Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

M.K FISIOLOGI HEWAN


“MEKANISME KONTRAKSI OTOT”

Oleh :
FRANGKLIN BARAPA
17 507 121

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena oleh
pertolongan-Nya sehingga makalah bisa diselesaikan dengan baik. Tentunya untuk dapat
berhasil dalam suatu hal diperlukan kerja keras dan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar
sesuatu yang jika di rencanakan dapat berjalan dan terlaksana dengan baik.

Makalah ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dari beberapa pihak yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk membantu. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu sehingga laporan ini dapat diselesaikan sesuai
dengan waktunya.

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah hendak memenuhi tugas mata kuliah
Fisiologi Hewan tentang Mekanisme Kontraksi Otot yang telah diberikan guru pembimbing.
Sebelumnya kami menyadari bahwa di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, untuk itu kami meminta maaf.

Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih dan mengharapkan kritik dan saran yang
dapat membangun laporan kami demi penyempurnaan dan perbaikan makalah ini
selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Tondano, 22 April 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah….. ....................................................................................................... 1

C. Tujuan ............................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. STRUKTUR DAN FUNGSI OTOT ............................................................................... 3

B. SISTEM OTOT PADA BERBAGAI HEWAN .............................................................. 8

C. MEKANISME KERJA OTOT ...................................................................................... 10

D. METABOLISME KERJA OTOT... .............................................................................. 14

E. KELELAHAN OTOT... ................................................................................................ 15

F. SUMBER ENERGI KERJA OTOT... ........................................................................... 18

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan... .................................................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan, ada beberapa bagian yang dapat membantu antara organ satu
dengan organ lainnya, contohnya saja otot. Otot dapat melekat di tulang yang berfungsi
untuk bergerak aktif. Selain itu otot merupakan jaringan pada tubuh hewan yang
bercirikan mampu berkontraksi, aktivitas biasanya dipengaruhi oleh stimulus dari sistem
saraf. Unit dasar dari seluruh jenis otot adalah miofibril yaitu struktur filamen yang
berukuran sangat kecil tersusun dari protein kompleks, yaitu filamen aktin dan miosin .

Pada saat otot berkontraksi, filamen-filamen tersebut saling bertautan yang


mendapatkan energi dari mitokondria di sekitar miofibril. Oleh karena itu, banyak jenis
otot yang saling berhubungan walaupun jenis otot terdiri dari otot lurik, otot jantung, dan
otot rangka. Ketiganya mempunyai fungsi dan tujuan yang berbeda pula.

Otot dapat bergerak karena adanya sel otot. Otot bekerja dengan cara
berkontraksi dan relaksasi. Selain itu otot juga menyebabkan pergerakan pada organisme
maupun pergerakan dari organ dalam organisme tersebut. selanjutnya otot
diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu Otot Lurik, Otot Polos dan Otot Jantung.

Otot merupakan jaringan pada tubuh hewan yang bercirikan mampu


berkontraksi, aktivitas biasanya dipengaruhi oleh stimulus dari sistem saraf. Unit dasar
dari seluruh jenis otot adalah miofibril yaitu struktur filamen yang berukuran sangat kecil
yang tersusun dari protein kompleks, yaitu filamen aktin dan miosin. Pada saat
berkontraksi, filamen-filamen tersebut saling bertautan yang mendapatkan energi dari
mitokondriadi sekitar miofibil.

B. Rumusan Masalah
• Apa itu Otot?
• Bagaimana struktur otot dan fungsinya?
• Bagaimana mekanisme kerja otot?
• Apa saja sumber energi kerja otot?
C. Tujuan
• Mengetahui pengertian dari otot
• Menjelaskan struktur otot dan fungsi otot
• Menjelaskan mekanisme otot
• Mengetahui sumber energi kerja otot
BAB II

PEMBAHASAN

A. STRUKTUR OTOT DAN FUNGSI OTOT

Otot merupakan jaringan yang terdiri atas kumpulan sel-sel serabut otot. Selama
perkembangan embrionik, serabut otot dibentuk melalui peleburan ekor dengan ekor dari
banyak sel menjadi struktur yang seperti pipa. Hal ini yang menyebabkan mengapa serabut
otot memiliki struktur yang panjang dan memiliki banyak inti. Pada sel otot ini terdiri atas
membran sel yang disebut dengan sarkolemna, sitoplasma sel yang disebut denngan
sarkoplasma, serta banyak organel sel seperti mitokondria dan nucleus. Sarkolemna dicirikan
dengan banyaknya invaginasi seperti lubang yang meluas ke dalam sarkoplasma pada sudut
kanan sepanjang aksis sel. Di dalam sarkoplasma terdapat glikogen, ATP, phosphocreatine,
dan enzim-enzim glikolisis.

Dalam sel serabut otot ini terdapat unit kontraksil yanng disebut dengan miofibril.
Perluasan sarkoplasma mengadakan hubungan dengan miofibril ini. Ketika myofibril diamati
dengan mikroskop elektron, ditemukan adanya pita terang dan pita gelap. Pita-pita ini
kemudian disebut pita A (anisotrop atau gelap) dan pita I (isotrop atau terang). Pada pita A
terdapat daerah yang tanpa filamen aktin, sehingga terlihat kurang padat daripada bagian pita
A yang lain, daerah ini disebut dengan zone H. Pita I terbagi menjadi dua bagian oleh garis
Z yang tebal dan gelap. Sarkomer merupakan daerah antara dua garis Z dan berulang
sepanjang serabut otot pada jarak 1500 – 2300 nm tergantung bagian yang berkontraksi.
Sarkomer merupakan satuan fungsional otot.

