Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN DISKUSI KELOMPOK PBL

SKENARIO 3 BLOK 5
“Gigi berlubang-lubang”

KELOMPOK 3
Ketua : Fahreza Nurwahyu NIM: 185160101111021
Sekretaris : Tiara Ayu Septanti Putri NIM: 185160100111026
Anggota : Anindyta Apkako Cahya NIM: 185160100111001
Hotty Aina Afifah NIM: 185160100111012
Sausan NIM: 185160100111018
Devina Zada Calosa NIM: 185160100111021
Sasya Windriya NIM: 185160100111027
Hilwa Zahwa Nadira NIM: 185160100111031
Isabela Anjani NIM: 185160100111041
Melva Enjelina NIM: 185160100111042
Natasya Putri Kay Allif NIM: 185160100111049
Yacob Felix L. Sihombing NIM: 185160101111015
Savira Pratista Oktaviana NIM:185160107111002
Jennifer Tania NIM: 185160107111007

DK 1 : Senin/2 September 2019


DK 2 : Kamis/5 September 2019
FASILITATOR : drg. Nenny Prasetyaningrum, M. Ked

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2019
KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT., yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan hasil diskusi
kelompok Problem Based Learning (PBL) ini.
Penulisan laporan ini juga tak lepas dari bantuan oleh berbagai pihak yang telah
memberikan bimbingan dan sumbangan pemikiran kepada penulis. Dengan segala
kerendahan hati dan rasa hormat, penulis menyampaikan terima kasih atas segala
bantuan yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis terbuka pada kritik dan saran yang membangun mengenai
laporan ini. Penulis berharap supaya hasil dari penulisan laporan ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.

Malang, 7 September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

ISI

I. SKENARIO ........................................................................................ 1

II. ISTILAH ASING/KATA SULIT .............................................................. 1

III. IDENTIFIKASI MASALAH .................................................................... 1

IV. HIPOTESIS ........................................................................................ 4

V. LEARNING ISSUES ............................................................................. 4

VI. LEARNING OUTCOMES ....................................................................... 5

VII. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 18

ii
ISI

I. SKENARIO
Seorang laki-laki berusia 40 tahun, datang ke klinik gigi karena ingin menambal gigi
depannya yang berlubang banyak dan berwarna kehitaman. Gigi tidak pernah terasa
sakit, pasien ingin gigi tersebut ditambal dengan bahan yang sewarna gigi, agar tampak
bagus, rapi dan tidak terlihat berlubang. Pemeriksaan klinis: gigi 11, 12 vitalitas (+),
perkusi (-), palpasi (-), karies media pada sisi mesial yang melibatkan sudut incisal.
Dokter gigi kemudian merancang desain preparasi, membuat bevel untuk menambah
retensi, mengulaskan etsa dan bonding lalu melakukan penumpatan dan melakukan
pemilihan warna bahan tumpatan komposit agar tumpatan tersebut sesuai dengan warna
gigi aslinya.

II. ISTILAH ASING/KATA SULIT


-
III. IDENTIFIKASI MASALAH dan BRAINSTORMING
1. Kenapa gigi pasien tersebut berlubang, kehitaman, ada vitalitas tetapi tidak
pernah terasa sakit?
Umumnya gigi berlubang tidak menimbulkan rasa nyeri di awal sehingga sulit
dideteksi. Gigi 11 dan gigi 12 pada kasus ini tidak terasa sakit karena
pemeriksaan klinis menunjukkan bahwa lubang berada pada bagian mesial gigi
dengan diagnosis karies media yang berarti karies meluas tidak lebih dari ½
ketebalan dentin sehingga rasa sakit itu tidak terasa ketika makan atau minum.
2. Karies klas berapa yang diderita pasien dan bagaimana desain preparasinya?
- Karies yang diderita pasien adalah karies klas 4
- Desain preparasi karies klas 4 yaitu garis sudut aksio-pulpa harus membulat
supaya tekanan tidak terlalu banyak jatuh pada daerah ini, membuat retensi
dovetail pada bagian proksimal tetapi tidak boleh terlalu ke insisal,
membuat bevel dengan kemiringan 5° - 10°
3. Bagaimana tahap pemeriksaan klinis yang dilakukan?
- Inspeksi yaitu dengan mengamati ada tidaknya kelainan pada warna,
ukuran, bentuk, hubungan anatomis, keutuhan, dan permukaan jaringan
pada gigi.
- Perkusi yaitu dengan memberi pukulan pada gigi dengan menggunakan
ujung instrument. Jika ada respon nyeri ketika perkusi vertical-oclusal maka

