Anda di halaman 1dari 11

Praktikum Fisiologi Hewan

BIOLISTRIK PADA SISTEM SARAF

Dosen Pengampu:
Dr. Elsa Lisanti, S.Pt., M.Si

No Nama NIM
1 Aulia Ramandha 1308618003
2 Nuranisa Putri A. 1308618004
3 Anisa Dammayanti 1308618017
4 Fadla Maulida K 1308618019

Program Studi Biologi


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Jakarta
2020
A. Tujuan

1. Mengetahui kecepatan perambatan impuls pada serabut saraf otot gastrocnemius yang
telah diisolasi dari tubuh katak

2. Mengetahui waktu terjadinya kontraksi perambatan impuls pada bagian katak yang
dialiri listrik
3. Mengetahui pengaruh pemberian larutan ringer terhadap kecepatan perambatan
impuls
4. Mengetahui pengaruh pemberian alkohol terhadap kecepatan perambatan impuls

B. Metodologi

 Alat dan Bahan:


- Alat:
1. Baterai,
2. Kabel,
3. Stopwatch

- Bahan:
1. Rana sp.,
2. Alkohol 70%,
3. larutan Ringer

C. Cara kerja

 Kegiatan 1. Mengukur Kecepatan Perambatan Impuls

1. Bedah kulit kaki belakang, dan kuliti di bagian badan katak (Rana sp.)
2. Bedah bagian perut (Usahakan tidak memotong vena abdominalis di bagian
tengah perut)
3. Buka rongga perut bagian dorsal, maka akan terlihat serabut saraf yang
mempersarafi tungkai depan dan tungkai belakang
4. Bila sudah ditemukan, berilah perangsang listrik dengan menghubungkan pada
kutub positif dan negatif baterai pada dua saraf yang berbeda, misalkan saraf
tungkai belakang. Amati dan hitung waktu yang terjadinya tanggapan (kontraksi)
5. Lakukan pemblokiran pada serabut saraf dengan memberikan alcohol 70%. Amati
dan hitung waktu terjadinya tanggapan, dan jarak antara perangsangan dan efektor
yang bergerak.

 Kegiatan 2. Perambatan Impuls


1. Isolasi serabut saraf yang mempersarafi otot gastrocnemius bersama dengan otot
tersebut dari sepasang kaki katak. Selanjutnya letakkan kedua preparat tersebut
dan sambungkan serabut saraf dari preparat ke 1 ke otot preparat 2 pada kaca
arloji
2. Basahilah preparat saraf dan otot tersebut dengan larutan ringer (kelebihan larutan
ringer diserap dengan kertas saring untuk mencegah terjadinya perambatan impuls
melalui larutan)
3. Lakukan perangsangan listrik dengan menempelkan kabel pada kedua ujung dari
preparat tersebut. Lakukan pemblokiran di titik tengah dengan alkohol 70%
4. Amati waktu terjadinya tanggapan (kontraksi) otot
HASIL DAN PEMBAHASAN

 Kegiatan 1. Mengukur Kecepatan Perambatan Impuls

Tabel 1. Mengukur kecepatan Perambatan Impuls

No Keadaan Katak Kecepatan Impuls


1. Normal 0.53 detik
2. Ditambahkan NaCl 1 detik
3. Ditambahkan Alkohol 1.8 detik

Gambar 1. Katak yang sudah dikuliti Gambar 2. Katak yang sudah diberi
rangsangan listrik

Percobaan ini dilakukan pada serabut saraf yang mensarafi tungkai depan dan
belakang. Warna dari saraf saraf tersebut adalah putih, sehingga dapat dibedakan dengan
organ dan serabut saraf yang lain. Pada kegiatan ini diberikan perangsangan di sebelah
kanan. Perangsangan dilakukan dengan memberikan aliran listrik dengan baterai. Ketika
diberi stimulus listrik, tungkai depan dan tungkai belakang bereaksi dengan cepat. Sementara
rangsangan yang diberikan pada saraf di bagian perut di dorsal, ternyata tungkai depan dan
belakang juga merespon. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi perambatan impuls dengan
cepat.

