Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

BIOLISTRIK PADA SISTEM SARAF

NURUL FITRIYANI

3415161266

PENDIDIKAN BIOLOGI A 2016

DOSEN PENGAMPU: DR. Rusdi, M.Biomed.

Asisten : Desty Bulandari

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA


1
2018
BIOLISTRIK PADA SISTEM SARAF
A. TUJUAN
1. Mengetahui perbedaan EPSP dan IPSP
2. Menghitung waktu terjadinya kontraksi perambatan impuls pada bagian femur
katak yang dialiri listrik
3. Mengetahui pengaruh pemberian rangsang berupa aliran listrik pada otot
gastrocnemius katak
4. Mengetahui pengaruh pemberian larutan ringer terhadap kecepatan perambatan
impuls
5. Mengetahui pengaruh pemberian larutan alkohol terhadap kecepatan
perambatan impuls

B. KAJIAN PUSTAKA
Biolistrik adalah energi yang dimiliki setiap manusia yang bersumber dari
ATP (Adenosine Tri Posphate) dimana ATP ini di hasilkan oleh salah satu energi
yang bernama mitchondria melalui proses respirasi sel. Biolistrik juga merupakan
fenomena sel. Sel-sel jaringan tubuh manusia mampu menghasilkan potensial listrik
yang merupakan lapisan tipis muatan positif pada permukaan luar dan lapisan tipis
muatan negative pada permukaan dalam bidang batas/membrane (Carr, 1998). Di
dalam sebuah sel terdapat ion Na+, K+, Cl- dan protein. Pada saat membran sel
istirahat (tidak ada sinyal listrik) muatan di dalam sel lebih negative daripada di luar
sel. Jika terdapat rangsangan maka ion Na+ akan masuk dari luar menuju dalam sel
dan membrane sel berada dalam keadaan depolarisasi (Guyton, 2005)

Terjadinya depolarisasi sel membrane secara tiba-tiba disebut potensial aksi.


Kemampuan sel syaraf (neurons) menghantarkan isyarat biolistrik sangat penting.
Transmisi sinyal biolistrik (TSB) mempunyai sebuah alat yang dinamakan Dendries
yang berfungsi mentransmsikan isyarat dari sensor ke neuron. Stimulus untuk
mentringer neuron dapat berupa tekanan, perubahaan temperature, dan isyarat listrik
dari neuron lain. Aktifitasi biolistrik pada suatu otot dapat menyebar ke seluruh
tubuh seperti gelombang pada permukaan air. Pengamatan pulsa listrik tersebut dapat

2
dilakukan dengan memasang beberapa elektroda pada permukaan kulit. Biolistrik
juga terjadi di dalam organ jantung(Sherwood, 2011).

Listrik yang dihasilkan di dalam tubuh berfungsi untuk mengendalikan dan


mengoperasikan saraf, otot, dan berbagai organ. Pada dasarnya, semua fungsi dan
aktivitas tubuh sedikit banyak melibatkan listrik. Gaya-gaya yang ditimbulkan oleh
otot disebabkan oleh tarik-menarik antara muatan listrik yang berbeda. Kerja otak
pada dasarnya bersifat elektrik. Semua sinyal saraf dari dan ke otak melibatkan aliran
arus listrik (Ganong, 2003).

Sistem saraf berperan penting pada hampir semua fungsi tubuh. Otak, yang
pada dasarnya adalah suatu komputer sentral, menerima sinyal internal dan eksternal
dan (biasanya) menghasilkan respons yang sesuai. Informasi disalurkan sebagai
sinyal listrik di sepanjang saraf-saraf. Sistem komunikasi yang efisien ini dapat
menangani jutaan informasi pada saat yang sama (Halwatiah, 2009)

Di permukaan (atau membran) setiap neuron, terdapat beda potensial listrik


(voltase) akibat muatan negatif neto di permukaan dalam membran dan muatan
positif neto di permukaan luar. Muatan neto adalah hasil dari interaksi rumit antara
ion-ion negatif dan positif. Neuron dikatakan mengalami polarisasi. Bagian dalam sel
biasanya lebih negatif 60 sampai 90 mV daripada bagian luar. Beda potensial ini
disebut potensial istirahat neuron. Saat neuron mengalami stimulasi, terjadi
perubahan besar sesaat pada potensial istirahat di titik stimulasi. Perubahan potensial
ini, yang disebut potensial aksi, menjalar di sepanjang akson. Penjalaran suatu
potensial aksi merupakan metode utama penyaluran sinyal di dalam tubuh. Stimulasi
dapat disebabkan oleh berbagai rangsangan fisik dan kimia, misalnya panas, dingin,
sinar, suara, dan bau. Apabila stimulasinya bersifat listrik, hanya diperlukan
perubahan 20 mV di membran untuk memicu potensial aks (Pearce, 2005)

3
C. METODOLOGI
a. Alat
Penusuk katak, statif, pinset,beker glass, 50 ml (2 buah), papan bedah
b. Bahan
Rana tigrina, asam cuka.

c. Cara Kerja
1. Mengukur Kecepatan Perambatan Impuls
Dibedah kullit kaki belakang, dan kulit di bagian badan katak. Dibedah
bagian perut (diusahakan tidak memotong vena abdominalis di bagian tengah
perut)

Dibuka rongga perut bagian dorsal, maka akan terlihat serabut saraf yang
mempersarafi tungkai depandan tungkai belakang

Bila sudah ditemukan, diberi rangsangan listrik dengan menghubungkan pada


kutub postif dan negatif baterai pada dua saraf yang berbeda. Amati dan
hitung waktu terjadinya tanggapan (kontraksi)

Dilakukan pemblokiran padaserabut saraf dengan memberikan alkohol 70%.