1
menunjukkan kelainan di periapikal. Jika ada respon nyeri ketika perkusi
horizontal-bucal lingual menunjukkan kelainan pada jaringan periodontal.
- Palpasi yaitu dengan menekan daerah lunak disekitar gigi misalnya seperti
gusi
- Explorasi yaitu pemeriksaan dengan sonde dengan menggerakkan sonde
pada area oklusal atau insisal untuk mengecek apakah ada suatu kavitas
atau tidak.
4. Apa fungsi dari pengulasan etsa dan bonding?
- Etsa berfungsi sebagai pembuat porus pada enamel rods
- Bonding berfungsi untuk meningkatkan perlekatan bahan restorasi terhadap
gigi
5. Bagaimana cara pengulasan etsa dan bonding?
- Setelah gigi dikeringkan, kemudian diisolasi dengan cotton roll;
- Etsa diaplikasikan pada cavo-surface enamel margin menggunakan tip
applicator didiamkan selama ± 15 detik;
- Dibilas atau dibersihkan dengan air;
- Bonding diaplikasikan pada tempat yang sama menggunakan tip applicator
kemudian di sinar selama ± 20 detik.
6. Bagaimana dasar pemilihan warna dari tumpatan?
Menentukan tipe komposit yang sesuai dengan warna gigi dengan
menggunakan petunjuk warna atau shade guide
7. Mengapa dokter gigi memilih bahan tumpatan komposit?
- Karena pasien ingin gigi tersebut ditambal dengan bahan yang sewarna
dengan gigi (mengutamakan estetika).
- Bahan tumpatan komposit sewarna dengan gigi.
- Resin komposit bisa digunakan pada gigi anterior
8. Apa saja jenis-jenis komposit?
- Jenis komposit berdasarkan ukuran filler
a) Makrofiller
b) Mikrofiller
c) Hybrid
d) Nanofiller
- Jenis komposit berdasarkan viskositas
a) Flowable
b) Packable
9. Apa kelebihan dan kekurangan bahan tumpatan komposit?
Kelebihan

2
- Lebih estetik karena sewarna dengan gigi
- Bahan kuat, tahan lama dan tahan tekan kunyah yang tidak terlalu besar
- Tidak korosi

Kekurangan

- Lebih mahal
- Waktu pengaplikasian lama
- Shrinkage jika panas
- Sensitif terhadap stain
10. Bagaimana indikasi dan kontraindikasi penggunaan komposit?
Indikasi
- Fraktur pada gigi anterior
- Kehilangan sudut insisal pada gigi anterior
- Veneer gigi
- Pasien alergi logam

Kontraindikasi

- Beban oklusal besar


- Oral hygiene buruk
- Karies sudah meluas
- Pasien dengan insiden karies tinggi

3
IV. HIPOTESIS

Gigi berlubang

Pemeriksaan

Karies Media Pemilihan Indikasi


Klas 4 (Pulpitis Bahan
Reversibel) Tumpatan kontraindikasi

Prosedur
Preparasi klas 4
Desain Preparasi

Etsa & Bonding


Restorasi Direk
Komposit Dasar Pemilihan Warna

Prosedur Penumpatan

V. LEARNING ISSUES
1. Pemilihan Bahan Tumpatan Komposit pada Gigi Anterior
a. Indikasi & kontraindikasi
b. Kelebihan & kekurangan
2. Preparasi pada Gigi anterior
a. Prosedur
b. Desain Preparasi
3. Restorasi Direk Komposit
a. Etsa & Bonding
b. Dasar Pemilihan Warna
c. Prosedur Penumpatan

