Anda di halaman 1dari 17

1.

3 Analisis Situasi Perilaku Kesehatan


1.3.1 Hasil Analisis Perilaku Kesehatan dari Data Responden

Pengambilan data mengenai gambaran perilaku kesehatan masyarakat di wilayah


Puskesmas Sukawarna dilakukan dengan mengambil data responden. Hasil analisis mengenai
perilaku kesehatan masyarakat di sekitar Puskesmas Sukawarna akan dijelaskan sebagai
berikut:

Gambaran perilaku kesehatan masyarakat di wilayah Puskesmas Sukawarna


dilakukan dengan mengambil data dari 43 responden. Responden terdiri dari 30 orang dewasa
dan 13 orang anak. Pada Diagram I-1 dapat dilihat distribusi jumlah responden dewasa
berdasarkan jenis kelamin. Responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 11 orang (37 %)
lebih sedikit dibandingkan perempuan sebanyak 19 orang (63%).

Pada diagram I-2 memperlihatkan usia responden dikelompokkan berdasarkan


rentang usia. Usia responden paling banyak adalah pada rentang usia 17-25 tahun sebanyak
10 orang, usia 36-45 tahun sebanyak 8 orang, usia 46-55 tahun sebanyak 5 orang, usia 26-35
tahun sebanyak 4 orang, usia 56-65 tahun sebanyak 2 orang, dan usia lebih dari 65 tahun
sebanyak 1 orang.
Pada diagram I-3 dapat dilihat usia responden anak sebanyak 13 orang, yaitu; usia 2
tahun sebanyak 1 orang, usia 5 tahun sebanyak 2 orang, usia 6 tahun sebanyak 1 orang, usia 7
tahun sebanyak 2 orang, usia 8 tahun sebanyak 2 orang, usia 9 tahun sebanyak 1 orang, usia
10 tahun sebanyak 1 orang, usia 12 tahun sebanyak 2 orang, dan 14 tahun sebanyak 1 orang.

Berdasarkan diagram I-4 memperlihatkan bahwa responden anak berjenis kelamin


perempuan lebih banyak yaitu 54% dari total responden dibandingkan laki-laki (46%).
Indikator PHBS penduduk Sukawarna tahun 2019 pada Tabel I-23 menunjukkan
bahwa persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, menimbang balita secara rutin,
menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air dan sabun, memberantas jentik di rumah,
makan buah dan sayur setiap hari sudah dilakukan oleh lebih dari 80% penduduk Sukawarna
sesuai dengan target PHBS oleh Kemenkes. Pemberian ASI eksklusif, jamban sehat,
melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan tidak merokok di dalam rumah masih kurang
dilakukan atau belum mencapai target. Hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya
program promosi kesehatan dan tingkat pendidikan masyarakat tentang pelaksanaan program
PHBS.

Pada diagram I-5 memperlihatkan bahwa sebanyak 27 dari 30 responden dewasa


sudah menyikat gigi 2 kali sehari dan hanya 3 responden yang menyikat gigi 1 kali sehari.
Hal ini menunjukkan bahwa responden sudah memiliki kesadaran dalam menjaga kesehatan
gigi.
Berdasarkan diagram I-6 memperlihatkan bahwa seluruh responden menggunakan
sikat gigi sebagai alat bantu pembersihan gigi dan terdapat alat bantu selain sikat gigi yang
digunakan yaitu 8 responden menggunakan tusuk gigi kayu, 2 responden menggunakan tusuk
gigi plastik, 1 responden menggunakan benang gigi, dan 2 responden menggunakan siwak.
Tidak ada responden yang menggunakan arang untuk membantu membersihkan giginya.

Pada diagram I-7 menunjukkan bahwa seluruh responden dewasa sebanyak 30 orang
sudah menggunakan pasta gigi untuk membersihkan gigi.
Pada diagram I-8 memperlihatkan bahwa responden dewasa sebanyak 26 orang (87%)
sudah menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor, sedangkan 4 orang (13%) responden
yang tidak tahu apakah pasta gigi yang digunakan mengandung fluor atau tidak. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah menjaga kesehatan giginya dengan
baik.

