dan aktif sehingga kontraksi otot dapat terjadi. Selain itu juga larutan NaCl yang terdiri atas
Na+ dan Cl- merupakan ion elektrik yang beperan dalam membentuk natrium kalium ATPase
yang dapat menjadi sumber energi pada saat kontraksi dengan bantuan arus listrik dari
baterai. Fungsi cairan NaCl dalam perawatan luka yaitu, untuk membersihkan luka, sebagai
cairan infuse, untuk irigasi kulit dan untuk mengatur keseimbangan asam-basa.
Reaksi yang paling kuat pada kontraksi otot adalah dengan menggunakan HCl dan NaCl. Penggunaan zat
ini akan ditangkap oleh kemoreseptor dan dapat ditranduksikan sampai ke sistem saraf katak (Rana sp.),
sehingga respons yang diberikan tampak kuat.
sama seperti pada manusia, system saraf pada katak pun terdiri atas neuron, neuron terdiri
dari satu badan sel, badan sel mengandung satu anak inti besar yang kaya akan RNA (Asam Ribo
Nukleat) dan Sitoplasma yang disebut Neuroplasma. Selain itu terdiri dari dendrit dan akson.
Susunan Sistem Saraf Amphibia terdiri atas Sistem saraf pusat : Sistem saraf pusat
meliputi otak (ensefalon) dan sumsum tulang belakang (Medula spinalis). Sistem Saraf Tepi
Perlakuan ketiga yaitu rangsangan kimia yaitu dengan meneteskan 2 tetes HCl 1%
ke saraf iskhhiaditus sebelah kanan dan kiri, terlihat otot dari gastroknemius
kanan dan kiri tidak menunjukkan respon. Selanjutnya rangsangan kimia
diberikan pada otot gastroknemius kanan terjadi respon yang tidak terlalu kuat
pada otot tersebut, namun tidak ada respon sama sekali pada otot sebelah kiri.
Selanjutnya pada otot gastroknemius kiri terlihat otot gastroknemius kiri
menunjukkan refleks yang tidak begitu kuat juga, sedangkan yang kanan tidak
menunjukkan respon.
Berdasarkan hal tersebut maka hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyebutkan
bahwa sel otot akan menunjukkan respon apabila padanya diberikan rangsangan
lewat saraf atau langsung pada otot. Respon yang ditunjukkan oleh sel otot
umumnya berupa kontraksi otot, sedangkan respon yang pada sel saraf tidak dapat
diamati, sebab berupa proses pembentukan potensial aksi yang kemudian
dirambatkan berupa impuls. Adanya respon sel saraf hanya dapat diamati pada
efektornya (Susilowati dkk, 2000). Impuls saraf merupakan gerakan potensial
listrik yang berlangsung cepat sehingga disebut potensial aksi (Subianto, 1994).
Ketika impuls masuk dalam suatu membran maka beda potensial dari membran
tersebut berubah. Jika impuls yang diberikan melampaui ambang batas maka
impuls saraf tersebut dapat diteruskan sehingga akan memberikan respon berupa
kontraksi otot pada katak. Tidak terjadinya respon pada otot gastroknemius kanan
dan kiri katak ini kemungkinan karena konsentrasi dari HCl yang rendah,
sehingga respon yang diberikan sangat kecil sekali, sehingga tidak terlihat dengan
jelas.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, lintasan impuls saraf dari reseptor sampai
efektor disebut lengkung refleks. Lintasan tersebut adalah sebagai berikut:
reseptor → saraf sensorik → saraf pusat → (otak dan sumsum tulang belakang) →
saraf motorik → efektor. Berdasarkan praktikum tersebut maka saraf pusat yang
mengendalikan refleks adalah sumsum tulang belakang. Karena otak pada katak
tersebut sudah tidak ada. Perlakuan yang diberikan tersebut berpengaruh terhadap
kecepatan respon katak. Karena semakin besar stimulus yang diberikan maka
impulsnya akan semakin besar.
Percobaan selanjutnya yaitu dengan memberikan rangsangan osmotis pada serabut saraf
dengan penambahan NaCl pada bagian luar serabut saraf yang akan meningkatkan terdifusinya
Na ke dalam sitosol serabut saraf. Pada percobaan didapatkan kontraksi otot yang lambat. Hal ini
sama seperti literatur yang membahas bahwa pada rangsangan osmotis kontraksi otot lemah dan
waktunya lambat. Kekuatan kontraksi dan kecepatan waktu kontraksi yang disebabkan oleh ion
Na dari NaCl hanya menghantarkan reseptor ke dalam serabut saraf. Kontraksi dapat terjadi
karena potensial aksi pada membran sel serabut saraf yang dihantarkan sampai ke terminal
akson, sama seperti potensial aksi normal yaitu membuka saluran kalsium, melepaskan
asetilkolin, menciptakan potensial aksi baru di membran sel serabut otot dan di sarkoplasmik
retikulum yang akhirnya akan mengakibatkan kontraksi otot (Campbell et al, 2004).