sudah hampir incisive, garis
menembus namun caninus inklinasi dan palatal
kamar pulpa. tidak memiliki lingual
tanduk pulpa. cusp bukal 6. 4 kanal 
- I1 : outline Akses kavitas bentuk akses
form akses berbentuk oval - P2: kavitasnya
berbentuk dengan diameter penetrasi rhomboid.
segitiga labiopalatal. di central
membulat groove, 2 kanal  bentuk
dengan dasar 4. Ketika dirasa Kamar akses kavitasnya
menghadap sudah menembus pulpa lebih oval
incisal. Lebar kamar pulpa, lebar
7. Bentuk dan
dasar preparasi untuk secara
ukuran akses
tergantung menghilangkan bukolingua
kavitas 
pada jarak atap kamar pulpa l. Kanal
tergantung
antara tanduk dengan bur bundar oval. Open
pada ukuran,
pulpa mesial dari dalam ke luar. akses
bentuk dan
dan distal. berbentuk
5. Cari canal orifis lokasi orifis
ovoid yang
- I2 : outline dengan lebih lebar M1
form akses menggunakan ke
mirip dengan endodontic mesiodistal - Orifis
I1 hanya explorer. Explorer
ukurannya tip tajam . mesiobukal di
lebih kecil. digunakan untuk bawah cusp
Jika tanduk menemukan canal 4. Sudah tembus mesiobukal.
pulpa terlihat, orifis, menembus kamar pulpa
bentuk deposit kalsifikasi,  penetrasi - Orifis
outline form dan mengevaluasi lebih dalam mesiolingual
segitiga straight line  hilangkan pada depresi
membulat, access. atap kamar dinding mesial
namun jika pulpa tanpa dan lingual.
tanduk pulpa 6. Setelah canal mengurangi
orifis ditemukan, dasar kamar - Orifis distal
tidak terlihat,
hilangkan lingual pulpa. bentuk oval
outline form
shoulder dengan dan paling
berbentuk
Gates-Glidden 5. Temukan lebar ke
oval
drills atau safed- orifis bukolingual,
4. Ketika dirasa tip diamond atau terletak di
6. Hilangkan distal bukal
sudah bur karbid.
undercut  groove.
menembus
- Lingual shoulder akses lurus ke
kamar pulpa,
adalah prominence kanal. - Orifis seluruh
preparasi
(tonjolan) dentin, kanal: terletak
untuk 7. Haluskan dan
yang terbentuk di 2/3 mesial
menghilangka ketika miringkan mahkota
n atap kamar menghilangkan sedikit
pulpa dengan atap lingual, yang dinding akses M2
bur bundar meluas dari kavitas.
- Kamar pulpa
dari dalam ke cingulum kira-kira
(Garg, N., & Garg, lebih kecil
luar. 2mm ke orifis.
A., 2011)
- Kanal
5. Cari canal 7. Saat
mungkin
orifis dengan manghilangkan
berjumlah 1,
menggunakan lingual shoulder,
2, atau lebih
endodontic orifis harus
kanal
explorer. diperluas sehingga
Explorer tip akan menyatu - Orifis
tajam dengan preparasi mesiobukal
digunakan akses kavitas. dan
untuk Dengan hal ini mesiolingual
menemukan akan dicapai akses berdekatan
canal orifis, lurus ke foramen
menembus apikal - 3 kanal 
deposit Menghaluskan bentuk akses
kalsifikasi, margin mirip dengan
dan cavosurface akses M1, namun
mengevaluasi kavitas. Jika lebih
straight line margin kavitas triangular
access. masih kasar atau
iregular, dapat - 2 kanal 
6. Setelah canal menyebabkan akses kavitas
orifis kebocoran koronal berbentuk
ditemukan, melalui restorasi. rectangular,
hilangkan Margin kavitas lebar ke
lingual yang halus mesiodistal,
shoulder menyediakan sempit ke
dengan penempatan bukolingual
Gates- komposit yang
Glidden drills (Garg, N., & Garg,
lebih mudah dan
atau safed-tip A., 2011)
akurat dengan
diamond atau kebocoran koronal
bur karbid. yang minimal.
- Lingual
shoulder
adalah (Garg, N., & Garg, A.,
prominence
(tonjolan) 2011)
dentin, yang
terbentuk
ketika
menghilangka
n atap
lingual, yang
meluas dari
cingulum
kira-kira
2mm ke
orifis.
7. Saat
manghilangka
n lingual
shoulder,
orifis harus
diperluas
sehingga
akan menyatu
dengan
preparasi
akses kavitas.
(Garg, N., & Garg,
A., 2011)

