Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN DISKUSI KELOMPOK PBL

SKENARIO 1 BLOK 1.1.1


“NGEBUT BENJUT”

Kelompok C
Ketua : Mohammad Brian Ardiansyah NIM : 185160100111032
Sekretaris : Tiara Ayu Septanti Putri NIM : 185160100111026
Anggota :
- Yanice Natalia Regar Risnauli NIM : 185160100111025
- Sasya Windriya Dhaneswara NIM : 185160100111027
- Adinda Ghea Wieneva Adrian NIM : 185160100111028
- Risa Fitriana Gisma NIM : 185160100111029
- Celcilia Rivana NIM : 185160100111030
- Hilwa Zahwa Nadira NIM : 185160100111031
- Frantika Agustina NIM : 185160100111033
- Annisa Rif’atul Ulya NIM : 185160100111034
- Astri Damayanti NIM : 185160100111035
- Fauza Hamda NIM : 185160100111036
- Annisa Pramuditha Ardana NIM : 185160100111037
- Jennifer Tania NIM : 185160107111007
- Maria Eugenia Sekar Larasati NIM : 185160107111008

DK 1 : Senin/22 Oktober 2018


DK2 : Kamis/25 Oktober 2018
FASILITATOR : drg. Rangga Surya F., Sp. Pros

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan PBL ini. Adapun laporan
PBL ini disusun untuk memenuhi tugas diskusi kelompok pada sistem pembelajaran blok
dua Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Brawijaya tahun 2018. Dalam laporan ini akan
dijelaskan hasil learning issues pada diskusi kelompok kami, diantaranya membahas
tentang otot, tulang, dan proses pembentukan tulang.

Terima kasih penyusun ucapkan kepada orang-orang yang berpartisipasi secara


langsung atas penyusunan laporan ini karena penyusunan laporan ini tidak akan selesai
tanpa bantuan dari berbagai pihak. Terima kasih kepada fasilitator drg. Rangga Surya F,
Sp. Pros yang telah memfasilitasi kelompok kami sehingga jalannya diskusi kelompok
berjalan dengan lancar.

Penyusun menyadari laporan ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Penyusun
mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikanya sehingga laporan
ini dapat bermanfaat bagi pembaca nantinya.

Malang, 26 Oktober 2018

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

ISI .......................................................................................................................... 1

I. SKENARIO “NGEBUT BENJUT” .......................................................................... 1

II. ISTILAH ASING/KATA SULIT .......................................................................... 1

III. IDENTIFIKASI MASALAH ............................................................................... 1

IV. HIPOTESIS ....................................................................................................... 2

V. LEARNING ISSUES ............................................................................................ 3

5.1 Otot .................................................................................................................... 3

5.1.1 Definisi Otot ..................................................................................................... 3

5.1.2 Jenis dan Karakteristik ...................................................................................... 3

5.1.3 Fungsi Umum ................................................................................................... 7

5.1.4 Mekanisme Kerja Otot ....................................................................................... 8

5.2 Tulang ............................................................................................................... 11

5.2.1 Definisi Tulang ................................................................................................ 11

5.2.2 Struktur Tulang ............................................................................................... 11

5.2.3 Jenis dan Karakteristik ..................................................................................... 13

5.2.4 Jaringan Tulang ............................................................................................... 20

5.2.5 Fungsi Umum .................................................................................................. 22

5.3 Patah Tulang ...................................................................................................... 23

5.3.1 Definisi ........................................................................................................... 23

5.3.2 Klasifikasi Patah Tulang .................................................................................... 23

5.3.3 Proses Pembentukan Tulang ............................................................................ 24

VI. LEARNING OUTCOMES ................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 26

ii
ISI

I. SKENARIO “NGEBUT BENJUT”

Seorang mahasiswa sedang melakukan kerja kelompok untuk mengerjakan tugas


menggambar. Hasil gambarannya berupa gelondongan-gelondongan yang ada titik
ditengahnya. Sepulang kerja kelompok mahasiswa tersebut mengalami kecelakaan yang
menyebabkan pergelangan kakinya patah. Satu bulan kemudian kaki mahasiswa tersebut
sembuh dan tulangnya menyatu kembali.

II. ISTILAH ASING / KATA SULIT

Gelondongan: kayu batangan yang bulat dan utuh (KBBI)

III. IDENTIFIKASI MASALAH


a. Apa pengertian dari patah tulang?
b. Bagaimana terjadinya patah tulang?
c. Apa saja jenis patah tulang?
d. Bagaimana proses penyembuhan patah tulang?

