Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU FAAL

PENGHANTARAN IMPLUS, KEPEKAAN SARAF PERIFER, KERJA OTOT DAN


TETANI

LAPORAN INI SEBAGAI PEMENUHAN TUGAS MATA KULIAH ILMU FAAL

Disusun oleh : KELOMPOK D 3

No Nama NPM

1. Puspita Yanti 16700128

2. Sandra Widyanti 16700130

3. Fitria Nirwana 16700132

4. Novianti Indah Puspitasari 16700134

5. Titalonica Buana P.B. 16700136

6. Mergerizka Amiko Kapindo 16700138

7. Putu Dian Pradnya P. 16700140

8. Ida Ayu MD Brahmanda P. 16700142

9. Aulia Tri Tusri S. 16700146

10. Eric Satrio Adi P. 16700148

11. Fatin Sabrina 16700150


FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2016/2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah,
rahmat, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan dan menyusun laporan
praktikum yang berjudul PENGHANTARAN IMPLUS, KEPEKAAN SARAF
PERIFER, KERJA OTOT DAN TETANI . Dalam laporan ini diuraikan tentang otot
polos dan pengaruh-pengaruh obat-obatan terhadap otot polos itu sendiri serta hasil dari
praktikum yang kami lakukan.

Laporan ini kami susun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Faal Fakultas
Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Selain itu laporan ini disusun untuk
memperluas wawasan dan pengetahuan semua mahasiswa dalam hal Ilmu Faal khususnya
tentang otot polos terutama lambung pada tubuh kita.

Dalam penyusunan makalah ini, kami telah banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak, baik bantuan yang berupa materi maupun bantuan dukungan moral. Oleh sebab itu
pada kata pengantar ini kami mengucapkan terima kasih kepada Tim Dosen Mata Kuliah
Ilmu Faal dalam membimbing serta mengarahkan proses penyusunan laporan ini dan
praktikum yang kami lakukan serta kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan laporan ini.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat
bagi kita semua. Amin.
Surabaya, Oktober 2017

Tim Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

Otot dikenal juga dalam kehidupan sehari-hari sebagai daging merupakan pendukung utama
gerak tubuh dengan cara memendek (berkontraksi) dan memanjang (relaksasi). Kontraksi
otot adalah proses terjadinya pengikatan aktin dan myosin sehingga otot memendek. Ketika
otot skelet (rangka) berkontraksi, akan terjadi hubungan antara aktin dan myosin oleh
troponin dan tropomiosin. Aktin dan miosin akan bergerak sehingga jarak aktin dan miosin
menjadi rapat, sehingga otot memendek. Untuk melakukan itu otot memerlukan energi yang
bersumber dari ATP dan Kreatin Phospat.

Struktur otot rangka adalah sedikit berbeda dari dua jenis utama lain dari otot, otot
jantung dan polos. Juga disebut otot lurik, otot rangka memiliki penampilan bergaris karena
dua protein tumpang tindih yang memungkinkan otot untuk berkontraksi dengan cepat. Sel
silinder memanjang, yang juga disebut serat otot, juga membentuk struktur otot rangka.
Setiap sel otot rangka mengandung beberapa ratus inti, yang betentangan dengan inti tunggal
ditemukan dalam sel-sel jenis otot lain. Serat otot memiliki membran serta filamen disebut
miofibril, struktur yang sangat penting untuk fungsi kontraktil mereka.

Tiga jenis jaringan otot, termasuk otot rangka, jantung, dan polos, membentuk sistem
otot manusia. Otot rangka merupakan jenis otot yang paling melimpah, karena mereka
menutupi dan memberikan gerakan untuk seluruh kerangka tubuh manusia. Ini memiliki dua
nama alternatif: otot lurik, karena penampilan lintas bergaris mereka, dan otot sadar karena
pikiran sadar dapat mengontrol tindakan mereka. Serat otot berkontraksi dengan cepat karena
kehadiran myofibril, atau filament kecil yang berisi dua protein yang tumpang tindih yang
disebut aktin dan myosin. Seperti yang terlihat di bawah mikroskop, pita gelap dibentuk oleh
tumpang tindih miosin pita cahaya dibentuk oleh aktin, mengakibatkan munculnya struktur
bergaris otot rangka.

