Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

SISTEM OTOT
MATA KULIAH ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA
DOSEN PENGAMPU :TRISNA AMELIA, S.Pd., M.Pd

Oleh Kelompok III

Juliah
Romy
Rio Saputra Johan Tr.

140384205041
140384205042
140384205046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2016/2017
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur Kami ucapkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan
kesempatan dan kesehatan kepada Kami sehingga dapat menyelesaikan makalah tentangSistem
Otot yang merupakan salah satu tugas yang diberikan kepada mahasiswa untuk melengkapi
penilaian dalam mengikuti mata kuliah Anatomi dan Fisiologi Manusia semester ganjil 20162017

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Trisna Amelia, S.Pd., M, Pd selaku dosen
pengampu mata kuliah Anatomi dan Fisiologi Manusia, atas bimbingan dan materi yang telah
diberikan kepada Kami dalam kegiatan pekuliahan.
Andai kata dalam penyusunan makalah tentang Sistem Otot terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat
memperbaiki penulisan dimasa yang akan datang.

Tanjungpinang, Oktober 2016

Penulis

Daftar Isi
Kata Pengantar..................................................................................................................................i
Daftar Isi..........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1
1.3 Tujuan.....................................................................................................................................1
2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................2
2.1 Jaringan Otot..........................................................................................................................2
2.2 Anatomi Otot Skelet (Kerangka)............................................................................................3
2.2.1 Susunan Otot Skelet (Kerangka).....................................................................................3
2.2.2 Pembuluh darah dan Saraf...............................................................................................4
2.2.3 Mikro Anatomi Jaringan Otot Skelet (Kerangka)...........................................................5
2.3 Kontraksi Otot Skelet.............................................................................................................7
2.3.1 Teori Filment Sliding.......................................................................................................7
2.4 Mekanisme Otot.....................................................................................................................8
2.4.1 Energi untuk Aktivitas Otot.............................................................................................8
2.4.2 Sifat Kerja Otot...............................................................................................................9
2.5 Jaringan Otot Polos..............................................................................................................10
2.6 Jaringan Otot Jantung...........................................................................................................13
2.7 Penuaan Sistem Otot............................................................................................................15
2.8 Gangguan Sistem Otot.........................................................................................................15
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................17
3.2 Saran.....................................................................................................................................17
Daftar Pustaka................................................................................................................................iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peranan otot (muscle) yang utama ialah sebagai penggerak alat tubuh lain. Hal ini
disebabkan oleh sifat otot yang mampu berkontraksi, sedangkan kontraksi dapat berlangsung bila
ada rangsangan (stimulus) baik oleh pengaruh saraf atau oleh pengaruh lain. Kontraksi dapat
terjadi karena adanya energi kimia berupa ATP yang terbentuk pada sel otot. Kontraksi terjadi
sangat dipengaruhi oleh 2 jenis protein yaitu aktin dan myosin. Interaksi dari 2 protein tersebut
menyebabkan terjadinya kontraksi pada otot. Kedua protein ini menyusun myofilamen dari otot.
Otot merupakan suatu organ yang sangat penting bagi tubuh kita, karena dengan otot tubuh
kita dapat berdiri tegap. Otot merupakan suatu organ atau alat yang memungkinkan tubuh kita
agar dapat bergerak. Otot merupakan alat gerak aktif, ini adalah suatu sifat yang penting bagi
organisme. Sebagaian besar otot tubuh ini melekat pada kerangka yang menyebabkan dapat
bergerak secara aktif sehingga dapat menggerakkan bagian-bagian kerangka dalam suatu letak
yang tertentu.
Otot merupakan sebuah alat yang menguasai gerak aktif dan memelihara sikap tubuh.
Dalam tubuh kita terdiri dari bermacam-macam jenis otot serta mempunyai sifat dan cara kerja
sendiri-sendiri, untuk saling menujang agar kita dapat bergerak.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa itu Otot?
b. Apa saja jenis-jenis otot?
c. Bagaimana struktur otot?
d. Bagaimana terjadinya kontraksi dan relaksasi?
e. Apa saja yang terjadi jika otot menua?
f. Apa saja gangguan pada otot?
1.3 Tujuan
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Mengetahui apa itu Otot