Otot merupakan alat gerak aktif yang mampu menggerakkan tulang, kulit dan rambut
setelah mendapat rangsangan.

Otot memiliki tiga kemampuan khusus yaitu :

1. Kontraktibilitas yaitu kemampuan untuk berkontraksi / memendek


2. Ekstensibilitas yaitu kemampuan untuk melakukan gerakan kebalikan dari gerakan
yang ditimbulkan saat kontraksiElastisitas yaitu kemampuan otot untuk kembali pada
ukuran semula setelah berkontraksi. Saat kembali pada ukuran semula otot disebut
dalam keadaan relaksasi.

Menurut letaknya, otot dibedakan menjadi otot-otot batang badan, otot-otot anggota
gerak dan otot-otot kepala. Otot-otot batang badan terdiri dari otot-otot perut, otot-otot
punggung, otot-otot dada dan otot-otot leher. Otot punggung tidak terlihat dari permukaan
tubuh. Otot punggung berfungsi untuk gerak-gerik tulang belakang.

Otot perut terentang antara gelang panggul dan rangka dada. Otot-otot tersebut dapat
memendek secara aktif

Bagian-bagian otot:

• Sarkolema
Sarkolema adalah membran yang melapisi suatu sel otot yang fungsinya sebagai
pelindung otot
• Sarkoplasma
Sarkoplasma adalah cairan sel otot yang fungsinya untuk tempat dimana miofibril
dan miofilamen berada
• Miofibril
Miofibril merupakan serat-serat pada otot.
• Miofilamen
Miofilamen adalah benang-benang/filamen halus yang berasal dari
miofibril.Miofibril terbagi atas 2 macam, yakni :
- Miofilamen homogen (terdapat pada otot polos.
- Miofilamen heterogen (terdapat pada otot jantung/otot cardiak dan pada otot
rangka/otot lurik).

Di dalam miofilamen terdapat protein kontaraktil yang disebut aktomiosin (aktin


dan miosin), tropopin dan tropomiosin. Ketika otot kita berkontraksi (memendek) maka
protein aktin yang sedang bekerja dan jika otot kita melakukan relaksasi (memanjang) maka
miosin yang sedang bekerja.

Jenis Otot

Terdapat 3 jenis otot yang ditemukan pada vertebrata, yaitu otot rangka, otot jantung
dan otot polos. Bila diteliti di bawah mikroskop, pada otot jantung dan otot rangka terlihat
adanya garis-garis dan disebut otot lurik, sedang otot polos tidak ditemukan adanya garis-
garis atau pun garisnya sangat halus, oleh karena itu disebut otot polos.

a. Jaringan Otot Polos

Otot polos mempunyai serabut kontraktil yang tidak memantulkan cahaya


berselang-seling, sehingga sarkoplasmanya tampak polos dan homogen. Otot
polosmempunyai bentuk sel seperti gelendong, bagian tengah besar, dan ujungnya
meruncing. Dalam setiap sel otot polos terdapat satu inti sel yang terletak di tengah dan
bentuknya pipih

Gambar. Otot Polos

Aktivitas otot polos tidak dipengaruhi oleh kehendak kita (otot tidak sadar) sehingga
disebut otot involunter dan selnya dilengkapi dengan serabut saraf dari sistem saraf otonom.
Kontraksi otot polos sangat lambat dan lama, tetapi tidak mudah lelah. Otot polos terdapat
pada alat-alat tubuh bagian dalam sehingga disebut juga otot visera. Misalnya pada pembuluh
darah, pembuluh limfa, saluran pencernaan, kandung kemih, dan saluran pernapasan. Otot
polos berfungsi memberi gerakan di luar kehendak, misalnya gerakan zat sepanjang saluran
pencernaan. Selain itu, berguna pula untuk mengontrol diameter pembuluh darah dan
gerakan pupil mata. Struktur otot polos dapat Anda amati pada Gambar

b. Jaringan Otot Lurik atau Jaringan Otot Rangka

Otot lurik mempunyai serabut kontraktil yang memantulkan cahaya berselang-seling


gelap (anisotrop) dan terang (isotrop). Sel atau serabut otot lurik berbentuk silindris atau
serabut panjang. Setiap sel mempunyai banyak inti dan terletak di bagian tepi sarkoplasma.
Otot lurik bekerja di bawah kehendak (otot sadar) sehingga disebut otot volunterdan selnya
dilengkapi serabut saraf dari sistem saraf pusat. Kontraksi otot lurik cepat tetapi tidak teratur
dan mudah lelah.Otot lurik disebut juga otot rangka karena biasanya melekat pada rangka
tubuh, misalnya pada bisep dan trisep. Selain itu juga terdapat di lidah, bibir, kelopak mata,
dan diafragma.Otot lurik berfungsi sebagai alat gerak aktif karena dapat berkontraksi secara
cepat dan kuat sehingga dapat menggerakkan tulang dan tubuh.