Kontraksi otot dimungkinkan sebagian besar oleh reaksi kimia antara miosin dan
aktin, dan dikendalikan oleh aksi ion kalsium dan dua protein lain yang bekerja sama disebut
troponin dan tropomiosin. Ketika ion kalsium dilepaskan dari reticulum sarkoplasma dari otot
rangka kemudian menggabungkan dengan troponin, reaksi kimia, sehingga kontraksi otot,
terjadi. Pelepasan ion kalsium memicu troponin untuk mengubah posisi, menyebabkan
tropomiosin yang akan menjauh, membuat jalan bagi miosin untuk bisa mencapai dan
berinteraksi dengan aktin. Ketika ion kalsium tetap disimpan dalam reticulum sarkoplasma,
tidak ada kontraksi otot terjadi dan dengan demikian otot dikatakan istirahat atau dalam
keadaan santai.

Otot terdiri atas ratusan hingga ribuan miofibril. Di dalam miofibril terdapat unit-unti
kecil yang disebut sarkomer. Setiap sarkomer mengandung filament aktin yang tipis dan
filament miosin yang tebal. Kedua macam filamen tersusun secara tumpang tindih sehingga
membentuk pola terang dan gelap pada otot rangka.

Setiap sarkomer dibatasi oleh dua garis hitam yang disebut garis Z. Ujung sarkomer
yang berbatasan dengan garis Z dan tampak terang disebut pita I. Pita I tampak terang karena
hanya mengandung filamen aktin. Sementara itu, bagian sarkomer berupa filamen aktin dan
miosin yang tersusun secara tumpang tindih disebut pita A. Pada pita A terdapat Zona H,
yaitu suatu daerah yang hanya mengandung filamen miosin.

Otot berkontraksi memerlukan energi. Energi dapat diperoleh dengan tiga cara, yaitu
melalui penguraian kreatin fosfat, fermentasi dan respirasi selular. Dua cara pertama
dilakukan secara anaerob, sedangkan cara ketiga dilakukan secara aerob. Kreatin fosfat
merupakan senyawa kaya energy yang di bangun ketika otot dalam keadaan istirahat. Namun,
energi tersebut tidak dapat digunakan secara langsung melainkan harus diubah terlebih
dahulu.

Reaksi penguraian kreatin fosfat ini bisa berlangsung pada pertengahan proses
pergeseran filamen. Dalam hal ini kebutuhan energi untuk berkontraksi otot paling cepat
terpenuhi. Fermentasi secara anaerob juga mampu menghasilkan sejumlah ATP. Selama
fermentasi anaerob, terjadi penguraian glukosa menjadi asam laktat.
Penumpukan asam laktat di dalam serat-serat otot dapat membuat sitoplasma bersifat
asam sehingga mengganggu fungsi enzim. Jika fermentasi terus berlangsung lebih dari dua
atau tiga menit, maka dapat menyebabkan otot mengalami kejang (kram) dan kelelahan.

Respirasi selular biasa terjadi di dalam mitokondria. Kelebihan respirasi selular


adalah mampu menyediakan ATP untuk kontraksi otot dalam jumlah paling banyak. Sumber
energi tersebut berasal dari glikogen dan lemak yang disimpan di dalam sel-sel otot. Melalui
cara ini sebuah sel otot dapat menggunakan glukosa dan glikogen dan asam lemak sebagai
bahan bakar untuk menghasilkan ATP.

BAB II

METODE KERJA

2.1 Alat Dan Bahan Praktikum

Alat-Alat :

1. Kimograf beserta pencatatnya


2. Jarum Penusuk
3. Seperangkat alat bedah
4. Benang
5. Pipet tetes
6. Papan fiksasi
7. Jarum pentul
8. Beban @ 10 gram
9. Elektroda perangsang
10. Pengukur waktu

Bahan-Bahan :

1. Katak

2. Larutan Ringer

2.2 Persiapan Praktikum

Pada percobaan ini, obyek percobaan adalah saraf otot katak. Sebelum melakukan
percobaan, perlu disadari bahwa bagaimanapun katak adalah makhluk hidup yang
dikorbankan demi pengembangan pengetahuan mahasiswa. Karenany, mahasiswa wajib
melakukan percobaan ini dengan sungguh-sungguh.