Pada diagram I-9 menunjukkan bahwa sebanyak 8 responden anak memiliki


kebiasaan menyikat gigi dua kali atau lebih dalam sehari dan sisanya sebanyak 5 orang
memiliki kebiasan menyikat gigi sekali dalam sehari.
Berdasarkan diagram I-10 menunjukkan bahwa seluruh responden menggunakan sikat
gigi sebagai alat utama dalam pembersihan gigi setiap hari dan ada 3 orang responden yang
menggunakan tusuk gigi kayu sebagai alat bantu dalam membersihkan gigi. Tidak ada
responden yang menggunakan benang gigi, arang dan siwak dalam membantu membersihkan
giginya.

Pada diagram I-11 menunjukkan bahwa dari seluruh responden anak yang ada yaitu
sebanyak 13 orang sudah menggunakan pasta gigi untuk membersihkan giginya setiap hari.
Pada diagram I-12 memperlihatkan bahwa sebanyak 12 orang dari responden anak
sudah menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor dan 1 orang anak tidak mengetahui
pasta gigi yang dipakai berfluoride atau tidak. Hal ini menunjukan bahwa responden sudah
dapat menjaga kesehatan giginya dengan baik.

Pada Diagram I-13 memperlihatkan distribusi pendidikan terakhir orang tua


responden. Pendidikan terakhir orang tua responden merupakan salah satu faktor yang dapat
memengaruhi kesehatan gigi anak. Bedasarkan diagram tersebut, pendidikan teakhir orang
tua responden yang paling banyak adalah pada tingkat SMA, yaitu 6 orang ibu dan 5 orang
ayah. Pada tingkat perguruan tinggi ada 3 orang ibu dan 3 orang ayah. Tingkat SMP 2 orang
ibu dan 1 orang ayah, tingkat SD 2 orang ibu dan 2 orang ayah, seta tidak lulus SD dan tidak
sekolah masing-masing 1 orang ayah.
Diagram I-14 menunjukkan bahwa 30 responden tidak menggunakan GTSL, 29 orang
tidak menggunakan GTL rahang atas maupun rahang bawah, dan 1 responden yang
menggunakan GTL rahang atas dan rahang bawah.

Pada diagram I-15 menunjukkan jumlah gigi yang dimiliki responden. Mayoritas
responden yang memiliki gigi lebih dari 20 gigi sebanyak 25 orang (83%). Lalu, responden
yang memiliki 10-19 gigi sebanyak 3 orang (10%) dan responden yang memiliki 1-9 gigi
sebanyak 2 orang (7%).
Pada diagram I-16 diketahui bahwa frekuensi responden untuk konsumsi buah segar
sudah cukup baik dimana tidak ada responden yang jarang/tidak pernah konsumsi buah segar.
Namun, 11-12 orang dari 30 orang responden mengkonsumsi kopi manis, biskuit, kue, kue
manis dan roti setiap hari.

Pada diagram I-17 menunjukkan bahwa dari 30 responden, responden pengguna


tembakau paling banyak adalah pengguna rokok sebanyak 12 orang dan 9 diantaranya
merupakan pengguna rokok setiap hari, diikuti pengguna cerutu sebanyak 1 orang. Dari data
ini dapat diketahui bahwa masih cukup banyak orang yang konsumsi tembakau.
Berdasarkan diagram I-18 menunjukkan bahwa sebanyak 26 dari 30 responden tidak
minum alkohol dalam 30 hari terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa hanya sedikit masyarakat
yang mengkonsumsi alkohol.

