Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI DASAR

SISTEM MUSKULAR

Nama : Galang Ardi Darmawan


NIM : 205130101111056
Kelas : 2020D
Kelompok : D3
Asisten : Shoofiyah Iftinan Putri Fachrurrozie

LABORATORIUM FISIOLOGI VETERINER


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 TUJUAN
Tujuan dari praktikum “Sistem Muskular” diantaranya:
1. Mempelajari cara mematikan katak dan membuat sediaan otot saraf.
2. Mengenal jenis dan kerja beberapa alat perangsang.
3. Mengenal berbagai macam rangsangan terhadap sediaan otot saraf
BAB II

METODOLOGI

2.1 ALAT DAN BAHAN

2.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu
1. Satu ekor katak
2. Larutan kloroform
3. Kristal garam dapur atau gliserin

2.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu
1. Papan viksasi
2. Beberapa buah jarum pentul
3. Dissecting set dan gunting
4. Pinset Galvanis
5. Gelas pengaduk
6. Korek api
7. Spatula

2.2 LANGKAH KERJA

2.1.1 Mematikan Katak untuk Keperluan Percobaan


Larutan kloroform

Disediakan larutan kloroform

Dituangkan larutan kloroform ke wadah yang sudah diisi


kapas

Dimasukkan satu ekor katak kedalam wadah yang berisi


kloroform hingga benar-benar teranestesi

Hasil
2.1.2 Membuat sediaan otot saraf (atau disebut juga preparat saraf otot)

Katak sawah

Diambil katak yang sudah teranestesi dan ditaruh diatas


papan viksasi

Ditusukkan jarum pentul pada selaput antara jari-jari


katak

Diinsisi kulit katak secara perlahan menggunakan


gunting tajam tumpul

Dikuakkan kulit katak sehingga terlihat otot perutnya

Dikuakkan otot perut katak sehingga terlihat jeroannya

Dipisahkan jeroan ataau organ secara berhati- hati


menggunakan tangan

Diangkat jeroan sehingga terlihat nervusnya

Dari preparat tersebut akan terlihat N. Ischiadicus, N.


Isciadicus akan berlanjut hingga kaki bagian bawah.

Diinsisi kulit bagian bawah katak

Dikuakkan muskulus bagian kaki katak

Ditemukan perpanjangan dari N. Ischiadicus

Hasil
2.1.3 Berbagai macam rangsangan pada sediaan otot saraf

2.1.3.1 Rangsangan Mekanis


Larutan kloroform

Digunakan pinset untuk menjempit bagian N.


Ischiadicus

Diperhatikan reaksi yang diberikan oleh katak

Hasil

2.1.3.2 Rangsangan Osmotis

Kristal NaCl

Disiapkan kristal NaCl

Diambil sedikit NaCl menggunakan spatula

Ditempelkan kristal NaCl pada pangkal N. Ischiadicus

Dilihat rangsangan yang terjadi disekitar nervus dan


muskulus katak

Hasil
2.1.3.3 Rangsangan Panas

Kristal NaCl

Disiapkan korek api

Diambil satu batang korek api

Dinyalakan batang korek api tersebut

Dipadamkan apinya sehingga hanya tersisa bara apinya


saja

Ditempelkan pada pangkal nervus

Diamati rangsangan yang terjadi pada N. Ischiadicus dan


muskulus katak

Hasil
BAB III

HASIL

3.1 TABEL HASIL PRAKTIKUM

No. Gambar Keterangan

1. Rangsangan Mekanis

Saat Nervus Ischiadicus dijepit


menggunakan pinset terlihat adanya
respon(berkedut)

2. Rangsangan Panas

Ketika rangsangan diberikan


menggunakan bbara apipada Nervus
Ischiadicus terlihat adanya respon

3. Rangsangan Osmotik

Ketika rangsangan diberikan dengan


memberikan garam pada Nervus
Ischiadicus katak terlihat adanya
respon
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 ANALISA PROSEDUR