Ada 4 tahap persiapan yang harus dilakukan, yaitu:

A. Merusak otak katak dan medulla spinalis.


B. Membuat sendian otot Gastrocnemius.
C. Membuat sediaan saraf ischiadicus.
D. Mempersiapkan sediaan saraf otot untuk percobaan selanjutnya.

A. MERUSAK OTAK KATAK DAN MEDULLA SPINALIS

Tujuannya:

Menghilangkan pengaruh SSP yang dapat mengganggu jalannya percobaan.


Katak percobaan tidak merasa sakit.

Caranya :

1. Pegang katak dengan tangan kiri, sedemikian rupa sehingga jari telunjuk
diletakkan di bagian belakang kepala dan ibu jari di bagian punggung. Tekan jari
telunjuk agar kepala sedikit tunduk, sehingga terdapat lekukan antara cranium dan
columna vertebralis (selasinterspinalisnya lebar).
2. Bagian perut dan kaki jangan di pegang terlalu keras agar tidak rusak.
3. Tusukan jarum penusuk pada lekukan antara cranium dan columna vertebralis.
4. Arahkan jarum penusuk pada rongga tenggorokan dan gerakan jarum kepala
kesana kemari untuk merusak organ katak.
5. Pindahkan arah jarum ke jurusan medulla spinalis. Putar jarum ke arah yang
berlainan untuk merusak medulla spinalis.
6. Tada bahwa jarum masuk ke dalam rongga dan medulla spinnalis adalah
kekejangan dari kedua otot kaki katak.

B. MEMBUAT SENDIAN OTOT GASTROCNEMIUS


1. Letakkan katak tengkurap pada papan.
2. Gunting kulit tungkai melingkar setinggi pergelangan kaki.
3. Angkat kulit yang telah lepas ke atas dengan pinset.
4. Pisahkan tendon Achilles dari jaringan sekitarnya dengan alat tumpul (jaringan
dipotong dulu).
5. Ikat bagian insertio tendon Achilles dengan ikatan mati yang kuat.
6. Potong tendon Achilles pada bagian distal dari ikatan benang.
7. Pasang ikatan benang yang kuat pada tulang tibia, fibula, serta otot-otot yang
melekat padanya kira-kira 5 mm bawah lutut.
8. Potonglah tulang-tulang beserta otot-otot yang telah diikat tersebut di bawah
ikatan benang.
9. Kembalikan kulit tadi ke bawah sehingga menutupi kembali otot gastocnemius
untuk melindunginya agar tidak kering.
10. Basahi sediaan ini setiap kali dengan laruta Ringer agar tidak kering.

C. MEMBUAT SEDIAAN SARAF ISCHIADICUS

1. Letakkan katak telungkup, guntinglah kulit memanjang pada bagian paha belakang
kanan, sehingga ototnya terbuka.

2. Cari saraf ischiadus dengan memisahkan otot-otot pada daerah paha dengan alat
tumpul. Hati-hati jangan sampai merusak pembuluh darah yang berjalan bersama-
sama saraf tersebut.

3. Buat simpul longgar pada saraf ischiadus, kemudian kembalikan saraf diantara
otot-otot.

D. MEMPERSIAPKAN SEDIAAN SARAF OTOT UNTUK PERCOBAAN


SELANJUTNYA

1. Letakkan katak tertelungkup pada papan katak

2. Fiksir kaki kanan, dengan lutut pada tepi bawah papan, sehingga nantinya otot
gastroenemius dapat tergantung bebas

3. Fiksir ketiga kaki yang lain sehingga paha kanan dalam posisi tegak lurus untuk
memudahkan pemasangan electrode

4. Hubungkan tali pada ujung tendon Achilles dengan penulis

5. Atur posisi penulis, tanda rangsang dan tanda waktu sehingga ujung dari ketiganya
pada posisi vertical
2.3 Pelaksanaan Praktikum

A. KEPEKAAN SARAF PERIFER

Satu saraf seperti n. Ischiadus terdiri dari banyak serabut saraf, dengan masing-
masing mempunyai sifat listrik yang berbeda-beda (waktu latent, threshold, potensial aksi,
dsb.).

