Anda di halaman 1dari 6

KERENTANAN HUBUNGAN OTOT-SARAF TERHADAP KURARE

Kelompok: C1

Ketua Kelompok: Grace Marcella Untoro

Anggota Kelompok: Nama Pricilia Angelina Wandany Grace Marcella Untoro Epifania Fitriana Adna Royke Fabian Novan Luisa Andrea Soemita Elly Sonny Alexandra Samantha Hendra Sucipta NIM 102010033 102011028 102011107 102011120 102011193 102011253 102011289 102011399 102011403 Paraf

I.

TUJUAN 1. Untuk mengetahui sikap, gerakan, dan waktu reaksi katak sebelum dan sesudah penyuntikan kurare. 2. Untuk mengetahui pengaruh kurare terhadap suatu bagian lengkung reflek kurare. 3. Untuk mengetahui tempat kurare bekerja pada preparat otot-saraf ALAT YANG DIGUNAKAN 1. Pelat kaca + papak fiksasi + beberapa jarum pentul 2. Waskom besar berisi air 3. 3 ekor katak + penusuk katak + benang 4. Stimulator induksi + elektroda perangsang 5. Gelas arloji 6. Semprit 2 cc + jarumnya 7. Larutan ringer 8. Larutan tubo-kurarin (dicairkan 1:1 dalam Ringer) 9. Larutan atropin (0,01% dalam Ringer) 10. Larutan prostigmin (dicairkan 1:1 dalam Ringer) 11. Karutan tubo-kurarin 1% (dari ampul) CARA KERJA A. Pengamatan sikap, gerakan dan waktu reaksi seekor katak terhadap berbagai rangsang sebelum dan sesudah penyuntikan kurare 1. Mengambil seekor katak dan letakkan di pelat kaca. Memperhatikan kegiatan binatang tersebut (aktif/ pasif). Menghitung frekuensi pernapasannya per menit. 2. Mencoba menelantangkan katak tersebut beberapa kali dan memperhatikan reaksinya (kembali/tidak kembali ke posisi semula) 3. Memasukkan katak ke dalam waskom yang berisi air dan memperhatikan reaksinya (dapat berenang/tidak). 4. Keluarkan katak dari air dan selidikilah refleks-refleks noiseptif dengan cara sebagai berikut: a. Katak dipegang sedemikian rupa sehingga kedua kaki belakangnya tergantung bebas. b. Merangsang dengan menjepit salah satu telapak kaki katak dengan pinset. c. Menetapkan waktu reaksi. 5. Menyuntikkan 0,5 cc larutan tubokurarin 1:1 ke dalam kantung limfe iliakal (disebelah os coccygis, di bawah kulit). Dalam waktu 15-20 menit setelah penyuntikkan tersebut, mengulang kembali percobaan 1-4 di atas tadi dan perhatikan berbagai perbedaan sikap reaksinya.

II.

III.