Gambar. Otot Lurik

c. Jaringan Otot Jantung

Otot jantung berbentuk silindris atau serabut pendek. Otot ini tersusun atas serabut
lurik yang bercabang-cabang dan saling berhubungan satu dengan lainnya. Setiap selotot
jantung mempunyai satu atau dua inti yang terletak di tengah sarkoplasma. Otot jantung
bekerja di luar kehendak (otot tidak sadar) atau disebut juga otot involunter dan selnya

dilengkapi serabut saraf dari saraf otonom. Kontraksi otot jantung berlangsung secara
otomatis, teratur, tidak pernah lelah, dan bereaksi lambat. Dinamakan otot jantung karena
hanya terdapat di jantung. Kontraksi dan relaksasi otot jantung menyebabkan jantung
menguncup dan mengembang untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Ciri khas otot
jantungadalah mempunyai diskus interkalaris, yaitu pertemuan dua sel yang tampak gelap
jika dilihat dengan mikroskop.

Gambar. Otot Jantung

Fungsi Sistem Otot

1. Pergerakan. Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot tersebut melekat &
bergerak dalam bagian-bagian organ internal tubuh.
2. Penopang tubuh dan mempertahankan postur. Otot menopang rangka dan
mempertahankan tubuh saat berdiri atau duduk terhadap gaya gravitasi.
3. Produksi panas. Kontraksi otot secara metabolis menghasilkan panas untuk
mempertahankan suhu normal tubuh.
• Otot Polos berfungsi dalam membantu keluarnya urin yang ada di kandung kemih,
membantu aliran darah dalam arteri, membantu makanan berpindah, mengatur
tekanan darah.
• Otot Rangka berfungsi untuk mengontrolgerakan melalui aktivitas oleh cabang
somatik dari sistem saraf perifer, dan pengaturan suhu.
• Otot Jantung berfungsi menggerakkan jantung untuk memompa darah keseluruh
tubuh

B. SISTEM OTOT PADA BERBAGAI HEWAN

Sistem otot pada hewan avertebrata atau Alat gerak hewan pada umumnya
merupakan kontraksi sel-sel khusus (otot) material kontraksi yang disebut sebagai
aktomiosin .pada dasar nya sama baik otot polos lurik maupun otot jantung vertebrata
maupun avertebrata:

Cacing pipih (platyhelminthes)

Serabut otot terbagi atas Sirkular, Longitudinal, Serong atau vertical yang mana
Sirkular terdapat di bawah epidermis dan berkontraksi memanjang kan tubuh nya,
longitudinal yang berfungsi memperpendek tubuh nya ,dan otot serong atau vertical yang
berfungsi untuk bergerak seperti membalik,melipat dan merentangkan diri nya keseluruh
arah.

Molusca

Sebagian otot besar otot berupa otot halus yang berkontraksi lambat namun yang
dapat aktif berenag menggerakkan cangkang nya terdapat otot halus atau lurik. Otot halus
yang berfungsi untuk menutup cangkang pada saat istirahat dan otot lurik yang berfungsi
untuk menimbulkan gerakan berenang.

Arthropoda

Pada mosculer sangat kompleks ukuran maupun otot-otot tubuh yang banyak jumlah
nya dan bersendi dan otot melekat pada permukaan dalam rangka luar.
Dibalik mekanisme otot yang secara eksplisit hanya merupakan gerak mekanik itu.
Terjadilah beberapa proses kimiawi dasar yang berseri demi kelangsungan kontrakso otot.
Hampir semua jenis makhluk hidup memilki kemampuan untuk melakukan pergerakan.
Fenomena pergerakan ini dapat berupa transport aktif melalui membran, translokasi
polimerase DNA sepanjang rantai DNA, dan lain-lain termasuk kontraksi otot. Invertebrata
telah memiliki otot lurik maupun otot polos dengan banyak variasi.

a. Bivalvia

Bivalvia atau kerang memiliki dua macam tipe otot, yaitu: (1) otot lurik yang dapat
berkontraksi dengan cepat yang memungkinkan kerang dapat mengatupkan cangkangnya
dengan cepat bila ada gangguan, (2) otot polos yang mampu melakukan kontraksi dengan
lambat dan berlangsung lama. Kini diketahui bahwa otot retraktor (otot penutup cangkang)
memanfaatkan hanya sedikit energi metabolik dan membutuhkan sedikit impul untuk
melaksanakan aktivitasnya.

b. Serangga

Otot terbang pada serangga berlawanan dengan otot pada bivalvia. Sayap pada
beberapa jenis lalalt kecil dapat bergerak dengan frekuensi lebih dari 1000 kali tiap detik.
Otot pada sayap disebut otot fibrilar, otot itu tidak langsung melekat pada sayap, melainkan
pada dinding toraks. Serabut otot vertikal yang berkontraksi menyebabkan otot toraks turun
berkat adanya titik tumpu yang dibentuk oleh dinding lateral toraks. Sehingga menyebabkan
sayap bergerak keatas. Ketika berkontraksi akan memperpendek toraks pada arah
anteroposterior ini akan meninggikan toraks dan menurunkan sayap.

Sitem Otot pada Hewan Vertebrata, Pada ikan dan hewan-hewan vertebrata lain,
hewan-hewan ini mempunya otot, seperti otot-otot pada kepala dan badan.

Ikan

Sistem otot pada ikan yakni penggerak tubuh, berupa sirip-sirip, Otot-otot di
seluruh tubuh secara teratur bersegemen, bergerak ketika mengadakan gerakan berenang.
Otot tubuh dan ekor terutama terdiri dari miomer-miomer (otot-otot bersegmen) yang
berselang-seling/berganti-ganti tempat dengan vertebra ketika mengadakan gerakan
berenang dan berbalik arah. Miomer-miomer itu secara kasar berbentuk seperti hurup W dan
dirakit menjadi 4 sabuk miomer, yang di sepanjang punggung merupakan rakitan yang
terberat. Antara miomer-miomer itu terdapat jaringan ikatan yang jika direbus, sabuk-sabuk
miomer itu terpisah-pisah menjadi lapisan-lapisan daging

Amphibi

Otot-otot segmental mencolok pada tubuh. Segmen kaki teratas berotot besar dan an
otot fleksor. Secara majemuk, sistem otot katak berbeda dari susunan mioton primitif,
terutama dalam apendiks. Otot-otot segmental mencolok pada tubuh. Segmen kaki teratas
berotot besar.

Reptiliia

Dibandingkan dengan katak, sistem otot buaya itu lebih rumit, karena gerakannya
lebih kompleks. Otot-otot kepala, leher, dan kaki tumbuh baik, walaupun kurang jika
dibandingkan pada mammalia. Segmentasi otot jelas pada kolumna vertebralis dan rusuk.

Avses

pada burung otot badan sangat temodifikasi,dengan ada pada sayap yang berperan untuk
terbang dengan adanya persatuan yang kokoh antara vertebrata thoracale dan vertebrata
lumbale otot ini kurang berfungsi kecuali di daerah leher. otot badan sangat
temodifikasi,dengan ada nya modifikasi mussculi apendiculares dan lebih berkembang di
bagian pelvis dan pada burung juga di temukan otot sphinchter colli yang berfungsi untuk
mengusir serangga yang hinggap di tubuh nya. Tulang kuadrat dari tengkorak mempunyai 2
permukaan artikular dorsal. Semua tulang pelvis bersatu. Ada sebuah pigostil. Sternum
mempunyai 4 buah tekik (celah) posterior. Otot pektoralis mayor dimulai pada lunas tulang
sternum, dan menarik tulang humerus kebawah (berarti menarik sayap ke bawah).
Sebaliknya, otot pektoralis minor menarik sayap ke atas

C. MEKANISME KERJA OTOT


Otot rangka melakukan kerja otot yaitu kontraksi dan relaksasi. Akibat dari aktivitas
kontraksi dan relaksasi ini, akan timbul pergerakan pada rangka tubuh. Otot tidak pernah
bekerja sendiri, walaupun hanya untuk melakukan gerak paling sederhana. Misalnya saja saat
mengambil pensil, memerlukan gerakan jari dan ibu jari, pergelangan tangan, siku, bahu dan
mungkin juga batang tubuh ketika membungkuk ke depan. Setiap otot harus berkontraksi dan
setiap otot antagonis harus rileks untuk menghasilkan gerakan yang halus. Kerja harmonis
otot-otot disebut koordinasi otot.

Tentu saja, kerja otot tidak lepas dari peran saraf. Otot dipersarafi oleh 2 serat saraf
pendek yaitu saraf sensorik dan saraf motorik. Saraf sensorik yang membawa impuls dari
otot menuju ke saraf pusat, sementara saraf motoik membawa impuls ke serat otot dari saraf
pusat untuk memicu kontraksi otot. Korpus sel dari sel-sel saraf motorik terdapat dalam komu
anterior substansia grisea dalam medula spinalis

c. Kontraksi Otot

Kontraksi otot dapat terjadi akibat impuls saraf. Impuls saraf yang sifatnya elektrik,
dihantar ke sel-sel otot secara kimiawi oleh sambungan otot-saraf. Impuls swampai ke
sambungan otot-saraf yang mengandung gelembung-gelembung kecil asetikolin yang
kemudian akan dilepaskan ke dalam ruang antara saraf dan otot (celah sinaps). Ketika
asetikolin yang dilepaskan menempel pada sel otot, ia akan menyebabkan terjadinya
depolarisasi dan aktivitas listrik akan menyebar ke seluruh sel otot.

Proses ini kemudiaan diikuti dengan pelepasan ion Ca2+ (kalsium) yang berada
diantara sel otot. Ion kalsium akan masuk ke dalam otot dan kemudian mengangkut troponin
dan tropomiosin ke aktin, sehingga posisi aktin berubah. Impuls listrik yang menyebar akan
merangsang kegiatan protein aktin dan miosin hingga keduanya akan bertempelan
membentuk aktomiosin. Aktin dan miosin yang saling bertemu akan menyebabkan otot
memendek dan terjadilah peristiwa kontraksi. Kejadian ini akan menyebabkan pergeseran
filamen (sliding filamen) yang berujung pada peristiwa kontraksi.

Kontraksi otot dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :


• Treppe atau staircase effect, yaitu meningkatnya kekuatan kontraksi berulang kali
pada suatu serabut otot karena stimulasi berurutan berseling beberapa detik. Pengaruh
ini disebabkan karena konsentrasi ion Ca2+ di dalam serabut otot yang meningkatkan
aktivitas miofibril.
• Summasi, berbeda dengan treppe, pada summasi tiap otot berkontraksi dengan
kekuatan berbeda yang merupakan hasil penjumlahan kontraksi dua jalan (summasi
unit motor berganda dan summasi bergelombang).
• Fatique adalah menurunnya kapasitas bekerja karena pekerjaan itu sendiri.
• Tetani adalah peningkatan frekuensi stimulasi dengan cepat sehingga tidak ada
peningkatan tegangan kontraksi.
• Rigor terjadi bila sebagian terbesar ATP dalam otot telah dihabiskan, sehingga
kalsium tidak lagi dapat dikembalikan ke RS melalui mekanisme pemompaan.
d. Relaksasi Otot

pabila berlangsung normal, kontraksi otot akan selalu diikuti dengan relaksasi, yaitu
proses pemulihan sel otot ke keadaan istirahat. Relaksasi otot akan segera terjadi apabila
pemberian rangsangan atau penjalaran impuls ke sel otot dihentikan. Mekanisme relaksasi
pada sel otot mirip dengan proses repolariasi pada sel saraf.

Secara sederhana, peristiwa relaksasi otot akan terjadi apabila ATP pada kepala
miosin telah habis sehingga miosin tidak lagi dapat berikatan dengan aktin. Relaksasi otot
diawali dengan pengaktifan pompa kalsium yang akan membuat jumlah kalsium turun karena
ion kalsium kembali ke dalam plasma. Dengan kembalinya ion kalsium, maka ia tidak lagi
berikatan dengan troponin dan tropomiosin. Hal ini menyebabkan aktin dan miosin kembali
berpisah, otot kembali memanjang, terjadilah relaksasi.

Sifat kerja

Sifat kerja otot dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Antagonis
Otot antagonis adalah dua otot atau lebih yang tujuan kerjanya berlawanan. Jika otot
pertama berkontraksi dan yang kedua berelaksasi, akan menyebabkan tulang tertarik atau
terangkat. Sebaliknya, jika otot pertama berelaksasi dan yang kedua berkontraksi akan
menyebabkan tulang kembali ke posisi semula. Contoh otot antagonis adalah otot bisep dan
trisep. Otot bisep adalah otot yang memiliki dua ujung (dua tendon) yang melekat pada tulang
dan terletak di lengan atas bagian depan. Otot trisep adalah otot yang memiliki tiga jung (tiga
tendon) yang melekat pada tulang, terletak di lengan atas bagian belakang. Untuk
mengangkat lengan bawah, otot bisep berkontraksi dan otot trisep berelaksasi. Untuk
menurunkan lengan bawah, otot trisep berkontraksi dan otot bisep berelaksasi.

Antagonis juga adalah kerja otot yang kontraksinya menimbulkan efek gerak
berlawanan, contohnya adalah:

• Ekstensor ( meluruskan) dan fleksor (membengkokkan), misalnya otot trisep dan otot
bisep.
• Abduktor (menjauhi badan) dan adductor (mendekati badan) misalnya gerak tangan
sejajar bahu dan sikap sempurna.
• Depresor (ke bawah) dan adduktor ( ke atas), misalnya gerak kepala merunduk dan
menengadah.
• Supinator (menengadah) dan pronator (menelungkup), misalnya gerak telapak
tangan menengadah dan gerak telapak tangan menelungkup.
b. Sinergis

Sinergis juga adalah otot-otot yang kontraksinya menimbulkan gerak searah.


Contohnya pronator teres dan pronator kuadratus (Otot yang menyebabkan telapak tangan
menengadah atau menelungkup). Otot sinergis adalah dua otot atau lebih yang bekerja
bersama – sama dengan tujuan yang sama. Jadi, otot – otot itu berkontraksi bersama dan
berelaksasi bersama. Misalnya, otot – otot antar tulang rusuk yang bekerja bersama ketika
kita menarik napas, atau otot pronator, yaitu otot yang menyebabkan telapak tangan
menengadah atau menelungkup. Gerakan pada bagian tubuh, umumnya melibatkan kerja
otot, tulang, dan sendi. Apabila otot berkontraksi, maka otot akan menarik tulang yang
dilekatinya sehingga tulang tersebut bergerak pada sendi yang dimilikinya.
Otot yang sedang bekerja akan berkontraksi sehingga otot akan memendek,
mengeras, dan bagian tengahnya menggembung. Karena memendek, tulang yang dilekati
otot tersebut tertarik atau terangkat. Kontraksi satu macam otot hanya mampu untuk
menggerakan tulang ke satu arah tertentu. Agar tulang dapat kembali ke posisi semula, otot
tersebut harus mengadakan relaksasi. Namun relaksasi otot ini saja tidak cukup. Tulang harus
ditarik ke posisi semula. Oleh karena itu, harus ada otot lain yang berkontraksi yang
merupakan kebalikan dari kerja otot pertama. Jadi, untuk menggerakan tulang dari satu posisi
ke posisi yang lain, kemudian kembali ke posisi semula, diperlukan paling sedikit dua macam
otot dengan kerja berbeda.

D. METABOLISME KERJA OTOT

Kontraksi otot sangat bergantung pada produksi ATP dari salah satu dari tiga sumber,
yaitu: kretinin fosfat yang disimpan di otot, fosforilasi oksidatif bahan makanan yang
disimpan di atau ke otot, dan glikolisis aerob maupun anaerob.10 Saat kerja yang dilakukan
otot tidak terlalu berat, serabut otot dapat memenuhi energinya dengan proses aerob (dengan
oksigen). Akan tetapi, apabila kerja yang dilakukan terlalu berat sehingga pasokan oksigen
tidak mencukupi, maka energi akan didapat melalui proses anerob (tanpa oksigen).