1
IV. HIPOTESIS

Seorang anak Tekanan berlebih


mengalami kecelakaan pada pergelangan
kaki

Otot robek Pergelangan kaki patah

Penyembuhan

Tulang menyatu
kembali

2
V. LEARNING ISSUES
5.1 OTOT

5.1.1 Definisi Otot

Transfusi darah adalah proses memasukkan darah lengkap atau komponen darah
secara langsung ke dalam aliran darah (Dorland, 2015). Mentransfer darah atau
komponen darah ke dalam aliran darah atau langsung ke dalam sumsum tulang merah.
(Tortora, J. Gesard. Des si ckson, Bryan, 2011. Principles of anatomy andphisiology (13th
Ed.))

5.1.2 Jenis dan Karakteristik


a. Otot Lurik
STRUKTUR OTOT LURIK

1. Sarkolema: membran sel sarabut otot.


2. Sarkoplasma: cairan inti sel berisi Ca, Mg, P, protein.
3. Myofibril: mengandung filament aktin dan myosin.
4. Fillamen tebal: diameter 12-18 nm (protein myosin).
5. Filament tipis: diameter 5-8 nm (protein aktin).

3
JARINGAN OTOT LURIK

CIRI-CIRI/KARAKTERISTIK

1. Terdapat pada rangka tubuh


2. Bekerja secara volunteer (sadar)
3. Memiliki banyak inti lonjong yang terletak di tepi sel
4. Bercorak lintang
5. Serat otot berbentuk seperti silinder dengaan diameter 10-100 µm
6. Memiliki serabut yang berwarna gelap dan terang, bagian gelap disebut pita A dan
bagian terang terang disebut pita Z
7. Jaringan ikatnya terdiri dari epimisium (luar), perimysium(tengah), dan
endomisium(dalam)

FUNGSI

Fungsi otot lurik adalah untuk pergerakan tubuh terhadap lingkungan eksternal,
stabilisasi posisi tubuh, mengukur volume organ, dan thermogenesis (kondisi yang
meningkatkan metabolisme tubuh dan memproduksi energi tubuh).

b. Otot Polos

STRUKTUR OTOT POLOS

1. saraf otonom
2. nukleus
3. serat otot

4
JARINGAN OTOT POLOS

1. serat otot polos


2. inti serat polos
3. fibroblas
4. kapiler
5. serat otot polos

CIRI-CIRI / KARAKTERISTIK

1. banyak ditemukan pada bola mata, dinding pembuluh darah, saluran nafas, saluran
cerna,organ urinarius, dan organ reproduksi.
2. Bekerja secara involunter (tidak sadar)
3. Berbentuk gelendong memiliki 1 inti ditengah.
4. Panjang bervariasi berkisar antara 20m pada oembuluh darah kecil, hingga 500m
pada uterus ibu hamil.
5. Tidak membentuk myofibri, tidak memperlihatkan pita-pita atau serat lintang seperti
pada otot rangka.
6. Adanya miosin aktin dan tropomiosin.
7. Tidak adanya troponin, tubulus T, lurik, dan diskus interkalis.
8. Tempat regulasi Ca2+ pada miosin di fiilamen tebal.
9. Kecepatan kontraksinya sangat lambat.

FUNGSI

1. Dalam sistem kardiovaskular, digestif, urogenital, respirasi, otot polos berfungsi


dalam mengatur lumen dan motilitas,
2. Dalam saluran cerna berfungsi dalam kontraksi ritmik sebagai gerak peristaltik.
3. Dalam sistem genitalia, pada wanita berfungsi untuk mendorong sel telur.

5
c. Otot Jantung

STRUKTUR OTOT JANTUNG

1. Serat otot jantung terdiri dari seran lintang karena susunan regular filamen aktin dan
miosin di sarkomer
2. Sel otot jantung hanya mempunyai satu atau mempunyai satu atau dua nukleus
dengan letak sentral, ukuran lebih kecil dari otot rangka
3. Sel otot jantung dewasa berdiamater 15-30 μm dan panjang 85-120 μm

JARINGAN OTOT JANTUNG

CIRI-CIRI / KARAKTERISTIK

1. Hanya terdapat di Jantung


2. Berbentuk memanjang dengan inti sel di tengah
3. Terdapat garis melintang gelap dan terang
4. Bercabang
5. Terdapat Diskus Interkalaris
6. Bekerja secara involunter ( Tidak sadar )

FUNGSI

1. Mengatur Fungsi Jantung


2. Memompa darah keluar dari jantung untuk pasokan ke paru-paru / bagian tubuh
lainnya.
3. Memompa darah keluar dari serambi dan bilik ke pembuluh darah dari kiri / tubuh /
sistemik menuju kanan / paru-paru.
4. Menyimpan energi dalam bentuk kreatin fosfat.

