Nama
10.2012.018
NIM
Verdi Danutirto
10.2012.018
10.2012.038
Stephanie Maria E
10.2012.126
Siti Mariam NP
10.2012.153
Vania Rafelia
10.2012.251
10.2012.293
10.2012.446
10.2011.090
Randy Susanto
10.2011.297
Tanda Tangan
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510.
Jakarta
Telephone: (021) 5694-2061; Fax: (021) 563-1731
TUJUAN:
1. Membedakan sikap,gerakan dan waktu reaksi seekor katak terhadap berbagai rangsang sebelum
dan sesudah penyuntikan kurare
2. Menerangkan mekanisme kerja prostigmin terhadap katak yang telah diberi kurare
3. Menerangkan pengaruh kurare pada suatu bagian lengkung refleks
4. Menyimpulkan tempat kerja kurare pada sediaan otot saraf
Katak dipegang demikian rupa sehingga kedua kaki belakangnya tergantung bebas
5. Suntikkan 0,5 cc larutan turbo kurarin ke dalam kantong limfe illiakal(disebelah coccyges,dibawah
kulit.Dalam waktu 15-20 menit setelah penyuntikan tersebut ulangilah percobaan 1 sampai 4 di atas
nadi dan perhatikan pelbagai perbedaan sikap reaksinya.
6. Sebelum pernafasan berhenti sama,suntikkan ke dalam kantong limfe illiakal berturt-turut:
Hasil Percobaan
PERCOBAAN
Kegiatan
KATAK+ DISUNTIK
KATAK+ DISUNTIK
LARUTAN TUBO-
LARUTAN ATROPIN
KURARIN
DAN PROSTIGMIN.
Aktif
Tidak aktif
Kurang aktif
posisi asal.
posisi asal.
Tidak berenang
Tidak berenang
Tidak berenang
Cepat bereaksi
Tiada reaksi
Lambat bereaksi
KATAK
Kadar
penafasan per
menit
Menelentangkan
katak dan
reaksinya
Letakkan katak
dalam air dan
reaksinya
Reaksi reflex
nosiseptif dan
waktunya.
Pembahasan
Fungsi kurare
-
menyebabkan kelumpuhan pada katak karena tidak terjadi kontraksi otot walaupun
dirangsang.Ini karena kurare merupakan competitive inhibitor dengan asetilkolin.
Oleh itu,kurare akan mengambil tempat receptor bagi asetilkolin sehingga kontraksi otot
tidak dapat berlaku.
Sebelum diberikan kurare, katak itu sentiasa berada dalam kondisi yang aktif, mempunya
frekuensi pernafasan yang normal serta memberi respon apabila diberikan rangsangan. Misalnya,
apabila dipegang dengan kakinya kedua terbebas dapat dilihat kaki katak yang tergantung bergerakgerak, dan apabila diberikan reaksi dengan menjepit salah satu kakinya dengan pinset waktu reaksinya
adalah dalam waktu yang sangat singkat.
Kemudian setelah diberi kurare, berlaku perubahan dari segi sikap katak. Katak sentiasa pasif
dan frekuensi pernapasannya juga sangat rendah. Katak tidak member respon terhadap rangsangan yang
diberikan. Hal ini adalah karena, kurare adalah sejenis bahan kimia yang member kesan lumpuh apabila
disuntik. Apabila kurare disuntikkan ke dalam bawah kulit katak ia akan mengganggu aktivitas
neuromuscular junction dengan menghalang kesan bagi penglepasan asetilkolin..Apabila kurare
menempati tapak reseptor asetilkolin, asetilkolin tidak dapat terikat dengan dengan tapak reseptornya
maka potensial aksi otot tidak akan berlaku dan ion Ca2+ tidak akan dilepaskan. Makanya, kontraksi
tidak akan berlaku dan mengakibatkan kelumpuhan. Dan apabila kandungan kurare cukup untuk
menghalang jumlah yang sangat tinggi bagi pengikatan asetilkolin pada reseptor asetilkolin. Makanya,
organisme bisa mati karena berlaku kelumpuhan system pernafasan karena diaphragm tidak bisa
kontrak.