Proses aerob dialami saat otot sedang berelaksasi. Pada proses ini, karbohidrat akan
dipecah menjadi gula sederhana yang disebut glukosa. Glukosa yang tidak diperlukan oleh
tubuh akan dikonversi menjadi glikogen dan disimpan di hati serta otot. Selama oksidasi,
glikogen akan menjadi karbondioksida dan air, serta terbentuk 36 adenosin trifosfat (ATP).
Nantinya, apabila otot hendak melakukan kontraksi, ATP akan diubah menjadi adenosin
difosfat (ADP). Hasil sampingan dari proses ini adalah asam laktat.

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, apabila kerja otot terlalu keras, akan
menyebabkan pasokan oksigen berkurang sehingga penghasilan energi harus melewati
proses anaerob (tanpa oksigen). Pada proses ini, selain ATP yang dihasilkan 18X lebih sedikit
(2ATP), proses anaerob menghasilkan lebih banyak asam laktat. Karena oksigen tidak
mencukupi, asam laktat akan menumpuk dan berdifusi ke dalam cairan darah.

Keberadaan asam laktat di dalam cairan darah akan merangsang pusat pernapasan
sehingga frekuensi dan kedalaman napas meningkat. Hal ini akan terus berlangsung, sampai
jumlah oksigen cukup untuk memungkinkan sel otot dan hati mengoksidasi asam laktat
dengan sempurna dengan mengubahnya menjadi glikogen. Oksigen ekstra yang dibutuhkan
untuk membuang tumpukan asam laktat disebut oxygen debt.

E. KELELAHAN OTOT

Kelelahan otot adalah suatu keadaan yang terjadi setelah kontraksi otot yang kuat dan
lama , di mana otot tidak mampu lagi berkontraksi dalam jangka waktu tertentu. Kelelahan
otot menunjuk pada suatu proses yang mendekati definisi fisiologik yang sebenarnya yaitu
berkurangnya respons terhadap stimulasi yang sama. Kelelahan otot secara umum dapat
dinilai berdasarkan persentase penurunan kekuatan otot, waktu pemulihan kelelahan otot,
serta waktu yang diperlukan sampai terjadi kelelahan. Kelelahan dapat diklasifikasikan
menjadi kelelahan yang berlokasi di sistem saraf pusat yang dikenal dengan kelelahan pusat
dan kelelahan yang berlokasi di luar sistem saraf pusat yang dikenal dengan kelelahan perifer.

a. Kelelahan Pusat

Kelelahan pusat disebabkan karena kegagalan sistem saraf pusat merekrut jumlah dan
mengaktifkan motor unit yang dilibatkan dalam kontraksi otot. Padahal kedua hal tersebut
berperan dalam besarnya potensial yang dihasilkan selama kontraksi otot. Dengan demikian,
berkurangnya jumlah motor unit dan frekuensi pengaktifan motor unit menyebabkan
berkurangkan kemampuan kontraksi otot.

b. Kelelahan Perifer

Kelelahan perifer merupakan kelelahan yang disebabkan karena faktor di luar sistem
saraf pusat. Kelelahan perifer tersebut disebabkan ketidakmampuan otot untuk melakukan
kontraksi dengan maksimal yang disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah
gangguan pada kemampuan saraf, kemampuan mekanik kontraksi otot, dan kesediaan energi
untuk kontraksi. Kelelahan pada gangguan saraf merupakan gangguan neuromuscular
junction, ketidakmampuan sarcolemma mempertahankan konsentrasi Na+ dan K+ sehingga
menurunkan depolarisasi sel dan amplitudo potensial aksi. Gangguan pada saraf tersebut
akan berdampak pada berkurangnya kemampuan perambatan impuls dan ketidakmampuan
membran otot untuk mengkonduksi potensial aksi. Gangguan perambatan impuls sehingga
menuntut frekuensi stimulus yang tinggi.

1. Mekanisme Kelelahan Otot (Fatigue)

Kontraksi merupakan hal terpenting dariotot. Hal ini berkaitan dengan penggunaan
adenosin triposphate (ATP) sebagaienergi kontraksi. Mekanisme kontraksi otot berlangsung
melalui daur reaksi yang kompleks. Hal ini dapat dijelaskan melalui teori pergeseran filamen
(sliding filament theory). Keseluruhan proses membutuhkan energi yang diperoleh dari ATP
yang disimpan dalam kepala miosin. Tahapan kontraksi otot hingga relaksasi. Pada
neuromuscular junction, asetilkolin dilepaskan dari synaptic terminal menuju reseptor dalam
sarkoma. Hasil perubahan potensial transmembran dari serabut otot akan menghasilkan
pontensial aksi yang menyebar melintasi seluruh permukaan dan sepanjang tubulus T.
Retikulum sarkoplasma melepaskan cadangan ion kalsium, sehingga meningkatkan
konsentrasi kalsium di sarkoplasma dan sekitar sarkomer. Ion Kalsium berikatan dengan
troporin dan menghasilkan perubahan orientasi kompleks troponin-tropomiosin yang terlihat
pada bagian yang aktif dari aktin, meosin cross bridge terbentuk pada saat kepala miosin
berikatan dengan bagian yang aktif. Kontraksi otot dimulai sebagai siklus yang berulang dari
meosin cross bridge. Siklus ini terjadidengan adanya hidrolisa ATP.

