Anda di halaman 1dari 10

Tanggal Praktikum : 3 Maret 2020

Dosen Pembimbing : Dr. Aziiz Mardarian


Kelompok Praktikum : 9 (Sembilan)

SYARAF OTOT

Anggota kelompok:
No
Nama NPM Tanda Tangan
.
1 Quisha Nurninoshca 130210190013  
2 Aditya Gilang Prasaja 130210190018  
3 Alya Yuvida 130210190022  
4 Ghazy Zhafran Febryawan 130210190031  
5 Anindya Putri Parmadhi 130210190037  
6 Annisa Almafitri Adrianus 130210190039  

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
MARET 2020
BAB 1
RANGSANGAN TERHADAP SEDIAAN OTOT SARAF

1.1 Tujuan Praktikum


1. Mempelajari cara mematikan katak dan membuat sediaan otot saraf.
2.Mengenal jenis dan kerja beberapa alat perangsang.
3.Mengenal berbagai macam rangsangan terhadap sediaan otot saraf.
4.Memperlakukan hewan percobaan dengan menimbulkan sakit seminimal mungkin agar
katak tidak merasakan sakit, otaknya dirusak dan agar tidak meronta selama
perlakuan, sumsum punggungnya dirusak.

1.2 Dasar teori


Otot dapat berkontraksi baik secara isometrik, isotonik, atau gabungan keduanya.
Kontraksi isometrik pada otot gastronekmus memiliki lama kontraksi kira-kira 1/30 detik.
Lama kontraksi disesuaikan dengan fungsi masing-masing otot. Otot gastroknemus harus
berkontraksi dengan kecepatan yang cukup pada pergerakan tungkai untuk berlari atau
melompat. Otot gastroknemus memiliki serabut cepat yang disesuaikan untuk kontraksi otot
yang sangat cepat dan kuatseperti berlari dan melompat. Serabut ini tampak lebih besar.
Retikulum sarkoplasmanya lebih luas sehingga dengan cepat dapat melepaskan ion-
ionkalsium untuk memulai kontraksi otot. (Guyton And Hall, 2016)
Mekanisme kontraksi otot dapat dijelaskan dengan model pergeseran filamen
(filamen-filamen tebal dan tipis yang saling bergeser saat proses kontraksi), model pergeseran
filamen (filamen sliding). Model ini menyatakanbahwa gaya berkontraksi otot dihasilkan
oleh suatu proses yang membuat beberapa set filamen tebal dan tipis dapat bergeser antar
sesamanya.
Kontraksi filamen aktin tidak tertarik kedalam filamen miosin sehingga overlap satu
sama lainnya secara luas. Discus Zditarik oleh filamen aktin sampai ke ujung filamen miosin.
Jadi kontraksi ototterjadi karena mekanisme pergeseran filamen yang disebabkan oleh
kekuatan mekanisme kimia atau elektrostatik yang ditimbulkan oleh interaksi jembatan
penyebrangan dari filamen miosin dan filamen aktin. (Guyton and Hall, 2016
1.3 Bahan dan alat
1. Dua ekor katak kodok sawah (Fejervarya cancrivora)
2. Sonde ( jarum penusuk) otak katak
3. Papan katak
4. Beberapa buah jarum pentul
5. Alat diseksi, terutama gunting
6. Larutan garam faali: NaCl 0.65% atau larutan Ringer
7. Gelas arloji atau gelas petri
8. Pinset Galvanis
9. Stimulator elektronik lengkap dengan kabel-kabelnya
10. Kristal garam dapur atau gliserin
11. Cuka glasial
12. Gelas pengaduk
13. Korek api

1.4 Prosedur kerja


1. Mematikan katak untuk keperluan percobaan
a. Pegang katak dengan cara memegang kepala katak dan menempatkan kepala katak
antara jari telunjuk dan tengah, tahan katak dengan tiga jari lainnya. Tekuk kepalanya.
b. Otak katak ditusuk dengan sonde runcing di foramen oksipital (pada sudut medial di
antara garis tulang atas dengan garis tulang punggung)
c. Masukkan sonde ke ruang tengkorak, putar ke arah kiri dan kanan naik dan turun.
d. Lihat mata percobaan hewan, hentikan perusakkan jika setengah tertutup dan tidak
ada reaksi dari rangsangan sentuhan
e. Sumsum tulang belakang   dengan cara menusukkan sonde ke arah belakang di dalam
kanal vertebral.
f. Pastikan sonde memasuki ruang kosong (rongga) sumsum tulang belakang. Tusuk
sedalam mungkin. Perhatikan kaki katak yang bergerak selama sonde ditusuk sebagai tanda
dari medula spinalis yang tertusuk.
g. Lepaskan sonde, kaki katak menjadi lemah.