6
5.1.3 Fungsi Umum

KEMAMPUAN OTOT

Jaringan otot memiliki beberapa kemampuan khusus dibandingkan dengan jaringan


lain. Kemampuan ini digunakan untuk memenuhi homoestatis tubuh. Kemampuan
otot antara lain:

a. Electical Excitability
Kemampuan ini melibatkan otot dan jaringan saraf dengan kemampuan untuk
merespon stimulus tertentu dengan memproduksi signal elektrik yang disebut
action potentials. Pada sel otot ada dua stimulus yang memicu adanya action
potentials, yang pertama ialah signal elektrik yang ritmis dan muncul dari jaringan
otot itu sendiri contohnya pada heart pacemaker, yang kedua ialah stimulus
kimiawi seperti neurontransmitter yang dilepaskan oleh neuron, hormon dalam
tubuh maupun karena perubahan pH local.
b. Contractibility
Ialah kemampuan jaringan otot untuk berkontraksi dengan paksa ketika distimulasi
oleh action potentials. Ketika jaringan otot berkontraksi akan menyebabkan
tegangan tersebut cukup maka akan terjadi gerakan.
c. Extensibility
Ialah kemampuan jaringan otot untuk meregang tanpa batas dan tanpa rusak.
Pada jaringan otot, otot poloslah yang memiliki kemampuan extensibility yang
paling besar. Contohnya ketika lambung terisi oleh makanan maka jaringan otot
polos di dinding lambung akan meregang.
d. Elasticity
Ialah kemampuan jaringan otot untuk kembali ke bentuk aslinya setelah
mengalami kontraksi maupun meregang.

FISIOLOGI OTOT

Fungsi jaringan otot secara umum ialah sebagai berikut:


a. Menghasilkan gerak tubuh
b. Menstabilkan posisi tubuh
c. Menyimpan dan memindahkan substansi dalam tubuh
d. Menghasilkan panas (Thermogenesis) untuk menjada suhu tubuh yang normal.

7
5.1.4. Mekanisme Kerja Otot

Figure 1 Role of calcium in turning on cross bridges (Human Physiology from Cells to Systems 9th Ed.)

Mekanisme kerja jaringan otot ialah dengan adanya kontraksi dan relaksasi
disebabkan oleh stimulus yang merangsang pergerakan mikrofilamen tebal dan
mikrofilamen tipis dengan sebuah jembatan silang dan proses ini diperankan oleh aktin,
troponin, tropomiosin, dan myosin dengan adanya peran Ca2+ .

a) Mekanisme Kerja otot polos


Pada otot polos, mekanisme untuk berkontraksi dan berelaksasi juga disebabkan
dengan adanya pergeseran filament di otot. Unit filament tebal dan tipis berorientasi
sedikit diagonal dari sisi ke sisi di dalam sel otot polos dalam kisi-kisi yang memanjang
berbentuk berlian dan bukan berjalan sejajar dengan sumbu panjang seperti myofibril di
otot rangka. Pergeseran aktif filament tipis melewati filamen tebal selama kontraksi
menyebabkan kisi-kisi filamen memendek dan membesar dari sisi ke sisi.

8
Figure 2 Arrangement of thick and thin filaments in a smooth muscle cell in relaxed and contracted staters
(Human Physiology from Cells to Systems 9th Ed.)

Pada otot polos tidak ditemukan troponin yang berperan menutup tempat
perlekatan aktin. Pada otot polos otot polos hanya dapat beriuteraksi dengan aktin ketika
rantai ringan ini terfosforifasi (yaitu, memiliki satu fosfat inorganik dari ATP yang melekat
padanya). Selama eksitasi, peningkatan Ca2+ sitosol berfungsi sebagai cairan intrasel,
memicu serangkaian reaksi biokimia yang ienyebabkan fosforilasi rantai ringan myosin.