Proses ini menimbulkan pergeseran filamen dan pemendekan serabut otot. Pontensial
aksi dibangkitkan dengan adanya pemecahan asetikolin oleh asitilkolinesterase. Retikulum
sarkoplasma akan menyerap kembali ion kalsium sehingga konsentrasi ion kalsium menuru.
Saat mendekati fase istirahat, kompleks troponin-tropomiosin akan kembali ke posisi awal.
Sehingga mencegah interaksi cross bridge lebih lanjut. Tanpa interaksi cross bridge lebih
lanjut maka pergeseran filamen tidak akan timbul dan kontraksi akan berhenti. Relaksasi
otot akan terjadi dan otot akan kembali secara pasif pada resting lenght.

Selama ATP tersedia daur tersebut dapat terus berlangsung. Pada keaadan kontraksi,
ATP yang tersedia didalam otot akan habis terpakai 1 detik. Oleh karena itu ada jalur
metabolisme produktif yang menghasilkan ATP. ATP dengan bantuan kretin kinase akan
segera menjadi kretin pospat. Persediaan kretin pospan ini hanya cukup untuk beberapa detik,
selanjutnya ATP diperoleh dari posforilasi oksidatif. Apabila oksigen tidak cukup maka asam
piruvat akan diubah menjadi asam laktat, yang apabila menumbuk akan terjadi kelelahan
otot.

Selama latihan berat banyak oksigen dibawah kedalam otot, tetapi oksigen yang
mencapai sel otot tidak cuku. Asam laktat akan menumbuk dan berdifusi ke dalam cairan
jaringan dan darah. Keberadaan asam laktat di dalam darah akan merangsang pusat
pernafasan sehingga frekuensi dan kedalaman napas pun meningkat. Hal ini berlangsung
terus-menerus, bahkan setelah kontrasi itu selesai sampai jumlah oksigen cukup untuk
memungkinkan sel otot dan hati mengoksidasi asam laktat dengan sempurna menjadi
glikogen.

2. Faktor- Faktor Penyebab Kelelahan Otot


• Penumpukan asam laktat

Terjadinya kelelahan otot yang disebabkan oleh penumpukan asam laktat telah lama
dicurigai. Penumpukan asam laktat pada intramuscular dengan menurunnya puncak tegangan
(ukuran darikelelahan pabila rasio asam laktat pada otot merah dan otot putih meningkat,
puncak tegangan otot menurun. Jadi bisa diartikan bahwa besarnya kelelahan pada serabut-
serabut otot putih berhubungan dengan besarnya kemampuan mereka untuk membentuk
asam laktat. Pendapat bahwa penumpukan asam laktat menyertai didalam proses kelelahan
selanjutnya diperkuat oleh fakta dimana dua mekanismesecara fisiologi yang karenanya asam
laktat menghalang-halangi fungsi otot. Kedua mekanisme tersebut tergantung kepada efek
asam laktat pada pH intra selular atau konsentrasi ion hydrogen (H). Dengan meningkatnya
asam laktat, konsentrasi H meningkat, dan pH menurun. Di pihak lain, peningkatan
konsentrasi ion H menghalangi proses rangkaian eksitasi, oleh menurunnya sejumlah Ca
yang dikeluarkan dari reticulum sarkoplasma dan gangguan kapasitas mengikattroponin.
Peningkatan konsentrasi ion H juga menghambat kegiatan fosfofruktokinase, enzim kunci
yang terlibat di dalamanaerobic glikolisis. Demikian lambatnya hambatan glikolisis,
mengurangi penyediaan ATP untuk energi.

• Pengosongan penyimpanan ATP dan PC

Karena ATP merupakan sumber energi secara langsung untuk kontraksi otot, dan
PC dipergunakan untuk Resintesa ATP secepatnya, pengosongan Fosfagen intraseluler
mengakibatkan kelelahan. Bahwa kelelahan tidak berasal dari rendahnya fosfagen didalam
otot . Penelitian terhadap otot katak yang dipotong pada otrot sartoriusnya. Sebagai contoh,
telah diingatkan bahwa selama kegiatan kontraksi, konsentrasi ATP didaerah miofibril
mungkin lebih berkurang daripadadalam otot keseluruhan. Oleh karena itu, ATP menjadi
terbatas didalam mekanisme kontraktil, walaupun hanya terjadi penurunan yang moderat dari
jumlah total ATP didalam otot. Kemungkinan yang lain adalah bahwa hasil energi didalam
pemecahan ATP lebih sedikit dari jumlah ATP yang tersedia didalam batas-batas untuk
kontreaksi otot. Alasan dari penurunan ini mungkin dihubungkan dengan peningkatan
konsentrasi ion H dalam jumlah kecil sampai besar didalamintraseluler, dan merupakan
penyebab utama dari penumpukan asam laktat.

• Pengosongan Simpanan Glikogen Otot

Seperti halnya dengan asam laktat dan kelelahan , hubungan sebab akibat antara
pengosongan glikogen ototdan kelelahan otot tidak dapat ditentukan dengan tegas. Faktor-
faktor lain yang berhubungan dengan kelelahan selama periode latihan yang lama Rendahnya
tingkatan/level glukosa darah, menyebabkan pengosongan cadangan glikogen hati.
Kelelahan otot lokal disebabkan karena pengosongan cadangan glikogen otot.