Mengetahui apa saja jenis-jenis otot
Mengetahui bagaimana struktur otot
Mengetahui bagaimana terjadinya kontraksi dan relaksasi
Mengetahui apa saja yang terjadi jika otot menua
Mengetahui apa saja gangguan pada otot

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Jaringan Otot
Otot adalah kumpulan sel otot yang membentuk jaringan yang berfungsi
menyelenggarakan gerakan organ tubuh. Sel-sel otot mempunyai kemampuan berkontraksi
dengan melakukan pengerutan sehingga bentuk sel otot memendek. Setelah berkontraksi, otot
melakukan relaksasi dengan melakukan pengenduran sehingga bentuk sel otot memanjang.
Dengan berkontraksi otot memiliki tenaga mekanik untuk pergerakan. Tenaga ini dihasilkan
melalui proses pernapasan sel.
Jaringan otot tersusun atas sel-sel otot. Berdasarkan bentuk dan cara kerjanya, sel otot
dibedakan menjadi 3 macam, yaitu
a. Otot Lurik/otot rangka/otot serang lintang/otot volunteer
Ciri-ciri otot lurik ini adalah
1.) Bentuk silinder, memanjang, mempunyai banyak inti (nucleus)
2.) Tampak adanya garis-garis melintang yang tersusun dari daerah gelap dan terang
berselang-seling
3.) Bekerja di bawah kesadaran kita
4.) Berkaitan dengan kerangka badan

b. Otot Polos/Otot Involunter


Ciri-ciri otot polos ini adalah:
1.) Bentuknya bergelendong, kedua ujungnya meruncing, dan bagian tengahnya
menggelembung
2.) Di dalam nucleus terdapat satu inti
3.) Polos, tidak memiliki garis-garis melintang
4.) Bekerja di luar kesadaran kita
2

5.) Biasanya dijumpai pada bagian usus, saluran peredaran darah, otot pada saluran
kemih, pembuluh darah dan lain-lainnya.

c. Otot Jantung/Otot Bercorak Volunter


Ciri-ciri Otot jantung adalah :
1.) Bergores melintang, terdapat percabangan
2.) Kerjanya tidak di bawah kehendak kita
3.) Berperan dalam pemompaan darah
4.) Terdapat pada dinding jantung yang kontraktif, sebagian dinding vena pulmoner, vena
cava superior.
2.2 Anatomi Otot Skelet (Kerangka)
2.2.1 Susunan Otot Skelet (Kerangka)
Otot skelet ada dua tipe, yaitu:
a. Serat merah :
- Serat otot mengandung mioglobin tinggi, sehingga berwarna coklat kemerahan.
- Garis tengahnya kecil dan relatif banyak jumlahnya.
- Mitokondria banyak sehingga kontraksinya relatif lama, karena dibekali pasokan energi
terus menerus.
b. Serat putih :
- Mengandung mioglobin sedikit, sehingga berwarna putih.
- Garis tengah lebih lebar.
- Mitokondrianya kurang, kontraksi lebih cepat dan lebih cepat lelah.
Susunan serabut otot kerangka dalam membentuk muskulus ditunjang oleh jaringan ikat.
Tiap serabut dikelilingi oleh endomisium, suatu jaringan ikat halus dengan serabut retikuler dan
kapiler. Sejumlah serabut otot dibungkus oleh jaringan ikat pekat dengan banyak serabut kolagen
disebut fasikulus , sedangkan pembungkusnya disebut perimisium. Di luar perimisium diisi oleh
3

jaringan ikat longgar yang memberikan kelonggaran bagi vasikulus untuk bergerak. Beberapa
fasikulus bergabung membentuk muskulus dan dibalut oleh jaringan ikat pekat disebut
epimisium, sedangkan fasia terdapat disekitarnya.
Sebelum otot bertaut pada bungkul tulang baik pada origo dan lebih-lebih pada insersio,
terdapat tendon. Di daerah peralihan antara otot dan tendon endomisium, perimisium berangsurangsur menebal untuk kemudian membentuk serabut tendon. Pada daerah peralihan ini terdapat
tendon spindle yang memiliki ujung saraf.