1. Tusukkan pertama
2. Arah ke otak
3. Arah kesumsum punggung

Gambar 1. Cara memegang


katak
Gambar 2. VE = m. Vastus externus
B = m. Biceps, SM = m. Semimembranosus, Gm = m. Gastrocnimius, TA = Tendo
Archilles.
2. Membuat sediaan otot saraf (atau disebut juga preparat saraf otot))
a.  Letakan katak yang telah dimatikan pada 1, di atas papan katak
b. Buka bagian kulit dan otot  perut
c. Singkirkan jeroan
d. Perhatikan keluarnya n. ischiadicus dari sumsum  tulang belakang. 
e. Lihatlah masing-masing n. ischiadicus. 
f. Potong n. ischiadicus pada bagian cranial. 
g. Balikan badan katak. 
h. Angkat tulang ekor tinggi-tinggi, lalu potong ke arah cranial sejauh mungkin. 
i. Telusuri  n. ischiadicus ke atas sambil menggunting otot-otot yang berada pada sebelah
atasnya. 
j. Sayat fasia antara m. Biceps femoris dengan m. Semimembranosus, tampaklah n.
ischiadicus dan a. Femoralis setelah kedua otot tadi dikuakkan. 
k. Potong paha di atas seperempat bagian bawah (n. Ischiadicus jangan terpotong) 
l. Lepaskan m. gastrocnemius dari tulangnya (buang tulangnya). m. Potong tendo achilles
maka kita akan mendapatkan preparat otot saraf yang terdiri dari : 
- Sepertiga bagian bawah paha 
- n. ischiadicus 
- m. gastrocnemius

3. Berbagai macam rangsnga pada sediaan otot saraf


a.Rangsangan mekanis
- Pijit pangkal n. ischiadicus dengan korek api atau gelas pengaduk. 
b. Rangsangan Galvanis
- Tempel kaki-kaki pinset Galvanis pada saraf yang basah oleh larutan garam faali. 
- Tempel satu kaki pinset pada saraf, dan kaki satunya pada medium garam faali. 
- Sekarang tempel kaki-kaki pinset hanya pada mediumnya sementara saraf berada di
antaranya. Bandingkan kaki saat diangkat dari dan ditempelkan pada medium. Apa ada
kontraksi otot pada keduanya? 
c. Rangsangan osmosis
- Tempel sejumlah kecil serbuk garam dapur pada pangkal saraf dengan kertas atau gelas
pengaduk.
- Tunggu beberapa menit, perhatikan sifat kontraksi.
 - Kalau tak ada garam dapur, bisa pakai gliserin. 
d. Rangsangan kimiawi
 - Tempel kertas atau kapas yang telah dicelupkan ke dalam cuka glasial  pada pangkal
saraf. 
e. Rangsangan panas
- Segera tempel sebatang korek api yang telah dipadamkan apinya pada pangkal saraf. 
- Atau rendam gelas pengaduk dalam air mendidih. Angkat dengan hati-hati dan
tempelkan pada pangkal saraf. 
f. Rangsangan Faradis
- Rangsang saraf dengan rangsangan tunggal dengan elektroda dari suatu stimulator, atur
voltasenya.
Lembar kerja

1. Rangsangan mekanis
sifat kontraksi otot : Berkontraksi pada seluruh kaki
2. Rangsangan osmotis.
a. Larutan Faal 0,9%
Sifat kontraksi otot : Berkontraksi, tapi responnya lambat
b. Padatan Garam
Sifat kontraksi otot : Berdenyut pada paha secara terus menerus
3. Rangsangan kimia
sifat kontraksi otot : Tidak berkontraksi
4. Rangsangan panas
sifat kontraksi otot : Berdenyut pada seluruh kaki sangat kuat dan sesaat