Oleh karena itulah, katak perlu dengan segera diberikan suntikan 0.5 larutan atropine 0.01% dan
diikuti dengan 1 cc larutan prostigmin 1:1 setelah diberikan kurare bagi menghambat kelumpuhan total
pada katak.Setelah diberikan kedua-dua suntikan ini,katak kembali bereaksi walaupun reaksinya lambat.
Kesimpulan
1. Dengan menggunakan katak yang lain, otaknya dirusakkan tanpa merusakkan medulla
spinalisnya.
2. N. ischiadicus pada paha kanan dibebaskan.
3. Seluruh paha kanan diikat kecuali n. ischiasicusnya
4. Dengan membuka mulut katak dengan besar, suntikkan 0.5 cc larutan tubo-kurarin 1:1 dengan
menusukkan jarum suntik ke dasar mulut kearah lateral.
Setiap 5 menit kaki yang tidak diikat diperiksa sehingga reflex nosiseptif berkurang dan timbul
kelumpuhan umum.
Suntikan diulang setiap 20 menit jika keadaan di atas tidak terjadi.
5. Ujung jari kaki kanan dan kiri dirangsang dengan rangsang faradic yang cukup kuat sehingga
terjadi withdrawal reflex. Kekuatan rangsangan yang digunakan dicatat.
6. N. ischiadicus kaki kiri dibebaskan dan buang sedikit kulit yang menutupi m. gastrocnemius
kanan dan kiri.
7. Tentukan ambang rangsang-buka untuk masing-masing n. ischiadicus.
8. Tentukan ambang rangsang buka untuk masing-masing m. gastrocnemius yang dirangsang
secara langsung.
Hasil percobaan
Refleks
Withdrawal
Nosiseptif
Reflex
ambang
ambang rangsang
rangsang buka n.
buka m.
ischiadicus
Gastronemius
Kanan
35 volt
Kiri
35 volt
Pembahasan
Pada percobaan ini, tampak bahwa pada kaki yang diikat, pengaruh kurare tidak akan muncul
pada rangsangan yang bertujuan untuk menguji refleks nosiseptifnya. Pengujian refleks nosiseptif
dilakukan dengan cara menjepit bagian yang sama pada katak sehingga menyebabkan gerakan refleks
tertentu. Pada kaki kanan, muncuk gerakan pada jari yang menegang saat dijepit bagian kaki bawahnya,
sedangkan gerak semacam itu tidak terlihat pada kaki kirinya. Kaki kanan masih dapat bergerak karena
kurare tidak ikut tersebar karena adanya pengikatan kaki sebelumnya.
Sedangkan untuk withdrawal refleks, muncul gerakan di kedua kaki. Hal ini disebabkan karena
rangsang untuk withdrawal reflex yang berupa aliran listrik. Aliran listrik tersebut memiliki efek yang
lebih langsung daripada jepitan karena aliran listrik serupa dengan stimulus dari saraf yang dapat
melepaskan ion kalsium sehingga dapat terjadi kontraksi. Sedangkan pada pengujian reflek nosiseptif,
rangsangan yang diberikan adalah jepitan yang membutuhkan stimulus dari saraf agar bisa menimbulkan
kontraksi. Karena kurare menghambat penyampaian stimulus dari saraf ke otot, reflek nosiseptif tersebut
tidak dapat muncul.
Untuk percobaan rangsang ambang buka saraf dan otot, tidak diperoleh hasil yang diharapkan
karena sel otot katak sudah mati saat percobaan dilakukan. Kematian sel otot katak kemungkinan terjadi
karena katak terlalu lama dibiarkan di luar tanpa diberi air sehinga kematian otot berlangsung lebih
cepat.
Kesimpulan
Kurare menyebabkan otot yang terpapar mengalami kelumpuhan.
1. Buatlah dua sediaan otot saraf (A dan B) dari seekor katak lain dan usahakan agar didapat saraf
sepanjang-panjangnya.