2.2.2 Pembuluh darah dan Saraf


Otot kerangka mempunyai arteri yang dapat menembus epimisium dan berakhir sebagai
kapiler. Kebanyakan kapiler ini tersusun membujur diantara serat-serat otot.
Masing-masing serat otot rangka disarafi oleh sebuah cabang terminal akson motoris.
Akson kontak pada serat dipertengahan serat berupa berkas gepeng kecil yaitu lempeng motorik
atau motor end plate. Terlihat jelas dengan pengecatan AgNO 3. Persarafan aferen OSL,
menginformasikan ke SSP sehingga seseorang dapat menyadari posisi dan kecepatan gerak
bagian tubuh tertentu.
Suatu akhiran saraf muscle spindle (MS), bentuk kecil, panjang 0,75 7 mm / >.
Terdapat pada peralihan tendo dan otot. Tiap spindle dibungkus oleh kapsula jaringan pengikat
yang didalamnya terdapat :
a. Satu atau beberapa OSL yang mengecil.
b. Dua serat saraf sensoris dan motoris.
4

c. Pembuluh darah.
MS
berorientasi
memanjang
dan
akan
diregangkan
bila
itu diregangkan. Paling banyak ditemukan pada otot yang memerlukan pengontrolan halus.

otot

2.2.3 Mikro Anatomi Jaringan Otot Skelet (Kerangka)


Jaringan otot skelet tersusun dari sejumlah berkas otot yang dibungkus oleh suatu
selaput yang sisebut fasia superfisialis. Berkas otot tersusun atas serabut otot atau benangbenang otot yang terbentuk oleh sel-sel otot yang panjang. Sel-sel otot, terutama otot rangka atau
daging secara mikroskopis tampak lurik. Hal ini karena di dalam sel otot terdapat serabut-serabut
yaitu benang-benang fibril protein aktin dan miosin. Oleh karena susunan aktin dan miosin
inilah, maka tampak adanya garis gelap dan terang yang melintang antarsisi.
Jika dilihat dengan Mikroskop cahaya polarisasi :

Garis gelap disebut pita anisotropis atau zona A.


Garis terang disebut pita isotropis atau zona I.
Pada zona I terlihat garis gelap tipis ditengah yang membagi dua zona I
disebut zona Z (zwischenschiebe).
Pada zona A terdapat daerah pucat ditengah disebut zona H.

Sarkomer : segmen pendek terletak antara dua zona Z, 2-3 m. Satuan


kontraktil OSL.
Zona Z : unit struktural dan fungsional kontraktil otot. (Bila diberi asam, miofibril terpisah
pada zona Z. aplikasi transmitter saraf(kontraksi singkat dari daerah antara dua zona Z).

Jika dilihat dengan Mikroskop elektron :


Sarkolema (membran yang melapisi suatu sel otot yang fungsinya sebagai pelindung
otot).
Sarkoplasma (cairan sel otot yang fungsinya untuk tempat dimana miofibril dan
miofilamen berada)
Miofibril tersusun dari miofilamen.
Miofilamen (berbeda dalam ukuran dan susunan kimia).
Filamen tebal:
o Mengandung protein myosin
o Diameter 10 mm, panjang 1,5 m.
o penyusun utama pita A (m.c zona A).
o mempunyai dua ujung bebas.
Filamen tipis :
o mengandung
protein
aktin
dan
yang berkaitan : tropomiosin dan troponin.
o Diameter 5 nm, panjang 1 m.
o satu ujung bebas, ujung lain tertambat di zona Z.

dua

protein

Garis-garis gelap dan terang yang berselang-seling ini, dengan menggunakan mikroskop
electron akan tampak bagian-bagian yang disebut sebagai zona H (daerah terang di tengah pita
gelap A), Garis gelap M (di tengah daerah zona H), garis gelap Z ( terletak di tengah daerah
terang atau zona I).
2.3 Kontraksi Otot Skelet
2.3.1 Teori Filment Sliding
Dari hasil penelitian dan pengamatan dengan mikroskop elektron dan difraksi sinar X,
Hansen dan Huxly (l955) mengemukkan teori kontraksi otot yang disebut model sliding
filaments.