Pada diagram I-19 menunjukkan sebanyak 11 responden konsumsi susu manis tiap
hari dan 7 responden konsumsi biskuit dan kue manis setiap hari. Hal ini menunjukkan
konsumsi makanan dan minuman manis pada responden anak tinggi.
Pada diagram I-20 menunjukkan bahwa responden anak tidak pernah merokok
maupun mengunyah tembakau.

Berdasarkan diagram I-21 yang merupakan riwayat sakit gigi responden selama 12
bulan terakhir, sebagian besar responden sebanyak 17 orang (57%) mengaku memiliki
riwayat sakit gigi selama 12 bulan terakhir. Sisanya sebanyak 13 orang (43%) responden
tidak memiliki riwayat sakit gigi selama 12 bulan terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar masyarakat di daerah Puskesmas Sukawarna memiliki riwayat sakit gigi
selama 12 bulan terakhir. Tingginya riwayat sakit gigi mungkin disebabkan karena kurangnya
pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulutnya.
Pada diagram I-22 menunjukkan penilaian responden terhadap kondisi gigi dan
gusinya. Responden yang menilai kondisi gigi dan gusinya buruk masing-masing sebanyak 4
dan 5 orang. Responden yang menilai kondisi gigi dan gusinya baik masing-masing sebanyak
15 dan 14 orang. Responden yang menilai kondisi gigi dan gusinya sedang masing-masing
sebanyak 10 orang, sedangkan masing-masing 1 orang menilai sempurna kondisi gigi dan
gusinya. Tidak ada responden yang menilai kondisi gigi dan gusinya sangat baik dan sangat
buruk, serta tidak ada yang tidak mengetahui kondisi gigi dan mulutnya. Berdasarkan data
tersebut, dapat disimpulkan bahwa kondisi gigi dan gusi masyarakat cukup baik.

Pada diagram I-23 menggambarkan distribusi waktu terakhir responden mengunjungi


dokter gigi. Berdasarkan pada diagram I-23 yang didapatkan dari 30 responden. Sebanyak 2
responden (7%) belum pernah mengunjungi dokter gigi, 3 responden (10%) belum
mengunjungi dokter gigi selama 5 tahun, 6 responden (20%) terakhir ke dokter gigi antara 2-
5 tahun, dan 2 responden (7%) terakhir berobat ke dokter gigi antara 1-2 tahun yang lalu.
Namun, sebanyak 14 responden (46%) mengunjungi dokter gigi kurang dari 6 bulan yang
lalu dan 3 responden (10%) terakhir ke dokter gigi 6-12 bulan yang lalu.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kesadaran masyarakat di
daerah Puskesmas Sukawarna untuk kontrol 6 bulan sekali ke dokter gigi untuk
memeriksakan kondisi gigi dan rongga mulutnya cukup baik (46%). Namun, banyak pula
yang mengunjungi dokter gigi lebih dari jangka waktu 6 bulan bahkan belum pernah
mengunjungi dokter gigi sama sekali (54%). Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat belum
memahami pentingnya pemeriksaan rutin ke dokter gigi setiap minimal 6 bulan sekali dan
masyarakat hanya mengunjungi dokter gigi apabila sudah terasa sakit atau timbul masalah.

Pada diagram I-24 memperlihatkan bahwa sebagian besar responden (53%)


mengunjungi dokter gigi karena mengalami rasa sakit dan nyeri pada gigi serta masalah gigi
lainnya. Sebanyak 8 responden (27%) mengunjungi dokter gigi untuk mendapatkan
perawatan atau perawatan lanjutan. Hanya terdapat 2 responden (7%) yang mengunjungi
dokter gigi dengan alasan konsultasi.
Berdasarkan data tersebut disimpulkan bahwa sebagian besar alasan responden
mengunjungi dokter gigi adalah karena nyeri, sakit, atau terdapat masalah pada giginya. Hal
ini mungkin disebabkan karena masih rendahnya kesadaran serta keinginan masyarakat untuk
melakukan pemeriksaan rutin ke dokter gigi 6 bulan sekali sehingga masyarakat hanya datang
ke dokter gigi apabila sudah terdapat masalah nyeri atau sakit pada giginya.