DIamati dan dihitung waktu terjadinya tanggapan dan jarak antara
oerangsangan dan efektor yang bergerak

2. Perambatan Impuls

Diisolai serabut saraf yang mempersarafi otot gastrocnemius bersama dengan


otot tersebut dari sepasang kaki katak. Selanjutnya, letakkan kedua preparat
tersebt dan sambungkan serabut saraf dari preparat ke 1 otot preparat ke 2
pada kaca arloji

Dibasahi preparat saraf dan otot tersebut dengan larutan Ringer. Dilakukan
perangsangan dengan listrik dengan menempelkan kabel pada kedua ujung
dari preparat tersebut. Diteteskan larutan Ringer.

Diamati waktu terjadinya kontraksi

4
D. HASIL PENGAMATAN
1. Perambatan Impuls
Jumlah Kontraksi dalam 1
Keadaan Saraf
menit
Normal 11 kali
Ditetesi Larutan 13 kali
Ringer +alkohol

E. PEMBAHASAN

1 otot gastrocnemius 1 otot gastrocnemius disambung

Praktikum dilakukan dengan cara membedah kullit kaki belakang, dan kulit di
bagian badan katak, lalu diisolasi serabut saraf yang mempersarafi otot gastrocnemius
bersama dengan otot tersebut dari sepasang kaki katak. Selanjutnya, letakkan kedua
preparat tersebt dan sambungkan serabut saraf dari preparat ke 1 otot preparat ke 2
pada kaca arloji dan dilakukan perangsangan dengan listrik dengan menempelkan
kabel pada kedua ujung dari preparat tersebut dan diamati waktu terjadinya kontraksi.
Selain itu, waktu kontraksi juga diamati setelah praparat ditetesi dengan larutan
Ringer. Hasil yang diperoleh yaitu pada keadaan normal terjadi kontraksi sebanyak 11
kali selama 1 menit sedangkan setelah ditetesi Ringer+alkohol terjadi kontraksi
sebanyak 13 kali.
Otot rangka merupakan salah satu jaringan tubuh yang mempunyai kelistrikan
yang diperankan oleh ion-ion intrasel dan ekstrasel. Rangsangan listrik mengakibatkan
perubahan potensial membran istirahat yang ditandai dengan ion natrium masuk ke
intrasel otot(depolarisasi). Proses depolarisasi akan diikuti oleh proses repolarisasi
yang ditandai dengan keluarnya ion kalium ke ekstrasel otot.

5
Mekanisme molekuler kontraksi dan relaksasi otot rangka akibat sengatan
listrik adalah sebagai berikut: (Syamsun, 2010). Proses dimulai dari pelepasan
neurotransmiter asetilkolin oleh ujung saraf, kemudian asetilkolin akan ditangkap oleh
reseptor asetilkolin pada sarkolema otot. Hal ini mengakibatkan timbulnya potensial
aksi sepanjang sarkolemna hingga ke tubulus. Potensial aksi tersebut merangsang ion
kalsium untuk dilepaskan dari retikulum endoplasma. Ion kalsium berikatan dengan
troponin sehingga merubah formasi troponin-tropomiosin yang membuka tempat aktif
filamen aktin. Bagian aktif aktin akan berikatan dengan jembatan penyeberangan
filamen miosin. Ikatan antara kepala jembatan penyeberangan dan bagian aktif filamen
aktin menyebabkan perubahan kedudukan kepala, yaitu kepala miring ke arah lengan
jembatan penyeberangan. Kedudukan ini memberikan power strokeuntuk menarik
filamen aktin. Energi yang mengaktifkan power stroke adalah energi yang disimpan
oleh perubahan bentuk pada kepala bila molekul ATP telah dipecah sebelumnya.
Sekali jembatan penyeberangan itu miring, keadaan ini menyebabkan pelepasan ADP
dan Pi yang sebelumnya melekat pada kepala. Pada tempat pelepasan ADP, terikat
molekul ATP yang baru. Ikatan ini kemudian menyebabkan terlepasnya kepala dari
aktin. Setelah kepala terpisah dari aktin, sebuah molekul ATP yang baru dipecah
untuk memulai siklus baru yang menimbulkan power stroke, artinya energi sekali lagi
menopang agar kepala kembali ke kedudukan tegak lurusnya dan siap untuk memulai
siklus power stroke yang baru.
Larutan ringer adalah larutan steril kalsium klorida, Natrium klorida, dan
natrium laktat. Pemberian ringer ini kemungkinan bertujuan untuk memperlancar
aliran listrik. Seperti yang kita ketahui, adanya impuls erat kaitannya dengan peristiwa
depolarisasi dan polarisasi. Pada saat sel saraf dalam istirahat, ion positif Na+ lebih
banyak di luar sel dan ion negative seperti CL- berada di dalam sel. Keadaan ini
disebut polarisasi, muatan ion di luar sellebih positif dan dalam sel lebih negative.
Penambahan ringer mendukung terjadinya keadaan ini.
Pada saat penambahan alkohol seharunya kontaksi menjadi melambat hal ini
karena adanya alcohol ini meningkatkan efek neurotransmitter GABA. GABA
(Gamma Amino Butiric Acid) merupakan neurotransmitter inhibitor, artinya akan
menghalangi penghantaran impuls di serabut saraf.GABA akan membuka gerbang ion
chlorine yang bermuatan negative sehingga serabut saraf akan bermuatan sangat
negative. Dengan begitu impuls sulit untuk dihantarkan melalui serabut saraf.