4
VI. LEARNING OUTCOMES

1. PEMILIHAN BAHAN TUMPATAN KOMPOSIT PADA GIGI ANTERIOR


Resin komposit merupakan salah satu bahan tambalan sewarna gigi yang
banyak digunakan saat ini karena memiliki nilai estetis yang tinggi dibandingkan
dengan bahan tumpatan warna gigi yang lain.
A. Indikasi dan Kontra Indikasi
1. Indikasi
a) Penutupan diastema
b) Pada malposisi gigi untuk memperbaiki kontur
c) Restorasi sementara
d) Inlay, onlay
e) Restorasi klas I yang meluas sampai ke dentin
f) Karies pada pit and fissure klas I dimana restorasi resin preventif
konservatif dan tepat untuk dilakukan
g) Restorasi kelas II pada gigi susu yang tidak meluas di luar sudut
proksimal
h) Restorasi kelas II pada gigi permanen yang meluas kira kira 1/3 sampai
½ panjang intercusp bukal lingual gigi
i) Restorasi gigi III, IV, V gigi susu dan gigi permanen
j) Sealants pada restorasi resin preventive
k) Semen untuk restorasi indirek
l) Periodontal splinting pada gigi yang goyang
m) Prosedur perbaikan estetis seperti partial veneers atau full veneers
n) Kehilangan insisal angle
o) Fraktur gigi anterior
p) Pasien dengan alergi metal
2. Kontraindikasi
a) Restorasi pada gigi yang beban oklusalnya tinggi
b) Bagian gigi yang tidak bisa diisolasi
c) Pasien dengan oral hygiene buruk
d) Pasien dengan alergi komposit

B. Kelebihan dan Kekurangan


1. Kelebihan
a) Warna bisa disamakan dengan gigi asli
b) Tidak mengandung merkuri

5
c) Konduktivitas termal rendah
d) Tidak terjadi reaksi galvanic
e) Mudah dan praktis dilakukan
f) Ikatan resin akan memperkuat kekuatan gigi
2. Kekurangan
a) Daya tahan kurang dan beban tekanan kecil
b) Bisa terjadi shrinkage yang dapat menyebabkan masuknya bakteri
c) Tidak bisa digunakan untuk tumpatan yang besar
d) Tidak mempunyai kemampuan menutup tepi restorasi karena tidak
terbentuk titik kontak
e) Keausan dibawah permukaan kunyah besar
f) Kekuatan untuk menahan patah rendah
g) Tidak dapat mengeluarkan fluor seperti GIC
3. Kelebihan dan kekurangan menurut tipenya
Type Advantages Disadvantages
All purpose High strength, high modulus
Microfilled Best esthetics and polishing Higher shrinkage
Packable Packable, less shrinkage, lower
wear
Flowable Syryngable, lower modulus Higher wear
Laboratory Best anatomy and contacts, Lab cost, special
lower wear equipment, requires
resin cement

C. Klasifikasi Komposit
1. Berdasarkan Jenis Penguat
a) Particulate composite (komposit partikulat) merupakan komposit yang
menggunakan partikel serbuk sebagai penguatnya dan terdistribusi
secara merata dalam matriknya, terdiri dari partikel besar.
b) Fiber composite (komposit serat) adalah komposit yang terdiri dari
kontinyu dan diskontinyu (terikat dan acak).
c) Structural composite adalah komposit yang terdiri dari lamina dan panel
sandwich.
2. Berdasarkan Matrixnya
a) Polymer Matrix Composite (PMC) adalah salah satu jenis komposit yang
merupakan kombinasi antara dua material atau lebih dengan matrix