6. Sebelum pernapasan berhenti sama sekali, menyuntikkan kedalam kantong limfe iliakal berturut-turut: a. 0,5 cc larutan antropin 0,01% b. 1 cc larutan prostigmin 1:1 7. Setelah terjadi pemulihan melakukan sekali lagi percobaan 1-4 di atas. B. Pengaruh kurare terhadap sesuatu bagian lengkung refleks 1. Mengambil katak lain dan merusak otaknya saja tetapi tidak merusak medula spinalisnya. 2. Membebaskan n. Ischiadicus paha kanan 3. Mengikat seluruh paha kanan kecuali n. Ischidicus nya 4. Menyuntikkan 0,5 cc larutan tubo-kurarin 1:1 ke dalam kantong limfe depan dengan membuka mulut katak cukup lebar dan menusukkan jarum suntik ke dasar mulut ke arah lateral. Memeriksa kaki yang tidak diikan setiap 5 menit berkurangnya refleks nosiseptif dan timbulnya kelumpuhan umum. 5. Merangsang ujung kaki kanan dengan rangsang faradik yang cukup kuat sehingga terjadi withdrawal reflex. Mencatat kekuatan rangsang yang digunakan. 6. Merangsang ujung jari kaki kiri dengan rangsang faradik yang cukup kuat sehingga terjadi withdrawal reflex. Mencatat kekuatan rangsang yang digunakan. 7. Membebaskan n. Ischidicus kaki kiri dan bbuanglah sedikit kulit yang menutupi m. Gastrocnemius kanan dan kiri. 8. Menentukan ambang rangsang- buka untuk masing-masing n. Ischidicus. 9. Menentukan ambang-ambang buka untuk masing-masing m. Gastrocnemius yang dirangsang secara langsung. C. Tempat kerja kurare pada sediaan otot-saraf 1. Membuat 2 sediaan otot-saraf (A dan B) dari seekor katak lain dan usahakanlah agar didapatkan sarf yang sepanjang-panjangnya. 2. Memasukkan otot sediaan A dan saraf sediaan B ke dalam gelas arloji yang berisi cc larutan tubo-kurarin 1% 3. Selama menunggu 20 menit, membasahi saraf sediaan A dan otot sediaan B dengan larutan Ringer. 4. Memberi rangsangan dengan arus-buka pada: a. Saraf sediaan A b. Otot sediaan B c. Otot sediaan A d. Saraf sediaan B 5. Menentukan kekuatan rangsang yang digunakan baik untuk sediaan yang memberikan jawaban maupun yang tidak memberikan jawaban. 6. Mengambil kesimpulan dari percobaan.

IV.

HASIL PERCOBAAN A. Pengamatan sikap, gerakan dan waktu reaksi seekor katak terhadap berbagai rangsang sebelum dan sesudah penyuntikan kurare Sebelum penyuntikan kurare 1. Kegiatan katak : aktif 2. Frekuensi pernafasan : 21/menit 3. Reaksi ketika ditelentangkan : kembali ke posisi semula Sesudah penyuntikan kurare 1. Kegiatan katak : pasif 2. Frekuensi pernafasan : 12/menit 3. Reaksi ketika ditelentangkan : tidak kembali ke posisi semula Sesudah penyuntikan 0.55cc larutan Atropin 0.01% dan 1cc larutan Prostigmin 1. Kegiatan katak : aktif sekitar 10 menit 2. Frekuensi pernafasan : 19/menit 3. Reaksi ketika ditelentangkan : kembali ke posisi semula

B. Pengaruh kurare terhadap sesuatu bagian lengkung refleks Kaki kanan (yang diikat) : a) n. Ischiadius b) otot bawah otot bawah (+) menimbulkan rangsangan n. Ischiadius (+) menimbulkan rangsangan

Kaki kiri (yang tidak diikat) : a) n. Ischiadius otot bawah (+) menimbulkan rangsangan b) otot bawah n. Ischiadius (-) menimbulkan rangsangan

Dari hasil percobaan ini kami mendapatkan bahawa pada kaki yang tidak diikat akan mengalami kontraksi bila dirangsang sebesar 10 W; 30V pada sarafnya dan di perlukan tegangan sebesar 0,1 W; 10 V bila di rangsang langsung pada otot kaki.

C. Tempat kerja kurare pada sediaan otot-saraf Sediaan 1 : otot direndam dalam Kurare, saraf direndam dalam Ringer Target pemberian Besar rangsangan Reaksi yang rangsangan yang diberikan terjadi pada otot Otot 1x10 mV Kontraksi Saraf Tidak terjadi kontraksi

Sediaan 2 : otot direndam dalam Ringer, saraf direndam dalam Kurare Target pemberian Besar rangsangan Reaksi yang rangsangan yang diberikan terjadi pada otot Otot 1x50 mV Kontraksi Saraf 10x40 mV Kontraksi

V.