Gambar
Bentuk outline insisif

mandibula Bentuk outline kaninus


mandibula Bentuk outline
premolar pertama
(Cohen, 2011) mandibula.
Bentuk outline
premolar kedua
(Garg, N., &Garg, mandibula.
A., 2011)
Bentuk outline.
Terletak 2/3 mesial
(Garg, N., & Garg,
A., 2011)
Cleaning and Shaping the Root Canal

Tujuan Biologis Preparasi Saluran Akar

1. Terbatas pada ruang saluran akar


2. Jaringan pulpa terinfeksi, bakteri, dan debris harus dibuang
3. Debris nekrotik tidak boleh tertekan ke periapikal
4. Ruang cukup untuk medikamen intrakanal (Garg, 2014).

Tujuan Klinis Preparasi Saluran Akar

1. Evaluasi Gigi
2. Buat Straight line access
3. Overlying dentin dibuang
4. Pembentukan saluran akar à mempengaruhi cleaning
5. Bentuk permukaan halus, tapered ke ujung akar untuk memperoleh obturasi yg baik
6. Setelah obturasi à penutup lengkap s/d ruang pulpa untuk cegah kebocoran mikro
7. Restorasi Permanen à mempertahankan bentuk, fungsi, estetika
8. Recall pasienà evaluasi keberhasilan perawatan (Garg, 2014)
Gambar 1. Pembuangan dentin untuk
Gambar 3. Obturasi saluran dan penutupan
membentuk straight line access (Garg, 2014)
lengkap sampai ruang pulpa (Garg, 2014)

Gambar 2. cleaning and shaping Gambar 4. Perawatan endodontic dengan


menghasilkan irigasi dan obturasi yang baik penutupan mahkota (Garg, 2014)
(Garg, 2014)
Instrumen yang digunakan pada Perawatan Saluran Akar

Jenis Instrumen Merk Dagang


1. Hand Instrument - Broaches
- File : K-Files, Reamers, H-Files, NiTi
hand files
2. Rotary Instrument - Gates-glidden drills
- Protaper
- Profile
- Greater Taper
- Quantec file series
- Light speed
- RACE
- K2 Files
- Hero 642
3. Automated (Ultrasonic/sonic)
4. Laser
Gerakan pada Hand Instrument

Gerakan Keterangan Gambar


Reaming - Rotasi clockwise pada
instrument untuk
menghasilkan cutting
effect

Filing - Gerakan push-and-pull

Kombinasi reaming dan filing - File dimasukkan dengan


putaran ¼ clockwise
tekanan ke arah apical,
lalu ditarik keluar
- Kombinasi gerakan ini
dapat memperluas
saluran akar
Watch winding - Gerakan oscillation back-
and-forth (file atau
reamer) kanan-kiri
seiring masuknya ke
dalam saluran akar
- Sudut 30-60 derajat
- Menggunakan K-type
instrument
Watch winding and pull motion - Instrument digerakkan ke
apical dengan memutar
kanan-kiri melalui arc
- Bila instrumen terasa ada
resistensi, instrument
ditarik dari saluran akar
Prinsip Dasar Preparasi Saluran Akar Teknik Standar Preparasi Saluran Akar
 Straight line access terhadap saluran akar.  Tentukan panjang kerja dan pilih file insial.
 Lakukan preparasi secara memutar untuk
memperbesar saluran akar sebesar 2-3 file
lebih besar dari file inisial.
 File dimasukkan ke saluran akar sampai
panjang kerja, kemudian sedikit menekan
ke dinding saluran akar (lateral) dan tarik
file.

 Instrumentasi dengan file harus diselingi KERUGIAN


dengan irigasi  saat preparasi suasana saluran 1. Adanya kemungkinan kehilangan panjang
akar harus basah. kerja  akumulasi debris.
 Preparasi saluran akar harus mempertahankan 2. Lebar saluran akar lebih besar dari ukuran
bentuk aslinya. instrumen.
3. Bentuk saluran akar tidak boleh
elips/lonjong dengan diameter yang besar.
4. Hasil obturasi tidak adekuat.
5. Penggunaan irigan dan medikamen tidak
adekuat.
6. Insidensi perforasi tinggi.

 Eksplorasi orifis dengan file yang lebih kecil 


memperkirakan bentuk dan ukuran saluran
akar.
 Melebarkan saluran akar menggunakan
instrumen sesuai dengan urutan nomornya,
jangan sampai ada yang terlewat.
 Instrument binding dan dentin removal harus
dihindari.
 Setelah file digunakan, file harus selalu dicek
dan dibersihkan.