Pertanyaan
1. Mengapa terjadi masa laten?
Karena aksi potensial berakhir dan mulai kontraksi otot dapat ditandai dengan
adanya waktu laten. Pada saat itu
2. Pada umumnya, mana yang lebih lama, masa kontraksi atau masa relaksasi? mengapa?
Muscle twitch terbagi atas 3 tahap, yaitu latent phase, contraction phase, dan
relaxation phase. Diantara 3 tahap tersebut, yang memakan waktu paling lama
(sampai 50ms) adalah relaxation phase, karena dia pasif
3. Mengapa pada percobaan ini kimograf harus dijalankan (drum diputar) dengan kecepatan
maksimal?
Karena dengan memutar kimograf pada kecepatan maksimal akan
memberikan rangsangan yang cukup kuat sehingga timbul respon yang di sebut
kontraksi tunggal
4. Mengapa sediaan otot saraf harus selalu dalam keadaan basah oleh larutan garam faali?
Karena air dibutuhkan saraf untuk melarutkan senyawa kimiawi atau impuls
yang akan diteruskan oleh sel saraf sehingga sampai ke otot. Ketika tubuh khususnya
sitem saraf kekurangan air, maka kemampuannya untuk meneruskan rangsangan juga
berkurang, akibatnya otot tidak menerima perintah untuk berkontraksi.