4.1.1 Mematikan Katak untuk Keperluan Percobaan
Pada proses mematikan katak untuk keperluan percobaan adapun
prosedur yang perlu dilakukan yang pertama yaitu menyiapkan larutan
kloroform, kemudian dituangkan larutan kloroform tersebut kedalam
wadah yang sudah diisi oleh kapas, dan terakhir dimasukkan seekor
katak kedalam wadah yang sudah berisikan kloroform hingga katak
sudah benar-benar teranestesi.
Sedangkan dibandingkan dengan prosedur yang telah didapatkan
oleh litertur. Pada literatur adapun praosedur yang dilakukan oleh
Suryani dkk (2015). Prosedur yang dilakukan yang pertama Pada
seekor katak ditusukkan jarum sonde pada foramen occipitale.kemudian
di Tusukkan pada awalnya mengarah vertical, setelah masuk kedalam
foramen occipitale arahkan jarum sonde horizontal kedepan, kemudian
putar-putar sampai otaknya rusak. Metode ini disebut Single pithing.
Kemudian, tarik jarum sonde dan arahkan horizontal kebelakang
sehingga katak mmenjadi lemas, metode ini disebut Double pithing.
Apabila dibandingkan dengan literatur prosedur yang dilakukan
pada praktikum ini dengan prakrikum yang dilakukan oleh Suryani dkk
(2015) sedikit berbeda dicara anestesinya. Jika diperaktikum
menggunakan larutan kloroform pada literatur menggunakan alat
sederhana seperti jarum peniti maka dilakukannya single pithing dan
double pithing

4.1.2 Membuat sediaan otot saraf (atau disebut juga preparat saraf otot)

Pada proses pembuatan sediaan otot saraf adapun prosedur yang


harus dilakukan yang pertama yaitu mengambil katak yang sudah
teranestesi dan ditaruh diatas papan viksasi. Kemudian ditusukkan
jarum pentul pada selaput antara jari-jari katak. Kemudian, diinsisi kulit
katak secara perlahan menggunakan gunting tajam tumpul. Kemudian,
dikuakkan kulit katak sehingga terlihat otot perutnya. Kemudian,
dikuakkan otot prut katak sehingga terlihat jeroannya. Kemudian,
dipisahkan jeroan atau organ secara berhati-hati menggunakan tangan.
Kemudian diangkat jeroan sehingga terlihat nervusnya. Dari preprat
katak tersebut akan terlihat N. Ischidicus, N Ischidicus ini akan
berlanjut hingga kaki bagian bawah katak. Kemudian, dinsisi kulit
bagian bawah katak. Kemudian, dikuakkan muskulus bagian kaki
katak. Dan terakhir ditemukannya perpanjangan dari N. Ischidicus.

Sedangkan dibandingkan dengan prosedur yang telah didapatkan


oleh litertur. Pada literatur adapun praosedur yang dilakukan oleh
Suryani dkk (2015). Prosedur yang dilakukan yang pertama Katak
spinal yang sudah dikuliti diletakkan telentang, bukalah otot perutnya
dan keluarkan isinya, akan tampak benang putih disebelah kiri kanan
korda dorsalis ikatlah masingmasing. Kemudian, Telungkuplah katak
diatas papan fiksasi dan mulailah prepare benang saraf dari daerah
tulang sacrum-daerah femur sampai kebetis. Kemudian, Bebaskan
benang saraf yang sebelumnya sudah diikat dan potong pula tndo
achiles didaerah tungkai bawah. Simpanlah dalam larutan Na.Fisiologi
katak pada cawan petri.
Apabila dibandingkan dengan literatur prosedur yang dilakukan
pada praktikum ini dengan prakrikum yang dilakukan oleh Suryani dkk
(2015) sudah sama

4.1.3 Berbagai macam rangsangan pada sediaan otot saraf

4.1.3.1 Rangsangan Mekanis

Pada proses rangsangan mekanis adapun prosedur yang harus


dilakukan yang pertama yaitu menggunakan pinset untuk menjempit
bagian N. Ischidicus, kemudian diperhatikan reaksi yang diberikan
oleh katak. Dan terakhir diamati rangsangan yang terjadi pada N.
Ischidicus dan musklus katak.
Sedangkan dibandingkan dengan prosedur yang telah
didapatkan oleh litertur. Pada literatur adapun praosedur yang
dilakukan oleh Suryani dkk (2015). Prosedur yang dilakukan yang
pertama katak diberikan rangsangan mekanis yang dimana
rangsangan tersebut menjepit ujung sediaan saraf otot menggunakan
pinset
Apabila dibandingkan dengan literatur prosedur yang dilakukan
pada praktikum ini dengan prakrikum yang dilakukan oleh Suryani
dkk (2015) sudah sama

