Anda di halaman 1dari 8

Mekanisme Terjadinya Kram pada Otot Betis

Alexandra NIM : 102011289 Kelompok D8 shionnette@hotmail.com

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Semster 1 Fakultas Kedokteran UKRIDA Jakarta 2011 Jalan Arjuna Utara no. 6 Jakarta Barat 1510

Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari sering terjadi keadaan dimana kaki tiba-tiba terasa sakit ketika digerakan, keadaan ini biasa disebut sebagai kram. Kram pada otot betis sering dialami oleh orang yang telah mengeluarkan banyak tenaga seperti berenang, lari-lari, main tennis dan sebagainya.1 Kram itu sendiri disebabkan oleh kontraski involunter dari otot yang bersangkutan.2 Kram ini dapat berlangsung selama beberapa menit, dan terkadang kram yang cukup parah dapat menyebabkan rasa sakit yang melekat cukup lama. Pemberian solusi terbaik adalah dengan merenggangkan otot yang tegang. Untuk kram pada otot betis dapat dilakukan pendorongan kaki perlahan-lahan kearah dorsal.3 Karena itu untuk memahami lebih lanjut mengenai kram, akan dipaparkan mengenai struktur mikroskopis ddan makroskopis dari otot itu sendiri, mekanisme terjadinya kram, factor yang mempengaruhi terjadinya kram, dan efek dari pemberian dorongan kaki kea rah dorsal tersebut.

Mind map
Penyediaan energi

Efek dorongan kaki kea rah dorsal

Mekanisme Kontraksi Otot Tetanik

Factor yang mempengaruhi terjadinya kram

Kram pada betis kanan pada anak berumur 15 tahun Struktur Makroskopis Otot Betis Struktur Mikroskopis Otot Rangka

Struktur Makroskopis Otot Betis Betis atau Triseps surae terdiri dari tiga otot yaitu gastrocnemius, soleus, dan plantaris. Gastroknemius adalah otot betis superfisial berkepala dua yang terletak antara bagian bawah paha dan tumit, otot ini menyilang pada dua persendian dan membentuk tonjolan besar pada betis atas. Otot ini berperan penting untuk daya penggerak. Otot ini dipersarafi oleh ssarah tibial (saraf lumbal L4 dan L5, saraf sacral S1 dan S2). Soleus adalah otot betis yang besar dan lebar, terletak dibawah gastrocnemius, diantara tungkai superior dan tumit, yang bersilangan hanya pada persendian di pergelangan kaki. Otot ini berperan penting pada postur kita. Otot soleus dipersarafi oleh saraf tibial. Plantaris adalah otot betis dengan badan otot kecil di dekat dua kepala gastrocnemius, tendonnya ramping panjang dan merentang sampai tumit. Otot ini membantu gastrocnemius dalam flesi plantar pada kaki dan fleksi tungkai. Dan dipersarafi oleh sarah tibial.4

Struktur Mikroskopis Otot Rangka Pada vertebrata terdapat 3 macam otot, yaitu otot polos, otot rangka, dan otot jantung. Otot yang terdapat pada betis adalah otot rangka. Otot rangka ini berhubungan dengan kerangka, dan disarafi susuan saraf serebrospinal dan berfungsi untuk daya gerak dan gerakan volunteer lain. Serat ototnya yang berbentuk silindris panjang multinuklear adalah sinsisium multinukleus yang dipenuhi myofibril, menampakan pita-pita gelap dan terang selebar serat bergantian sepanjang serat. Serat otot rangka mempunyai panjang kira-kira 10-30cm dan berdiameter kita-kira 0,10,5mm, dan mempunyai banyak inti yang berada di tepinya. Setiap serat otot mempunyai membrane plasma yang dinamakan sarcolemma yang berisi cairan plasma yang disebut sarkoplasma, serat ini kemudian diselubungi oleh endomisium. Serat-serat ini berkumpul membentuk berkas yang disebut fasikel, yang kemudian dibungkus oleh perimysium. Fasikelfasikel yang berkumpul disebut otot yang kemudian diselubungi oleh epimisium.5 Pada potongan memanjang akan terlihat adanya pita gelap dan pita relative pucat yang berselang-seling. Pita yang tampak gelap adalah anisotropic yang disebut dengan pita-A di pusat pita-A ini terdapat pita H, dan ditengah pita-H terdapat garis-M. Sedangkan pita yang lebih pucat adalah isotropic dan disebut pita-I. Setiap pita-I dibelah dua oleh garis transversal, yangdinamakan garis-Z. Segmen myofibril antara dua garis-Z berturut-turut dinamakan sarkomer. Pada saat otot berkontraksi, pita-I akan memendek, sedangkan panjang pita-A tetap konstan selama semua fase baik kontraksi maupun relaksasi.5 Myofibril terdiri dari mikrofilamen yang terdiri dari filament aktin tipis dan filament myosin lebih tebal. Pola gelap terang pada otot lurik disebabkan adanyanya aktin dan myosin ini. Filament myosin panjangnya 1,5 m dan berdiameter 15 nm, terorientasi memanjang dalam barisan sejajar terpisah sejauh 45 nm. Mereka adalah unsur utama pita-A dari sarkomer. Myosin ini agak lebih tebal pada tengahnya dan meruncing di bagian ujungnya, yang nantinya akan saling berhubungan di pita-H dan terjadi hubungan silang langsing. Hubungan ini tampak sebagai kepadatan linear tipis yang adalah garis-M. Filamen aktin adalah unsur dominan pada pita-I, tetapi ujungnya berselip dengan myosin pada pita-A.5

Mekanisme Kontraksi Otot Mekanisme kontraksi otot diawali dengan terjadinya potensial aksi saraf motoric menuju membrane otot. Dengan adanya potensial aksi asetilkolin dilepaskan sehingga pintu kalsium di reticulum sarkoplasma terbuka dan melepas ion Ca2+. Ion kalsium kemudian menyebar dan berikatan dengan troponin C. Ikatan troponin C dengan ion kalsium mengakibatkan perubahan konformasi molekul troponin, membuka binding sites. Pembukaan binding sites ini memungkinkan terjadinya jembatan silang (cross bridges) antara filament aktin dan myosin. Selanjutnya dengan katalis enzim myosin ATPase terjadi hidrolisis ATP menjadi ADP + P + Energi.6 ADP + P + energy akan melekat pada myosin, yang ketika terdapat ion Ca2+ akan berikatan dengan aktin. Ketika terjadi kontak myosin dan aktin ini, akan terjadi kayuhan bertenaga yang akan melepaskan ADP, P, dan energy. Jika tersedia ATP untuk menempel pada myosin, maka kepala myosin akan melepas aktin dan akan terjadi pengulangan siklus ini.7 Kontraksi ini akan terjadi terus selama ion-ion kalsium tetap berada dalam konsentrasi tinggi dalam cairan sarkoplasma.6 Bila depolarisasi dari sarkolema oleh rangsangan saraf berhenti, kalsium dengan aktif akan diangkut kembali ke dalam lumen sisterna terminal, yang menyebabkan penurunan konsentrasi kalsium sehingga terjadi relaksasi otot.5 Mekanisme Kontraksi Otot Tetanik Kontraksi tetanik disebabkan oleh kontraksi otot yang terus menerus yang disebabkan oleh rangkaian rangsangan saraf berulang sedemikian cepat sehingga setiap respons otot menyatu.8 Frekuensi stimulus yang meningkat melebihi batas relaksasi otot, maka kontraksi akan bergabung menjadi kontraksi yang panjang dan kuat.4 Ketika otot berkontraksi ia harus berelaksasi, jika serat otot telah melemas sempurna sebelum menerima potensial aksi berikutnya, maka akan terjadi kedutan kedua dengan kekuatan sama seperti pertama. Tetapi jika serat otot belum berelaksaki sempurna tetapi potensial aksi berikutnya sudah datang, akan terjadi kontraktil kedua yang ditambah diatas kedutan pertama. Jika serat otot dirangsang begitu cepat sehingga otot tidak mendapat kesempatan untuk berelaksasi, maka akan timbul kontraksi menetap dengan kekuatan maksimal yang dikenal sebagai tetanus.7