 Instrumen nomor kecil harus digunakan secara


hati-hati.
 Rekapitulasi dilakukan secara teratur 
menghilangkan debris dan mengembalikan
panjang kerja.
 Hindari preparasi berlebihan dan agresif 
hindari pelebaran saluran akar berlebih.
 Pembuatan apikal stop mungkin dilakukan jika
foramen apikal terlalu besar.
 Menekan dan memutar terus menerus file 
file patah.
 Tentukan daerah apikal yang sebenarnya
dengan file kecil (No. 10) sebelum preparasi.
TEKNIK PREPARASI SALURAN AKAR

STEP BACK
Preparasi ini terbagi menjadi 2 Fase yaitu:

 fase 1 preparasi dimulai dari kontriksi apical.


 fase 2  preparasi sisa saluran akar yang secara bergradasi semakin membesar.

Fase I

1. Evaluasi karies gigi sebelum mengawali perawatan endodontik

2. Preparasi akses kavitas dan tentukan kanal orifis


3. Tentukan UPK menggunakan pathfinder

4. masukkan instrument pertama yang pas dengan diameter saluran akar (IAF, contoh : kfile no 15) sesuai
panjang kerja dengan gerakan witch winding.

5. Tarik instrument dan lakukan irigasi pada kanal


6. Lakukan lubrikasi pada instrument yang akan digunakan pada daerah apikal
7. Masukkan ukuran file yang lebih besar selanjutnya sesuai UPK, lakukan irigasi ulang.

8. Lakukan rekapitulasi ulang pada kanal dengan nomer instrument IAF.

9. Ulangi proses ini sampai 3 nomer file lebih besar dari IAF yang merupakaan Master Apical File (contoh: no
30)

10. Lakukan rekapitulasi dengan jarum IAF sesuai UPK


Fase II

1. Letakkan file selanjutnya dengan panjang 1 mm lebih pendek dari MAF. Masukkan instrument ke dalam
kanal dengan gerakan watch winding, angkat, lakukan irigasi, dan rekapitulasi
2. Ulangi proses ini dengan file yang lebih besar dan kurangi 1 mm secara berkala dari file yang digunakan
sebelumnya

Gambar 6. #35 file dengan panjang 1 mm lebih pendek dari panjang kerja (Garg, 2014)

3. Selanjutnya, 2/3 daerah kanal dan 1/3 koronal saluran akar dipreparasi dan dibentuk dengan nomer file
yang lebih besar

Gambar 7. #40 file dengan panjang 2 mm lebih pendek dari panjang kerja (Garg, 2014)
Gambar 8. #45 file dengan panjang 3 mm lebih pendek dari panjang kerja (Garg, 2014)

4. Tahap terakhir, haluskan saluran akar dengan Master Apical File (MAF) dengan gerakan push-and-pull
untuk mendapatkan bentuk taper yang halus pada saluran akar.

Gambar 9. Preparasi step back menghasilkan preparasi apikal yang kecil dengan instrument yang lebih besar
digunakan dengan mengurangi panjang kerja untuk membentuk taper (Garg, 2014)
Crown Down

1. Bentuk straight line access pada kanal orifis

2. Preparasi 1/3 koronal pada saluran dengan menggunakan S1 ke dalam kanal dengan gerakan pasif.
3. Irigasi dan rekapitulasi dengan file no 10.
4. Pada gigi yang lebih pendek, gunakan Sx
5. Selanjutnya, gunakan S2 sesuai perkiraan panjang kerja.
6. Konfirmasi panjang kerja menggunakan K-file sampai ukuran 15 menggunakan apex locator atau
gambaran radiograf.
7. Gunakan F1, F2, dan F3 sampai panjang kerja yang ditentukan dan lengkapi preparasi apikal. Bersihkan
preparasi apikal denga menggunakan file untuk membersihkan foramen apikal dan menghaluskan kanal
(Garg, 2014)
PENENTUAN PANJANG KERJA
 Definisi
o Panjang kerja → jarak titik referensi koronal ke titik dimana persiapan dan obturasi kanal
harus berakhir (Garg, 2014).
• Lebar kerja → dimensi horizontal awal dan post instrumentsi dr sistem saluran akar pd panjang kerja
dan tingkatan lainnya.
• Lebar kerja minimum → sesuai ukuran file apikal awal (IAF) yang mengikat pada panjang kerja.
• Lebar kerja maksimal sesuai ukuran file apikal master (MAF).
Metode untuk menentukan panjang kerja

Metode radiografik Metode nonradiografik

 Formula Grossmann  Digital tactile sense


 Metode Ingle’s  Sensitivitas periodontal
 Metode Kuttler’s apikal
 Radiographic grid  Metode paper poin
 Probe endometrik  Apekslocator elektronik
 Radiografi digital
langsung
 Xeroradiografi
 Radiografi substraksi
Metode radiografi untuk penentuan panjang kerja

Keuntungan Kekurangan

• Dapat melihat anatomi gigi • Beda pengamat beda hasil


• Dapat melihat kurvatura saluran • Struktur anatomi yang
akar sumperimpose
• Dapat melihat hubungan antara gigi • Gambaran 2 dimensi dari objek 3
yang berdekatan dan struktur dimensi
anatomi • Tidak bisa menginterpretasi
foramen apikal memiliki ujung
bukal atau lingual
• Resiko paparan radiasi
• Memerlukan waktu
• Akurasi terbatas
1. Metode Grossmann

• Kekurangan, kesalahan membaca karena:


• Variasi sudut radiograf
• Akar bengkok
• S shaped, saluran akar ganda

2. Metode Kuttler’s
o Keuntungan
a. Kegagalan kecil
b. Banyak menunjukkan keberhasilan
o Kekurangan
a. Memerlukan waktu dan rumit
b. Memerlukan kualitas radiografi yang bagus
o Teknik
 Tentukan letak diameter mayor dan minor pada radiografik preoperatif
 Estimasi panjang akar
 Estimasi lebar
 Masukkan file ke dalam kanal sampai ke estimasi panjang kanal dan ambil foto
radiograf
 Jika file terlalu panjang /pendek >1mm dari diameter minor, baca file dan ambil foto
radiografi kedua
 Jika file mencapai diameter mayor, tambahkan 0.5mm dari panjang file untuk pasien
muda dan 0.67 untuk pasien yang lebih tua

Metode Non Radiografi


• Digital tactile sense
– Melihat peningkatan resistensi dari file ketika mencapai 2-3mm dari apikal
• Tes sensitivitas periodotal
– Berdasar pada respon nyeri pasien, tetapi metode ini tidak selalu menghasilkan
pembacaan yang akurat
• Metode pengukuran paper point
– Paper point secara perlahan dimasukkan ke dalam kanal sesuai estimasi panjang kerja.
– Darah pada bagian apikal paper point mengindikasikan telah melewati batas estimasi
panjang kerja.

• Electronic Apex Locator


– Electronic apex locator → menentukan panjang kerja → tambahan dari pemeriksaan
radiografi.
– Mencari lokasi konstriksi apikal/sementodentinal junction / foramen apikal dan bukan
apeks radiografik.
• Komponen
– Klip bibir
– Klip file
– Peralatan elektronik
– Kabel yang menyambung dengan 3 bagian diatas
• Keuntungan
– Menyediakan informasi yang objektif dengan tingkat akurasi yang tinggi
– Akurasi pembacaan (90-98%)
– Beberapa apex locator juga tersedia dalam kombinasi dengan pulpa tester
• Kekurangan
– Dapat menghasilkan pebacaan yang tidak akurat pada beberapa kasus
• Apeks Locator generasi pertama (Apeks Locator Resisten)
– Teknik
• Nyalakan alat dan tempelkan klip bibir dekat dengan rahang yang dirawat.
• Pegang file 15 dan masukkan ke dalam sulkus gigi kira-kira 0.5mm (seperti
oemeriksaan probe periodontal).
• Atur tombol kontrol sampai jarum referensi berada pada tengah meter scale
dan menghasilkan bunyi beeps.
• Dengan radiograf preoperatif, perkirakan lebar kerja.
• Bersihkan kanal dan keringkan dengan paper-point.
• Masukkan file kedalam kanal meskipun jarum referensi bergerak dari paling
kiri sampai ke skala tengah dan alarm mengeluarkan bunyi beeps.
• Reset pada referensi point dan catat panjang kerjanya.
• Jika panjang kerja lebih panjang/pendek, kemungkinan terdapat elongasi pada
film preoperatif atau apeks locator tidak akurat.
Keuntungan Kekurangan

• Mudah dioperasikan • Memerlukan daerah yang kering


• Pembacaan secara digital • Pasien sensitif
• Indikasi dapat didengar • Memerlukan kalibrasi
• Dapat mendeteksi perforasi • Memerlukan kontak yang baik dengan
• Dapat digunakan dengan K-file klip bibir
• Dapat digabungkan dengan pulp • File harus pas dengan saluran akar
tester • File tidak boleh berkontak dengan
restorasi logam
 Apeks Locator generasi kedua (Apeks Locator frekuensi rendah)
Keuntungan Kekurangan