4.1.3.2 Rangsangan Osmotis

Pada proses rangsangan osmotis adapun prosedur yang harus


dilakukan yang pertama yaitu menyiapkan kristal NaCl. Kemudian,
diambil sedikit kristal NaCl tersebut menggunakan spatula.
Kemudian, ditempelkan kristal NaCl tersebutpada pangkal N.
Ischidicus. . Dan terakhir diamati rangsangan yang terjadi pada N.
Ischidicus dan musklus katak
Sedangkan dibandingkan dengan prosedur yang telah
didapatkan oleh litertur. Pada literatur adapun praosedur yang
dilakukan oleh Suryani dkk (2015). Prosedur yang dilakukan yang
pertama katak diberikan rangsangan osmotic yang dimana
rangsangan tersebut menggunakan sebutir garam dapur atau setetes
gliserin yang ditempelkan pada ujung sediaan saraf otot dan
kemudian ditambahkan pada tempat tersebut
Apabila dibandingkan dengan literatur prosedur yang dilakukan
pada praktikum ini dengan prakrikum yang dilakukan oleh Suryani
dkk (2015) sudah sama

4.1.3.3 Rangsangan Panas

Pada proses rangsangan panas adapun prosedur yang harus


dilakukan yang pertama yaitu menyiapkan korek api. Kemudian,
diambil satu batang korek api. Kemudian, dinyalakan batang korek
api tersebut. Kemudian dipadamkan apinya sehingga hanya tersesa
bara apinya saja. Kemudian, bara api tersebut ditempelkan pada
ujung nervus. Dan terakhir diamati rangsangan yang terjadi pada N.
Ischidicus dan musklus katak
Sedangkan dibandingkan dengan prosedur yang telah
didapatkan oleh litertur. Pada literatur adapun praosedur yang
dilakukan oleh Suryani dkk (2015). Prosedur yang dilakukan yang
pertama katak diberikan rangsangan panas yang dimana rangsangan
tersebut menggunakan bara api yang ditempelkan pada ujung
sediaan saraf otot dan kemudian ditambahkan pada tempat tersebut
Apabila dibandingkan dengan literatur prosedur yang dilakukan
pada praktikum ini dengan prakrikum yang dilakukan oleh Suryani
dkk (2015) sudah sama

4.2 ANALISA HASIL


4.2.1 Rangsangan Mekanis
Pada hasil rangsangan mekanis adapun hasil yang telah didapatkan
pda praktikum ini yaitu ketika rangsangan diberikan dengan cara
dijepit pada Nervus Ischiadicus menggunakan pinset hasil yang
diperoleh terlihat adanya respon pada katak, respon tersebut seperti
berkedut.
Sedangkan dibandingkan dengan hasil yang didapatkan pada
literatur. Pada literatur yang dilakukan oleh Suryani dkk (2015). Hasil
yang didapatkan yaitu pada rangsangan mekanis tidak mendapatkan
hasil. Hal itu dikarenakan, otot tendon achiles yang sudah dalam
keadaan mati. Sehingga tidak bisa melakukan penelitian secara lanjut
untuk mengetahui respon rangsang pada rangsangan tersebut. .
Sedangkan hasil yang didapatkan oleh Pratama dkk (2014) yaitu,
rangsangan mekanis yang diberikan dengan cara menjepit pangkal
n.ishiadicus dengan pinset, sifat kontraksi otot nya kuat dan sangat
cepat.
Apabila dibandingkan dengan literatur hasil yang didapatkan pada
praktikum ini dengan prakrikum yang dilakukan oleh Suryani dkk
(2015) berbeda dikarenakan pada literatur terdapat kesalahan pada saat
prosedur. Sedangkan menurut Pratama dkk (2014) sudah sama.

4.2.2 Rangsangan Osmotis


Pada hasil rangsangan osmotis adapun hasil yang telah didapatkan
pada prakrikum ini yaitu ketika rangsangan diberikan dengan cara
memberikan garam pada Nervus Ischiadicus katak terlihat adanya
respon pada Nervus katak
Sedangkan dibandingkan dengan hasil yang didapatkan pada
literatur. Pada literatur yang dilakukan oleh Suryani dkk (2015). Hasil
yang didapatkan yaitu Rangsangan tersebut menunjukan respon kuat
dan cepat juga lama berkontraksi hanya menimbulkan kerutan merah.
Hal tersebut dikarenakan, , garam dapur adalah senyawa ionic yang
terdiri dari ion positif (kation) dan ion negative (anion) sehingga
membentuk senyawa netral (tanpa muatan). Larutan gram air inilah
merupakan larutan elektrolit yang dapat menghantarkan arus listrik
kedalam cairan tubuh makhluk hidup dengan baik.
Apabila dibandingkan dengan literatur hasil yang didapatkan pada
praktikum ini dengan prakrikum yang dilakukan oleh Suryani dkk
(2015) sudah sama