Pada raktikum ini bertujuan untuk mengukur kecepatan perambatan impuls pada
tubuh katak. Katak sebagai bahan percobaan sebelumnya dikuliti terlebih dahulu bagian kaki
belakang dan bagian badan katak lalu, bedah bagian perut katak (Usahakan tidak memotong
vena abdominalis di bagian tengah perut), selanjutnya Buka rongga perut bagian dorsal, dan
akan terlihat serabut saraf yang mempersarafi tungkai depan dan tungkai belakang pada
katak. Katak yang sudah dikuliti kemudian diberikan perlakuan berupa kejutan listrik yang
berasal dari baterai.

Setelah itu, pada lokasi yang sama diteteskan alkohol 70%. Ketika diberikan
rangsangan listrik, ternyata kecepatan gerak respon menurun. Adanya alkohol ini
meningkatkan efek neurotransmitter GABA. Meningkatnya GABA ini menyebabkan
kecepatan perambatan impuls menurunya. Kecepatan perambatan impuls antara yang normal
dan yang diberi alkohol pada kaki katak memiliki perbedaan. Pada kaki katak yang normal
(tidak diberikan alkohol) kecepatan impuls ketika diberi sengatan listrik berjalan dengan
cepat, kecepatan rata-rata yaitu dari 1 menit. Sedangkan pada kaki katak yang diberi alkohol,
memiliki kecepatan yang lambat, dengan kecepatan rata-rata kecepatan perambatan impuls
yang diajukan lebih dari 1 menit.

Praktikan mengamati dan menghitung waktu yang diperlukan untuk kontraksi antara
N.Branchialis dan N.Sciatic pada katak. Percobaan ini, menggunakan alat berupa baterai
dengan tegangan rendah yaitu 1,5V sebagai impuls untuk memperlihatkan kontraksi antara
N.Branchialis dan N.Sciatic. Ketika dihubungkan rangkaian listrik dengan saraf muncul
getaran yang terlihat jelas. Getaran tersebut menyebabkan kontraksi otot. Ion-ion yang
terdapat di otot tersebut mengalami perpindahan keluar masuk di dalam otot yang diatur oleh
pergerakan aktin-miosin. Tegangan baterai berfungsi sebagai impuls dan memungkinkan
terjadinya kontraksi otot. Impuls adalah pesan saraf yang dialirkan sepanjang akson dalam
bentuk gelombang listrik. Pada sel otot (serabut-serabut otot), potensial aksi menyebabkan
otot berkontraksi (Seeley, 2002).

Potensial aksi adalah aktivitas sel dari polarisasi menjadi depolarisasi lalu Kembali
lagi ke polarisasi. Pada keadaan normal waktu yang diperlukan adalah 0,53 detik. Selanjutnya
katak diberi 2 perlakuan yang pertama ditambahkan dengan larutan NaCl dan yang kedua
ditambahkan alkohol. Waktu yang diperlukan untuk merespon setelah ditambahkan NaCl
adalah 1 detik, sedangkan pada alkohol adalah 1,08 detik. Dari hasil yang didapatkan terlihat
bahwa rangsangan semakin lambat setelah diberi larutan NaCl dan alkohol. Pemberian
alkohol menghambat terjadinya pergerakan / kontraksi otot. Hal ini dikarenakan alkohol
bersifat menghambat (inhibitor) terjadinya biolistrik pada otot katak sehingga kontraksi otot
menjadi lebih lambat, begitu juga pada ion-ion pergerakan (keluar masuk) juga terhambat.
Alkohol juga merupakan larutan non elektrolit yang tidak bisa menghantarkan arus listrik.
Oleh karena itu, pada saat katak otot diberi alkohol, maka rangsangan akan semakin lama
dibandingkan dengan katak yang hanya diberi NaCl.
 Kegiatan 2. Perambatan Impuls

Tabel 2. Perambatan Impuls

No. Perlakuan Waktu Keterangan


Rangsangan listrik + 48 detik Respon muncul di detik ke-48
1.
larutan ringer 1 menit Terdapat 12 kali respon dalam satu menit
Rangsangan listrik + 1 detik Respon muncul di detik ke-1
2.
alkohol 1 menit Terdapat 1 kali respon dalam satu menit

Gambar 3. Gastrocnemius (otot betis) katak Gambar 4. Otot betis katak yang sedang diberi

rangsangan arus listrik

Pada percobaan ini, serabut saraf otot gastrocnemius disambungkan dengan otot
tersebut. Kemudian diberikan larutan ringer. Setelah itu preparat tersebut diberi rangsangan
listrik. Pada percobaan pertama respon muncul di detik ke 48. Sedangkan pada percobaan
rangsangan listrik selama 1 menit, katak menunjukkan respon getaran sebanyak 12 kali.
Percobaan selanjutnya dilakukan dengan menambahkan alkohol. Setelah diamati, respon
muncul pada detik pertama. Namun, dalam waktu 1 menit katak hanya memberi respon
berupa getaran satu kali. Sama seperti yang telah dibahas pada kegiatan pertama, yaitu
alkohol dapat menghambat jalannya impuls sel saraf.

Pada percobaan ini menggunakan dua buah gastrocnemius, kemudian otot kedua
ujungnya yang ditempelkan. Pemilihan otot ini adalah karena otot ini besar dan mudah
diamati, bila dibandingkan dengan otot lain pada katak. Pada tiap ujungnya terdapat
hubungan bekas tendon saat masih menempel di kaki katak. Pada percobaan, kedua otot
ditempelkan pada tendon / ujung otot. Hubungan ini dapat dijadikan semacam "jembatan"
bagi dorongan kedua kedua otot tersebut dilekatkan. Sebelum diberi aliran listrik, hubungan
diantara kedua otot diberi larutan ringer. Setelah itu, kedua otot tersebut diberi aliran listrik.
Ternyata, kedua otot itu bereaksi, (bergerak). Setelah itu, diantara hubungan kedua otot itu
ditetesi alkohol. Kemudian diberi aliran listrik lagi. Hasil menunjukkan menunjukkan bahwa
respons atau reaksi menjadi lebih lambat. Hal tersebut menunjukkan bahwa alkohol dapat
menghambat kerja impuls.

Pada sel otot (serabut-serabut otot), potensial aksi menyebabkan otot berkontraksi
(Seeley, 2002). Jika sebuah sel jaringan tidak memperlihatkan perubahan potensial yang
cepat disebut juga dengan potensial membrane istirahat. Impuls saraf terdiri atas suatu
gelombang depolarisasi membran yang disebut Potensial Aksi dan merambat sepanjang sel
saraf. Penyebab terjadinya potensial aksi ini ialah peningkatan ion Na + secara transien
(dalam rentang fraksi dari satu milidetik) kemudian diikuti oleh peningkatan ion K + secara
transien serta penurunan drastis pada ion Na +. Perubahan permeabilitas yang spesifik ion itu
(hanya khusus ion tertentu) disebabkan oleh adanya protein membran transaksional. Protein
tersebut berfungsi sebagai saluran-saluran spesifik ion (ion Na + atau ion K) yang sensitif
terhadap beda potensial. Kita dapat menyebutnya dengan voltage-sensitive channels.
Potensial aksi merupakan depolarisasi dan repolarisasi membran sel yang terjadi secara cepat
(Seeley, 2002).

Membran neuronal, suatu potensi membran istirahat sekitar -65 milivolt. Potensi
perubahan ini ke arah yang lebih positif (depolarisasi) menyebabkan sel menjadi lebih peka
rangsang, sementara penurunannya ke arah yang lebih negatif (hiperpolarisasi) menyebabkan
sel menjadi kurang peka-rangsang.

Berdasarkan Campbell (2004), sebuah potensial aksi tunggal akan menghasilkan


peningkatan tegangan otot yang berlangsung sekitar 100 milidetik atau kurang yang disebut
sebuah kontraksi tunggal. Jika potensial aksi kedua tiba sebelum respons terhadap potensial
aksi pertama selesai, tegangan tersebut akan menjumlahkan dan menghasilkan respons yang
lebih besar. Jika otot menerima suatu rentetan potensial aksi yang saling tumpang tindih,
maka akan terjadi sumasi yang lebih besar lagi dengan tingkat tegangan yang bergantung
pada laju perangsangan. Jika laju perangsangan cukup cepat, sentakan tersebut akan lepas
menjadi kontraksi yang halus dan bertahan lama yang disebut tetanus. Waktu antara
datangnya rangsang ke neuron motoris dengan awal terjadinya kontraksi disebut fase laten;
waktu terjadinya kontraksi disebut fase kontraksi, dan waktu otot berelaksasi disebut fase
relaksasi. Jadi, otot dapat bergerak karena adanya impuls atau pun rangsangan dari luar yang
kemudian diterima oleh reseptor diteruskan ke saraf sensorik dibawa oleh saraf konektor
hingga sampai ke otak. Otak akan mengolah rangsangan tersebut. Jika impuls ditanggapi dan
dilanjutkan ke saraf motorik hingga ke efektor sehingga kita dapat bergerak (pergerakan
karena terjadinya kontraksi dan relaksasi otot). Itu mekanisme pada pergerakan biasa / bukan
refleks, sementara pada gerakan refleks impuls tidak diolah di otak, akan tetapi impuls
tersebut diteruskanke sumsum tulang belakang, hal itu mengakibatkan gerak yang terjadi
tanpa kita sadari.

Impuls yang dihantarkan tersebut berupa biolistrik yang mengalir dari jaringan ke
jaringan bahkan mikroskop terlihat lalu lintas ion-ion pada sel otot sehingga aktin-miosin
bergerak bergantian sehingga menimbulkan gerakan (kontraksi-relaksasi). Saat suatu impuls
saraf (pemunculan arus listrik yang tiba-tiba) mencapai suatu daerah akson (yang dijadikan
daerah pengamatan), beda potensial transmembran akan lebih positif sehingga memicu
terbukanya saluran-saluran ion Na + (yang bersifat sensitif terhadap tegangan) secara transien
(mendadak). Akibatnya, ion Na + berebutan masuk ke dalam sel saraf sejumlah 6000 ion per
1ms untuk tiap saluran. Ini jelas merupakan peningkatan permeabilitas ion Na atau PNa + dan
peningkatan ini membuat beda potensial transmembran meningkat.

Larutan ringer adalah lautan steril kalsium klorida, Natrium klorida, dan natrium
laktat. Pemberian ringer ini kemungkinan bertujuan untuk memperlancar aliran listrik.
Seperti yang diketahui kita, adanya impuls yang berhubungan dengan peristiwa depolarisasi
dan polarisasi. Pada saat sel saraf dalam istiahat, ion positif Na + lebih banyak di luar sel dan
ion negatif seperti CL- berada di dalam sel. Keadaan ini disebut polarisasi, muatan ion di
luar sel lebih positif dan dalam sel lebih negatif. Penambahan ringer mendukung keadaan ini.
Untuk Natrium, potensial Nernst adalah +61 milivolt. Karena potensi membran istirahat di
neuron adalah sekitar -65 milivolt, dapat diperkirakan bahwa natrium akan berpindah ke
dalam sel saat istirahat. Namun, Na tidak dapat masuk karena saluran bergerbang-voltase
tertutup. Sedangkan potensial Nernst pada Cl adalah -70 milivolt. Secara umum, ini lebih
negatif pada potensi membran istirahat neuron pascasinaps. Akibatnya, ion klorida berpindah
keluar sel dan potensial membran menjadi lebih negatif (hiperpolarisasi) dan menjadi kurang
sensitif.

Jika sel saraf dirangsang, maka saluran akan terbuka. Ion natrium akan masuk ke
dalam sel dan ion Cl- keluar sel. Muatan menjadi lebih positif di dalam sel dan di luar
menjadi negatif, disebut depolarisasi. Jika depolarisasi melewati ambang letup, maka akan
terjadi potensi aksi. Potensial aksi inilah yang disebut impuls. Penambahan alcohol pada
hubungan kedua otot gastrocnemius bertujuan untuk membuktikan bahwa alcohol
menghambat jalannya impulse, sama seperti kegiatan sebelumnya.

KESIMPULAN
1. Perambatan impuls pada sel saraf terjadi sangat cepat yaitu hanya beberapa detik.
2. Kecepatan rambatan impuls dapat dihambat dengan pemberian alkohol.
3. Kecepatan neurotransmitter bergantung pada kalsium.
4. larutan ringer berfungsi untuk mendukung terciptanya keadaan polarisasi (keadaan
dimana sel saraf beristirahat) sebelum diberi rangsangan.
5. Pemberian alkohol menghambat terjadinya pergerakan / kontraksi otot. Hal ini
dikarenakan alkohol bersifat menghambat (inhibitor) terjadinya biolistrik pada otot
katak sehingga kontraksi otot menjadi lebih lambat, begitu juga pada ion-ion
pergerakan (keluar masuk) juga terhambat

DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A. 2004. Biologi. Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga. Djojodibroto, Dr.
R Darmanto. 2009. Respitologi (Pengobatan Saluran Pernapasan). Jakarta: EGC
Penerbit Buku Kedokteran
Seeley, R. R., T.D. Stephens, P. Tate. 2002. Essentials of Anatomy dan Physiology fourth
edition. New York : McGraw-Hill Companies.
PERTANYAAN
1. Apa beda sinapsis yang EPSP (excitatory post sinaps potential) dan IPSP (inhibitory
post sinaps potential) dilihat dari biolistrik neuron post sinaps?
Jawab :
Pada sinaps pembangkit, respon terhadap interaksi reseptor-neurotransmiter
adalah terbukanya saluran Na+ dan K+ pada membran subsinaps sehingga
meningkatkan permeabilitas terhadap dua ion tersebut. Baik gradien konsentrasi
maupun gradien kelistrikan untuk Na+ menyebabkan perpindahan ion ini ke dalam
sel saraf pascasinaps pada potensial istirahat, sedangkan perpindahan K+ ke luar
hanya disebabkan oleh gradien konsentrasinya saja. Sehingga perubahan
permeabilitas mengakibatkan suatu perpindahan simultan:sedikit K+ ke luar sel saraf
pascasinaps dan lebih banyak Na+ masuk. Kejadian ini menghasilkan suatu
kelebihan perpindahan ion positif masuk sel saraf, membuat bagian sebelah dalam
membran kurang negatif daripada saat istirahat, membran sel saraf pascasinaps
mengalami depolarisasi kecil (membran dibangkitkan). Depolarisasi kecil ini
bagaimanapun juga dapat membawa neuron pascasinaps lebih dekat ke potensial
ambang.
Apabila potensial ambang tercapai maka potensial aksi akan terjadi.
Perubahan suatu potensial pascasinaps yang terjadi pada sinaps pembangkit disebut
potensial pascasinaps pembangkit (excitatory postsynaptic potential=EPSP). Pada
sinaps penghambat (sinaps inhibitorik), interaksi antara neurotransmitter dengan
reseptor subsinaps akan meningkatkan permeabilitas membran subsinaps terhadap
K+ dan Cl dengan mengubah konformasi dari masing-masing saluran tersebut.
Dalam kasus ini hasil gerakan ion menyebabkan suatu hiperpolarisasi kecil dari sel
saraf pascasinaps (bagian dalam sel lebih negatif dari saat istirahat). Hiperpolarisasi
kecil ini menggerakkan potensial membran menjauhi potensial ambang, merupakan
pengurangan kemampuan sel saraf pascasinaps itu disebut dihambat, dan
hiperpolarisasi kecil dari sel pascasinaps disebut suatu potensial penghambat
pascasinaps (inhibitory postsynaptic potential=IPSP). Sinapsis pada EPSP
melakukan depolarisasi dan biasanya menambah Na+ atau mengurangi K+ dan
mengakumulasi untuk membuat potensial aksi. Sedangkan, IPSP biasanya ber
hiperpolarisasi dan menambah Cl atau K.

Anda mungkin juga menyukai