1. Ca2+ otot polos berikatan dengan kalmadulin, suatu protein intrasel yang
ditemukan di sebagian besar sel dan secara struktural mirip troponin.
2. Kompleks Ca2+ kalmodulin ini berikatan dan mengaktifkan protein lain, rantai
ringan miosin kinase (RRM kinase) yang selanjutnya memfosforilasi rantai ringan
miosin.
3. Fosfat pada rantai ringan myosin ini adalah tambahan pada fosfat yang
menyertai ADP di tempat jembatan silang ATPase miosin selama siklus yang
memakan energi yang menjalankan penekukan jembatan silang.
4. Pi pada rantai ringan memungkinkan jembatan silang myosin berikatan dengan
aktin sehingga siklus jembatan silang dapat dimulai.

Bila disimpulkan dari dua mekanisme kerja tersebut, otot polos kontraksinya dipicu oleh
peningkatan Ca2+ sitosol serupa dengan yang terjadi di otot rangka. Namun, pada otot polos Ca2+ akhirnya

mengaktifkan jembatan silang dengan memicu perubahan kimiawi di myosin filamen tebal (fosforilasi),
sementara pada otot rangka Ca2+ menimbulkan efek dengan memicu perubahan fisik di filamen tipis
(memindahkan troponin dan tropomiosin dari posisinya yang menghambat).

9
b) Mekanisme kerja Skeletal muscle dan Heart Muscle

Skeletal muscle dan Heart Muscle keduanya termasuk dalam otot yang berbentuk
silindris dan keduanya memiliki susunan mikrofilamen yang teratur dan terlihat seperti
garis-garis yang lebih rapi. Mekanisme kerja keduanya dalam merangsang suatu stimulus
adalah sebagai berikut:

Figure 3 Excitation-contraction coupling and muscle relaxation (Human Physiology from Cells to Systems 9th
Ed)

1. Sebuah potensial aksi yang tiba di terminal neuromuscular akan berdifusi


menembus celah dan memicu potensial aksi diserat otot.
2. Potensial aksi berpindah menembus membrane permukaan menuju ke bagian
dalam serat otot melalui tubulus T. Satu potensial aksi di tubulus T akan memicu
pelepasan Ca2+ dari reticulum sarkoplasma ke dalam sitosol
3. Ca2+ akan berikatan dengan troponin dan akan mengubah posisi tropomiosin
yang menutup tempat perlekatan dengan aktin
4. Pengikatan Ca2+ ke troponin menyebabkan troponin berubah bentuk dan secara
fisik akan memindahkan posisi bersama tropomiosin. Hal ini akan membuka
tempat ikatan pada aktin untuk jembatan silang myosin.
5. Jembatan silang myosin melekat pada aktin di tempat ikatan yang terpanjang.
6. Pengikatan ini memicu jembatan silang menekuk mendorong filamen tipis dan
filament tebal kearah pusat sarkomes. Kayuhan kuat ini ditenagai oleh energy
yang disediakan oleh ATP.

10
7. Setelah kayuhan kuat jembatan silang terlepas aktin. Jika Ca 2+ masih ada, siklus
kembali pada tahap 5.
8. Ketika potensial aksi berhenti. Ca2+ diambil oleh reticulum sarkoplasma. Dengan
tidak adanya Ca2+ pada troponin, tropomiosin akan bergerak kembali ke posisi
awalnya dan menghambat tempat ikatan jembatan silang myosin dan aktin.
Kontraksi berhenti dan filament tipis akan bergeser kembali ke posisi relaksasi
awalnya.

5.2 TULANG

5.2.1 Definisi Tulang

Tulang merupakan jaringan ikat keras dan kaku yang mengisi kebanyakan rangka yang
terdiri dari garam kalsium. tersusun oleh sel dan didominasi oleh matrix kolagen
ekstraselular (type I collagen) yang disebut sebagai osteoid.

5.2.2 Struktur Tulang

Struktur tulang

Tulang mempunyai matriks yang mana matriks tersebut adalah struktur yang

keras pada tulang, matriks tersebut memiliki banyak pembuluh darah, dikarenakan

struktur yang keras ini susah untuk ditembus oleh nutrien dan metabolit. Matriks tulang

terdiri dari serat protein yang kuat, terutama kolagen. Matriks ini di hasilkan oleh

11
osteoblas. Osteoblas adalah sel yang terdapat didakam tulang yang juga berfungsi

membuat sel-sel tulang baru dan menyerap mineral dari darah. Matriks mempunyai

komponen organik dan inorganik. Komponen organik memungkinkan tulang untuk

menahan tegangan, sedangkan komponen inorganik atau komponen mineral menahan

tegangan.

