Anda di halaman 1dari 24

GAMBARAN KONDISI GINGIVA SECARA KLINIS PADA MURID

PEREMPUAN YANG PERTAMA KALI MENGALAMI


MENSTRUASI DI YAYASAN AL MA’SOEM BANDUNG

USULAN PENELITIAN

KAMILIA DHIA FIRDAUS


NPM. 160110160028

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BANDUNG
2019
ii
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Menstruasi adalah siklus perdarahan yang terjadi pada perempuan saat

tahap reproduksi dalam hidupnya, hal ini dikarenakan peluruhan endometrium

dengan selang waktu yang rutin. Menstruasi ini merupakan proses yang normal

pada perempuan saat usia reproduksi dan ketika fertilisasi sel telur tidak terjadi.1

Waktu ketika siklus menstruasi pertama kali terjadi disebut sebagai

menarke.2 Permulaan terjadinya menarke pada generasi saat ini terjadi lebih awal

dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Kebanyakan generasi sekarang

mengalami permulaan menarke di usia 12 tahun.3

Dewasa ini, usia datangnya menstruasi semakin dini di Indonesia. Hasil

SDKI 2012 menyatakan bahwa 23% perempuan usia 12 tahun dan 7% usia 10–11

tahun sudah mengalami menarke dan 89% usia menarke remaja Indonesia

termasuk dalam rentang usia 12–15 tahun. Persentase ini mengalami kenaikan dari

hasil SKKRI tahun 2007.4

Waktu pertama menstruasi (menarke) adalah tanda pubertas pada anak

perempuan.5 Pubertas adalah rangkaian perubahan fisiologis yang mencakup

perkembangan karakteristik seksual sekunder yang berhubungan dengan adanya

lonjakan pertumbuhan.6

Beberapa studi epidemiologi menunjukkan bahwa pada anak-anak dan

remaja umumnya gingiva mengalami gingivitis dari berbagai tingkat keparahan.

1
Prevalensi gingivitis pada anak-anak meningkat seiring dengan pertambahan usia

hingga mencapai puncak pubertas.7

Saat pubertas, jaringan periodontal mempunyai respon yang lebih besar

terhadap faktor lokal. Reaksi hiperplastik pada gingiva mungkin terjadi pada area

dimana sisa makanan, materi alba, plak dan kalkulus menumpuk. 8 Perubahan

hormon androgenik terbukti secara signifikan menjadi faktor modifikasi pada

gingiva untuk mengalami gingivitis, terutama ketika remaja. Beberapa laporan

menunjukkan adanya efek signifikan dari fluktuasi level hormon

estrogen/progestreron pada jaringan periodontium saat dimulainya pubertas.9

Indeks gingiva oleh Loe dan Silness adalah metode penilaian kesehatan

jaringan gingiva yang sudah diterima dan banyak digunakan karena indeks ini

membantu menentukan prevalensi dan menentukan gambaran gingiva berdasarkan

tingkat keparahan dari penyakit gingiva.10

Studi epidemiologi di United States (US) mengindikasi bahwa lebih dari

82% remaja mengalami gingivitis yang jelas dan tanda-tanda perdarahan gingivia.

Hal ini dapat menjadi tolak ukur bahwa p revalensi gingivitis sangat terlihat jelas di

mata dunia. Sama dengan atau lebih tinggi terjadinya prevalensi gingivitis

dilaporkan terjadi pada usia anak-anak dan remaja di bagian dunia lainnya.9

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

gingivitis di Indonesia menduduki peringkat kedua dengan angka 96,58%.11 Jawa

barat merupakan daerah yang menempati prevalensi gingivitis cukup tinggi di

indonesia. Suatu penelitian status kesehatan gigi dan mulut yang di lakukan pada

2
30 orang pralansia di Posbindu Kecamatan Indihiang kota tasikmalaya menjukkan

angka penderita gingivitis sebanyak 70%. 12

Yayasan Al Ma’soem merupakan salah satu lembaga pendidikan yang

berlokasi di Bandung, Jawa Barat. Hingga tahun 2019, tercatat belum pernah

terdapat penelitian mengenai gambaran kondisi gingiva secara klinis pada murid

perempuan yang pertama kali mengalami menstruasi di Yasyasan ini.