2. Masukkan otot sediaan A dan saraf sediaan B kedalam gelas arloji yang berisi setengah cc larutan
Tubo Kurarin 1%. Selama menunggu 20 menit basahilah saraf sediaan A dan otot sediaan B dengan
larutan Ringer.
3. Berilah rangsangan dengan arus buka pada:
a. Saraf sediaan A
b. Otot sediaan B
c. Otot sediaan A
d. Saraf sediaan B
4. Tentukan kekuatan rangsang yang digunakan baik untuk sediaan yang memberikan jawaban maupun
yang tidak memberikan jawaban.
5. Apakah kesimpulan saudara mengenai tempat kerja kurare?
Pada katak yang digunakan terdapat kelainan anatomi, dimana tendon superior otot paha masuk
daerah abdomen
Hanya memungkinkan didapat satu sediaan otot dengan saraf yang cukup panjang
Sediaan pertama-tama direndam dalam larutan Ringer, kemudian diberi rangsangan pada otot dan
saraf
Setelah didapatkan hasil dalam larutan Ringer, sediaan dipindahkan kedalam larutan Tubo Kurare,
kemudian diberi rangsangan pada otot dan saraf
Hasil akhir dicatat pada tabel dibawah
Hasil Percobaan
Volt
Larutan Ringer
Reaksi Rangsang
Pada Otot
Reaksi
Rangsang Pada
Saraf
Larutan Kurare
Reaksi Rangsang
Pada Otot
Reaksi Rangsang
Pada Saraf
0,1 x 10
Tidak Kontraksi
Tidak Kontraksi
0,1 x 20
Tidak Kontraksi
Tidak Kontraksi
0,1 x 30
Kontraksi
Tidak Kontraksi
Kontraksi
Tidak Kontraksi
0,1 x 40
Kontraksi
Tidak Kontraksi
0,1 x 50
Kontraksi
Tidak Kontraksi
1 x 10
Tidak Kontraksi
1 x 20
Tidak Kontraksi
1 x 30
Kontraksi
Kontraksi
Kontraksi
Tidak Kontraksi
1 x 40
Tidak Kontraksi
1 x 50
Tidak Kontraksi
10 x 10
Tidak Kontraksi
10 x 20
Tidak Kontraksi
10 x 30
Kontraksi
Kontraksi
Kontraksi
Tidak Kontraksi
10 x 40
Tidak Kontraksi
10 x 50
Tidak Kontraksi
Pembahasan
Otot pada larutan Kurare tidak memberikan rangsang (berkontraksi) karena reseptor Asetilkolin
telah diduduki oleh Kurare sehingga tidak terjadi potensial aksi. Sedangkan otot yang di larutkan pada
larutan Ringer mengalami kontraksi sehingga menghasilkan gerakan karena larutan Ringer adalah
larutan fisiologi yang menyerupai cairan tubuh, sehingga kerja asetilkolin tidak terhambat dan dapat
terjadi potensial aksi.
Kesimpulan
Kurare bekerja dengan menghambat sebagai inhibitor kompetitif asetilkolin di reseptor sehingga
otot tidak dapat menerima asetilkolin yang dapat menciptakan depolarisasi. Akibatnya otot yang
terpapar kurare tidak akan mampu untuk berkontraksi.
Sumber Pustaka
1. Prostigmin [internet]. [Diakses 25 Mar 2013]
http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/Prostigmin
2. Modul Blok 5 Semester 2 Muskuloskeletal
3. Guyton. Fisiologi tubuh manusia. Jakarta: Binarupa Aksara, 1998.
4. Jenis kelelahan otot [internet]. [Diakses 25 Mar 2013]
Diunduh dari: http://www.infofisioterapi.com/jenis-kelelahan-otot.html
5. Sherwood L. Fisiologi manusia. Jakarta: EGC, 2012.
6. Thomson H. Oklusi. Jakarta: EGC, 2007.
7. Watson Roger. Anatomi dan fisiologi untuk perawat. Ed. 10. Jakarta: EGC, 2002.
8. Campbell, Neil A. Biology. Ed. 3. Jakarta: Erlangga, 2004.