Model ini menyatakan bahwa kontraksi didasarkan adanya dua set filamen di dalam

sel otot kontraktil yang berupa filament aktin dan filamen miosin.
Rangsangan yang diterima oleh asetilkolin menyebabkan aktomiosin mengerut
(kontraksi). Kontraksi ini memerlukan energi. Pada waktu kontraksi, filamen aktin meluncur di
antara miosin ke dalam zona H (zona H adalah bagian terang di antara 2 pita gelap). Dengan
demikian serabut otot menjadi memendek yang tetap panjangnya ialah ban A (pita gelap),
sedangkan ban I (pita terang) dan zona H bertambah pendek waktu kontraksi. Ujung miosin
dapat mengikat ATP dan menghidrolisisnya menjadi ADP. Beberapa energi dilepaskan dengan
cara memotong pemindahan ATP ke miosin yang berubah bentuk ke konfigurasi energi tinggi.
Miosin yang berenergi tinggi ini kemudian mengikatkan diri dengan kedudukan khusus pada
aktin membentuk jembatan silang. Kemudian simpanan energi miosin dilepaskan, dan ujung
7

miosin lalu beristirahat dengan energi rendah, pada saat inilah terjadi relaksasi. Relaksasi ini
mengubah sudut perlekatan ujung myosin menjadi miosin ekor. Ikatan antara miosin energi
rendah dan aktin terpecah ketika molekul baru ATP bergabung dengan ujung miosin. Kemudian
siklus tadi berulang Iagi.

Sarkomer terbentang

Kontraksi penuh

2.4 Mekanisme Otot


2.4.1 Energi untuk Aktivitas Otot
Kontraksi otot memerlukan energi. Energi yang digunakan disuplai dalam bentuk
energi kimia. Energi ini diambil dari molekul ATP (adenin trifosfat) dan keratin fosfat (CP) yang
berenergi tinggi. Energi ini menggerakkan filament penghubung antara aktin dan miosin. Kreatin
fosfat menyumbangkan fosfor pada ADP selama otot berkontraksi. ATP yang dihidrolisis akan
terurai menjadi ADP (adenosin difosfat) daan mengeluarkan energi. Jika kehabisan ATP dan
tinggal ADP, ADP ini juga akan terurai menjadi AMP (adenosin monofosfat).
ATP ADP + P + E

ADP AMP + P + E

Jika persediaan energi habis, maka otot tidak akan berkontraksi lagi. Untuk gerak
berikutnya, maka perlu segera dibentuk energi yang berasal dari pemecahan molekul glukosa.
Fase ini disebut fase aerob.
Secara aerob:
Glukosa ( C6H12O6) + O2 6H2O + 6CO2 + 38 ATP
Di dalam otot tersimpan gula otot, yaitu glikogen. Glikogen merupakan bentuk glukosa
cadangan di dalam otot. Seperti halnya glukosa, glikogen siap dibongkar menjadi energi atau
ATP. Glikogen akan dilarutkan menjadi laktasinogen, kemudian diuraikan menjadi glukosa dan
8