• Tidak membutuhkan klip bibir • Tidak terdapat tampilan digital


• Pasien tidak sensitif • Sulit dioperasikan
• Analog meter • Kanal harus bebas dari ekektrokonduktif irigan
• Dapat mendeteksi perforasi dan cairan jaringan
• Membutuhkan probe yang dilapisi
• Tidak bisa menggunakan file
 Apeks Locator generasi ketiga (apeks locator frekuensi tinggi)
Keuntungan Kekurangan

• Mudah dioperasikan • Membutuhkan klip bibir


• Menggukankan K-type file • Kemungkinan konsleting
• Indikais dapat didengar • Membutuhkan baterai yang penuh
• Dapat dioperasikan meskipun ada cairan • Harus dikalibrasikan untuk setiap kanal
• Analog terbaca • Peka terhadap tingkat cairan kanal

 Kondisi dasar untuk menghasilkan keakuratan apeks locator:


 Kanal harus bebas dari jaringan dan debris
 Kanal harus relatif kering
 Tidak ada kebocoran servikal
 File berkontak baik dengan dinding kanal dan periapeks
 Tidak ada halangan atau kalsidikasi pada kanal
Generasi 1 Generasi 2 Generasi 3

Generasi 4 Generasi 5
IRIGASI DAN MEDIKAMEN INTRAKANAL

IRIGASI
Syarat Ideal Bahan Irigasi Fungsi Irigan
 Broadspectrum antimicrobial  Menghilangkan sisa-sisa dentin
 Membantu dalam debridemen saluran akar  Meningkatkan efisiensi instrumen
 Dapat menghilangkan jaringan nekrotik atau debris  Menghilangkan jaringan nekrotik
 Toksisitas rendah  Menghilangkan debris dari kanal lateral dan
 Lubrikan yang baik aksesori
 Dapat mengalir ke tempat yang sulit terjangkau  Sebagai germicidal seperti antibacterial
 Dapat mensterilisasi kanal  Bleaching action
 Dapat mensterilisasi kanal  Irigasi dengan lubricating agent meningkatkan
 Dapat menghilangkan smear layer efisinesi
 Inactive endotoxin  Membuka tubulus dentin dengan menghilangkan
smear layer
FAKTOR YANG MENGUBAH AKTIVITAS CAIRAN IRIGASI

• Konsentrasi
• Kontak
• Ada tidaknya jaringan organik
• Kuantitas irigan yang digunanakan
• Ukuran jarum irigasi
• Tegangan permukaan irigan
• Suhu irigan
• Frekuensi irigasi
• Tingkat observasi
• Diameter kanal
• Usia irigan
Bahan Irigasi yang Digunakan dalam Endodontik

Mekanisme Aksi
Irigan Konsentrasi pH Keuntungan Kerugian

Normal 0.9% 7.3 Physical flushing  Biokompatibel  Tidak memiliki


Saline  Tidak ada reaksi sifat disinfeksi
merugikan, bahkan jika dan antimikrobial
terjadi ekstrusi  Terlalu ringan
periapikal  tekanan untuk
osmotik normal saline membersihkan
sama dengan darah kanal sepenuhnya
 Tidak dapat
membershikan
flora mikroba dari
tempat yang sulit
dijangkau seperti
kanal aksesori
 Tidak dapat
menghilangkan
smear layer

Sodium 1%, 2.5%, 10.8 Bactericidal  Melarutkan jaringan  Membuat


hypochlorite 5.25% –  Antibacterial instrumen korosif
1.2  Bleaching action  Dapat
 Lubrikasi kanal menyebabkan
luka jaringan jika
terjadi ekstrudasi
periapikal
Urea 30% Denaturasi protein  “Kendaraan” yang
solution baik untuk antimikroba
seperti sulfonamide
 Toksisitas rendah
Hydrogen 3% 6 Bactericidal  Memiliki sifat
proxide  Berdisosiasi desinfektan dan
dengan H2O dan antimikrobial
[O][O] dalam
aktivitas bakterisidal

 Menyebabkan
oksidasi pada grup
sulfhydryl dari
enzim
 Reaksi berbusa dari
H2O2 menyebabkan
debridemen mekanis

Chlorhexidine 0.12% 5.5  Konsentrasi rendah  Propertyof substantivity  Bukan merupakan