Uraian diatas, mendorong penulis untuk mengetahui lebih lanjut tentang

gambaran kondisi gingiva secara klinis pada murid perempuan yang pertama kali

mengalami menstruasi di Yayasan Al Ma’soem Bandung dengan sampel anak

berusia 12 tahun yang dinilai dengan Indeks Gingiva Loe dan Silness.

I.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat dirumuskan

identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Apakah murid perempuan usia 12 tahun di Yayasan Al Ma’soem Bandung

telah mengalami menstruasi?

2. Bagaimana gambaran kondisi gingiva secara klinis pada murid perempuan

yang pertama kali mengalami menstruasi di yayasan Al Ma’soem Bandung.

3. Bagaimana tingkat keparahan gingivitis pada murid perempuan yang pertama

kali mengalami menstruasi di Yayasan Al Ma’soem Bandung?

I.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

3
1. Mengetahui berapa banyak murid perempuan usia 12 tahun di Yayasan

Al Ma’soem Bandung yang telah mengalami menstruasi?

2. Mengetahui gambaran kondisi gingiva secara klinis pada murid

perempuan yang pertama kali mengalami menstruasi di Yayasan Al

Ma’soem Bandung.

3. Mengetahui tingkat keparahan gingivitis pada murid perempuan yang

pertama kali mengalami menstruasi di Yayasan Al Ma’soem Bandung.

I.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Sebagai data mengenai jumlah murid perempuan usia 12 tahun di

Yayasan Al Ma’soem Bandung yang telah mengalami menstruasi.

2. Sebagai data mengenai gambaran kondisi gingiva secara klinis pada

murid perempuan yang pertama kali mengalami menstruasi di Yayasan

Al Ma’soem Bandung.

3. Sebagai data mengenai gambaran tingkat keparahan gingivitis pada

murid perempuan yang pertama kali mengalami menstruasi di Yayasan

Al Ma’soem Bandung.

4. Sebagai bahan informasi bagi murid perempuan di Yayasan Al

Ma’soem Bandung.

5. Sebagai dasar dan bahan pembanding bagi penelitian selanjutnya.

4
I.5 Kerangka Pemikiran

Gingiva merupakan bagian dari mukosa oral yang menutupi prosesus

alveolar pada rahang serta menutupi daerah di sekitar leher gigi. 13 Gingiva

secara anatomis dibagi menjadi margin gingiva, gingiva cekat dan area

interdental.13

Margin gingiva atau gingiva tidak cekat merupakan tepi akhir atau

garis batas gingiva yang mengelilingi gigi. Margin gingiva biasanya memiliki

luas sekitar 1 mm dan luas ini membentuk dinding jaringan lunak dari sulkus

gingiva. Gingiva cekat merupakan jaringan lanjutan dari margin gingiva.

Gingiva cekat ini memiliki karakteristik yang tegas dan melekat erat pada

periosteum tulang alveolar.13

Gingiva antar gigi atau gingiva interdental merupakan gigi yang

menempati ruang di antar permukaan proksimal gigi atau yang biasa disebut

sebagai interproximal space di bawah area kontak gigi. gingiva interdental

ini berbentuk piramida. Pada permukaan fasial dan lingual menyempit ke

arah area kontak interproximal, sedangkan permukaan mesial dan distal

berbentuk sedikit konkaf. Garis tepi lateral dan ujung dari papila interdental

dibentuk oleh margin gingiva yang melekat pada gigi yang berdampingan.13

Gambaran jaringan gingiva yang sehat secara klinis ialah berwarna

merah muda, tidak terdapat pembengkakan, tidak terdapat peradangan,

melekat pada gigi atau tulang dengan baik serta terjadi perdarahan yang

minimal saat dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan probe.9

5
Penyakit gingiva yang paling dominan terjadi ialah gingivitis.10

Gambaran klinis dari gingivitis dapat ditunjukkan dengan adanya salah satu

dari beberapa tanda, yaitu : kemerahan, terlihat seperti spons, terdapat

perubahan kontur, terjadi perdarahan ketika ada stimulasi dan terdapat

kalkulus atau plak tanpa adanya kehilangan perlekatan secara klinis atau

kehilangan tulang krista dari hasil pemeriksaan radiografi.14

Penyakit gingivitis ini sangat umum terjadi pada masa kanak-kanak

dan dapat bertambah parah menjadi periodontitis apabila tidak dilakukan

perawatan.10 Beberapa studi mengatakan bahwa prevalensi gingivitis

meningkat pada masa pubertas.15 Pada perempuan, masa pubertas ditandai

dengan terjadinya menarke.6 Menarke merupakan masa menstruasi pertama

dan akhir dari rangkaian masa pubertas pada remaja perempuan. 16

Saat pubertas, produksi hormon seksual (hormon estrogen dan

progesteron) mengalami peningkatan, lalu akan berjalan konstan saat fase

reproduksi. Beriringan dengan ini, prevalensi gingivitis mengalami

peningkatan juga, walau tanpa adanya peningkatan jumlah plak. Bakteri

anaerob gram negatif, terutama Prevotella intermedia, merupakan bakteri

yang memiliki keterlibatan dengan gingivitis pubertas.13

Kornman dan Loesche mendalilkan bahwa organisme anaerob ini

menggunakan hormon ovarium sebagai pengganti faktor pertumbuhan

vitamin K. Tingkat Bacteroides berpigmen hitam, terutama P. intermedia

(sebelumnya

6
dikenal sebagai Bacteroides intermedius), diperkirakan meningkat dengan

adanya peningkatan kadar hormon gonadotropik pada masa pubertas.

Insidensi dan proporsi dari spesies Capnocytophaga juga mengalami

peningkatan.

Organisme-organisme ini terlibat dalam terjadinya peningkatan perdarahan

selama masa pubertas.13

Saat pubertas, jaringan periodontal memiliki respon yang lebih besar

terhadap faktor lokal.8 Pada masa pubertas ini, peningkatan level gingivitis

ini tidak disertai dengan peningkatan level akumulasi plak. 15 Tetapi, reaksi

hiperplastik pada gingiva mungkin terjadi pada area dimana sisa makanan,

materi alba, plak dan kalkulus yang menumpuk.8 Jaringan gingiva yang

mengalami inflamasi akan menjadi kemerahan, berlobus dan dapat ditarik.

Pendarahan dapat terjadi dengan lebih mudah dan secara histologis gingiva

mengalami hiperplasia dan inflamasi.13

Untuk mengukur tingkat keparahan gingivitis indeks gingiva menurut

kriteria Loe dan Silness sudah sangat umum digunakan. 17 Keparahan

gingivitis menurut kriteria Loe dan Silness ini menilai seluruh permukaan

pada seluruh gigi, atau pada gigi te rtentu, atau pada permukaan tertentu pada

seluruh gigi, atau pada permukaan tertentu pada gigi tertentu.18

Jaringan sekitar yang mengelilingi gigi dibagi menjadi empat unit

penilaian gingiva, yaitu: papila gingiva bagian distal fasial, margin gingiva

bagian fasial, papila gingiva bagian mesial fasial dan seluruh margin gingiva

7
bagian lingual.18 Instrumen yang tumpul biasnaya digunakan untuk mengukur

nilai berdasarkaran kriteria berikut18 :

Nilai Kondisi
0 Tidak ada inflamasi
1 Inflamasi ringan dan tidak terdapat perdarahan saat

dilakukan pemeriksaan menggunakan probe.


2 Inflamasi sedang dan terdapat perdarahan saat dilakukan

pemeriksaan menggunakan probe.


3 Inflamasi berat

Nilai dari seriap gigi dijumlahkan dan dibagi empat untuk

mendapatkan nilai untuk gigi tertentu. Jumlahkan seluruh nilai gigi-gigi

tersebut dan dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa tersebut, hasil dari

penilaian ini merupakan nilai indeks gingiva per orangan. Nilai tersebut

kemudian dikorelasikan dengan kriteria berikut18 :

Nilai Kriteria
0,1 – 1,0 Gingivitis ringan
1,1 – 2,0 Gingivitis sedang
2,1 – 3,0 Gingivitis berat

I.6 Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yang digunakan adalah metodologi penelitian

deskriptif. Desain penelitian deskriptif merupakan penelitian untuk melihat

gambaran fenomena yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu. Di bidang

kesehatan, penelitian deskriptif ini digunakan untuk menggambarkan atau

mendeskripsikan masalah-masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat atau di


Menarke (menstruasi Pubertas
8
pertama)
dalam komunitas tertentu, termasuk di bidang rekam medis dan informasi

kesehatan.19

Gambaran
klinis sama
Kondisi gingiva Faktor utama :
dengan gingiva
normal
a. Peningkatan respon normal
gingiva terhadap faktor
lokal.
b. Peningkatan Tidak
Bacteroides berpigmen mengalami
hitam (seperti gingivitis
Prevotella intermedia
dan Capnocytophaga) Gingivitis

Faktor predisposisi: Indeks Gingiva


kriteria Loe dan
Akumulasi plak dan kalkulus
Silness

I.7 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada :

1. Waktu : November 2019.

2. Lokasi : Yayasan Al Ma’soem Bandung di Jalan Raya Cipacing No.22,

Cipacing, Kec. Jatinangor, Bandung, Jawa Barat 40394

9
BAB III

METODE PENELITIAN

BAB I
III.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif cross-sectional. Dalam

penelitian cross-sectional peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel

pada satu saat tertentu. Kata satu saat bukan berarti semua subyek diamati tepat

pada satu saat yang sama, tetapi artinya tiap subyek hanya diobservasi satu kali

dan pengukuran variabel subyek dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut.

Dengan demikian maka pada studi cross-sectional peneliti tidak melakukan tindak

lanjut terhadap pengukuran yang dilakukan. Desain cross-sectional sering

digunakan baik dalam studi klinis dan lapangan. Desain ini dapat digunakan pada

penelitian deskriptif maupun analitik.20

I.8 Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian dipilih dengan menggunakan teknik purposive

sampling, yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada pertimbangan tertentu

yang dibuat oleh peneliti, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah

diketahui sebelumnya. Pemilihan sampel dalam penelitian berdasarkan pada

kriteria berikut :

1. Kriteria Inklusi :

a. Perempuan

10
b. Murid usia 12 tahun di Yayasan Al Ma’soem

Bandung.

c. Baru 1 – 2 kali mengalami siklus menstruasi.

d. Bersedia ikut dalam penelitian.

e. Mengisi informed consent.

2. Kriteria Ekslusi :

a. Penderita diabetes mellitus.

b. Penderita Down Syndrome.

c. Penderita leukimia

d. Merokok

I.9 Variabel Penelitian

1. Gambaran kondisi gingiva secara klinis yang dilihat dengan

menggunakan Indeks Gingiva menurut Loe dan Silness modifikasi

pemilihan gigi dari Green dan Vermillion.

I.10 Definisi Operasional

1. Gambaran Kondisi Gingiva Secara Klinis.

Gambaran jaringan gingiva yang sehat secara klinis ialah

berwarna merah muda, tidak terdapat pembengkakan, tidak terdapat

peradangan, melekat pada gigi atau tulang dengan baik serta terjadi

perdarahan yang minimal saat dilakukan pemeriksaan dengan

menggunakan probe.9

11
Sedangkan gambaran klinis dari gingivitis dapat ditunjukkan

dengan adanya salah satu dari beberapa tanda, yaitu : kemerahan,

terlihat seperti spons, terdapat perubahan kontur, terjadi perdarahan

ketika ada stimulasi dan terdapat kalkulus atau plak tanpa adanya

kehilangan perlekatan secara klinis atau kehilangan tulang krista dari

hasil pemeriksaan radiografi.14

2. Indeks Gingiva menurut kriteria Loe dan Silness

Secara klinis, tingkat keparahan dari gingivitis dapat diketahui

melalui Indeks Gingiva oleh teori Loe dan Silness. 14 Indeks Gingiva

menurut teori Loe dan Silness sudah umum digunakan untuk mencatat

gambaran kondisi gingiva secara klinis dilihat dari tingkat keparahan

gingivitisnya. Indeks Gingiva menurut Loe dan Silness (1963) ini

mengukur tingkat keparahan gingivitis dengan rentang skala dari 0.1

sampai 3.0 (0.1 – 1.0 : gingivitis ringan, 1.1 – 2.0 : gingivitis sedang

dan 2.1 – 3.0 : gingivitis berat).17

3. Pemilihan gigi dari teori Green dan Vermillion.

Indeks menurut kriteria Green dan Vermillion diperiksa dari

empat gigi posterior dan dua gigi anterior tertentu, yaitu : gigi yang

pertama kali erupsi di bagian distal dari gigi premolar kedua rahang

atas, biasanya gigi molar pertama rahang atas, tetapi terkadag gigi

molar ke dua atau molar ke tiga.

12
Permukaan bukal adalah permukaan yang diperiksa untuk

gigi-gigi molar rahang atas dan permukaan lingual adalah permukaan

yang diperiksa untuk gigi-gigi molar rahang bawah.

Gigi anterior yang diperiksa ialah permukaan labial dari

gigi rahang atas kanan (gigi 11) dan permukaan labial insisif sentral

rahang bawah kiri (gigi 31). Jika terdapat kehilangan dari gigi anterior

tersebut, dapat menggunakan gigi insisif sentral pada regio sebelahnya

(gigi 21 atau gigi 41).21

13
Gambar 1 Permukaan Gigi yang Diperiksa dengan Indeks Green dan Vermillion.

I.11 Alat dan Bahan Penelitian

I.11.1 Alat Penelitian

1. Kaca mulut

Gambar 2 Kaca Mulut

2. Sonde

Gambar 3 Sonde

3. Pinset

14
Gambar 4 Pinset

4. WHO Periodontal Examining Probe, yang ujungnya terdapat sebuah

bola kecil berdiameter 0,5 mm dan mempunyai tanda garis hitam yang

terletak antara 3,5 mm dan 5,5 mm dari ujung.

Gambar III.5 Probe WHO

5. Baki

6. Cotton Pellet

7. Cotton Roll

8. Kertas tisu

9. Gelas kumur

10. Sarung tangan

11. Masker

12. Lap

13. Informed consent

14. Formulir penilaian kondisi gingiva.

15. Alat tulis

16. Kursi

15
I.11.2 Bahan Penelitian

1. Alkohol 70%

2. Air

I.12 Prosedur Penelitian

I.12.1 Tahap Persiapan

1. Mengurus perizinan untuk melakukan penelitian di Yayasan Al

Ma’soem Bandung.

2. Memperkenalkan diri dan memberitahukan maksud kedatangan

peneliti kedapa seluruh murid kelas 6 SD di Yayasan Al Ma’soem

Bandung.

3. Memberikan penjelasan mengenai hal yang akan dilakukan selama

penelitian, manfaat penelitian, keuntungan dan kekurangan jika

bersedia mengikuti penelitian.

4. Memberikan lembar kuesioner dan informed consent kepada seluruh

murid perempuan kelas 6 SD di Yayasan Al Ma’soem Bandung untuk

dibawa pulang dan diisi dengan bantuan orang tua murid. Seluruh

murid yang memenuhi kriteria dan telah mengisi lembar informed

consent resmi menjadi subjek penelitian.

5. Membagi seluruh subjek penelitian menjadi beberapa sesi.

6. Memberitahukan jadwal pemeriksaan untuk setiap kelompok. Subjek

penelitian diperiksa sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan

telah disesuaikan dengan jadwal belajar murid.

16
I.12.2 Tahap Pelaksanaan

1. Menyapa subjek penelitian yang sudah memasuki jadwal pemeriksaan

dan memintanya untuk berkumur dengan air.

2. Mempersilakan subjek penelitian untuk duduk pada kursi yang telah

disediakan.

3. Melakukan penilaian kondisi gingiva menggunakan indeks gingiva

menurut kriteria Loe dan Silness modifikasi pemilihan gigi menurut

kriteria Green dan Vermillion.

Nilai Kondisi
0 Tidak ada inflamasi
1 Inflamasi ringan dan tidak terdapat perdarahan saat

dilakukan pemeriksaan menggunakan probe.


2 Inflamasi sedang dan terdapat perdarahan saat dilakukan

pemeriksaan menggunakan probe.


3 Inflamasi berat

Tabel III-1 Tabel Kriteria Penilaian Gingivitis Teori Loe dan Silness

Untuk menghitung Indeks Gingiva tiap orang:

Σ seluruh Indeks Gingiva gigi yang


diperiksa
Indeks Gingiva perorang =
Σ gigi yang diperiksa

Gambaran gingiva berdasarkan tingkat keparahan gingivitis:

Nilai Kriteria
0,1 – 1,0 Gingivitis ringan.
1,1 – 2,0 Gingivitis sedang.
2,1 – 3,0 Gingivitis berat.

17
Tabel III-2 Tabel Gambaran Gingiva Berdasarkan Tingkat Keparahan Gingivitis
Teori Loe dan Silness

4. Mencatat hasil penilaian kondisi gingiva pada formulir yang telah

disediakan.

5. Mempersilakan subjek penelitian untuk berkumur.

6. Mengucapkan terimakasih dan mempersilakan subjek penelitian untuk

meninggalkan tempat pemeriksaan.

7. Membersihkan alat-alat yang telah digunakan.

8. Menyapa dan mempersilakan subjek penelitian selanjutnya untuk

melakukan pemeriksaan.

I.13 Penyajian Data

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, data akan disajikan dalam

bentuk tabel (tabulasi data)

Kelas 6A Kelas 6B Kelas 6C Kelas 6D Kelas 6E Total


1x 2x 1x 2x 1x 2x 1x 2x 1x 2x
Gingiva
normal
Gingivitis
ringan
Gingivitis
sedang
Gingivitis
berat
Total
.

18
I.14 Bagan Alur Langkah Kerja

Pengurusan izin penelitian

Penjelasan mengenai prosedur penelitian, manfaat penelitian, keuntungan dan


kerugian menjadi subjek penelitian

Pengisian kuesioner dan informed consent

Penilaian kondisi gingiva dengan menggunakan Indeks Gingiva menurut teori


Loe dan Silness

19
Pencatatan hasil penilaian kondisi gingiva

Pengolahan data

Pembuatan kesimpulan dan pembahasan penelitian

Bagan III-1 Bagan Alur

DAFTAR PUSTAKA

1. Sánchez PIG, Aguirre HPH, Robayo SPJ, Lugo JCP. Menstruation in


History. 2015;(January 2012).
2. Hall JE. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology (12e). 2011.
2011. 201-211 p.
3. Ganabathy NA, Widjajakusuma A, Hidayat D. Age Pattern at Menarche as
Results from a Puberty Survey. Althea Med J. 2017;3(4):640–3.
4. Lutfiya I. Analisis Kesiapan Siswi Sekolah Dasar dalam Menghadapi
Menarche. J Biometrika dan Kependud. 2018;5(2):135.
5. Thakur R, Gautam RK. Differential onset of Puberty and Adolescence
among girls and boys of a Central Indian Town ( Sagar ). Orient Anthropol.
2017;17(1):137–47.
6. Wei C, Davis N, Honour J, Crowne E. The investigation of children and
adolescents with abnormalities of pubertal timing. Ann Clin Biochem.
2017;54(1):20–32.

20
7. Ayu C, Karim A, Gunawan P, Wicaksono DA. Gambaran Status Gingiva
pada Anak Usia Sekolah Dasar di SD GMIM Tonsea Lama. 2007;8–12.
8. Chaitra TR, Manuja N, Sinha AA, Kulkarni AU. Hormonal effect on
gingiva : pubertal gingivitis. 2012;1–2.
9. G. Newman M, H. Takei H, R. Klokkevold P. Carranza’s CLINICAL
PERIODONTOLOGY. 11th Editi. A. Carranza F, editor. St. Louis:
ELSEVIER SAUNDERS; 2012.
10. Azodo CC, Agbor AM. Gingival health and oral hygiene practices of
schoolchildren in the North West Region of Cameroon. BMC Res Notes
[Internet]. 2015;8(1):4–9. Available from:
"http://dx.doi.org/10.1186/s13104-015-1350-2
11. Pengetahuan T, Usia A. PENGARUH STIMULASI PERMAINAN ULAR
TANGGA TENTANG GINGIVITIS TERHADAP PENGETAHUAN
ANAK USIA 8-11 TAHUN Studi terhadapSiswa SD Negeri Kuningan 04 ,
Kecamatan Semarang Utara. 2018;(November 2015):24–8.
12. Rahayu C, Widiati S, Widyanti N, Kesehatan P, Tasikmalaya K,
Kedokteran F, et al. Hubungan antara Pengetahuan , Sikap , dan Perilaku
terhadap Pemeliharaan Kebersihan Gigi dan Mulut dengan Status
Kesehatan Periodontal Pra Lansia di Posbindu Kecamatan Indihiang Kota
Tasikmalaya. 21(1):27–32.
13. Clinical Periodontology.
14. Idrees MM, Azzeghaiby SN, Hammad MM, Kujan OB. Prevalence and
severity of plaque-induced gingivitis in a Saudi adult population.
2014;35(11):1373–7.
15. Pari A, Ilango P, Subbareddy V, Katamreddy V, Parthasarthy H. Gingival
diseases in childhood – A review. J Clin Diagnostic Res. 2014;8(10):ZE01-
ZE04.
16. Moelyo AG, Wulandari A, Imas O, Rahma UP, Hidayah N,
Kesumaningtyas C, et al. Paediatrica Indonesiana. 2019;59(1):33–7.
17. Rodan R, Khlaifat F, Smadi L, Azab R, Abdalmohdi A. Prevalence and
severity of gingivitis in school students aged 6-11 years in Tafelah
Governorate, South Jordan: Results of the survey executed by National
Woman’s Health Care Center Oral Health. BMC Res Notes [Internet].
2015;8(1):1–7. Available from: "http://dx.doi.org/10.1186/s13104-015-
1532-y
18. Essentials of and Periodontics.
19. Masturoh I, Anggita N. METODOLOGI PENELITIAN KESEHATAN.
2018.
20. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi

21
ke-4. Jakarta: CV.Sagung Seto; 2011.
21. Kosova C. The Correlation between DMFT and OHI-S Index among 10-15
Years Old Journal of Dental and Oral Health The Correlation between
DMFT and OHI-S Index among 10-15 Years Old Children in Kosova.
2015;(July).

22

Anda mungkin juga menyukai