F. SUMBER ENERGI KONTRAKSI OTOT

Sumber energi utama untuk gerakan (kontraksi) otot yaitu adenosin tri fosfat (ATP).
Akan tetapi, jumlah yang tersedia hanya dapat digunakan untuk kontraksi dalam waktu
beberapa detik saja. Otot vertebrata mengandung lebih banyak cadangan energi fosfat yang
tinggi berupa kreatin fosfat sehingga akan dibebaskan sejumlah energi yang segera dipakai
untuk membentuk ATP dari ADP. ATP dihasilkan dari proses oksidasi (pembakaran)
karbohidrat dan lemak. Terjadinya kontraksi otot sebagai akibat adanya interaksi antara
protein otot aktindan miosin yang membutuhkan ATP melalui bantuan enzim kontraksiang
dikenal sebagai enzim ATP-ase.

Sumber energi lainnya pada otot, yaitu fosfokreatin. Fosfokreatin ini adalah suatu bentuk
persenyawaan fosfat berenergi tinggi yang terdapat pada otot dalam konsentrasi yang tinggi.
Fosfokreatin tidak dapat digunakan secara langsung sebagai sumber energi, tetapi dapat
memberikan energinya kepada ADP. Banyaknya fosfokreatin yang terdapat pada otot lurik,
lebih dari lima kali jumlah ATP.

Proses terpecahkan ATP dan fosfokreatin untuk menghasilkan energi tidak


membutuhkan oksigen bebas (respirasi anaerob). Oleh karena itu, disebut proses anaerob.
Apabila otot melakukan kontraksi secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama maka
otot akan mengalami kelelahan. Hal tersebut terjadi sebagai akibat turunnya kandungan
konsentrasi ATP dan fosfokreatin. Sebaliknya, pada saat ini justru akan terjadi kenaikan
konsentrasi ADP, AMP, dan asam laktat.

Sumber lain untuk menghasilkan energi, yaitu dengan cara mengubah glikogen
menjadi glukosa (proses glikolisis). Proses glikolisis terjadi di sitoplasma sel otot

(sarkoplasma) yang membutuhkan enzim-enzim sebagai katalisator reaksi. Proses ini terjadi
cepat namun hasil ATP-nya sedikit. Proses ini dapat terjadi dalam kondisi aerob (ada
oksigen) atau dalam kondisi anaerob (tanpa ada oksigen). Normalnya asam piruvat yang
dihasilkan oleh reaksi glikolisis akan memasuki mitokondria untuk menjalani proses
selanjutnya yang disebut fosforilasi oksidatif. Bila tidak tersedia cukup oksigen maka jalur
anaerobiklah yang akan dominan, asam piruvat tidak masuk ke mitokondria tetapi
dimetabolisme menjadi asam laktat. Biasanya persediaan kreatin fosfat di otot sangat sedikit.
Persediaan ini harus segera dipenuhi lagi dengan cara oksidasi karbohidrat. Cadangan
karbohidrat di dalam otot adalah glikogen. Glikogen dapat diubah dengan segera menjadi
glukosa-6-fospat. Perubahan tersebut merupakan tahapan pertama dari proses respirasi sel
yang berlangsung dalam mitokondria yang menghasilkan ATP. Glikogen adalah senyawa
yang tidak larut. Oleh karena itu, harus dilarutkan dahulu menjadi laktasidogen.
Laktasidogen ini diubah menjadi glukosa dan asam laktat. Glukosa yang dihasilkan
dioksidasi menjadi CO2, H2O, dan energi. Energi yang dibebaskan selanjutnya digunakan
untuk membentuk ATP dan fosfokreatin. Proses ini terjadi pada saat otot berelaksasi, dan
membutuhkan oksigen bebas (respirasi aerob). Oleh karena itu, proses relaksasi disebut fase
aerob.

Penimbunan asam laktat yang terlalu banyak di dalam otot, dapat menyebabkan
kelelahan. Asam laktat yang berlebihan tersebut akan dioksidasi oleh oksigen, apabila terlalu
banyak dibutuhkan oksigen untuk mengoksidasi asam laktat dapat menyebabkan gangguan
pada pernafasan (nafas tersengal-sengal).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Otot adalah kumpulan sel-sel otot yang membentuk jaringan yang berfungsi
menyelenggarakan gerakan organ tubuh. Otot merupakan jaringan pada tubuh hewan yang
bercirikan mampu berkontraksi, aktivitas biasanya dipengaruhi oleh stimulus dari sistem
saraf. Berdasarkan cara kerja dan bentuknya, sel otot dibedakan menjadi tiga macam, yaitu
Otot Lurik, Otot Polos dan Otot Jantung. Otot juga memiliki beberapa karakteristik, yaitu
kontraktibilitas ekstensibilitas, elastisitas. Mekanisme kontraksi otot, dimulai dengan
pembentukan kolin menjadi asetilkolin yang terjadi di dalam otot. Proses itu akan diikuti
dengan penggabungan antara ion kalsium, troponium, dan tropomisin.

DAFTAR PUSTAKA

Faisal. 2012. Buku Ajar Struktur Hewan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.

Paggara, Halifah dan Adnan. 2006. Struktur Hewan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA
UNM.

Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2004

Anda mungkin juga menyukai