Penyediaan Energi Mintokondria mengumpul di sarkoplasma yukstanukleus dan juga tersebar berupa barisan memanjang di antara myofibril tempat mereka menyediakan energy bagi kontraksi otot. Pada sarkoplasma terdapat banyak glikogen seerta terdapat protein pengikat oksigen yang dinamakan mioglobin. Oksigen-oksigen yang terikat tersebut nantinya akan dilepas dari myoglobin untuk oksidasi5 Energy untuk kontraksi dapat dihasilkan dari keratin fosfat, fosforalisasi oksidatif, glikolisis aerob, dan glikolisis anaerob. Keratin fosfat adalah sumber energi pertama yang digunakan pada awal aktivitas kontraktil. Seperti pada ATP keratin fosfat mengandung satu gugus fosfat berenergi yang dapat diberikan langsung pada ADP untuk membentuk ATP. Hidrolisis keratin fosfat akan melepaskan P dan energi. Enerfi dan fosfat ini akan diberikan langsung ke ADP untuk membentuk ATP. Otot yang beristirahat mengandung keratin fosfat lima kali lebih banak daripada ATP. Karena itu sebagian besar energi disimpan di otot dalam bentuk keratin fosfat ksrena hanya satu reaksi enzimatik yang berperan dalam pemindahan energi ini maka ATP dapat dibentuk dengan cepat dengan menggunakan keratin fosfat. Karenannya keratin fosfat adalah sumber energi utama ketika akan memulai olah raga.7 Fosforailisasi oksidatif dapat menghasilkan ATP yang cukup banyak, tetapi prosesnya memakan waktu yang cukup lama. Fosforilasi ini dapat terjadi pada asam lemak dan glukosa. Asam lemak memakan waktu yang lebih lama untuk menghasilkan ATP, karenannya asam lemak dijadikan sumber energi untuk kerja yang ringan. Sedangkan penghasilan ATP dari glukosa yang disebut proses glikolisis, memakan waktu yang sedikit lebih cepat dari asam lemak, dan menghasilkan ATP yang lebih banyak, karenannya sumber energi ini digunakan untuk melakukan kerja sedang. Fosforalisasi oksidatif diatas merupakan kerja yang aerob yang artinya membutuhkan oksigen untuk dapat bekerja dengan baik, karenannya jika kita kekurangan oksigen, ATP yang dihasilkan tidak sebanyak yang dihasilkan jika oksigen tercukupi. 7 Glikolisis anaerob merupakan suatu cara untuk menghasilkan ATP tanpa oksigen. Tetapi ATP yang dihasilkan hanya 2 ATP saja, dan sisa ATP yang seharusnya dihasilkan di ubah menjadi asam laktat. Asam laktat yang tertimbun ini dapat menyebabkan kelelahan otot. Proses

