Kelompok C
Ketua : Mohammad Brian Ardiansyah NIM : 185160100111032
Sekretaris : Tiara Ayu Septanti Putri NIM : 185160100111026
Anggota :
- Yanice Natalia Regar Risnauli NIM : 185160100111025
- Sasya Windriya Dhaneswara NIM : 185160100111027
- Adinda Ghea Wieneva Adrian NIM : 185160100111028
- Risa Fitriana Gisma NIM : 185160100111029
- Celcilia Rivana NIM : 185160100111030
- Hilwa Zahwa Nadira NIM : 185160100111031
- Frantika Agustina NIM : 185160100111033
- Annisa Rif’atul Ulya NIM : 185160100111034
- Astri Damayanti NIM : 185160100111035
- Fauza Hamda NIM : 185160100111036
- Annisa Pramuditha Ardana NIM : 185160100111037
- Jennifer Tania NIM : 185160107111007
- Maria Eugenia Sekar Larasati NIM : 185160107111008
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan PBL ini. Adapun laporan
PBL ini disusun untuk memenuhi tugas diskusi kelompok pada sistem pembelajaran blok
dua Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Brawijaya tahun 2018. Dalam laporan ini akan
dijelaskan hasil learning issues pada diskusi kelompok kami, diantaranya membahas
tentang otot, tulang, dan proses pembentukan tulang.
Penyusun menyadari laporan ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Penyusun
mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikanya sehingga laporan
ini dapat bermanfaat bagi pembaca nantinya.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
ISI .......................................................................................................................... 1
ii
ISI
1
IV. HIPOTESIS
Penyembuhan
Tulang menyatu
kembali
2
V. LEARNING ISSUES
5.1 OTOT
Transfusi darah adalah proses memasukkan darah lengkap atau komponen darah
secara langsung ke dalam aliran darah (Dorland, 2015). Mentransfer darah atau
komponen darah ke dalam aliran darah atau langsung ke dalam sumsum tulang merah.
(Tortora, J. Gesard. Des si ckson, Bryan, 2011. Principles of anatomy andphisiology (13th
Ed.))
3
JARINGAN OTOT LURIK
CIRI-CIRI/KARAKTERISTIK
FUNGSI
Fungsi otot lurik adalah untuk pergerakan tubuh terhadap lingkungan eksternal,
stabilisasi posisi tubuh, mengukur volume organ, dan thermogenesis (kondisi yang
meningkatkan metabolisme tubuh dan memproduksi energi tubuh).
b. Otot Polos
1. saraf otonom
2. nukleus
3. serat otot
4
JARINGAN OTOT POLOS
CIRI-CIRI / KARAKTERISTIK
1. banyak ditemukan pada bola mata, dinding pembuluh darah, saluran nafas, saluran
cerna,organ urinarius, dan organ reproduksi.
2. Bekerja secara involunter (tidak sadar)
3. Berbentuk gelendong memiliki 1 inti ditengah.
4. Panjang bervariasi berkisar antara 20m pada oembuluh darah kecil, hingga 500m
pada uterus ibu hamil.
5. Tidak membentuk myofibri, tidak memperlihatkan pita-pita atau serat lintang seperti
pada otot rangka.
6. Adanya miosin aktin dan tropomiosin.
7. Tidak adanya troponin, tubulus T, lurik, dan diskus interkalis.
8. Tempat regulasi Ca2+ pada miosin di fiilamen tebal.
9. Kecepatan kontraksinya sangat lambat.
FUNGSI
5
c. Otot Jantung
1. Serat otot jantung terdiri dari seran lintang karena susunan regular filamen aktin dan
miosin di sarkomer
2. Sel otot jantung hanya mempunyai satu atau mempunyai satu atau dua nukleus
dengan letak sentral, ukuran lebih kecil dari otot rangka
3. Sel otot jantung dewasa berdiamater 15-30 μm dan panjang 85-120 μm
CIRI-CIRI / KARAKTERISTIK
FUNGSI
6
5.1.3 Fungsi Umum
KEMAMPUAN OTOT
a. Electical Excitability
Kemampuan ini melibatkan otot dan jaringan saraf dengan kemampuan untuk
merespon stimulus tertentu dengan memproduksi signal elektrik yang disebut
action potentials. Pada sel otot ada dua stimulus yang memicu adanya action
potentials, yang pertama ialah signal elektrik yang ritmis dan muncul dari jaringan
otot itu sendiri contohnya pada heart pacemaker, yang kedua ialah stimulus
kimiawi seperti neurontransmitter yang dilepaskan oleh neuron, hormon dalam
tubuh maupun karena perubahan pH local.
b. Contractibility
Ialah kemampuan jaringan otot untuk berkontraksi dengan paksa ketika distimulasi
oleh action potentials. Ketika jaringan otot berkontraksi akan menyebabkan
tegangan tersebut cukup maka akan terjadi gerakan.
c. Extensibility
Ialah kemampuan jaringan otot untuk meregang tanpa batas dan tanpa rusak.