asam susu. Glukosa akan diubah menjadi energi melalui peristiwa reaksi aerob maupun anaerob.
Pengubahan glukosa secara anaerob terjadi jika persediaan di otot telah menipis, misalnya karena
kontraksi terus-terusan saat berolahraga.
Secara anaerob:
Glukosa ( C6H12O6) asam laktat + 2 ATP
Timbunan asam laktat di dalam otot yang berlebihan dapat menyebabkan rasa letih.
Rasa letih akan hilang jika asam laktat telah dioksidasi oleh oksigen menjadi H 2O dan CO2, serta
menghasilkan energi. Energi ini dapat digunakan untuk mengubah asam laktat menjadi glukosa.
Asam laktat yang menumpuk di sel-sel otot akan diangkut oleh darah ke hati untuk diubah
menjadi glukosa atau selanjutnya menjadi glikogen untuk disimpan di otot atau hati.
2.4.2 Sifat Kerja Otot
Berdasarkan tujuan kerjanya, otot dibedakan menjadi dua, yaitu:
a) Otot Antagonis
Otot antagonis adalah dua otot atau lebih yang tujuan kerjanya berlawanan. Jika otot
pertama berkontraksi dan yang kedua berelaksasi, akan menyebabkan tulang tertarik dan
terangkat. Sebaliknya, jika otot pertama berelaksasi dan kedua berkontraksi akan menyebabkan
tulang kembali ke posisi semula. Contoh otot antagonis adalah bisep dan trisep. Otot bisep adalah
otot yang memiliki dua ujung (dua tendon) yang melekat pada tulang dan terletak di lengan atas
bagian depan. Otot trisep adalah otot yang memiliki tiga ujung (tiga tendon) yang melekat pada
tulang, terletak di lengan atas bagian belakang. Untuk mengangkat lengan bawah, otot bisep
berkontraksi dan otot trisep berelaksasi. Untuk menurunkan lengan bawah, otot trisep
berkontraksi dan otot bisep berelaksasi.

b) Otot Sinergis
Otot sinergis adalah dua otot atau lebih yang bekerja bersama-sama dengan tujuan yang
sama. Jadi, otot-otot itu berkontraksi bersama dan berelaksasi bersama. Misalnya otot-otot antar
tulang rusuk yang bekerja bersama ketika kita menarik napas, atau otot pronator, yaitu otot yang
menyebabkan telapak tangan menengadah atau menelungkup.

2.5 Jaringan Otot Polos


Berasal dari mesenkim dan mesoderm. Ada juga yang berasal dari ektoderm yaitu otot
pada bulu mata dan sel mioepitel yang terdapat disekeliling saluran kelenjar tertentu.

10

Perkembangan dimulai dari mioblas yang selanjutnhya membelah secara mitosis yang
menghasikan otot polos.
Bentuknya seperti kincir (spindle-shaped) dengan ujung runcing atau bercabang.
Ukurannya bervariasi, ukuran terbesar pada uterus pada masa pregnansi 12x600m, dan yang
terkecil ditemukan pada arteri-arteri 1x10m. Intinya 1 (satu) dan berbentuk lonjong dengan
ujung tumpul. Pada otot polos yang sedang berkontraksi bentuk inti sering bergelombang.
Secara mikroskopis inti otot polos agak sulit dibedakan dengan fibroblast, tapi bila
diperhatikan dengan teliti keduanya jelas berbeda. Inti otot polos memiliki ujung tumpul dan
mengambil warna sedikit pucat, sedangkan fibroblast intinya agak runcing dan mengambil warna

lebih kuat.

Bangun Histologi:
Otot polos memiliki bagian-bagian sebagai berikut :
1.

Membran Plasma:

Membran plasma pada otot sering disebut sarkolema (Sarcolemma). Dengan mikroskop
cahaya kurang jelas, tetapi dengan mikroskop elektron tampak sebagai selaput ganda (double
membrane), masing-masing:

Selaput luar, tebalnya berkisar antara 25-30 Angstrom. Ruang intermedier, kirakira 25 Angstrom

11

Selaput dalam, tebalnya 25-30 Angstrom.

Pada daerah hubungan posisi antara otot polos, selaput luar tampak menyatu. Hubungan
ini dianggap lebih serasi dari pada hubungan antar sel dengan desmosoma. Hubungan ini
berperanan memperlancar transmisi impuls untuk kontraksi dari satu otot ke otot yang lainnya.
Pendapat lain mengatakan bahwa tenaga yang terjadi pada waktu kontaksi dapat dipindahkan ke
lain alat tubuh melalui serabut kolagen atau elastis.
2.