4.2.3 Rangsangan Panas


Pada hasil rangsangan panas adapun hasil yang telah didapatkan
pada praktikum ini yaitu ketika rangsanga diberikan dengan cara
menempelkan batang korek api yang sebelumnya dinyalakan lalu
dipadamkan pada Nervus Ischiadicus terlihat adanya respon pada
Nervus katak
Sedangkan dibandingkan dengan hasil yang didapatkan pada
literatur. Pada literatur yang dilakukan oleh Suryani dkk (2015). Hasil
yang didapatkan yaitu pada rangsangan panas tidak mendapatkan hasil.
Hal itu dikarenakan, otot tendon achiles yang sudah dalam keadaan
mati. Sehingga tidak bisa melakukan penelitian secara lanjut untuk
mengetahui respon rangsang pada rangsangan tersebut. Sedangkan hasil
yang didapatkan oleh Pratama dkk (2014) yaitu, rangsangan panas yang
diberikan dengan cara menempelkan gelas pengaduk yang telah di
panaskan pada pangkal saraf, kontraksi otot yang diberikan sangat
lamban.
Apabila dibandingkan dengan literatur hasil yang didapatkan pada
praktikum ini dengan prakrikum yang dilakukan oleh Suryani dkk
(2015) berbeda dikarenakan pada literatur terdapat kesalahan pada saat
prosedur. Sedangkan menurut Pratama dkk (2014) sama namun dihasil
literatur hasil yg didapatkan sedikit lambat pada rangsangan yang
diberikan.

4.3 MENJAWAB PERTANYAAN


1. Sebut dan jelaskan macam-macam fungsi dan karakteristik sistem
muscular!
Menurut Wahyuning, 2017 Fungsi sistem musuler sebagai berikut:
Fungsi Sistem Muskuler
Adapun fungsi sistem muskuler/otot meliputi hal berikut ini.
1. Pergerakan. Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot
tersebut melekat dan bergerak dalam bagian organ internal tubuh.
2. Penopang tubuh dan mempertahankan postur. Otot menopang
rangka dan mempertahankan tubuh saat berada dalam posisi berdiri
atau saat duduk terhadap gaya gravitasi.
3. Produksi panas. Kontraksi otot-otot secara metabolis menghasilkan
panas untuk mepertahankan suhu tubuh normal.

Menurut Wahyuning, 2017 ciri-ciri sistem musuler sebagai berikut:


Ciri-ciri Sistem Muskuler
Sistem muskuler memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Kontrakstilitas. Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang
dapat atau tidak melibatkan pemendekan otot.
2. Eksitabilitas. Serabut otot akan merespons dengan kuat jika
distimulasi oleh impuls saraf.
3. Ekstensibilitas. Serabut otot memiliki kemampuan untuk
menegang melebihi panjang otot saat rileks.
4. Elastisitas. Serabut otot dapat kembali ke ukuran semula setelah
berkontraksi atau meregang.
2. Sebutkan dan jelaskan macam-macam otot!
1. Otot Rangka
Jaringan otot rangka atau lebih umum disebut sebagai otot
ditemukan dalam daging manusia dan kandungannya sekitar 40 %
dari berat tubuh individu. Jaringan ini juga menghasilkan sejumlah
panas yang sangat penting untuk membantu mempertahankan suhu
tubuh agar tetap konstan.
Otot rangka juga biasa disebut otot lurik (striated muscle) atau
otot sadar.Sel (serat) otot rangka yang panjang dan berbentuk
silinder mengandung banyak nukleus terletak di tepi seldan tampak
bergaris (gambar 13). Setiap sel otot memiliki ujung saraf motorik
sendiri. Impuls saraf yang berjalan ke otot sangat penting untuk
menimbulkan kontraksi.
Otot rangka dikontrol oleh saraf sadar karena seseorang dapat
sengaja menyebabkan kontraksi otot rangka untuk mencapai gerakan
tubuh tertentu. Namun sistem saraf dapat menyebabkan otot rangka
berkontraksi tanpa pengaruh kesadaran. Seperti yang terjadi pada
gerakan refleks dan pemeliharaan tonus otot (Chalik, 2016).
2. Otot Polos
Otot polos polos juga disebut sebagai otot tak sadar (otot
viseral). Istilah viseral mengacu kepada organ internal, yang banyak
mengandung sel otot polos.Umumnya, otot polos bertindak untuk
mendorong zat-zat melalui organ dengan kontraksi dan relaksasi.
Disebut otot polos karena tidak memiliki garis atau pita seperti
halnya pada otot rangka. Sel otot polos lebih pendek dari sel otot
rangka. Berbentuk spindle dan meruncing pada ujungnya dan hanya
memiliki satu nukleus yang terletak ditengah. Meskipun impuls saraf
dapat menyebabkan kontraksi, otot polos umumnya tidak dapat
dirangsang untuk berkontraksi oleh saraf sadar sehingga disebut
sebagai otot tak sadar.Berarti kita tidak mengontrol kontraksinya,
tetapi dikontrol oleh sistem saraf otonom.
Jaringan otot polos ditemukan dalam dinding organ tubuh
berongga seperti lambung, usus, kandung kemih, uterus, dan
pembuluh darah. Sel otot polos terususun dalam dua lapisan, lapisan
longitudinal bagian luar dan lapisan sirkuler bagian dalam. Kontraksi
simultan dari dua lapisan tersebut mendorong material ke dalam
organ berongga dalam satu arah, karenanya makanan didorong oleh
kontraksi otot polos sepanjang saluran pencernaan yang disebut
peristaltik dan darah didorong sepanjang arteri dan vena. Urin juga
didorong ke bawah menuju ureter oleh kontraksi otot polos.
Dalam dinding arteri dan vena, otot polos mengonstriksi atau
mendilatasi pembuluh untuk mempertahankan tekanan darah normal.
Iris dari mata memiliki dua set otot polos untuk mengonstriksi atau
mendilatasi pupil yang mengatur sejumlah cahaya yang masuk ke
retina (Chalik, 2016)..
3. Otot Jantung
Otot jantung ditemukan hanya dalam dinding jantung. Sel otot
jantung berbentuk silinder dan bercabang yang menghubungkan ke
sel otot jantung lainnya. Cabang-cabang ini menghubungkan satu
dengan yang lainnya melalui area khusus yang disebut intercalated
disk. Otot jantung tampak bergaris mirip dengan sel otot rangka dan
hanya memiliki satu nukleus setiap sel. Sel otot jantung lebih pendek
daripada sel otot rangkadan otot polos. Otot ini bertanggung jawab
untuk memompa darah melalui jantung dan ke dalam pembuluh
darah (Chalik, 2016)..
3. Jelaskan yang dimaksud dengan rangsangan mekanis, osmosis dan
panas!
Menurut Pratama dkk (2014) :
1. Rangsangan mekanis
Dapat dilakukan dengan memijit pangkal dari nervus
ischiadicus dengan batang korek api atau gelas pengaduk. Hal ini
menyebabkan timbulnya reaksi berupa kontraksi otot yang sangat
kuat yang disebabkan oleh faktor intensitas rangsangan mekanis itu
sendiri.
2. Rangsangan osmotik
Merupakan rangsangan yang diberikan deng an memberikan
sejumlah serbuk garam dapur atau gliserin pada pangkal saraf.
Pelakuan ini pun menimbulkan reaksi berupa kontraksi otot yang
cepat.
3. Rangsangan panas
Merupakan rangsangan yang diberikan dengan menenpelkan
batang korek api yang baru saja dinyalakan kemudian ditiup untuk
ditempelkan pada pangkal saraf. Hasil yang diperoleh adalah
berupa kontraksi otot yang sangat kuat
4. Jelaskan mekanisme impuls saraf dan kontraksi otot!
Mekanisme kontraksi otot model sliding filament menurut Hartoyo (2019)
 Kepala miosin akan mengikat ATP sebagai energi untuk terjadinya
kontraksi. ATP akan dihidrolisis oleh miosin menjadi ADP dan
fosfat inorganik.
 Setelah mendapat energi dari ATP, kepala miosin akan berikatan
dengan aktin.
 Pelepas ADP dan fosfat akan menyebabkan kepala miosin
mengerakkan aktin.
 Kepala miosin akan menangkap ATP baru dan menyebabkan
kepala miosin terlepas dari aktif. Siklus ini akan terus berulang
hingga kontraksi selesai.

Mekanisme kontraksi otot menurut Bolon dkk (2020) neuromuskuler


atau percabangan akson di otot akan menghasilkan neurotransmitter
(asetilkolin). Ketika impuls saraf mencapai terminal akson, kalsium akan
memasuki akson dan asetilkolin berdifusi melalui celah sinaptik dan
mengikat reseptor di sarcolemma. Ach akan mengikat dan membuka
saluran untuk Na+ masuk ke dalam otot dan K+ keluar dari otot.
Banyaknya Na+ yang masuk akan mengalami potensial aksi dan otot akan
berkontrasi.