Bila kita merangsang saraf dengan intensitas rangsangan yang bertahap dari
rangsangan yang paling kecil kemudian tiap kali diperbesar, maka kita akan dapat membagi
intensitas rangsangan menjadi:

Rangsangan subliminal
Rangsangan luminal

Rangsangan supraliminal

Rangsangan submaksimal

Rangsangan maksimal

Rangsangan supramaksimal

Pada percobaan ini tingkat intensitas rangsangan dapat dilihat dari besarnya
kontraksi M. Gastroenemius. Hal ini dikarenakan N. Ischiadus mengandung serat-serat saraf
motorik yang memelihara M.Gastroenemius sehingga rangsangan pada N. Ischiadus akan
mengakibatkan kontraksi dari M. Gastroenemius dimana kuat kontraksinya sebanding dengan
besarnya rangsangan.

Cara Kerja :

1. Siapkan preparat katak untuk sediaan saraf otot


2. Tahan penulis otot dengan sekrup penyangga
3. Berikan rangsangan tunggal dengan intensitas rangsangan yang minimal
4. Seterusnya beri rangsangan berturut-turut dengan interval 30 detik, dengan tiap kali
menambah intensitas rangsangan. Sehabis tiap rangsangan, drum diputar kurang lebih
0,5 cm
5. Cari rangsangan dengan kontraksi sub liminal, liminal, supraliminal, submaksimal,
maksimal, dan supramaksimal.

B. KONTRAKSI AFTER LOADED OTOT KATAK

After Loaded artinya setelah otot berkontraksi akibat rangsangan, barulah otot
mendapat pembebanan (After Stimulated Loaded).

1. Atur sekrup penyangga sehingga ujung sekrup menyangga penulis dan garis dasar
(base line) penulis tidak berubah. Dengan demikian panjang otot tidaka akan berubah
(tidak diregangkan) oleh beban meskipun tempat beban diisi beban.
2. Rangsanglah dengan rangsangan tunggal yang maksimal (dengan voltage yang
diperoleh pada percobaan A, dan voltage yang dicapai ini dinaikkan sedikit). Jangan
mengubah voltage ini selama percobaan selanjutnya.
3. Putar kimograf kurang lebih cm setiap member rangsangan.
4. Beri otot katak istirahat selama kurang lebih 20 detik antara satu rangsangan dengan
rangsangan berikutnya.
5. Beri beban 10 gram, putar kimograf kurang lebih cm dan rangsanglah lagi
6. Ulangi tindakan no.7 dengan setiap kali menambah beban sebesar 10 gram hingga
otot tidak dapat mengangkat beban lagi.
C. KONTRAKSI PRE LOADED OTOT KATAK
1. Ambil semua beban yang dipasang pada percobaan C.
2. Longgarkan sekrup penyangga yang menyangga penulis sehingga kini otot katak
secara langsung menahan beban.
3. Atur letak penulis sehingga posisinya horizontal.
4. Rangsanglah dengan rangsangan tunggal yang maksimal ( dengan voltage yang
diperoleh pada percobaan A).
5. Putar Kimograf cm, beri beban 10 gram, putar lagi kimograf cm, kembalikan
penulis pada posisi horizontal, putar lagi kimograf cm, dan berilah rangsangan.
6. Ulangi tindakan no.5 dengan setiap kali menambah beban 10 gram, hingga otot tidak
dapat mengangkat beban lagi.

D. KONTRAKSI TETANI
1. Siapkan sediaan saraf otot katak.
2. Atur pemasangan electrode perangsang dan tindakan lain seperti pada percobaan
kepekaan saraf perifer.
3. Tentukan besarnya rangsangan maksimal (dengan voltage yang diperoleh pada
percobaan A).
4. Lakukan rangsangan berulang(multiple) dengan frekuensi rendah selama 3 5 detik.
Beri istirahat 60 detik sebelum rangsangan berikutnya.
5. Seterusnya lakukan rangsangan berkali-kali dengan frekuensi yang makin tinggi,
sehingga didaptkan kontraksi tetani lurus. Jangan lupa memberi istirahat tiap kali
sebelum member rangsangan berikutnya.

BAB III
HASIL PRAKTIKUM

Foto Grafik Hasil Praktikum

I. Kepekaan Saraf Perifer


II. After Loaded

III. Pre Loaded


IV. Tetani Sumasi

Rumus Perhitungan Dalam Praktikum


c
d
b
a e
f

Kerja otot = Beban x Pemendekan otot

W=F.S
=m.g.h

Keterangan : W = Usaha/kerja otot (joule)


m = Beban (kg)
g = Percepatan gravitasi (10 m/s)
h = Pemendekan otot (m) dlm perhitungan dilambangkan e

Rumus untuk menghitung kontraksi :

e b bd
sehingga e
d a a

Keterangan : a = Jarak sekrup ke penulis = 20 cm = 20 . 10-2 m


b = Garis yang tercetak pada kertas milimeter (m)
d = Jarak otot ke sekrup = 1,5 cm = 1,5 . 10-2 m
e = Pemendekan otot (m)
Hasil Perhitungan Praktikum

Perhitungan Kontraksi After Loaded

Pemberian Beban 0 gr : Pemberian Beban 10 gr :

Diket : m 0 Kg Diket : m 10 2 Kg
b 2 cm 2 . 10 - 2 m b 0,8 cm 0,8 . 10 - 2 m

bXd 2 . 10 - 2 X 1,5 . 10 - 2 bXd 0,8 . 10 - 2 X 1,5 . 10 - 2


e e
a 20 . 10 - 2 a 20 . 10 - 2

1,5 . 10 - 2 m 0,6 . 10 - 2 m

W FXS W FXS
m.g .h m.g.h
0 X 10 X 1,5 . 10 - 2 10 - 2 X 10 X 0,6 . 10 - 2
0 Joule 0,6 . 10 - 4 Joule

Pemberian Beban 20 gr :

Diket : m 2 . 10 2 Kg
b0 m

Usaha 0 joule

Perhitungan Kontraksi Pre Loaded


Pemberian Beban 0 gr : Pemberian Beban 10 gr :

Diket : m 0 Kg Diket : m 10 2 Kg
b 3,5 cm 3,5 . 10 - 2 m b 2,3 cm 2,3 . 10 - 2 m

bXd 3,5 . 10 - 2 X 1,5 . 10 - 2 2.3 . 10 - 2 X 1,5 . 10 - 2


e e
a 20 . 10 - 2 20 . 10 - 2

0,26 . 10 - 2 m 1,72 . 10 - 2 m

W FXS W FXS
m.g.h m.g.h
0 X 10 X 0,26 . 10 -2
10 - 2 X 10 X 1,72 . 10 - 2
0 Joule 1,72 . 10 - 4 Joule

Pemberian Beban 20 gr :

Diket : m 2 . 10 2 Kg
b 2 cm 2 . 10 - 2 m

bXd 2 . 10 - 2 X 1,5 . 10 - 2
e
a 20 . 10 - 2

0,15 . 10 - 2 m

W FXS
m.g.h
2 . 10 - 2 X 10 X 0,15 . 10 - 2
3 . 10 - 4 Joule

Tabel Hasil Pengamatan Praktikum

Tabel 1 Tabel 2

Kepekaan Saraf Perifer


Rangsangan Kontraksi Frekuensi Rangsangan Tetani Sumasi
(volt) (cm) (kali/detik) (+ / -) (+ / -)
1x/det - +
7,5 5
2x/det - +
10 5,5
3x/det - +
12,5 9 4x/det - +
15 9.5 5x/det - +
17,5 8 10x/det - +
20 7 25x/det - +
50x/det - +
100x/det - +

Tabel 3

Kontraksi After Loaded Kontraksi Pre Loaded


Beban (gram) Kontraksi (cm) Beban (gram) Kontraksi (cm)
0 2 0 3,5
10 0,8 10 2,3
20 0 20 2
30 0 30 0