0.2%  –7  bakteriostatik  Efektif untuk bakteri irigan utama
kontrol plak  Bakteriosidal  gram positif dalam standar
2%  menyebabkan endodontik
irigasi kanal koagulasi dan  Tidak dapat
pengendapan membersihkan
sitoplasma jaringan nekrotik
 Tidak memiliki
efek terhadap
biofilm
EDTA 15%, 17% 5.5  Lubrikasi,  Memiliki sifat
-7 emulsifikasi, dan membersihkan dentin
mensuspensi debris  Memudahkan
 Membentuk manipulasi kanal
chelates dengan
ion kalsium dari
dentin membuatnya
mudah dimanipulasi
Citric Acid  Digunakan sendiri
atau dikombinasikan
dengan irigan lain
 Menghilangkan smear
layer
Salvizol  Surface acting materials 
like quaternary ammonium
group
 Memiliki sifat
antibakterial pada
material organik
 Efektif untuk bakteri
gram positif, gram
negatif, dan fungi

 Metode Irigasi
o Poin berikut harus diingat saat mengirigasi kanal:
 Cairan dimasukkan scr perlahan dan pasif kedalam kanal
 Jarum tidak boleh mendesak kedlam kanal dan dapat mengalirkan aliran balik yang
adekuat
 Jarum tumpul ukuran 25 atau 27 lebih diutamakan
 Pada kasus kanal yang kecil, deposit cairan di kamar pulpa. Kemudian file membawa
cairan ke dalam kanal.
 Ukuran dan bentuk kanal krusial untuk irigasi.
 Untuk pembersihan yang efektif, jarum yang mendeposit caian harus dekat dengan
material yang akan dibuang.
 Volume irigan lebih penting dibandingkan konsentrasi atau tipe irigan.
MEDIKAMEN INTRAKANAL
 Menghancurkn bakteri yang tersisa dan juga membatasi pertumbuhan yang baru
 Berguna pada perawatan periodontitis apikalis
 Untuk menghilangkan mikroorganisme yang tersisa di kamar pulpa
 Untuk mengeringkan kanal
 Menetralisasi jaringan debris

SIFAT YANG DIHARAPKAN DARI MEDIKAMEN INTRAKANAL:


• Efektif pada bakteri dn jamur
• Tidak mengiritasi jaringan pulpa
• Memiliki aksi antimikrobil yang berkepanjangan
• Memiliki tegangan permukaan yang rendah
• Aktif dalam keadaan adanya darah dan pus
• Tidak mewarnai gigi
• Tidak menginduksi respon imun
• Tidak menggangu perbaikan jaringan periapikal
• Macam macam medikamen Intrakanal
No. Kelompok Jenis Medikamen Intrakanal
1. Minyak Esensial Eugenol
 Kegunaan : medikamen intrakanal, sealer
saluran akar, agen sealing sementara.
 Efek dosis rendah : antiinflamasi
 Efek dosis tinggi : efek sitotoksik
2. Phenolic Compound a. Phenol
 Kegunaan : disinfeksi sebelum bedah
periapikal
 Potensi inflamasi tinggi  jarang
digunakan lagi sebagai medikamen
intrakanal
b. Parachlorophenol
 Pilihan alternatif phenol
 Kegunaan : medikamen intrakanal gigi
infeksi
c. Camphorated Monoparachlorophenol
(CMCP)
 Kegunaan : pilihan alternatif medikamen
intrakanal gigi infeksi
d. Cresatin
 Kualitas sama dengan CMCP
 Iritasi terhadap jaringan periapikal lebih
kecil
3. Aldehydes a. Formocresol
 Kegunaan : medikamen pulpotomi pada
gigi sulung
 Toksik dan mutagenik
b. Paraformaldehyde
 Kegunaan : komponen material obturasi
saluran akar
 Toksik dan alergenik
4. Kalsium hidroksida Indikasi :
- Abses yang parah
- Kasus resorpsi
- Untuk apeksifikasi
- Pulpotomi
- Perawatan non bedah lesi periapikal
- Pulp capping direk dan indirek
- Sebagai sealer untuk obturasi
- Meringankan nyeri post operasi (jika over
instrument)
Keuntungan :
- Menghambat resorpsi akar
- Menstimulasi penyembuhan periapikal
- Meningkatkan mineralisasi
Kerugian :
- Sulit dibersihkan dari saluran akar
- Menurunkan setting time ZnOE sebagai
semen base
Sediaan :
- Pasta  pasta tunggal atau dikombinasi
dengan iodoform
- Bubuk  dicampur dengan saline atau
larutan anestesi
5. Halogen a. Chlorine
- Irigan terbaik pada golongan ini
- Kerugian : berinteraksi dengan bahan
organik
b. Iodides
- Sangat reaktif
- Agen antibakteri yang sangat poten
dengan kadar toksik rendah
6. Chlorhexidine gluconate - Aktivitas antibakteri spektrum luas
- Toksisitas rendah
- Konsentrasi efektif : 0.2% - 2%
7. PBSC paste Penicillin  efektif untuk bakteri gram positif
Bacitracin  efektif untuk bakteri yang resisten
terhadap penicillin
Streptomycin  efektif untuk bakteri gram
negatif
Caprylate (garam sodium)  efektif untuk jamur
8. Sulfonamides - Untuk medikamen  dicampur dengan air
distilasi steril atau menggunakan paper point
lembab
- Kekurangan : diskolorisasi
9. N2 by Sargent - Terdiri dari paraformaldehid, eugenol, phenyl
mercuric
- Efek antibakteri jangka pendek  hilang dalam
7-10 hari
10. Chloramines-T - Senyawa klorin dengan efek antimikroba yang
baik
- Digunakan pada konsentrasi 5%
- Kegunaan : disinfeksi gutta percha point dan
dapat digunakan pada pasien dengan alergi
iodine
11. Quaternary Ammonium Compounds - Kombinasi antibiotik dan kortikosteroid
- Penggunaannya harus dengan bantuan paper
point atau reamer
- Kortikosteroid : meredakan inflamasi periapikal
dan menghilangkan nyeri
- Antibiotik : mencegah pertumbuhan
mikroorganisme