Pada diagram I-25 memperlihatkan bahwa responden anak menilai kondisi gigi dan
gusinya berada dalam kategori baik masing-masing sebanyak 6 dan 8 orang, kondisi gigi dan
gusi dalam kategori buruk masing-masing sebanyak 5 dan 3 orang, sedangkan responden
anak yang tidak mengetahui kondisi gigi dan gusinya sebanyak masing-masing 2 orang.
Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa sebagian besar anak tidak merasa terdapat
gangguan pada kesehatan gigi dan gusinya yang dapat mengganggu aktivitas mereka.

Berdasarkan diagram I-26 memperlihatkan bahwa sebagian besar responden anak


sebanyak 5 orang tidak pernah ke dokter gigi dan tidak pernah menerima perawatan gigi
dalam 1 tahun yang terakhir. Bahkan sebanyak 3 orang responden mengaku tidak pernah ke
dokter gigi. Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya kunjungan ke dokter gigi baik untuk
kontrol rutin maupun untuk mendapat perawatan menyebabkan tingginya prevalensi karies
pada anak di daerah Puskesmas Sukawarna karena kurangnya motivasi untuk memeriksakan
kesehatan gigi dan mulutnya secara rutin ke dokter gigi.
Berdasarkan diagram I-27 memperlihatkan bahwa sebagian besar responden anak
sebanyak 8 orang mengunjungi dokter gigi karena terdapat masalah pada giginya serta
mendapatkan atau melanjutkan perawatan untuk mengatasi masalah pada rongga mulutnya.
Sedangkan, tidak ada satupun responden yang mengunjungi dokter gigi dengan tujuan untuk
melakukan kontrol rutin gigi. Kesimpulan yang dapat disimpulkan adalah anak di kawasan
Puskesmas Sukawarna hanya berkunjung ke dokter gigi setelah terdapat gangguan atau
masalah pada gigi dan mulutnya dan kurangnya motivasi untuk memeriksakan kesehatan gigi
dan mulutnya secara rutin ke dokter gigi.
Pada diagram I-28 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dewasa tidak
merasakan masalah yang dirasakan akibat kondisi gigi dan mulut karena tidak mengurangi
kegiatan sosial, tidak kesulitan melakukan kegiatan biasa, tidak menghindari senyum karena
gigi, tidak malu karena tampilan gigi, dan tidak kesulitan dalam berbicara/bermasalah dalam
mengucapkan kata. Namun, responden yang merasa tegang karena permasalahan gigi atau
mulut merupakan masalah yang sering dirasakan pasien (17 responden). Masalah kedua
terbesar yang sering dialami pasien adalah mulut kering (14 responden). Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar responden tidak merasakan masalah yang ditimbulkan akibat adanya
gangguan pada kondisi gigi dan mulutnya.
Pada diagram I-29 menunjukkan masalah-masalah yang dirasakan oleh anak akibat
kondisi gigi dan mulutnya. Sebagian besar anak mengalami kesulitan dalam mengunyah,
kesulitan menggigit makanan yang keras serta mengalami sakit gigi dan tidak nyaman pada
gigi yang membuat anak tidak masuk sekolah sebagai dampak dari kondisi gigi dan
mulutnya. Dampak yang paling sedikit dirasakan oleh anak yaitu mengenai kondisi
penampilannya.

Pada diagram I-30 menunjukkan tingkat pendidikan terakhir pada orang dewasa.
Mayoritas respoden orang dewasa memiliki tingkat pendidikan terakhir yaitu sekolah
menengah atas (SMA) sebanyak 16 orang, sedangkan jumlah paling sedikit responden yaitu
berada pada tingkat pendidikan sekolah dasar (SD) sebanyak 3 orang.

Anda mungkin juga menyukai