Sel lain yang terdapat pada tulang adalah sel osteoklas, sel ini mempunyai

fungsi yang berlawanan dari osteoblas, yaitu fungsi nya menghancurkan tulang dengan

cara melarutkan kembali mineral di dalam darah. Sel yang juga terdapat pada tulang

adalah osteosit, sel ini menjaga keseimbangan mineral di dalam darah, mereka yang

mengarahkan penyerapan mineral dari darah dan mengarahkan pengembalian mineral ke

dalam darah, agar tulang dan tubuh sama-sama mendapatkan mineral yang cukup.

Analogi nya osteosit yang memerintahkan, kemudian osteoblas dan osteoklas bekerja.

Komponen organik utama matriks tulang adalah serat kolagen tipe I, yang

mengandung protein, salah satunya adalah glikoprotein osteokalsin danosteopontin, yang

berikatan erat dengan kalsium selama terjadinya mineralisasi tulang. Protein matriks

lainnya adalah sialoprotein, yang mengikat osteoblas pada matriks ekstraselular.

Komponen inorganik matriks terdiri dari kalsium dan fosfat dalam bentuk kristal

hidroksiapatit. Ikatan serat kolagen dengan kristal hidroksiapatit akan menyebabkan

tulang menjadi keras, tahan lama, dan kuat. Komponen mineral ini akan dipertahankan

didalam darah dengan bantuan hormon paratiroid (dari kelenjar disebelah tiroid) dan

kalsitonin (dari kelenjar tiroid).

Sumsum tulang adalah jaringan ikat lunak yang terdapat di dalam tulang spongiosa,

fungsinya untuk menghasilkan sel-sel darah. Juga terdapat periosteum pada tulang,

periosteum ini adalah bagian kuat, yang terdiri dari membran fibrosa yang menutupi dan

melindungi permukaan luar tulang.

12
Bagian bagian tulang

5.2.3 Jenis dan Karakteristik

Berdasarkan jaringan pembentuknya, otot dibagi menjadi 2 yaitu:

a) Tulang Rawan

Tulang rawan adalah jaringan ikat avaskuler yang terdiri dari sabut-sabut ekstraseluler
yang terdapat pada matriks yang mengandung sel-sel yang terlokalisasi dalam suatu
rongga yang kecil. Jumlah dan jenis sabut-sabut ini bervariasi dan tergantung pada jenis
tulang rawan. Pada daerah penyangga bobot tubuh yang berat, jumlah kolagen sangat
meningkat dan tulang rawan hamper tidak elastis. Sebaliknya, daerah dimana kebutuhan
menyangga tubuh dan tekanan kurang, umumnya tulang rawan mengandung sabut-
sabut elastis dan lebih sedikit kolagen. Adapun fungsi dari tulang rawan adalah:

1. Menyokong jaringan lunak


2. Menyediakan permukaan gesekan yang halus untuk tulang pada persendian
3. Memungkinkan perkembangan dan pertumbuhan tulang-tulang panjang

Ada tiga jenis tulang rawan, yaitu:

1. Tulang rawan hyaline

13
Tulang rawan jenis ini jumlahnya paling banyak, matriksnya mengandung sabut
kolagen berjumlah sedang
2. Tulang rawan elastis
Matriksnya mengandung sabut-sabut kolagen dan mengandung banyak sabut-
sabut elastis
3. Tulang rawan fibrosa
Matriksnya mengandung banyak sabut-sabug kolagen

b) Tulang Keras

Tulang keras merupakan jaringan ikat hidup yang mengalami kalsifikasi yang membentuk
sebagian besar kerangka. Tulang ini terdiri dari matriks interseluler yang mengalami
kalsifikasi dan juga mengandung sabut-sabut kolagen serta beberapa jenis sel di dalam
matriksnya. Adapun fungsi dari tulang keras, yaitu:

1. Menyokong struktur-struktur tubuh


2. Pelindung organ-organ vital
3. Tempat menyimpan kalsium dan fosfor
4. Pengungkit musculi atau otot-otot untuk menghasilkan gerak
5. Tempat untuk sel-sel yang memproduksi darah
Terdapat dua jenis tulang keras, yaitu compacta dan spongiosa. Tulang compacta adalah
tulang padat yang membentuk lapisan terluar dari semua tulang dan mengelilingi tulang
spongiosa. Sedangkan tulang spongiosa terdiri dari spiculae di antara rongga-rongga
yang mengandung sel pembentuk darah.