6
berupa polimer, yang memiliki kekakuan dan kekuatan spesipik yang
tinggi serta lebih ringan dari material konvensional.
b) Metal Matrix Composite (MMC) adalah salah satu jenis komposit dengan
matrix berupa logam, yang memiliki kuat tekan dan geser yang baik,
tidak mudah terbakar dan tidak menyerap kelembaban, tahan terhadap
temperatur tinggi, memiliki ketahanan arus dan muai termal yang baik
serta transfer tegangan dan regengan yang baik dibandingkan dengan
Polymer Matrix Composite (PMC).
c) Ceramic Matrix Composite (CMC) adalah jenis komposit dengan matrix
yang terbuat dari bahan keramik, keuntungan dari CMC adalah
dimensinya stabil bahkan lebih stabil dari pada logam, mempunyai
karekteristik permukaan yang tahan arus, daya tahan terhadap kimia
yang tinggi dan tahan terhadap korosi.
3. Berdasarkan Bahan Pengisi (filler)
Berdasarkan ukuran partikel filler, komposit dibagi menjadi empat yaitu
macrofiller, microfiller, hybrid, nanofiller. Makin besar ukuran partikel maka
ikatannya makin lemah dan mudah terjadi abrasi ketika makan, minum atau
penyikatan gigi, menyebabkan yang tertinggal hanyalah resin matriks
sehingga permukaan menjadi kasar.
Partikel bahan pengisi umumnya berupa quartz atau kaca dengan ukuran
partikel berkisar antar 0,1-100 µm yang diperoleh dengan penggilingan dan
silika dengan ukuran koloidal ± 0,04 µm yang secara kolektif disebut bahan
pengisi mikro dan diperoleh dari proses pirolitik atau pengendapan.

4. Berdasarkan Polimerisasi
a) Resin Komposit Diaktivasi Kimia
Resin ini disebut juga resin komposit self-cured, yang terdiri dari
dua pasta. Salah satu pasta berisi inisiator benzoyl peroxide dan pasta
lainnya berisi activator tertiary amine. Kedua bahan tersebut dicampur
sekitar 20-30 detik, maka amine akan bereaksi dengan benzoyl peroxide
dan membentuk radikal bebas sehingga mekanisme pengerasan dimulai.
b) Resin Komposit Diaktivasi Oleh Sinar
Bahan resin komposit yang dipolimerisasi dengan sinar
dipasarkan dalam bentuk suatu pasta dalam sebuah tube. Resin ini
merupakan tipe resin komposit paling sering digunakan pada praktek/
klinik dokter gigi. Resin ini mudah dimanipulasi karena mengeras bila
sudah diaplikasikan sinar (working time dapat dikontrol). Blue light

7
memiliki panjang gelombang sekitar 468 nanometer (nm) sebagai
aktivasi setiap inisiator (camphoroquinone) dan akan bereaksi dengan
accelerator (amine organik). Bila tidak di curing dengan blue light, maka
kedua komponen ini tidak bereaksi.
c) Resin Komposit Dual-Cured
Resin ini merupakan sistem dua pasta, yang mengandung
inisiator dan aktivator cahaya dan kimia. Keuntungannya ketika dua
pasta dicampur dan ditempatkan, lalu dicuring dengan light cure unit
sebagai reaksi pengerasan awal kemudian secara kimia akan
melanjutkan reaksi pengerasan pada bagian yang tidak terkena sinar
sehingga pengerasan sempurna.
5. Berdasarkan Viskositas
a) Resin Komposit Packable
Resin komposit ini memilik viskositas yang tinggi. Resin ini
memiliki filler 70% volume. Komposisi filler yang tinggi menyebabkan
peningkatan viskositas resin komposit sehingga resin komposit ini
menjadi kental dan sulit mengisi celah kavitas yang kecil. Sebaliknya,
dengan semakin besarnya komposisi filler akan dapat mengurangi
pengerutan selama polimerisasi.
b) Resin komposit Flowable
Resin komposit flowable memiliki viskositas/ kekentalan yang
rendah. Komposisi filler yang rendah dan kemampuan flow yang tinggi
sehingga dapat dengan mudah mengisi atau menutup kavitas kecil.
2. PREPARASI PADA GIGI ANTERIOR
A. Prosedur
1. Preparasi Klas III
a) Membuat outline form preparasi kavitas karies proksimal (#2.2)
b) Preparasi dimulai dari permukaan palato-proksimal dengan round bur no.
1 dengan arah bur tegak lurus bidang labial gigi (tidak menembus labial
gigi)