Hasil dan Pembahasan


Makhluk hidup umumnya hewan memiliki ciri khas yaitu mampu melakukan gerakan.
Gerak ini merupakan hasil kerja dari tulang dan otot yang menerima impuls dari sistem saraf.
Sama seperti pada manusia, sistem saraf pada katak juga merupakan jaringan paling rumit
dan penting karena terdiri dari jutaan neuron yang saling terhubung. Neuron terdiri dari badan
sel, yang mengandung inti sel yang kaya akan RNA dan sitoplasma yang disebut
Neuroplasma, dan dua serabut saraf yaitu dendrit dan akson. Sel saraf pada makhluk hidup
mempunyai dua mekanisme penting, yaitu iritabilitas maupun konduktivitas. Iritabilitas
merupakan kemampuan sel saraf untuk memberikan respon terhadap stimulus yang
mengenainya, sedangkan konduktivitas adalah kemampuan sel saraf untuk merambatkan
impuls yang diterima.
Pada praktikum yang berjudul Syaraf Otot dilakukan berbagai rangsangan terhadap
sediaan saraf otot seperti rangasangan mekanis, osmotis, panas, kimia, dan listrik. Berikut
hasil dari percobaan :
Perlakuan pertama yaitu ketika memberikan rangsangan mekanis,ketika saraf katak
diberi rangsangan mekanis akan mengalami respon yang lemah. Rangsangan ini bertujuan
untuk meningkatkan potensial aksi yang akan dihantarkan sepanjang membran sel.
Rangsangan yang diberikan adalah rangsangan liminal yang artinya rangsangan terkecil yang
dapat menimbulkan potensial aksi karena mencapai nilai ambang sehingga menyebabkan
otot dapat berkontraksi secara lemah (Guyton: 2007). Potensial aksi merupakan depolarisasi
dan repolarisasi membran sel yang terjadi secara cepat (Seelay,2002). Sebuah potensial aksi
tunggal akan menghasilkan peningkatan tegangan otot (Campbell , 2004). Jika otot menerima
suatu potensial aksi yang saling tumpang tindih maka akan terjadi reaksi yang lebih besar lagi
dengan tingkat tegangan yang bergantung pada laju rangsangan.
Perlakuan yang kedua yaitu dengan memberikan rangsangan panas. Kontraksi yang
terjadi yaitu sangat kuat dan cepat. Hal ini terjadi karena panas dapat memberikan perbedaan
potensial pada membran.Suhu
Pada perlakuan ketiga yaitu dengan memberikan rangsangan osmotis yaitu dengan
pemberian kristal NaCl . Berdasarkan analisis data didapatkan hasil bahwa ketika saraf
iskhiadikus kiri maupun kanan dibubuhi kristal NaCl, pada otot gastroknemius kiri
memberikan respon yaitu paha berdenyut secara lambat dan lemah. Akan tetapi, sebelum
kontaksi timbul muncul jeda antara waktu pemberian Kristal NaCl dan munculnya kontraksi.
Hal ini terjadi karena pembubuhan krital NaCl tersebut sudah merupakan rangsangan
submaksimal yang rentang intensitasnya bervariasi antara amabang sampai rangsang
maksimal (Soewolo, 1999: 63). Adanya selang waktu setelah pemberian rangsang (kristal
NaCl) dengan timbulnya respon (respon lambat) mungkin terjadi karena kristal NaCl
memerlukan waktu untuk bersinggungan langsung dengan otot hingga menjadi stimulus
(periode laten). Sedangkan pada saraf iskhhiaditus kanan tidak terjadi kontraksi yang
mungkin terjadi karena pemberian NaCl yang terlalu sedikit atau karena saraf iskhhiaditus
telah rusak/mati. Pemberian NaCl pada serabut saraf juga dapat meningkatkan terdifusinya
Na ke dalam sitosol serabut saraf. Kekuatan dan kecepatan waktu kontraksi yang disebabkan
oleh ion Na dari NaCl hanya menghantarkan reseptor ke dalam serabut saraf. Kontraksi
dapat terjadi karena potensial aksi pada membran sel serabut saraf yang dihantarkan sampai
ke terminal akson, sama seperti potensial aksi normal yaitu membuka saluran kalsium,
melepaskan asetilkolin, menciptakan potensial aksi baru di membran sel serabut otot dan di
sarkoplasmik retikulum yang akhirnya akan mengakibatkan kontraksi otot (Campbell et al,
2004).
Pada percobaan ini juga dilakukan permberian rangsangan menggunakan larutan
NaCl terhadap saraf iskhiadikus kanan dan kiri yang kemudian ditekan menggunakan pinset.
Dan didapatkan hasil pada otot gastroknemius kiri menunjukan respon kontraksi yang lebih
kuat dibandingkan dengan rangsangan mekanis biasa. Hal ini mungkin terjadi karena fungsi
dari larutan NaCl itu sendiri adalah untuk menjaga agar otot betis katak tetap basah dan aktif
sehingga kontraksi otot dapat terjadi. Selain itu juga larutan NaCl yang terdiri atas Na + dan
Cl- merupakan ion elektrik yang berperan dalam membentuk natrium kalium ATPase yang
dapat menjadi sumber energi. selain itu juga NaCl sebagai larutan elektrolit dapat
melancarkan impuls pada saraf. Sedangkan pada otot gastroknemius kanan tidak
menunjukkan kontraksi hal ini mungkin terjadi karena saraf iskhiadikus telah rusak/mati.
Pada perlakuan keempat , rangsangan kimia yaitu dengan meneteskan 2 tetes asam
asetat glasial ke saraf iskhhiaditus sebelah kanan dan kiri, terlihat otot gastroknemius kanan
dan kiri tidak menunjukkan respon. Berdasarkan respon yang ditunjukkan tersebut, maka hal
ini tidak sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa sel otot akan menunjukkan respon
apabila diberikan rangsangan padanya lewat saraf atau langsung pada otot. Respon yang
ditunjukkan oleh sel otot umumnya dapat berupa kontraksi otot, sedangkan respon yang ada
pada sel saraf tidak dapat diamati, karena hal tersebut berupa proses pembentukan potensial
aksi yang kemudian dirambatkan berupa impuls. Adanya respon sel saraf hanya dapat diamati
pada efektornya (Susilowati dkk, 2000). Impuls saraf merupakan gerakan potensial listrik
yang berlangsung cepat sehingga disebut potensial aksi (Subianto, 1994). Ketika impuls
masuk dalam suatu membran maka beda potensial dari membran tersebut berubah. Jika
impuls yang diberikan melampaui ambang batas maka impuls saraf tersebut dapat diteruskan
sehingga akan memberikan respon berupa kontraksi otot pada katak. Tidak terjadinya respon
pada otot gastroknemius kanan dan kiri katak ini kemungkinan karena konsentrasi dari asam
asetat glasial yang rendah atau karena sedian saraf telah mengalami kerusakan/mati .

Anda mungkin juga menyukai