Menurut Hartoyo (2019) mekanisme impuls saraf terbagi menjadi 2


tahap utama yaitu :
a. Pengiriman sinyal melalui neuron
 Fase istirahat dimana gerbang aktivasi Na+ dan K+ tertutup dan
dijaga oleh membran potensial.
 Depolarisasi yaitu adanya stimulus yang mengaktifkan saluran Na+
dan saluran ini bila terjangkau maka akan terbentuk aksi potensial.
 Fase naik pada potensial dimana Na+ masuk ke dalam membran
sel sehingga muatan positif lebih banyak di dalam sel.
 Fase jatuh pada aksi potensial dimana pintu Na+ tertutup dan
memblokir pemasukkan Na+ . Pintu K + terbuka sehingga ion K+
keluar dari membran dan didalam sel menjadi bermuatan negatif.
 Pintu Na+ tertutup dan pintu K+ terbuka sehingga K+ bisa masuk
ke dalam membran dan sel akan masuk dalam fase istirahat.
b. Pengiriman sinyal melalui sinaps
 Aksi potensial sampai pada terminal sinaps dimana
neurotransmitter dibungkus oleh vesikel sitoplasma pada terminal
sinaps.
 Aksi potensial menghasilkan perubahan kimia sehingga vesikel
neurotransmitter bergabung dengan membran plasma di ujung
neuron pengirim. Gabungan ini akan membebaskan molekul
neurotransmitter.
 Neurotransmitter berdifusi ke sinaps klep lalu ditangkap oleh
reseptor di membran plasma neuron.
 Neurotransmitter membuka saluran ion sehingga ion bisa masuk ke
sel penerima.
 Neurotransmitter akan dihancurkan dan di daur ulang lagi.
5. Sebut dan jelaskan mekanisme kerja alat! Perangsang
Pinset galvanis terdiri dari tembaga (Cu+ ) dan seng (Zn- ) yang
memiliki perbedaan potensial sehingga akan menghasilkan arus listrik saat
dihubungkan di larutan elektrolit. Mekanisme kerjanya dilakukan dengan
menjepit saraf dengan pinset galvanis dan diamati respon berupa kontraksi
pada otot (Suryani dkk, 2013).
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Pada praktikum kali ini menggunakan katak sawah (Fejervarya
Cancrivora) sebagai bahan uji. Katak dianestesi dengan kloroform hingga
pingsan lalu dipindahkan di papan fiksasi untuk dibersihkan jeroannya agar
terlihat nervus ischiadicus. Untuk mengetahui rangsangan pada saraf ini,
dilakukan beberapa uji seperti uji rangsangan osmosis, rangsangan mekanis,
dan rangsangan panas.
Hasil yang didapatkan dari uji mekanis menggunakan pinset galvanis yaitu
otot berkontraksi dikarenakan adanya arus listrik dari perbedaan potensial
Cu+ dan Zn- . Uji rangsangan osmosis didapati hasil otot berkontraksi saat
diberikan garam. Uji rangsangan panas didapatkan hasil otot berkontraksi saat
ditempelkan dengan bara dari korek api.
5.2 SARAN

Semoga praktikum kedepannya berjalan lebih baik lagi.


DAFTAR PUSTKA

Bolon, T.M.C., dkk. 2020. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Mahasiswa Kebidanan.
Medan: Yayasan Kita Menulis.
Chalik, R. 2016. Anatomi Fisiologi Manusia. Jakarta Selatan. Kemenkes RI
Hartoyo. 2019. Pengembangan Multimedia Pembelajaran Biologi Materi Sistem
Saraf Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa SMA/MA
Kelas XI. Tesis. Teknik Pembelajaran: Universitas Negeri Yogyakarta.
Pratama, I., dkk. 2014. Berbagai Rangsangan Pada Sediaan Otot Saraf. Jurnal
Fisiologi Hewan: 1-7.
Suryani, L., dkk. 2018. Berbagai Rangsangan Pada Sediaan Otot Saraf. Bogor:
Universitas Pakuan.
Wahyuning, H.P., dkk. 2017. Anatomi Fisisologi Bahan Ajar Kebidanan. Jakarta
Selatan. Kemenkes RI.
SS KEHADIRAN
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai