Anda di halaman 1dari 28

DASAR TEORI

1. impuls saraf dan kontraksi otot


impuls saraf merambat dari dendrit sampai ujung akson. Setiap yang kekuatannya mencapai
harga ambang yang menimbulkan potensial aksi yang akan merambat sepanjang akson dan
ini disebut impuls saraf. Pada ujung akson, pada motor-end-plate, impuls saraf ini
menyebabkan sekresi asetilkolin yang ditangkap oleh reseptor, yang terletak pada serabut
otot. Reaksi asetilkon-reseptor ini menimbulkan potensial aksi pada serabut otot yang akan
menjalar berupa impuls otot melalui tubulus T yang nantinya akan sampai pada sisterne
reticulum sarkoplasma, dan menstimulasi pengeluaran Ca++. Peningkatan kadar ion
Ca++ bebas intra sel yang berasal dari reticulum sarkoplasma ini diperlukan untuk
berlangsungnya kontraksi otot rangka, demikian pula energy dari ATP yang dihidrolisa oleh
ATP-ase. Setelah kontraksi selesai ion kalsium harus dipompa kembali kedalam sisterne
secara aaktif yang juga memerlukan energi dari ATP.
2. Mekanisme kerja alat perangsang
a) pinset galvanis
kaki-kaki pinset galvanis terdiri dari tembaga (Cu) dan seng (Zn). Menurur deret volt antara
keduanya terdapat perbedaan potensial, yang apabila dihubungkan melalui sesuatu larutan
elektrolit akan terjadi arus listrik. Cu merupakan kutub positif dan Zn kutub negative.
1.2.TUJUAN
Praktikum ini bertujuan untuk melatih mahasiswa agar terampil dan mahir untuk :
1. mematikan katak untuk diambil bagian tubuhnya.
2. Membuat sendiaan otot saraf.
3. Mengenal berbagai macam rangsang dan sifatnya terhadap sediaan otot saraf.
4. Menentukan masa laten, masa kontraksi, dan masa relaksasi suatu kontraksi sederhana
pada otot skelet.

1.2.

BAHAN DAN ALAT

1. Katak air (fejervarya cancrivora)


2. sonde
3. papan katak
4. jarum pentul

5. alat diseksi
6. gunting
7. larutan garam faali : NaCL 0.65%
8. gelas arloji
9. pinset galvanis
10. Stimulator elektronik
11. Kristal garam dapur atau gliserin
12. Cuka glacial
13. Gelas pengaduk
14. Korek api.
BAB 2
2.1.

METODE KERJA

1. mematikan katak untuk keperluan percobaan


tujuan : memperlakukan hewan percobaan dengan menimbulkan sakit seminimal mungkin
agar katak tidak merasakan sakit, otaknya dirusak dan agr tidak meronta selama perlakuan,
sumsum punggungnya dirusak.
a) Pegang katak dengan memegang kepala katak dengan dengan menempatkan kepala
katak tersebut antara telunjuk dan jari tengah, fiksir katak dengan ketiga jari lainnya. Lalu
bengkokkan kepalanya.
b) Tusuk otak katak dengan sonde yang tajam pada foramen oksipitalenya ( pada sudut
medial antara garis tulang kepala dengan garis tulang punggung)
c) Dorong sonde kira-kira sedalam 0.5 cm dan putar kekiri dan ke kanan kemudian ke atas
dan ke bawah, maju mundur untuk merusak bagian otak katak.
d) Lihat mata hewan percobaan, bila setengah menutup dan tidaka ada reaksi lagi
terhadap sentuhan, perusakan dihentikan.
e) Sekarang masukan sonde ke sumsum tulang belakang melalui bekas tusuka tadi untuk
merusak sumsum punggung. Pastikan bahwa sonde masuk kedalam rongga sumsum
punggung, dan tusukan sonde ejauh mungkin sehingga seluruh sumsum punggung sudah
rusak. Perhatikan kaki katak yang meronta-ronta sewaktu sonde ditusukan sebagai tanda
medula spinalis tertusuk.

f) Lepaskan sonde, kaki-kaki katak menjadi lemas. Jika katak masih bergerak-gerak berarti
perusakan smusum tulang punggung belum sempurna. Jika pengrusakan sudah sempurna
baru lakukan prosedur berikut nya. Gunakan katak ini untuk membuat sediaan katak saraf

.
2. Membuat sedian otot saraf (atau disebut juga preprat saraf otot)
a) Letakan katak yang telah dimatikan tadi di atas papan katak dalam posisi telungkup, dan
fiksir dengan mengunakan jarum pentul.
b) Dengan menggunakan scalpel, sayat fasica antara m. Biceps
femoris denganm.semimembranosus. kuakan kedua otot tersebut sampai n.ishiadicus dan a.
Femoralis nampak jelas terlihat.
c) Telusuri n.ishiadicus ke bagian atas sambil mengunting otot-otot di sebelah atasnya.
d) Telusuri terus saraf ini sampai ke daerah punggung kemudian potong tulang di lateral
perut dengan gunting.
e) Buka kulit dan otot perut kemudian singkirkan jeroan.
f) Sambil tetap mengikuti dan mengamati n. Ishiadicus potonglah pinggul supaya lebih
mudah mengisolasi n. Ishiadicus sampai dibagian paha.
g) Ikatlah n. Ishidicus dengan benang pada bagian ujung di tempat keluarnya dari sumsum
punggung. Untuk isolasi selanjutnya peganglah benang.jangan memegang sarafnya karena
ini bisa merusak saraf tersebut.
h) Potonglah n. Ishiadicus di bagian atas ikatan benang dan bersihkan saraf tersebur dari
otot.
i)

Kupas kulit kaki dan paha dengan cara menarik dari atas kebawah.

j) Potonglan tendo Achilles untuk mengislasi m. Gastrocnemius, kemudian potong sekitar


bagian os femur biceps.
k) Menemukan otot-otot saraf yang terdiri atas bagian os femur, n. Ishiadicus, dan
bagian biceps.
2.2. HASIL
Macam rangsang

Kontraksi

waktu

besar

Mekanis

Cepat, 5 detik

++

Galvanis

Sangat Cepat, 2 detik

+++

Osmosis

Lambat, 1 menit

Suhu

Tidak bereaksi

Kimia

Lambat, 1 menit

Faradis

Sangat Cepat, 2 detik

+++

Keterangan :
+

: rangsangannya lambat dan besarannya sedikit

++

: rangsangannya cepat dan besarannya banyak

+++

: rangsangannya sangat cepat dan besarannya sangat banyak

2.3.

PEMBAHASAN

Pada katak yang tidak dirusak bagian saraf tepinya, ternyata otot katak masih dapat
berkontraksi.
a. rangsangan mekanis yang diberikan dengan cara menjepit pangkaln.ishiadicus dengan
pinset, sifat kontraksi otot nya kuat (++).
b. rangsangan osmotis dan rangsangan kimiawi, sifat kontraksi ototnya lemah (+).
Rangsangan osmotis adalah rangsangan yang diberikan dengan cara menempelkan garam
dapur pada pangkal saraf. rangsangan kimiawi yang diberikan dengan cara menempelkan
pangkal saraf pusat dengan kapas yang telah diberikan asam cuka.
c. rangsangan panas yang diberikan dengan cara menempelkan gelas pengaduk yang telah
di panaskan pada pangkal saraf, kontraksi otot yang diberikan tidak ada.
d. ransangan galvanis yang diberikan dengan cara menempelkan pinset galvanis pada saraf
kontraksi yang diberikan sangat kuat(+++).
e. rangsangan faradis yang diberikan dengan rangsangan tunggal dengan elektroda
dari suatu induktorium atau stimulator kontraksi yang diberikan sanagat kuat kuat(+++), hal
tersebut terjadi karena impulsyang diberikan sangat kuat.
1.3.

Kesimpulan

Untuk mengontrol dan mengatur kerja system, organ tubuh memiliki suatu system yang
dikenal sebagai system koordinasi atau system syaraf.
Pada umumnya system syaraf mengatur aktivitas alat-alat tubuh yang mengalami
perubahan cepat seperti pergerakan pada otot. system syaraf akan menimbulkan tanggapan
terhadap rangsangan yang diterima.
Dimana gerakan refleks terjadi tanpa disadari terhadap stimulus
Pemberian Obat pada Hewan Coba
Pendahuluan
Obat adalah zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup, maka obat sering
digunakan untuk pencegahan, diagnosis dan pengobatan penyakit. Pemberian obat
dapat diberikan secara peroral, parenteral, perinhalasi, perektal, dan topical.
Pemberiannya tergantung pada jenis obat dan jenis penyakit yang diobati.
Pemilihan hewan coba harus diketahui sifat-sifat hewan coba maupun cara
penanganannya
serta cara pemberian obat. Seorang dokter hewan harus memiliki kemampuan dalam
hal cara pemberian obat yang baik sesuai dengan jenis hewan coba tersebut.
Katak merupakan hewan percobaan yang
jarang digunakan dalam penelitian-penelitian farmakologik, namun dalam
praktikum untuk mahasiswa di laboratorium, katak memiliki peran yang penting,
antara lain karena harga katak relatif murah dibandingkan dengan hewan-hewan
percobaan lainnya. Meskipun susunan syaraf katak lebih sederhana dibandingkan
dengan mamalia, tetapi prinsip-prinsip dasar susunan syaraf pusat dapat
dipelajari dengan menggunakan katak. Seperti halnya pada hewan berderajat
tinggi, susunan syaraf pusat katak dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu
prosensepalon, mesensefalon, rombesefalon, dan medulla spinalis. Lebih lanjut
prosensefalon dapat dibagi lagi menjadi dua, yaitu telensefalon dan
diensefalon. Telensefalon setelah masa embriona akan
berubah menjadi serebrum. Daerah serebrum merubah pangkal dari saraf otak I
(nervus olfaktorius) dan saraf otot II (nervus optikus). Bagian kulit serebrum
(kortek serebri) terdiri atas berpuluh-puluh area dengan fungsi yang
berbeda-beda, antara lain sebagai pusat sensorik, pusat motorik, pusat
asosiasi, pusat kesadaran, pusat penerimaan ransang penglihatan, pusat
pengaturan tingkah laku dan pada hewan yang berderajat lebih tinggi, juga
merupakan pusat reflek bersyarat. Bagian otak lain berkembang menjadi
serebellum, medula oblongata dan medula spinalis. Serebellum merupakan otak
pengendali keseimbangan tubuh serta gerakan tubuh. Medulla oblongata mengatur
pusar syaraf otonom berupa kendali pernafasan, mengatur sistem

kardiovaskular, fungsi gastrointerstinal, mengatur gerakan tubuh yang stereo


tipi, keseimbnagan dan gerakan mata, serta medulla spinalis yang terletak memanjang
disepanjang
tulang belakang memegang kendali reflek tubuh.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan
untuk mengetahui dan mempelajari tata cara pemberian obat pada hewan
laboratorium. Serta mengetahui fungsi cerebellum, cerebrum dan medulla
oblongata terhadap fungsi fisologis pada tubuh.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sonde, papan
katak, lap, dan spoid. Sedangkan bahan yang digunakan adalah katak, tikus,
mencit, kelinci, HCl, alcohol 70%, NaCl, dan aquades.

Metode
Percobaan katak
normal dilakukan dengan meletakkan katak secara bebas diatas meja atau tempat
yang luas, dan diberi beberapa perlakuan
kemudian dicatat. Adapun perlakuan yang dilakukan adalah mengamati posisi
duduk; frekuensi denyut jantung dan nafas dihitung; katak dibalikkan dan
diperhatikan geraknya ke posisi semula; gerakan spontan seperti melompat dan
besar ransangan reaksi; cara katak berenang; melihat reaksi katak dengan cara
diletakkan di atas papan katak dan dimiringkan ke kiri, kanan, keatas dan
kebawah; melihat reaksi sakit dengna menusuk selaput kaki katak dengan sonde
dan ditetesi asam encer. semua perubahan reaksi katak diperhatikan dan dicatat.
Penekanan fungsi susunan saraf pusat katak secara mekanis dilakukan dengan merusak
bagian-bagian otak dan
pusat saraf yang bekerja. pertama cerebrum dirusak dengan menusuk jarum ke tengah
bagian tepat
dibelakang mata (deserebrasi). Biarkan selama 10 menit kemudian lakukan
pengamatan seperti pada katakk normal. Perusakan oblongata dilakukan dengan
menusuk kepala dengan jarum penusuk mulai dari foramen
magnum ke semua bagian cranialnya.
Tunggu beberapa menit kemudian lakukan perlakuan seperti pada katak normal. Perusakan
medulla spinalis dapat dilakukan dengan menusukkan jarum
penusuk dari foramen magnum ke caudal. Beri perlakuan seperti pada katak normal dan

perhatikan perbedaan hasil pengamatan setelah perusakan dengan hasil pada katak normal
untuk menentukan pusat-pusat apa yang dirusak serta fungsi apa aja yang
ditekan.
Hasil
Tabel 1. Pengaruh
aktifitas katak terhadap perusakan SSP
Aktivitas katak

Normal

Sesudah
perusakan
serebrum
(deserebrasi)

Sesudah perusakan
medulla oblongata,
lobus optikus, dan
serebellum

Sesudah
perusakan
medulla spinalis
(spinalis)