Pada jaringan otot, otot poloslah yang memiliki kemampuan extensibility yang
paling besar. Contohnya ketika lambung terisi oleh makanan maka jaringan otot
polos di dinding lambung akan meregang.
d. Elasticity
Ialah kemampuan jaringan otot untuk kembali ke bentuk aslinya setelah
mengalami kontraksi maupun meregang.
FISIOLOGI OTOT
7
5.1.4. Mekanisme Kerja Otot
Figure 1 Role of calcium in turning on cross bridges (Human Physiology from Cells to Systems 9th Ed.)
Mekanisme kerja jaringan otot ialah dengan adanya kontraksi dan relaksasi
disebabkan oleh stimulus yang merangsang pergerakan mikrofilamen tebal dan
mikrofilamen tipis dengan sebuah jembatan silang dan proses ini diperankan oleh aktin,
troponin, tropomiosin, dan myosin dengan adanya peran Ca2+ .
8
Figure 2 Arrangement of thick and thin filaments in a smooth muscle cell in relaxed and contracted staters
(Human Physiology from Cells to Systems 9th Ed.)
Pada otot polos tidak ditemukan troponin yang berperan menutup tempat
perlekatan aktin. Pada otot polos otot polos hanya dapat beriuteraksi dengan aktin ketika
rantai ringan ini terfosforifasi (yaitu, memiliki satu fosfat inorganik dari ATP yang melekat
padanya). Selama eksitasi, peningkatan Ca2+ sitosol berfungsi sebagai cairan intrasel,
memicu serangkaian reaksi biokimia yang ienyebabkan fosforilasi rantai ringan myosin.
1. Ca2+ otot polos berikatan dengan kalmadulin, suatu protein intrasel yang
ditemukan di sebagian besar sel dan secara struktural mirip troponin.
2. Kompleks Ca2+ kalmodulin ini berikatan dan mengaktifkan protein lain, rantai
ringan miosin kinase (RRM kinase) yang selanjutnya memfosforilasi rantai ringan
miosin.
3. Fosfat pada rantai ringan myosin ini adalah tambahan pada fosfat yang
menyertai ADP di tempat jembatan silang ATPase miosin selama siklus yang
memakan energi yang menjalankan penekukan jembatan silang.
4. Pi pada rantai ringan memungkinkan jembatan silang myosin berikatan dengan
aktin sehingga siklus jembatan silang dapat dimulai.
Bila disimpulkan dari dua mekanisme kerja tersebut, otot polos kontraksinya dipicu oleh
peningkatan Ca2+ sitosol serupa dengan yang terjadi di otot rangka. Namun, pada otot polos Ca2+ akhirnya
mengaktifkan jembatan silang dengan memicu perubahan kimiawi di myosin filamen tebal (fosforilasi),
sementara pada otot rangka Ca2+ menimbulkan efek dengan memicu perubahan fisik di filamen tipis
(memindahkan troponin dan tropomiosin dari posisinya yang menghambat).
9
b) Mekanisme kerja Skeletal muscle dan Heart Muscle
Skeletal muscle dan Heart Muscle keduanya termasuk dalam otot yang berbentuk
silindris dan keduanya memiliki susunan mikrofilamen yang teratur dan terlihat seperti
garis-garis yang lebih rapi. Mekanisme kerja keduanya dalam merangsang suatu stimulus
adalah sebagai berikut:
Figure 3 Excitation-contraction coupling and muscle relaxation (Human Physiology from Cells to Systems 9th
Ed)
10
7. Setelah kayuhan kuat jembatan silang terlepas aktin. Jika Ca 2+ masih ada, siklus
kembali pada tahap 5.
8. Ketika potensial aksi berhenti. Ca2+ diambil oleh reticulum sarkoplasma. Dengan
tidak adanya Ca2+ pada troponin, tropomiosin akan bergerak kembali ke posisi
awalnya dan menghambat tempat ikatan jembatan silang myosin dan aktin.