Sitoplasma

Sering disebut sarkoplasma (Sarcoplasma). Sarkoplasma bersifat eosinofilik. Pada otot


polos ini terdapat miofibril yang berperan dalam kontraksi. Miofibril pada otot polos sangat
halus, dengan pewarnaan H.E. sulit dilihat. Dengan mikroskop elektron tampak miofilamen
Miosin berdiameter 5 m, dan Aktin 3 m. Sarkoplasma di dekat inti bebas dari filament dan di
bagian tepi banyak pinocytic vesicle . Filamen tersebut berakhir di daerah pekat sarkolema.
Filamen aktin dan myosin juga terdapat pada pada otot polos, berkontraksi dengan adanya
adenosine trifosfat. Susunan filament aktin dan myosin pada otot polos belum jelas, berbeda
dengan otot skelet.
3.

Inti

Berbentuk lonjong memanjang dengan ujung tumpul, bergelombang pada saat terjadi
kontraksi.

Susunan Otot Polos :

12

Pada organ tubuh lazimnya berkelompok membentuk lamina muskularis (lambung, usus,
uterus), tunika media (pembuluh darah), muskularis mukosa (usus), Tetapi dapat pula soliter
(sendiri) misalnya pada villi usus halus, stroma kelenjar kelamin jantan.
Hubungan antar otot polos ditunjang oleh endomisium (Endomysium), yang mengandung
serabut kolagen dan retikuler yang cukup halus dan jarang terdapat sel-sel jaringan ikat di
dalamnya. Dengan pewarnaan khusus misalnya PAS serabut retikuler tampak jelas, bahkan
membungkus/mengitari otot polos. Hubungan antar otot polos dengan penyatuan selaput luar
disebut Nexus , melalui hubungan inilah impuls dapat berpindah dengan cepat.
Pemisahan masing-masing sel (serabut) otot polos dilakukan dengan menggunakan asam
nitrat. Asam nitrat ini berfungsi melakukan maserasi endomesium.
2.6 Jaringan Otot Jantung
Penelitian dengan mikroskop cahaya menunjukkan bahwa otot jantung memiliki serabut
yang bercabang, yang berhubungan satu dengan yang lain melalui ujungnya. Hubungan mana
sangat kuat sehingga memberikan asfek sebagai sinsisium, dan pada endomisium banyak
pembuluh darah. Diameter serabut kira-kira 10-14 pada hewan dewasa dan 5-8 pada yang
baru lahir. Pada keadaan patologik misalnya hipertropi jantung diameter dapat meningkat sampai
20. Panjangnya sulit diukur.
Penelitian dengan mikroskop elektron, bentuk sinsisium tidak tampak, tetapi hubungan
antara serabut (sel) dapat dipelajari dengan cukup jelas. Pada discus interkalatus terdapat
desmosoma, zonula okludens, zonula adherens. Yang terakhir ini sebenarnya tidak membentuk
zona secara jelas hanya berupa daerah yang tidak teratur.
Bangun Histologi
Seperti halnya dengan otot polos dan kerangka, otot jantung memiliki bagian-bagian
sebagai berikut:
1.

Sarkolema

Keadaannya hampir mirip dengan sarkolema otot kerangka, dinding luarnya mirip
membran basal dengan fibril retikuler yang dapat terus berhubungan dengan tendon (chorda
tendinae) atau katup jantung. Dibagian lain berhubungan langsung dengan endomisium. Sel-sel
yang dijumpai pada otot jantung: serabut otot (miosit), sel endotel, perisit, dan fibroblast
2.

Sarkoplasma

13

Pada garis besar hampir mirip dengan otot kerangka, hanya saja otot jantung relative
memiliki sarkoplasma lebih banyak, terutama di sekitar inti yang terletak di tengah. Mitokondria,
lipid, lipofuksin dan glikogen banyak terdapat pada sarkoplasma di sekitar inti. Garis-garis
melintang hampir mirip dengan otot kerangka, meskipun susunan miofilamen tersusun secara
acak. Sistem T cukup jelas pada otot jantung berbentuk invaginasi tubuler dari plasmalema dan
lamina basalis di daerah cakram Z. Sistem T berperan dalam pertukaran metabolik dan transmisi
impuls. Sarkoplasmik reticulum tidak sesubur pada otot kerangka, beberapa dianataranya
berhubungan dengan system T.
3.