glikolisis anaerob dapat berlangsung lebih cepat dari glikolisis aerob, karenannya penyediaan energi melalui cara ini biasa dilakukan ketika melakukan kerja berat.7 Factor yang Mempengaruhi Terjadinya Kram Kurangnya ATP dapat memperngaruhi terjadinya kram, karena ATP dibutuhkan untuk memisahkan aktin dan myosin. Tetap terjadinya pengikatan filament aktin dan myosin dapat menyebabkan kaku otot. Selain itu juga dapat disebabkan oleh perubahan pH yang dapat menyebabkan terganggunya kerja enzim yang berpengaruh dalam perelaksasian otot, seperti asetilkolinesterase yang berfungsi untuk menyingkirkan Ach dari motor end plate, yang jika terus berada di motor end plate akan menyebabkan ion Ca2+ tetap berada pada sitosol sehingga aktin dan myosin dapat terus berikatan.7 Efek Dorongan Kaki ke Arah Dorsal Jika sebuah otot utuh diregangkan secara pasif maka serat-serat intrafusal gelendong ototnya juga teregang sehingga terjadi peningkatan frekuensi lepas muatan di serat saraf aferen yang ujung-ujung sensoriknya berakhir di serat gelendong yang teregang. Neuron aferen secara langsung bersinaps dengan neuron motoric alfa yang menyarafi serat ekstrafusal otot yang sama sehingga terjadi kontraksi otot tersebut. Reflex regang ini berfungsi sebagai mekanisme umpan balik negative local untuk mengahan setiap perubahan pasif pada panjang otot sehingga panjang istirahat yang optimal dapat dipertahankan.7 Ketika kaki pada betis yang kram di dorong kearah dorsal, akan terjadi regangan pada tendonya. Kaki kram yang sudah mengalami regangan yang besar, diberikan regangan tambahan sehingga terjadi regangan yang berlebih. Pada keadaan tersebut, akan terjadi inverse stretch reflex yang menyebabkan otot menjadi relaksasi. Selain itu dapat juga dilakukan Berdiri tegak dan memposisikan kaki datar pada lantai kemudian mencondongkan badan ke depan.3 Pemberian garam seperti kalsium glukonat, KCl, atau NaCl dapat mencegah timbulnya kembali kram muskulorum pada otot betis, otot latisimus dorsi atau otot-otot jari.1 Untuk mencegahan kram pada kaki, dapat dilakukan dengan memakai sepatu yang nyaman untuk berjalan yang jauh. Untuk mencegah kram ketika tidur, dapat dilakukan dengan

merenggangkan selimut sehingga selimut tidak menekan kaki ke ranjang yang dapat menyebabkan kaki kita tertekan sehingga menegangkan betis. Betis yang tegang ini akan mudah untuk menyebabkan kram. Dan juga lakukan perenggangan sebelum tidur. Perenggangan yang dilakukan bisa seperti ketika terjdi kram. Dapat juga melakukan peletakan kaki bagian depan pada bagian pinggir tangga dan perlahan-lahan menurunkan bagian belakang kaki sehingga bagian belakangn kaki berada lebih rendah dari pijakan. Minum banyak air untuk menghindari dehidrasi. Tetapi jangan terlalu banyak, karena konsumsi air yang terlalu banyak dapat mengencerkan konsentrasi sodium pada darah yang dapat menyebabkan beberapa masalah, salah satunya kram otot.3

Penutup
Kram disebabkan karena terjadinya kontraksi yang terus menerus yang disebabkan oleh pemberian potensial aksi terus menerus yang tidak memberikan kesempatan relaksasi pada otot. Untuk menghilangkan kram dapat dilakukan dengan memberikan kontraksi yang berlebihan sehingga terjadi regang reflex yang menyebabkan otot kembali relaksasi.

Daftar pustaka
1. Muttaqin A. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan system persarafan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika, 2008: 62. 2. Vorvick L. Muscle Cramps. Updated on 23 Jully 2010. Download from www.umm.edu/ency/article/003193.htm, 17 March 2012. 3. Jen P. Leg Cramps. Updated on January 2005. Download from www.health.harvard.edu/fhg/updates/update0105a.shtml, 17 March 2012. 4. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. 1st ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004: 149-150. 5. Bloom, Fawcet. Buku ajar histologi. 12th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2002: 233-257. 6. Asmadi. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta: Penerbit Salemba Medika, 2008: 114-5. 7. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke system. 6th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2012: 278-311. 8. Hartanto H. Kamus ringkas kedokteran Stedman untuk profesi kesehatan. 4th ed. Cetakan ke-1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2005: 1138.

Anda mungkin juga menyukai