Kontraksi berhenti dan filament tipis akan bergeser kembali ke posisi relaksasi
awalnya.
5.2 TULANG
Tulang merupakan jaringan ikat keras dan kaku yang mengisi kebanyakan rangka yang
terdiri dari garam kalsium. tersusun oleh sel dan didominasi oleh matrix kolagen
ekstraselular (type I collagen) yang disebut sebagai osteoid.
Struktur tulang
Tulang mempunyai matriks yang mana matriks tersebut adalah struktur yang
keras pada tulang, matriks tersebut memiliki banyak pembuluh darah, dikarenakan
struktur yang keras ini susah untuk ditembus oleh nutrien dan metabolit. Matriks tulang
terdiri dari serat protein yang kuat, terutama kolagen. Matriks ini di hasilkan oleh
11
osteoblas. Osteoblas adalah sel yang terdapat didakam tulang yang juga berfungsi
membuat sel-sel tulang baru dan menyerap mineral dari darah. Matriks mempunyai
tegangan.
Sel lain yang terdapat pada tulang adalah sel osteoklas, sel ini mempunyai
fungsi yang berlawanan dari osteoblas, yaitu fungsi nya menghancurkan tulang dengan
cara melarutkan kembali mineral di dalam darah. Sel yang juga terdapat pada tulang
adalah osteosit, sel ini menjaga keseimbangan mineral di dalam darah, mereka yang
dalam darah, agar tulang dan tubuh sama-sama mendapatkan mineral yang cukup.
Analogi nya osteosit yang memerintahkan, kemudian osteoblas dan osteoklas bekerja.
Komponen organik utama matriks tulang adalah serat kolagen tipe I, yang
berikatan erat dengan kalsium selama terjadinya mineralisasi tulang. Protein matriks
Komponen inorganik matriks terdiri dari kalsium dan fosfat dalam bentuk kristal
tulang menjadi keras, tahan lama, dan kuat. Komponen mineral ini akan dipertahankan
didalam darah dengan bantuan hormon paratiroid (dari kelenjar disebelah tiroid) dan
Sumsum tulang adalah jaringan ikat lunak yang terdapat di dalam tulang spongiosa,
fungsinya untuk menghasilkan sel-sel darah. Juga terdapat periosteum pada tulang,
periosteum ini adalah bagian kuat, yang terdiri dari membran fibrosa yang menutupi dan
12
Bagian bagian tulang
a) Tulang Rawan
Tulang rawan adalah jaringan ikat avaskuler yang terdiri dari sabut-sabut ekstraseluler
yang terdapat pada matriks yang mengandung sel-sel yang terlokalisasi dalam suatu
rongga yang kecil. Jumlah dan jenis sabut-sabut ini bervariasi dan tergantung pada jenis
tulang rawan. Pada daerah penyangga bobot tubuh yang berat, jumlah kolagen sangat
meningkat dan tulang rawan hamper tidak elastis. Sebaliknya, daerah dimana kebutuhan
menyangga tubuh dan tekanan kurang, umumnya tulang rawan mengandung sabut-
sabut elastis dan lebih sedikit kolagen. Adapun fungsi dari tulang rawan adalah:
13
Tulang rawan jenis ini jumlahnya paling banyak, matriksnya mengandung sabut
kolagen berjumlah sedang
2. Tulang rawan elastis
Matriksnya mengandung sabut-sabut kolagen dan mengandung banyak sabut-
sabut elastis
3. Tulang rawan fibrosa
Matriksnya mengandung banyak sabut-sabug kolagen
b) Tulang Keras
Tulang keras merupakan jaringan ikat hidup yang mengalami kalsifikasi yang membentuk
sebagian besar kerangka. Tulang ini terdiri dari matriks interseluler yang mengalami
kalsifikasi dan juga mengandung sabut-sabut kolagen serta beberapa jenis sel di dalam
matriksnya. Adapun fungsi dari tulang keras, yaitu:
14
b) Tulang Pendek (short bones/ossa brevia)
1. Struktur bentuknya seperti kubus, lebar dan tinggi hampir sama
2. Mengandung jaringan spons, kecuali pada jaringan permukaan yang disusun
jaringan kompak
3. Terdapat pada carpal (pergelangan tangan) dan fasal (pergelangan kaki)
15
d) Tulang Tidak Teratur (irregular bones)
1. Strukturnya memiliki bentuk yang kompleks, tersusun dari berbagai jaringan
spons dan kompak
2. Meliputi tulang yang berada dalam susunan tulang belakang ( tulang vetebrata,
sakrum dan koksigeus) dan tulang tertentu pada tengkorak (os temporalis, os
spenoidis, os etmodalis dan tulang mandibula)
e) Sesamoid Bones
1. Berbentuk seperti biji wijen
2. Berada pada beberapa tendon yang mungkin adanya gesekan, tegangan,
tekanan
3. Berfungsi untuk melindungi tendon dari keausan
4. Meliputi pada bagian patellae (lutut)
16
Berdasarkan letak terhadap sumbu tubuh, otot dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Rangka Axial
Bagian kepala (cranium)
a. Tulang kepala belakang (occipital)
b. Tulang ubun-ubun (parietale)
c. Tulang dahi (frontale)
d. Tulang pelipis (temporale)
e. Tulang tapis (ethmoid)
f. Tulang speonidal (sphenoidale) Tulang Kepala (cranium)
17
Bagian tulang belakang (vertebrae)
a. Ruas tulang leher (vertebrae cervicale)
b. Ruas tulang punggung (vertebrae thoracalis)
c. Ruas tulang pinggang (vertebrae lumbalis)
d. Ruas tulang kelangkang (vertebrae cacrum)
e. Ruas tulang ekor (vertebrae coreigeus)
Tulang belakang
2. Rangka Appendikular
Bagian tulang gelang bahu
(humerum)
a. Tulang belikat (scapula)
b. Tulang selangka (clavicula)
18
Alat gerak atas (ekstremitas superior)
19
5.3.4 Jaringan Tulang
1. Periosteum
Periosteum ini merupakan selaput luar tulang yang tipis. Periosteum mengandung
osteoblas “sel pembentuk jaringan tulang”, jaringan ikat, dan pembuluh darah.
Periosteum merupakan tempat melekatnya otot-otot rangka “Skelet” ke tulang dan
berperan dalam memberikan nutrisi, pertumbuhan dan reparasi tulang yang rusak.
2. Tulang Kompak
Untuk tulang kompak yang paling banyak ditemukan pada tulang kaki dan tulang
tangan memiliki tekstur yang halus dan sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit
rongga dan lebih banyak mengandung kapur “Calsium Phosfat Calsium Carbonat”
yang sehingga tulang menjuadi padat dan kuat.
20
3. Tulang Spongiosa
Tulang spongiosa merupakan lapisan jaringan tulang yang memiliki banyak rongga.
Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel darah.
Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut dengan trabekula.
4. Endosteum
21
5. Sumsum Tulang
Sumsum tulang merupakan lapisan jaringan tulang yang wujudnya seperti gel yang
kental. Pada sumsum tulang ini dilindungi oleh tulang spongiosa. Sumsum tulang
berperan penting dalam tubuh karena berfungsi dalam memproduksi sel-sel darah
yang ada dalam tubuh.
22
5.3 PATAH TULANG
5.3.1 Definisi
Patah Tulang adalah pemecahan suatu bagian, khususnya tulang; pecah atau rupture
pada tulang.
23
5.3.3 Proses Pembentukan Tulang (Remodeling Tulang)
24
VI. LEARNING OUTCOMES
Hal yang bisa kami dapatkan dari metode Problem-Based Learning ini adalah
kami sebagai mahasiswa dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Brawijaya dapat
dengan mudah mengingat apa yang telah dipelajari dalam diskusi kelompok ini,
bagaimana caranya memecahkan suatu masalah yang telah diberikan dan ilmu – ilmu
baru apa saja yang dapat kami peroleh dari memecahkan masalah tersebut. Contohnya,
dalam PBL skenario pertama ini kami dapat memahami lebih jauh tentang otot dan
tulang, proses remodeling tulang atau bagaimana tulang menumbuhkan jaringannya
setelah terjadi patah tulang. Dalam metode pembelajaran ini kami juga dapat
meningkatkan keaktifan masing – masing mahasiswa terhadap satu sama lain untuk
mengembangkan kemampuan komunikasi sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
mahasiswa.
25
DAFTAR PUSTAKA
Drake,R., Vogl, AW.,Mitchell AWM. 2009. Grays Anatomy for Student. Churchill
Livingstone
Ethel, Sloane. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Sudbur:Jones and
bartlet
Mescher, A. L. 2013. Junqueira’s Basic Histology Text & Atlas (13th Ed.). US:
McGraw-hill Education
Sherwood, L. 2016. Human Physiology From Cells to Systems (9th Ed.). US:
Cengage Learning
26