PENEMPATAN MEDIKAMEN INTRAKANAL:

 Irigasi saluran akar sampai menghilangkan debris yang tersisa


 Tempatkan master apikal file pada kanal
 Keringkan kanal menggunakan paper point
 Tempatkan medikamen intrakanal pada cotton pellet steril dan tempatkan pada kamar pulpa
 Setelah cotton pellet steril ditempatkan, tutup dengan tamballan sementara
OBTURASI
Tahapan yang dilakukan setelah preparasi saluran akar untuk menutup seluruh sistem saluran akar secara
hermetis hingga kedap cairan (tight fluid seal).

 Tujuan: Menghilangkan semua daerah kebocoran dari rongga mulut ke dalam sistem saluran akar
Menutup saluran akar dari iritan setelah cleaning dan shaping

o Waktu Obturasi: Gigi Asimtomatik


o Saluran Akar Kering  tidak ada cairan eksudat
o Tidak ada Fistula
o Tidak ada Bau  menunjukan adanya kebocoran mikro
o Tambalan sementara masih bagus  kalo rusak harus rekontaminasi
 Kegagalan Obturasi
o Overextension adalah keluarnya bahan pengisi dari foramen apical tetapi kanal mungkin
belum terisi penuh dan apeks belum tertutup
o Underfilling adalah pengisian saluran akar lebih pendek 2 mm dari apeks
Syarat Ideal Bahan Obturasi (Cohen,2006)
1) Harus dapat dengan mudah dimasukkan kedalam saluran akar
2) Harus menutupi saluran kearah lateral dan apikal
3) Harus tidak mengerut setelah dimasukkan
4) Bakteriosidal  menghalangi pertumbuhan bakteri.
5) Radiopak
6) Tidak menodai struktur gigi
7) Tak mengiritasi jaringan periapikal
8) Harus kedap terhadap cairan
9) Steril dan mudah disterilkan
10) Bila perlu, dapat dikeluarkan lagi.
Guttapercha

Komposisi Bentuk Sediaan Keuntungan Kerugian


• 20% gutta- • Standar (uk • gutta-percha • Kompatibel dan • Kurang kaku
percha, sama dgn point, beradaptasi dengan • Kurang
• 65% zinc instrument • auxillary point, baik pada kontur bersifat
oxide, endo) • guttapercha saluran akar inert adhesif/ tdak
• 10% • Konvensio pellet, • Dapat dilunakkan bersifat
radiopacifie nal • precoated core dengan pemanasan adhesif pada
r, carrier, atau pelarut organik saluran akar
• 5% • syringe system, (eucaliptol,  harus
plasticizer guttaflow, khloroform, xylol, menggunakan
medicated gutta- turpentine) sealer/ semen
percha • Dimensinya stabil saluran akar
• Toleransi terhadap • Mudah
jaringan baik bergeser
• Tidak mengubah karena
warna gigi tekanan
• Radiopak
• Dapat diambil
dengan mudah dari
saluran akar

Sealer
• menutup ruang antara dinding dentinal dan bahan obturasi
• digunakan untuk mengisi ruang kosong dan bentuk irregular saluran akar, lateral dan aksesori kanal
• lubricant dalam proses obturasi
• Contoh sealer: Zinc oxide eugenol, sealer calcium hidroksida, sealer glass ionomer, resin based
sealer, kalsium silikat based.