Inti
Berbeda dengan otot kerangka, pada otot jantung inti terdapat di tengah.

Daya regenerasi otot jantung sangat sedikit, jadi persembuhan luka selalu diikuti dengan
terjadinya parut ( scar). Yang perlu dicatat bahwa ada teori yang mengatakan bahwa sejumlah
serabut (sel) otot jantung semenjak lahir tetap. Pertumbuhan organ jantung sebenarnya hanya
panambahan diameter serta panjang yang dibarengi dengan penambahan endomisium. Jadi
jumlah serabut tidak bertambah. Keadaan serupa terjadi pada kasus hipertropi jantung yang
bersifat patologik.

Asal dari sel mesoderm. Sel-selnya bercabang dan saling beranastomosis sehingga berkas
selnya bersatu dengan erat dan terjalin sedemikian rupa agar dapat menghasilkan gelombang
kontraksi ritmis khas yang menyebabkan pemerasan keluar isi jantung oleh otot ventrikel
jantung. Serat-seratnya bercabang dan bersinambungan secara khas sehingga batas sel tak jelas
dan terdapat celah sempit diantaranya. Inti satu atau dua terletak ditengah dan lebih besar dari
OSL. Sel otot dikelilingi endomisium dan disekitarnya banyak jala-jala kapiler, pembuluh limp
14

dan hanya sedikit jaringan ikat. Miofibril saling beranastomose, diameter bervariasi dan
bentuknyasilindris. Terdapat garis transversal yang berwarna gelap yang melintasi rangkaian sel
jantung berupa garis lurus, seperti tangga pada interval yang tak teratur, disebut Diskus
interkalatus/ diskus interkalaris. Diskus ini adalah suatu juctional kompleks yang merupakan
batas antara sel otot jantung yang berdekatan.
2.7 Penuaan Sistem Otot
Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua (menjadi tua) adalah
suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memeperbaiki
diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantindes, 1994).
Proses menua bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu masa atau tahap hidup
manusia, yaitu; bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia. Akan tetapi proses menua dapat
menyebabkan berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari
dalam maupun dari luar tubuh.
Perubahan morfologis otot pada penuaan, yaitu:
1. Penurunan jumlah serabut otot
Massa otot mulai berkurang kesiapannya pada suatu angka 6% setelah usia 30
tahun. Kekuatan statis dan dinamis otot berkurang 5% setelah usia 45 tahun.
Sedangkan endurance otot akan berkurang 1% tiap tahunnya (Budiharjo). penurunan
kekuatan otot yang disebabkan oleh penurunan massa otot (atropi otot). Ukuran otot
mengecil dan penurunan massa otot lebih banyak terjadi pada ekstrimitas bawah. Sel
otot yang mati digantikan oleh jaringan ikat dan lemak. Kekuatan atau jumlah daya
yang dihasilkan oleh otot menurun dengan bertambahnya usia. Kekuatan otot
ekstrimitas bawah berkurang sebesar 40% antara usia 30 sampai 80 tahun (Gunarto).
2. Atrofi pada beberapa serabut otot dan fibril menjadi tidak teratur dan hipertrofi pada
beberapa serabut otot yang lain
3. Berkurangnya 30 % massa otot
4. Penumpukan lipofuscin
5. Peningkatan jaringan lemak dan jaringan penghubung
6. Adanya badan sitoplasma
7. Degenerasi myofibril
8. Timbulnya bekas garis Z pada serabut otot

Dampak perubahan morfologis otot adalah penurunan kekuatan, penurunan fleksibilitas,


Peningkatan waktu reaksi dan penurunan kemampuan fungsional otot.