Berdasarkan bentuknya, otot dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:

a) Tulang Panjang (long bones/ossa longa)


1. Terdapat pada ektremitas dan meliputi tulang humerus, radius, ulna pada lengan
dan tulang femur, tibia, fibula pada tungkai dan falang, metacarpal serta
metacarsal
2. Memiliki ukuran panjang namun tidak lebar
3. Sedikit melengkung untuk kekuatan
4. Tulang yang menyangga beban pada tubuh
5. Banyak terdapat pada anggota gerak

14
b) Tulang Pendek (short bones/ossa brevia)
1. Struktur bentuknya seperti kubus, lebar dan tinggi hampir sama
2. Mengandung jaringan spons, kecuali pada jaringan permukaan yang disusun
jaringan kompak
3. Terdapat pada carpal (pergelangan tangan) dan fasal (pergelangan kaki)

c) Tulang Pipih (flat bones/ossa plana)


1. Struktur bentuknya umumnya tipis, yang terdiri dari dua plate sejajar dibentuk
jaringan kompak yang melapisi jaringan spons
2. Flat bones berfungsi untuk proteksi dan keterikatan otot
3. Meliputi tulang frontal sertal parietal pada kranium, tulang iga, skapula, ilium dan
pubis

15
d) Tulang Tidak Teratur (irregular bones)
1. Strukturnya memiliki bentuk yang kompleks, tersusun dari berbagai jaringan
spons dan kompak
2. Meliputi tulang yang berada dalam susunan tulang belakang ( tulang vetebrata,
sakrum dan koksigeus) dan tulang tertentu pada tengkorak (os temporalis, os
spenoidis, os etmodalis dan tulang mandibula)

e) Sesamoid Bones
1. Berbentuk seperti biji wijen
2. Berada pada beberapa tendon yang mungkin adanya gesekan, tegangan,
tekanan
3. Berfungsi untuk melindungi tendon dari keausan
4. Meliputi pada bagian patellae (lutut)

16
Berdasarkan letak terhadap sumbu tubuh, otot dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Rangka Axial
Bagian kepala (cranium)
a. Tulang kepala belakang (occipital)
b. Tulang ubun-ubun (parietale)
c. Tulang dahi (frontale)
d. Tulang pelipis (temporale)
e. Tulang tapis (ethmoid)
f. Tulang speonidal (sphenoidale) Tulang Kepala (cranium)

Bagian wajah (sphalcocranium)

a. Tulang rahang atas (maxilla)


b. Tulang rahang bawah (mandibula)
c. Tulang pipi (zygomatic)
d. Tulang hidung (nasale)
e. Tulang langit-langit (pallatum)
f. Tulang air mata (lacrimale)
Tulang wajah

17
Bagian tulang belakang (vertebrae)
a. Ruas tulang leher (vertebrae cervicale)
b. Ruas tulang punggung (vertebrae thoracalis)
c. Ruas tulang pinggang (vertebrae lumbalis)
d. Ruas tulang kelangkang (vertebrae cacrum)
e. Ruas tulang ekor (vertebrae coreigeus)

Tulang belakang

Bagian tulang rusuk dan tulang dada (costae dan


sternum)

a. Tulang rusuk sejati (costae verae)


b. Tulang rusuk palsu (costae spuriae)
c. Tulang rusuk melayang (costae fluitantes)
d. Tulang hulu (manubrium sternum)
e. Tulang badan (corpus sternum)
Tulang rusuk dan tulang dada
f. Tulang taju pedang (processus xifoid)

Bagian tulang gelang panggul (pelvis)


a. Tulang usus (illium)
b. Tulang pinggul (pelvis)
c. Tulang duduk (ischium)
d. Tulang kemaluan (pubis)

Tulang gelang panggul

2. Rangka Appendikular
Bagian tulang gelang bahu
(humerum)
a. Tulang belikat (scapula)
b. Tulang selangka (clavicula)

Tulang gelang bahu

18
Alat gerak atas (ekstremitas superior)

a. Tulang lengan atas (humerus)


b. Tulang hasta (ulna)
c. Tulang pengumpil (radius)
d. Tulang pergelangan tangan (carpal)
e. Tulang telapak tangan (metacarpal)
f. Tulang jari tangan (phalanges)

Tulang anggota gerak atas

Alat gerak bawah (ekstremitas inferior)

a. Tulang paha (femur)


b. Tulang kering (tibia)
c. Tulang betis (fibula)
d. Tulang tumit (calcaneus)
e. Tulang tempurung lutut (patella)
f. Tulang pergelangan kaki (tarsal)
g. Tulang telapak kaki (metatarsal)
h. Tulang jari kaki (digiti phalanges pedis)

Tulang anggota gerak bawah

19
5.3.4 Jaringan Tulang

LAPISAN-LAPISAN JARINGAN TULANG

1. Periosteum

Periosteum ini merupakan selaput luar tulang yang tipis. Periosteum mengandung
osteoblas “sel pembentuk jaringan tulang”, jaringan ikat, dan pembuluh darah.
Periosteum merupakan tempat melekatnya otot-otot rangka “Skelet” ke tulang dan
berperan dalam memberikan nutrisi, pertumbuhan dan reparasi tulang yang rusak.

2. Tulang Kompak

Untuk tulang kompak yang paling banyak ditemukan pada tulang kaki dan tulang
tangan memiliki tekstur yang halus dan sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit
rongga dan lebih banyak mengandung kapur “Calsium Phosfat Calsium Carbonat”
yang sehingga tulang menjuadi padat dan kuat.

20
3. Tulang Spongiosa

Tulang spongiosa merupakan lapisan jaringan tulang yang memiliki banyak rongga.
Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel darah.
Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut dengan trabekula.

4. Endosteum

Jaringan ikat areolar vaskuler yang melapisi rongga sumsum.

21
5. Sumsum Tulang

Sumsum tulang merupakan lapisan jaringan tulang yang wujudnya seperti gel yang
kental. Pada sumsum tulang ini dilindungi oleh tulang spongiosa. Sumsum tulang
berperan penting dalam tubuh karena berfungsi dalam memproduksi sel-sel darah
yang ada dalam tubuh.

5.3.5 Fungsi Umum

Fungsi tulang secara umum antara lain:

1. Penunjang : Tulang menyediakan kerangka sruktural untuk tubuh dan menopang


berat tubuh
2. Pelindung : Tulang melindungi organ organ tubuh vital (tulang tengkorak melindungi
otak dan tulang dada dan rusuk melindungi jantung dan paru paru)
3. Membantu pergerakan: Tulang menyediakan lokasi perlekatan utama untuk otot dan
sendi antar tulang memungkinkan gerakan terjadi
4. Homeostasis mineral : tulang menyimpan kalsium dan posfor
5. Produksi sel darah:di produksi di sumsum tulang
6. Alat gerak pasif karena memerlukan bantuan otot untuk dapat bergerak
7. Tulang memungkinkan pergerakan tubuh dengan berfungsi sebagai tuas dan titik
penempelan otot.

22
5.3 PATAH TULANG

5.3.1 Definisi

Patah Tulang adalah pemecahan suatu bagian, khususnya tulang; pecah atau rupture
pada tulang.

5.3.2 Klasifikasi Patah Tulang / Fraktur


a. Klasifikasi Umum
1. Simpleks (tertutup) = fragmen tulang tidak menembus kulit.
2. Compound (terbuka) = fragmen tulang menembus kulit
3. Inkompleta (parsial) = kontinuitas tulang bekum terputus seluruhnya.
4. Kompleta (total) = kuntinuitas tulang sudah terputus seluruhnya.
b. Menurut garis fraktur
1. Linier = garis fraktur sejajar dengan sumbu tulang
2. Longitudinal = garis fraktur membentang arah longitudinal tetapi tidak sejajar
pada sumbu tulang.
3. Oblik = garis fraktur menyilang pada sudut 45 derajat terhadap sumbu tulang.
4. Spiral = garis fraktur menyilang tulang pada sudut yang oblik sehingga
menciptakan pola spiral.
5. Transversal = garis fraktur membentuk sudut tegak lurus terhadap sumbu
tulang.
c. Menurut posisinya
1. Kominutiva (remuk) = tulang pecah menjadi sejumlah potongan kecil.
2. Impakta (impacted) = salah satu fragmen fraktur terdorong masuk ke dalam
fragmen.
3. Angulate (bersudut) = kedua fragmen fraktur berada pada posisi yang
membentuk sudut terhadap yang lain.
4. Dislokata = fragmen fraktur saling terpisah
5. Nondislokata = kedua potongan tetap mempertahankan kelurusan.
6. Overriding = fragmen fraktur saling menumpuk.
7. Segmental = fraktur terjadi pada dua daerah berdekatan beda segmen sentral.
8. Avulsi = fragmen fraktur yang tertarik dari posisi normal karena kontraksi otot.

23
5.3.3 Proses Pembentukan Tulang (Remodeling Tulang)

Tahapan-tahapan remodeling tulang antara lain:

1. Reactive Phase ( beberapa minggu)


- Tahap inflamasi awal
- Pembuluh darah yang putus di dalam fraktur mengeluarkan darah yang
membeku dan membentuk hematoma fraktur besar. Setelah 6 – 8 jam, sirkulasi
darah akan berhenti lalu sel mati dan terjadi pembengkakan dan peradangan lalu
sel fagosit dan osteoklas akan mengangkat jaringan yang mati.

2. Fibrocartilaginous Callus Formation (3 minggu)


Sel darah secara berangsur diangkat oleh makrofag
diganti oleh massa lunak mirip fibrokartilago yang
disebut jaringan prokalus. Jika terputus oleh fraktur,
periosteum memperbaiki keutuhannya diatas
jaringan ini. Fibroblas dari periosteum pada bagian
fraktur menghasilkan serabut kolagen. Sel
periosteum menjadi kondroblas lalu menghasilkan
fibrokartilago yang menjembatani ujung tulang
yang patah.

3. Bony Callus formation (3 – 4 bulan)


Prokalus dimasuki oleh pembuluh darah
yangberegenerasi dan osteoblas yang berpoiferisasi.
Dalam beberapa minggu, fibrokartilago diganti oleh
tulang anyaman yang membentuk kalus keras di
seluruh daerah fraktur.

4. Bone Remodeling Phase


Tulang anyaman kemudian di-remode lulang sebagai
tulang kompak dan tulang spons selaras dengan
daerah tidak terluka di sekatnya dan vaskulatur
berfungsi normal pulih kembali.

24
VI. LEARNING OUTCOMES

Hal yang bisa kami dapatkan dari metode Problem-Based Learning ini adalah
kami sebagai mahasiswa dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Brawijaya dapat
dengan mudah mengingat apa yang telah dipelajari dalam diskusi kelompok ini,
bagaimana caranya memecahkan suatu masalah yang telah diberikan dan ilmu – ilmu
baru apa saja yang dapat kami peroleh dari memecahkan masalah tersebut. Contohnya,
dalam PBL skenario pertama ini kami dapat memahami lebih jauh tentang otot dan
tulang, proses remodeling tulang atau bagaimana tulang menumbuhkan jaringannya
setelah terjadi patah tulang. Dalam metode pembelajaran ini kami juga dapat
meningkatkan keaktifan masing – masing mahasiswa terhadap satu sama lain untuk
mengembangkan kemampuan komunikasi sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
mahasiswa.

Sebagian besar mahasiswa diharapkan untuk percaya bahwa PBL memiliki


dampak positif pada pengembangan keterampilan kognitif, pribadi dan kerja tim mereka.
Para mahasiswa juga diharapkan untuk memperhatikan peran penting fasilitator karena
fasilitator memiliki peran penitng untuk membuat PBL ini menjadi lebih efektif. Fasilitator
diharapkan memiliki kualitas dan keahlian dalam bidangnya untuk menjadikan PBL
sebagai proses pembelajaran yang mampu meningkatkan kualitas mahasiswa.

25
DAFTAR PUSTAKA

Drake,R., Vogl, AW.,Mitchell AWM. 2009. Grays Anatomy for Student. Churchill
Livingstone

Dorland.2015.Kamus Saku Kedokteran Dorland.Singapore:Elsevier

Ethel, Sloane. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Sudbur:Jones and
bartlet

Hairy, J. 1989. Fisiologi Olahraga Jilid I. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti

Hoppenfield, Stanley. 2011. Treatment and Rehabilitation of Fractures. Jakarta :


EGC

Irnaningtyas. 2014. Anatomi Tulang

Kowalak, J.P.,Welsh, W.,Mayer, B. 2012. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta:EGC

Mescher, A. L. 2013. Junqueira’s Basic Histology Text & Atlas (13th Ed.). US:
McGraw-hill Education

Sherwood, L. 2016. Human Physiology From Cells to Systems (9th Ed.). US:
Cengage Learning

Sobotta.Atlas of Human Anatomy.2006.Churchill Living Stone

Tortora, G.J., Derrickson, B. 2017. Principles of anatomy and physiology (15th


Ed.). US: John Wiley & Sons, Inc.

Wibowo, S Daniel.2014.Anatomi Klinis Esensial.Jakarta:EGC

26

Anda mungkin juga menyukai