BAB IV

PEMBAHASAN

IV.1. Hasil Praktikum

4.1.1 Kepekaan Saraf Perifer

Besarnya rangsangan yang diberikan pada saraf ischiadicus mempengaruhi kontraksi


pada otot gastrocnemius. Otot memiliki stimulus ambang yaitu voltase listrik minimum yang
menyebabkan otot berkontraksi. Jika stimulus tidak mencapai ambang batasnya maka otot
tidak akan memberikan respon. Pada praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan bahwa :

a) Rangsangan subliminal adalah rangsangan yang diberikan tetapi belum ada satu motor
unit yang bereaksi terhadap rangsangan tersebut dalam bentuk potensial aksi. Dalam
praktikum kami, besar rangsangan subliminalnya adalah < 7,5 volt. Dimana besar
kontraksinya 0. Ini menunjukkan bahwa katak yang kami uji cobakan belum mengalami
potensial aksi sehingga belum ada rangsangan yang mengalir.

b) Rangsangan liminal adalah rangsangan yang diberikan dan mulai terjadi reaksi dari satu
motor unit yang paling peka atau dalam kata lain terjadi kontraksi pertama kali. Dalam
praktikum kami besar rangsangan liminalnya adalah 7,5 volt dengan besar kontraksi 5 cm. Ini
adalah saat pertama kali katak memberikan respon kepada rangsangan yang kami berikan,
yang menandakan bahwa satu saraf motorik unit pada katak itu telah berkontraksi.

c) Rangsangan supraliminal adalah rangsangan yang menyebabkan terjadinya kontraksi


yang lebih besar daripada liminal. Dalam praktikum kami besar rangsangan supraliminalnya
adalah 10 volt dengan kontraksi 5,5 cm. pada katak yang kami uji cobakan, setelah satu unit
saraf motorik katak tersebut berkontraksi, kemudian kami memberikan rangsangan
berikutnya saraf-saraf motorik yang lain juga berkontraksi sehingga hasil kontraksinya pada
kertas kimograf mengalami kenaikan.

d) Rangsangan submaksimal adalah rangsangan yang diberikan sehingga terjadi kontraksi


yang besarnya mendekati nilai maksimalnya. Dari hasil pratikum kami, didapatkan
rangsangan sebesar 12,5 volt dengan kontraksi 9 cm.

e) Rangsangan maksimal adalah rangsangan yang mengakibatkan semua motor unit


memberikan reaksi dan menghasilkan kontraksi paling tinggi. Dari hasil pratikum kami besar
rangsangannya adalah 15 volt dengan kontraksi 9,5 cm.

f) Rangsangan supramaksimal adalah rangsangan yang lebih besar dari rangsangan


maksimal tetapi kontraksinya sama dengan atau kurang dari rangsangan maksimal. Dalam
praktikum kami rangsangan supramaksimal besar rangsangan nya pada 17,5 volt dengan
kontraksi 8 cm (Kurang dari maksimal) dan pada 20 volt dengan kontraksi 7 cm (kurang dari
kontraksi yang dihasilkan pada rangsangan maksimal).
Sebuah otot akan berkontraksi sangat cepat bila ia berkontraksi tanpa melawan beban.
Tetapi bila diberi beban, kecepatan kontraksi akan menurun secara progresif seiring dengan
penambahan beban. Bila beban meningkat sampai sama dengan kekuatan maksimum yang
dapat dilakukan otot tersebut, maka kecepatan kontraksi menjadi nol dan tidak terjadi
kontraksi sama sekali walaupun terjadi aktivasi serat otot. Penurunan kecepatan dengan
beban ini disebabkan oleh kenyataan bahwa beban pada otot yang berkontraksi adalah
kekuatan berlawanan arah yang melawan kekuatan kontraksi akibat kontraksi otot.

4.1.2 Kontraksi AFTER LOADED Otot katak

Dalam percobaan ini, digunakan tumpuan pada sekrup yang bertujuan agar
penambahan beban tidak menyebabkan pertambahan panjang otot sebelum kerja dilakukan.
Setelah katak diberi rangsangan (maksimal) menahan beban 0 gram dengan panjang
kontraksi 2 cm dengan usaha 0 Joule dan diberi beban sebesar 10 gram dengan usaha 0.6 x
10-4 otot mampu menahan beban dengan panjang kontraksi 0.8 cm . Ketika beban mencapai
20 gram otot tidak mampu lagi menghasilkan kontraksi.