6
Meningkatnya GABA ini menyebabkan menurunnya kecepatan perambatan impulse
(Seeley, 2003). Akan tetapi pada praktikum ini justru jumlah kontaksi semakin
banyak, kemungkinan disebabkan karena jumlah tetesan alkohol yang digunakan
terlalu sedikit sehingga tidak memberikan efek yang maksimal.

7
F. PERTANYAAN
Apa beda sinapsis yang EPSP dan IPSP dilihat dari biolistrik di neuron post sinaps ?
Jawab:
EPSP disebabkan depolarisasi membran sel postsinaptik yang terletak tepat di
bawah tonjolan sinaptik aktif akibat dari penghantaran impuls oleh neurotransmitter
asetilkolin sedangkan IPSP neurotransmitter yang bekerja adalah GABA (Gamma
Amino Butiric Acid) merupakan neurotransmitter inhibitor, artinya akan menghalangi
penghantaran impuls di serabut saraf.GABA akan membuka gerbang ion chlorine
yang bermuatan negative sehingga serabut saraf akan bermuatan sangat negative.
Dengan begitu impuls sulit untuk dihantarkan melalui serabut saraf..

8
G. KESIMPULAN

1. EPSP disebabkan depolarisasi membran sel postsinaptik yang terletak tepat di


bawah tonjolan sinaptik aktif akibat dari penghantaran impuls oleh
neurotransmitter asetilkolin sedangkan IPSP neurotransmitter yang bekerja
adalah GABA (Gamma Amino Butiric Acid) merupakan neurotransmitter
inhibitor, artinya akan menghalangi penghantaran impuls di serabut saraf
dengan begitu impuls sulit untuk dihantarkan melalui serabut saraf.
2. Stelah diberi rangsangan berupa arus listrik dari baterai pada keadaan normal
terjadi kontraksi sebanyak 11 kali selama 1 menit sedangkan setelah ditetesi
Ringer+alkohol terjadi kontraksi sebanyak 13 kali.
3. Pada saat penambahan alkohol kontaksi menjadi melambat hal ini karena
adanya alcohol ini meningkatkan efek neurotransmitter GABA. GABA
(Gamma Amino Butiric Acid) merupakan neurotransmitter inhibitor.
4. Pemberian ringer ini kemungkinan bertujuan untuk memperlancar aliran listrik
karena larutan ringer mengandung kalsium klorida, Natrium klorida, dan
natrium laktat.
5. Rangsangan listrik mengakibatkan perubahan potensial membran istirahat yang
ditandai dengan ion natrium masuk ke intrasel otot(depolarisasi). Proses
depolarisasi akan diikuti oleh proses repolarisasi yang ditandai dengan
keluarnya ion kalium ke ekstrasel otot yang menyebabkan otot berkontraksi.

9
H. DAFTAR PUSTAKA
Ganong, W. F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (20 ed.). Jakarta: EGC.
Guyton. 2005. Textbook of Medical Physiology Volume 9. Department of Physiology
and Biophysics University of Mississippi Medical Center Jackson, Mississippi
Halwatiah. 2009. Fisiologi. Makassar: Alauddin press.
Pearce, Evelin. C. 2005. Anatomi dan Fisiologi untuk Para Medis. Jakarta:PT.
Gramedia
Seeley, R.R., T.D. Stephens, P. Tate. 2003. Essentials of Anatomy and Physiology
fourth edition. McGraw-Hill Companies. New York
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC
Syamsun, Arfi. 2010. Efek Paparan Arus Listrik terhadap Jumlah Titik
Hiperkontraksi Otot Gastrocnemius dan Kadar Kreatin Kinase Serum Tikus
Wistar. Progam Pascasarjana Magister Ilmu Biomedi Dan Program Pendidikan
Dokter Spesialis I Ilmu Kedokteran Forensik Dan Medikolegal.
Semarang:Universitas Diponegoro.

10

Anda mungkin juga menyukai