Syarat Ideal Bahan Obturasi (Cohen,2006)

1) Harus dapat dengan mudah dimasukkan kedalam saluran akar


2) Harus menutupi saluran kearah lateral dan apikal
3) Harus tidak mengerut setelah dimasukkan
4) Bakteriosidal  menghalangi pertumbuhan bakteri.
5) Radiopak
6) Tidak menodai struktur gigi
7) Tak mengiritasi jaringan periapikal
8) Harus kedap terhadap cairan
9) Steril dan mudah disterilkan
10) Bila perlu, dapat dikeluarkan lagi.

Teknik Obturasi
- Kondensasi Lateral
- Kondensasi Vertikal
Teknik Kondesasi Lateral
o Keuntungan: dapat digunakan pada kebanyakan situasi klinis, menurunkan kemungkinan overfilling
(mampu mempertahankan UPK)
o Kerugian: tidak menghasilkan penutupan yang homogeny, master cone dan guta perca tambahan tidak
dapat menyatu, tidak dapat mengisi dengan baik kalau ada ketidak teraturan saluran akar
(irregularities canal).
o Tahapan
1) Pilih master cone gutapercha dengan diameter Master Apical File (MAF) sampai terasa tugback
(terasa sedikit terhambat saat ditarik)
2) Pastikan master cone pas, dilihat dengan foto rontgen
 Masrer cone lbh pendek dr UPK  irigasi dn NaOCl  seuai UPK
 master cone melebihi foramen apical  ganti ukuran lbh besar
 Master cone  bntk “s”  ukuran terlalu kecil
3) Pilih ukuran spreader, harus mencapai 1-2mm dari apical stop
4) Keringkan saluran akar dengan paper point
5) Aplikasikan sealer pada saluran akar.Apikal mastercone dilapisi dengan sealer dengan ditempatkan
kembali ke dalam sa;uran akar
6) Spreader dimasukan disisi master cone dan ditekan ke arah apikal
7) Guttapercha aksesori ditempatkan pada ruang yang ditinggalkan spreader
8) Proses ini diulang sampai seluruh saluran terisi padat
9) Kelebihan gutttapercha dipotong dengan instrumen (1mm dari margin gingiva)
Gambar Teknik Kondensasi Lateral

1. 2. 3. 5. 6.

7. 8.
Teknik Kondensasi Vertikal
• Kondensasi menggunakan plugger yang dipanaskan dan penekan guttapercha yang telah dilunakan
kearah vertical sehingga guttapercha mengisi seluruh saluran akar

• Keuntungan: sangat baik mengisi saluran apikal termasuk saluran aksesori


• Kerugian: meningkatkan resiko fraktur vertical akar dan membutuhkan waktu lebih lama

Tahapan

1) Pilih master cone sesuai dengan ukuran saluran akar  dilihat dengan radiografi  cone 1-2mm dari
apikal stop
2) Irigasi dengan NaOCl dan keringkan dengan paper point
3) Pilih plugger dengan ukuran yang sesuai
4) Aplikasikan sealer pada saluran akar
5) Potong ujung guttapercha pada bagian koronal dengan instrument panas
6) plugger yang dipanaskan untuk menekan guttapercha ke saluran akar
7) lakukan backfilling sampai guttapercha mengisi seluruh saluran akar
Gambar Kondensasi Vertikal

1. 3. 6. 7.
DAFTAR PUSTAKA

American Association of Endodontics. 2010. Colleagues for excellence, access opening and canal location.
[online] Available from:
http://www.aae.org/uploadedfiles/publications_and_research/endodontics_colleagues_for_excellence_ne
wsletter/rootcanalirrigantsdisinfectants.pdf

American Association of Endodontist. 2012. Guide to Clinical Endodontic. Chicago: AAE


Douglas A., Young, et al., 2015. The American Dental Association Caries Classification System for Clinical
Practice. Chicago:JADA 146(2)
Garg, Nisha., Garg, Amit., 2014. Textbook of Endodontics. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers
(P) Ltd.

Hargreaves, K.M, Cohen, Stephen. 2011. Cohen’s Pathways of the Pulp. St Louis Missouri: Mosby Elsevier.

Hargreaves, K; Berman, L . 2015. Cohen’s Pathways of the Pulp. Canada: Elsevier.

Mustafa, M. dkk. 2012. Role of Calcium Hydroxide in Endodontics : A Review. Global Journal of
Medicine and Public Health
Sidhiarta, W. 2000. Penggunaan Kalsium Hidroksida pada Bidang Komservasi Gigi. Jurnal Kedokteran Gigi
Universitas Indonesia. Jakarta
Tarigan, Rasinta. 2002. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Jakarta: EGC.
Torabinejad M, Walton RE. Principles and practice of endodontics 4 th ed. Philadelphia: Saunders Company;
2009

Anda mungkin juga menyukai