15

2.8 Gangguan Sistem Otot


a. Gangguan Otot Akibat Infeksi
Gangguan otot akibat infeksi disebabkan misalnya oleh bakteri atau virus. Gangguan otot
akibat infeksi ini antara lain tetanus dan atrofit otot.
1) Tetanus
Tetanus merupakan suatu keadaan dimana otot berkontraksi terus-menerus sehingga
otot menjadi kejang. Tetanus disebabkan oleh racun bakteri Clostridium tetani yang masuk
ke dalam tubuh melalui luka. Biasanya tetanus terjadi pada luka yang dalam, misalnya bila
seseorang tertusuk paku.
2) Atrofit Otot
Atrofit otot merupakan keadaan dimana otot menjadi kecil. AKibatnya fungsi otot
menurun karena kehilangan kemampuan untuk berkontraksi. Atrofit umumnya disebabkan
oleh penyakit poliomyelitis. Penyakit ini merusak saraf yang mengkoordinasi otot. Penyakit
poliomyelitis yang disebabkan oleh virus dapat dicegah dengan imunisasi polio pada saat
bayi.
b. Gangguan Otot Akibat Aktivitas
Gangguan otot akibat aktivitas yang sering terjadi adalah kram dan kaku leher (stiff).
Kram atau kekejangan terjadi karena otot terus-menerus melakukan aktivitas sehingga otot
menjadi kejang dan tidak mampu berkontraksi lagi. Keadaan tersebut disebabkan oleh
kelelahan otot.
1) Kaku Leher
Kaku leher terjadi karena kesalahan gerak sehingga otot trapesius leher meradang.
2) Kram
Kram atau kekejangan terjadi karena otot terus-menerus melakukan aktivitas sehingga
otot menjadi kejang dan tidak mampu berkontraksi.
3) Hipokalsemia tetani
Hipokalsemia tetani yaitu otot rangka menjadi mudah kejang atau kram karena
kekurangan ion kalsium.
4) Miastenia gravis
Miastenia gravis yaitu otot rangka tidak mampu berkontraksi karena tidak memiliki
reseptor asetilkolin. Akibatnya asetilkolin dari ujung saraf dapat diterima oleh otot
rangka. Akibat miastenia gravis yaitu kelumpuhan yang ditandai dengan mengecilnya alat
gerak (tangan dan kaki).
5) Hernia abdominal
Hernia abdominal terjadi apabila dinding otot perut sobek sehingga usus menjadi merosot
ke bawah masuk ke dalam rongga perut.

16

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Otot merupakan suatu organ yang sangat penting bagi tubuh kita, karena dengan otot tubuh
kita dapat berdiri tegap. Otot merupakan suatu organ atau alat yang memungkinkan tubuh kita
agar dapat bergerak. Otot merupakan alat gerak aktif, ini adalah suatu sifat yang penting bagi
organisme. Sebagaian besar otot tubuh ini melekat pada kerangka yang menyebabkan dapat
bergerak secara aktif sehingga dapat menggerakkan bagian-bagian kerangka dalam suatu letak
yang tertentu.
Otot terdiri dari tiga jenis, yaitu otot kerangka (skelet), otot polos, serta otot jantung. Otot
ini memiliki karakteristik yang berbeda-beda pula. Pada otot rangka terjadi kontraksi dan
relaksasi. Ketika otot berkontraksi daan berelaksasi otot memerlukan energi, yaitu berupa energi
kimia yang diambil dari molekul ATP.
Otot juga bisa mengalami penuaan, dengan berkurangnya kinerja dari otot itu sendiri.
Kemudian otot juga bisa mengalami gangguan, yang bisa terjadi dikarenakan infeksi maupun
dari aktivitas manusia itu sendiri.
3.2 Saran
Dapat disadari makalah yang tersusun ini masih sangat banyak kekurangan dan masih
jauh pula dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kepada para pembaca
untuk memberikan kritik dan saran, untuk lebih baik makalah yang disusun ini.

17

Daftar Pustaka
Aldina, Ridha. https://www.academia.edu/10960153/Makalah_tentang_otot_pada_manusia
Diakses 13 Oktober 2016
Rosida, Aliyahnur. Jaringan Otot. https://www.academia.edu/8495484/JARINGAN_OTOT
Diakses 13 Oktober 2016
Andri. http://andrie00.blogdetik.com/2008/09/14/proses-penuaan/ Diakses 13 Oktober 2016
http://www.perpusku.com/2016/04/kelainan-dan-gangguan-pada-otot.html Diakses 13 Oktober
2016

Anda mungkin juga menyukai