Ketika beban diberikan, kontraksi akan menurun secara progresif seiring penambahan
beban. Ketika beban 20 gram diberikan otot tidak mampu menimbulkan kontraksi karena
telah mencapai kekuatan maksimum yang dapat dilakukan oleh otot, walaupun terjadi
aktivasi serabut otot. Beban pada otot yang berkontraksi adalah kekuatan berlawanan arah
yang melawan kekuatan kontraksi akibat kontraksi otot.

4.1.3 Kontraksi PRE LOADED Otot katak

Dalam percobaan ini, tumpuan pada sekrup dilonggarkan, sehingga tiap pembebanan
menyebabkan panjang otot bertambah sebelum kerja dilakukan. Kontraksi Preload
merupakan kontraksi yang terjadi dengan menggunakan beban sebelum otot kontraksi atau
setelah otot berelaksasi. Hal ini dilakukan dengan cara melonggarkan sekrup penyangga
sehingga musculus gastroenemius secara langsung menahan beban.
Otot yang terlebih dahulu diberi beban sebelum menerima rangsangan ternyata jauh
lebih kuat dibanding otot yang diberi rangsangan terlebih dahulu baru diberikan beban. Hal
ini terlihat pada hasil percobaan yang menunjukkan bahwa otot mampu menahan beban 10
sampai 20 gram. Ketika otot diberi beban sebesar 30 gram otot sudah tidak mampu
menimbulkan kontraksi.

Pada keadaan pre loaded otot mampu menahan beban yang lebih besar karena
sebelumnya otot sudah di beri beban terlebih dahulu, sehingga otot dapat menyesuaikan
dengan beban yang telah diberikan. Dengan demikian ketika otot di beri rangsangan otot,
maka otot dapat berkontraksi lebih besar. Sedangkan pada after loaded otot terlebih dahulu
berkontraksi sebelum diberi beban, sehingga otot tidak dapat menyesuaikan dengan berat
beban yang diberikan. Dan hal tersebut berpengaruh pada kekuatan kontraksi otot.

KONTRAKSI SUMASI

Sumasi merupakan penjumlahan setiap kontraksi kedutan otot untuk


meningkatkan intensitas keseluruhan kontraksi otot. Sumasi ada 2 cara :

1. Dengan meningkatkan jumlah unit motorik yang berkontraksi secara bersama-


sama, yang disebut sumasi serabut multiple
2. Dengan meningkatkan frekuensi kontraksi, yang disebut sumasi frekuensi dan
dapat menimbulkan tetanisasi

Kontraksi Sumasi berarti penjumlahan kedutan otot untuk memperkuat dan


menyelenggarakan pergerakan otot. Pada umumnya, sumasi terjadi melalui dua cara yaitu:
dengan meningkatkan jumlah motor unit yang berkontraksi secara serentak (sumasi spatial)
dan dengan meningkatkan kecepatan kontraksi tiap unit motorik (sumasi temporal). Pada
percobaan kontraksi sumasi dan tetani, kontraksi didapatkan dengan meningkatkan frekuensi
rangsangan secara terus menerus selama 3-5 detik.

Dari hasil praktikum kontraksi sumasi kelompok kami, sumasi terakhir yaitu pada
frekuensi rangsangan 2x/detik sampai 5x/detik. Pada kertas kimograf kami grafik yang timbul
bentuknya naik turun dan jaraknya merapat. Ini disebakan karena otot melakukan kontraksi
dan relaksasi, pada saat naik otot mengalami kontraksi sedangkan pada saat turun otot
mengalami relaksasi.
4.1.4 KONTRAKSI TETANI

Kontraksi tetani adalah kontraksi yang timbul dari penjumlahan kontraksi yang
berulang-ulang sehingga otot tidak sempat relaksasi dan bila dirangsang pada frekuensi besar
secara progresif, maka setiap serabut mempunyai resistensi yang berbeda-beda dan
menyebabkan bersatunya kontraksi.

Tetani merupakan keadan otot yang disebabkan oleh frekuensi rangsangan meningkat
dan berulang-ulang dimana rangsangan berikutnya terrjadi sebelum fase relaksasi terjadi,
sehingga terjadi kontraksi baru sebelum relaksasi selesai.

Anda mungkin juga menyukai