PEMBAHASAN Kurare adalah salah satu agen penghambat neuromuscular yang terklasifikasi sebagai agen non-depolarisasi. Kurare ini menghalangi masuknya asetilkolin ke daerah reseptor pertemuan mioneural, yang kemudian menghalangi depolarisasi motor-end-plate. Sehingga tidak timbul kontraksi (paralisis). Lama kerja nya tergantung dosis, juga dipengaruhi oleh ketidak normalan elektrolit, kadar kolinesterase plasma, dan pemberian antibiotika. Bila efeknya tidak hilang, hal ini dapat menyebabkan pasien terlalu lemah untuk bernapas spontan setelah operasi selesai dilakukan dan setelah pulih dari tindakan anestesi. Untuk menghilangkan efek kurare dapat dilakukan dengan pemberian antikolinesterase intravena seperti neostigmin. Karena antikolinesterase dapat menimbulkan rangsang muskarinik yang menyebabkan bradikardi maka harus diberikan agen vagolitik lain seperti atropin secara bergantian. Prostigmin digunakan untuk mengembalikan kondisi katak ke semula. Prostigmin mempunyai efek samping yaitu menyebabkan bradikardia. Untuk mencegah bradikardia dapat diinjeksikan dengan Atropin. Atropin adalah obat parasimpatolitik yang digunakan untuk terapi bradikardi. Obat ini mempercepat frekuensi jantung dengan meningkatkan automatisitas nodusinus dan meningkatkan konduksi antrioventrikular. Atropine dapat diberikan melalui jalan intravena atau intraossea dan jika perlu melalui instilasi endotrakea, meskipun absorpsi melalui jalan ini tidak konstan.

VI.

KESIMPULAN A. Pengamatan sikap, gerakan dan waktu reaksi seekor katak terhadap berbagai rangsang sebelum dan sesudah penyuntikan kurare Kurare dapat berkerja sebagai pelumpuh otot, tetapi dosis yang diberikan sangat mempengaruhi hilangnya efek yang terjadi. Untuk menghilangkan efek kurare dapat digunakan Atropin dahulu untuk mencegah terjadinya bradikarida yang dapat disebabkan oleh Prostigmin yang berfungsi untuk mengembalikan otot ke keadaan semula. B. Pengaruh kurare terhadap sesuatu bagian lengkung refleks Pada kaki katak yang di ikat, kekuatan listrik yang di pakai untuk membuat otot tersebut berkontraksi lebih besar dari pada kekuatan listrik yang dipakai untuk membuat kaki katak yang di ikat. Hal ini dapat terjadi karena kurare tidak dapat masuk pada kaki katak yang di ikat, sehingga otot kaki katak tersebut tidak di pengaruhi oleh kurare. Hal sebaliknya terjadi pada kaki katak yang tidak diikat, sehingga kurare dapat mempengaruhi otot kaki tersebut. Keberadaan kurare pada otot akan mempengarui kontraksi yang terjadi pada otot. Hal ini terjadi karena tempat kerja kurare adalah sambungan saraf-otot bukan di central, bukan pada serabut saraf dan bukan pula pada otot rangka sendiri. Itulah sebabnya kaki yang tidak diikat harus diberi kekuatan rangsangan yang lebih besar untuk berkontraksi tetapi hal itu tidak berlaku juga jika kita merangsangnya langsung pada bagian otot. C. Tempat kerja kurare pada sediaan otot-saraf Pada percobaan tersebut ada yang tidak menunjukkan reaksi karena otot sudah terendam kurare. Kurare ini berfungsi untuk melumpuhkan otot. Kurare menyebabkan terhalangnya pengeluaran Ach sehingga otot tidak dapat berkontrasi Sehingga ketika diberi rangsangan pada syaraf di ringer dan otot di kurare tidak ada reaksi. Tetapi jika diberikan rangsangan kepada otot secara langsung akan tetap bereaksi. Sedangkan pada otot yang tidak terendam kurare akan tetap berkontraksi. Perbedaan voltase untuk melihat reaksi memang berbeda-beda tergantung pada kondisi sediaan.

VII.

DAFTAR PUSTAKA Andrianto P, Timan. Buku ajar bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2002. Wahab S. Ilmu kesehatan anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003.

Anda mungkin juga menyukai