8
c) Selanjutnya kavitas dibentuk sesuai outline preparasi yang telah dibuat
dengan menggunakan bur silindris yang berujung bulat.

d) Seluruh permukaan kavitas dihaluskan dengan fine finishing diamond bur


sehingga diperoleh hasil preparasi yang halus
e) Terakhir, kavitas diulasi cavity cleanser dengan tip applicator.
2. Preparasi Klas IV
a) Membuat outline form preparasi karies proksimal (#2.4)
b) Preparasi dimulai dari arah palatal, pertama kali digunakan round
diamond bur untuk menembus kavitas. Setelah terjadi lubang digunakan
fissure diamond bur untuk menbentuk kavitas sekaligus menembus
kearah labial
c) Pada permukaan cavo-surface enamel margin (tepi kavitas) dibuat bevel
menggunakan fissure bur seluas 1,5-2 mm dari tepi kavitas dengan
kemiringan 50° (full bevel). Seluruh permukaan bidang preparasi
dihaluskan dengan fine finishing diamond bur.
d) Kavitas dibersihkan, kemudian permukaan kavitas diulasi cavity cleanser
menggunakan tip applicator.
3. Preparasi Klas V
a) Membuat outline form preparasi kavitas karies servikal (#3.2) berbentuk
ginjal.
b) Preparasi kavitas berbentuk ginjal dengan kedalaman kurang lebih 1-1,5
mm (sampai mengenai dentin). Pertama-tama menggunakan round
diamond bur untuk membentuk ginjal.

9
c) Setelah mencapai dentin dilanjutkan dengan pemakaian fissure diamond
bur yang berujung datar, sehingga sekaligus dapat menghaluskan dasar
kavitas. Dasar kavitas dapat pula dihaluskan menggunakan inverted
diamond bur.
d) Terakhir, kavitas diulasi cavity cleanser dengan tip applicator.

B. Desain Preparasi
1. Klas III
a) Retensi diperoleh dari permukaan kasar dari preparasi gigi, dinding yang
paralel atau konvergen dengan dinding luar kavitas, serta groove dan
coves.
b) Pembuatan bevel pada restorasi klas III diindikasikan untuk
mengilangkan restorasi lama pada mahkota serta restorasi pada kavitas
yang luas.
2. Klas IV
Preparasi kavitas kelas IV melibatkan lesi proksimal gigi anterior yang
mengenai tepi insisal dan dapat pula mengenai satu atau dua permukaan
proksimal.Pada restorasi ini selain mengembalikan titik kontak juga
memperbaiki sudut insisal sehingga diperlukan suatu matriks khusus.Teknik
restorasi klas IV pada satu permukaan proksimal dengan lock di labial sama
dengan teknik restorasi kelas III, perbedaannya preparasi klas IV melibatkan
pengambilan tepi insisal 1-2 mm. Kemudian dilanjutkan dengan pengetsaan
permukaan email serta pemberian bonding agent.

10
3. RESTORASI DIREK KOMPOSIT
A. Etsa dan Bonding
1. Etsa
a) Pengertian
Etsa asam adalah larutan monomer pada permukaan dentin yang
akan membentuk suatu lapisan monomer resin untuk meningkatkan
ikatan antara komposit dengan struktur permukaan enamel. Pembagian
bahan etsa asam terdiri dari Benzalkonium chlohda (BCA) dan
Scotchbond Etchant yang mengandung asam fosfat, Etsa asam dilakukan
dengan asam fosfat 37% selama 15-30 detik kemudian dicuci minimal
selama 15 detik. Pemilihan bahan etsa asam sebaiknya dalam bentuk gel
atau semi-gel karena lebih lengket dan dapat dikontrol perlekatannya
pada jaringan gigi. Sifat-sifat bahan tumpatan resin komposit terdiri atas
sifat kemis, fisis dan mekanis. Pembagian bahan tumpatan resin
komposit dengan prosedur etsa asam adalah resin komposit
konvensional, mikrofilled, hybrid dan partikel kecil. Sedangkan
penggunaan bahan tumpatan resin komposit dengan prosedur etsa asam
dilakukan pada restorasi Klas III, IV, V.
b) Fungsi
1) Melarutkan struktur inorganic enamel, secara mikroskopis dapat
dilihat lubang-lubang yang disebut mikroporositas.
2) Mendapatkan retensi tanpa perlu membuang jaringan sehat gigi
lebih banyak.
3) Etsa akan menghilangkan smear layer dentin, tubulus dentin lalu
serat kolagen akan terbuka.
4) Asam akan melarutkan Hydroxiapatite pada peritubulus dan
intertubular si sekitar kolagen sehingga jaringan jolagen akan
terekspos.
5) Meningkatkan energi permukaan
6) Membersihkan permukaan enamel.

11
c) Prosedur pengaplikasian
1) Untuk permukaan yang luas seperti pada pembuatan veneer maka
etsa diaplikasikan dengan menggunakan kapas kecil atau sponge
pada enamel.
2) Bila memberi etsa pada daerah proksimal dipasang matriks strip.
3) Selama memberi etsa jangan sampai terkontaminasi cairan mulut,
apabila terkontaminasi maka harus mengulang dari awal.
4) Etsa asam dibiarkan 30-60 detik, lalu cuci dengan air selama 10-15
detik. Kemudian dikeringkan dengan chip blower.
5) Email yang teretsa harus tampak terdekalsifikasi ditandai dengan
bewarna keputihan.
6) Etsa yang berbentuk gel pencuciannya lebih lama yaitu 20-30 detik
karena gel lebih susah terlepas.
2. Bonding
a) Pengertian
Merupakan material dengan viskositas rendah yang diaplikasikan
diatas permukaan gigi dan membentuk lapisan tipis setelah setting.
Biasanya terbentuk dari atas bahan matriks BIS-GMA tanpa bahan
pengisi, diaktifkan secara kimia/resin polimerisasi sinar.
b) Sistem Adhesi
1) Enamel Bonding System
Biasanya terdiri dari matriks BIS-GMA, lalu dikembngkan untuk
meningkatkan kempuan membasahi. Bahan ini tidak memiliki potensi
perlekatan, tetapi cenderung meningkatkn ikatan mekanism dengan
membentuk resin tag yang optimum (ada email).
2) Dentin Bonding System
a. Dentin conditioner
Untuk memodifikasi smear layer yang terbentuk pada dentin
selam proses preparasi kavitas. Yang termasuk dalam dentin
conditioner adalah asam maleic, EDTA,asam phosric, asama nitric.
Pengaplikasian bahan asam ke dentin menghasilkan rekasi asam
basah dan HA lalu HA larut dan dentin tubuli terbuka lalu terjadi
demineralisasi pada permukaan. Makin kuat asam, makin kuat pula
rekasi yang dtimbulkan. Beberpa dentin conditioner mengandug
glutarak dehyde, yaitu baha pelindung kolagen
b. Primer

12
Primer sebagai bahan adhesive pada dentin bonding agent yaitu
menyatukan anatar komposit dan kompomer yang bersifat hidrofobik
edngan dentin yang hidrofilik. Primer terdiri dari monomer
bifungsional yang dilarutkan, yang berfungsi sebagai bahan pengikat
yang memungkinkan penggabungan 2 materi yang berbeda. Bahan
pengikat yang paling banyak digunakan adalah HEMA yang memiliki
kemampuan untuk berpenetrasi ke dalam permukaan dentin yang
mengalami demineralisasi dan kemudian berikatan dengan kolagen
melalui gugus hidroksil dan amino pada kolagen.
c. Sealer (Bahan Pengisi)
Bahan ini merupakan gabungnan dari BIS-GMA dan HEMA yag
berfungsi meningkatkan adpatasi bonding terhadap permukaan
dentin.
c) Perkembangan Bonding
1) Generasi I
 Menggunakan monomer hidrofobik
 Retensi : 50% dalam 6 bulan
 Kekuatan bonding sangat rendah
2) Generasi II (tahun 70an – pertengahan 80an)
 Meningkatkan ikatan smear layer
 Kekuatan bonding rendah
 Retensi: 70% dalam 1 tahun
3) Generasi III (pertengahan 80an)
 Menggunakan resin primer yang hidrofilik
 Kekuatan bonding cukup besar
4) Generasi IV (awal 90an)
 Pembuangan smear layer dengan sempurna
 Retensi : 98-100% dalam 3 tahun
 Kekuatan bonding sangat besar
5) Generasi V (akhir 90an)
 Mempunyai 2 bentuk, yaitu one bottle system :primer +adhesive
yang diaplikaikan setelah pengetsaan enamel dan dentin lalu self
etching primer : perpaduan etsa+primer dengan kekuatan sangat
besar
6) Generasi VI (awal 2000an)
7) Generasi VII (akhir 2000an)
 Memiliki konsep all in one dan menggunakan self etch primer

13
d) Jenis
1) Total etch
Memiliki prosedur etsa yang terpisah yaitu komponen primer dan
adhesifnya. Keunggulan dari total etch adalah memiliki perlekatan ke
dentin yang kuat mencapai 25 Mpa. Hal ini disebabkan penggunaan etsa
asam fosfat 37% pada email dan dentin. Proses etsa akan
menghilangkan sebagian atau seluruh smear layer, meningkatkan
pembahan pada dentin, demineralisasi intertubukar dan peritubular
dentin, dan membuka tubulus dentinalis. Tetapi jenis ini juga memiliki
beberapa kekurangan, yaitu prosedur penggunaannya yang sulit dan
waktu aplikasi yang lama. Penyemprota saat pengeringan harus
mengondisikan keadaan moist. Jika kondisi pengeringan berlebuhan
maka akan menyebabkan jalinan kolagen kolaps, sehingga bahan
bonding tidak akan terpenetrasi dengan baik. Kegagalan ini
menyebabkan rasa nyeri setelah restorasi, adanya kebocoran tepi, dan
kegagalan restorasi.
2) Self etch
Self etch diperkenalkan sebagai modifikasi dari total etch untuk
mengurangi sensivitas dengan menyederhanakan langkah bonding yaitu
dengan menggabungkan bahan etsa, primer dan bonding menjadi satu
botol. Kelebihan dari sisten ini adalah relative mudah dalam
penggunaanya dan dapatnmengurangsi sensitivitas. self etch memiliki
kekuatan anatar 20-28 Mpa. Aplikasi bahan self etch dilakukan tanpa
dibilas karena kandungan etsa berupa asam dengan Ph 2,5-4,5 yang
telah dikombinasi edngan primer, dengan demikian bahan primer dapat
berpenetrasi dan memodifikasi smear layer serta dapat nerikatan dengan
kolagen pada denitn membentuk hybrid layer, sehingga dapat mencegah
kolapsnya kolagen pada dentin.
B. Dasar Pemilihan Warna
1. Pemilihan Warna
a) Sebaiknya dilakukan di bawah sinar alami
b) Dilakukan sebelum pemasangan rubber dam
c) Pedoman Pemilihan Warna:
1) Pilih salah satu warna komposit yang paling sesuai dengan warna
gigi yang sedang dipreparasi dan warna gigi tetangganya dengan
bantuan shade guide

14
2) Warna yang tidak tembus cahaya dipakai pada gigi yang jaringan
sehatnya masih banyak karena gigi masih punya warna asli
3) Warna putih/kuning yang agak tembus cahaya dipakai pada gigi
yang sudah diambil banyak jaringan sehatnya, sehingga hasil akhir
akan terlihat alami

2. Dimensi Warna
a) Hue (corak)
Hue merupakan nama warna dominan dari suatu objek seperti merah,
jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu dengan panjang gelombang
380-760 nm.
b) Chroma (kroma)
Chroma merupakan ukuran intensitas (kekuatan/saturasi) hue/corak.
Semakin tinggi kroma, warna semakin tajam.
c) Value (nilai)
Value merupakan ukuran terang atau gelapnya suatu warna. Semakin
tinggi value, maka warna akan semakin terang. Dan sebaliknya, semakin
rendah value, maka warna akan semakin gelap.
3. Padu Warna

Padu warna digunakan untuk menggambarkan 3 dimensi warna

a) Hue (corak)
Berdasarkan padu warna pada gambar di atas, hue berubah dalam
arah berputar.
b) Chroma (kroma)

15
Berdasarkan padu warna pada gambar di atas, chroma meningkat
dari bagian tengah ke luar.
c) Value (nilai)
Berdasarkan padu warna pada gambar di atas, value meningkat dari
hitam pada bagian tengah bawah sampai putih pada bagian tengah atas.
4. Pencocokan Warna di Kedokteran Gigi
a) Menggunakan petunjuk warna (shade guide)
b) Diurut dari nilai terang menuju gelap (dari kiri ke kanan), nilai tinggi
menuju rendah
c) Teknik ini didasarkan pada persepsi bahwa pencocokan warna gigi akan
menjadi lebih mudah bila pengaturan contoh warna dilakukan
berdasarkan nilai.

Hue (corak) Chroma (kroma) Value (nilai)

A : orange A1-A4 : reddish - brownish


B : yellow B1-B4 : reddish - yellowish
C : yellow grey C1-C4 : greyish shades
D : brown grey D1-D4 : reddish - grey
5. Cara Menentukan Warna pada Pasien
a) Dudukkan pasien pada posisi tegak
b) Gigi dibersihkan dengan pumice dan air
c) Cocokkan warna dengan shade guide basah
d) Jangan gunakan sinar langsung dari lampu dental unit
e) Pencocokan maksimal 5 detik untuk menghindari sensitifitas hue
f) Tentukan hue (corak/warna dominan)
g) Chroma (kroma/saturasi) kemudian value (nilai)
h) Evaluasi

16
i) Bandingkan shade guide dengan gigi basah dan kering
C. Prosedur Penumpatan
1. Pembersihan jaringan karies dan preparasi gigi
2. Cuci kavitas dan keringkan
3. Aplikasikan etsa ke seluruh kavitas selama 15 detik untuk membentuk
mikroporus pada enamel. Kemudian cuci dan keringkan.
4. Aplikasikan bonding memakai tip applicator dan ditunggu selama 20
detik untuk memberi waktu penetrasi ke tubuh dentin dan berikatan
dengan serat kolagen. Kemudian sinari selama 10 detik.
5. Pilih warna resin komposit yang sesuai, tumpat dengan teknik
incremental (layer by layer) dan kedalaman tidak boleh lebih dari 2mm.
6. Sinar ditempatkan dekat dengan komposit, lakukan penyinaran selama
20 detik.
7. Cek oklusi artikulasi, perbaiki anatomi, poles dengan bur enhance dalam
keadaan basah dan gunakan strip poles untuk permukaan proksimal.

17
DAFTAR PUSTAKA

Annusavice, Kenneth J. 2003. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi Edisi 10.
Jakarta: EGC

Ariningrum, Ratih. 2001. Pertimbangan-pertimbangan yang Mendasari Segi Estetik


pada Tumpatan Komposit Gigi Anterior. FKGUI;8(3):24-34

Baum, Philips, Lund. 1997. Textbook of Operative Dentistry 3rd ed. W.B. Saunders
Company

Craig, Robert G. 2002. Restorative Dental Material. Mosby Inc

Nugroho, Dwiaji. 2016. Resin Komposit. Yogyakarta : Universitas Muhammadiyah


Yogyakarta

Pickard H.M., Kidd E.A.M., Smith B.G.N. 2002. Pickard’s Manual of Operative
Dentistry 6th ed. Mosby Company

Sarjiman. 2013. Komposit. Lampung : Universitas Bandar Lampung

Anda mungkin juga menyukai