Kesadaran

++

++

**

Gerakan spontan

++

**

Posisi waktu
istirahat

30

15

**

Frekuensi jantung

72x/menit

76x/menit

72x/menit

**

Frekuensi
pernapasan

64x/menit

8x/menit

1x/menit

**

Keseimbangan

++

**

Reaksi terhadap
asam

10 s

**

Tonus otot

++

**

Refleks-refleks

++

**

Lain-lain
(berenang)

++

**

keterangan:
++ : baik
+ : kurang baik
** : mati
Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikum, katak deserebrasi masih memiliki


tingkat kesadaran yang baik dan menurun kesadarannya ketika sereberumnya
dirusak. Kesadaran sudah hilang pada katak spinalis. Menurut (Thomas, 2002 ),
serebrum bertanggung jawab dalam proses belajar, kecerdasan, kesadaran, dll.
Hasil praktikum ini kurang sesuai karena pada serebrum yang dirusak,
kesadarannya masih baik. Namun, pada
serebellumnya yang dirusak, kesadarannya menurun. Hal ini berbalik dengan
pernyataan literatur tersebut yang mungkin disebabkan karena kerusakan serebrum
pada tahap parsial sehingga kesadaran masih baik. Kemungkinan terjadinya
kerusakan serebrum secara parsial karena metode praktikum yang digunakan tidak
dapat melakukan perusakkan serebrum secara total.
Gerakan spontan kurang baik pada katak deserebrasi dan
menghilang pada pengrusakan serebellum dan katak spinalis. Menurut literatur,
diencephalon berfungsi untuk menyambung
sensori ke kortex, berperan dalam saraf otonom dan sekresi hormon dari pituitary
gland. Dengan kata lain,
hasil praktikum tersebut sejalan dengan literatur karena gerakan spontan makin
menurun ketika medulla oblongata dan medulla spinalis dirusak.
Pada aktivitas posisit waku istirahat
katak, katak normal menunjukkan posisi 30. Namun, posisi tersebut menurun
menjadi 15 dan 5 pada katak yang dirusak serebellumnya. Menurut literatur
(Thomas, 2002), serebellum merupakan komponen otak terbesar kedua dan berperan
untuk mengkoordinasi pergerakan, keseimbangan, postur/posisi tubuh, dan refleks
kompleks. Hal tersebut sejalan dengan hasil praktikum yang didapat.
Frekuensi jantung katak meningkat saat
setelah perusakan serebrum dari 72x/menit menjadi 76x/menit dan kembali menjadi
72x/menit setelah dirusak serebellumnya. Frekuensi jantung pada katak tampak
tidak menunjukkan pengaruh dari perusakan serebrum maupun serebellum
dikarenakan jantung dikontrol oleh saraf otonom. Apapun peningkatan frekuensi
pada perusakan serebrum mungkin disebabkan hewan stress.
Pusat pengaturan frekuensi nafas
terletak di medula oblongata (Guyton, 1995). pada praktikum ini terlihat hasil
yang tidak sesuai dengan teori yang ada karena pada katak deserebrasi frekuensi
nafas telah mengalami penurunan menjadi 6x/menit dan menjadi 1x/menit setelah
perusakan serebellum dan medula oblongata. Hal ini mungkin disebabkan ketika
merusak serebrum, medula oblongata ikut mengalami kerusakan dan mempengaruhi
pernafasan

Pusat keseimbangan terdapat di vestibuloserebellum


bersama batang otak dan medulla spinalis (Guyton, 1995). Hasil pengamatan
menunjukkan keseimbangan tereliminasi setelah kerusakan serebrum. Kemungkinan
yang bisa terjadi adalah dalam proses kerusakan serebrum diikuti juga kerusakan
serebellum sehingga kesadaran hilang.
Pusat rasa nyeri terdapat pada korteks
serebri (Guyton, 1995). Hasil pengamatan menunjukkan sesuai dengan teori karena
katak deserebrasi memperlihatkan tidak ada rasa nyeri. Rasa nyeri ditunjukkan
melalui respons mengangkat kaki setelah kaki dicelupkan dalam larutan asam
selama beberapa detik.
Pusat tonus otot pada medulla
spinalis. Fakta hasil pengamatan menunjukkan ketidaksesuaian dengan teori.
Tonus otot hilang pada katak deserebrasi. Kemungkinan yang terjadi hingga
menyebabkan penyimpangan dari teori adalah kerusakan medulla spinalis terjadi
dalam deserebrasi katak.
Pusat gerakan spontan berada di
serebrum karena perlu adanya memori terhadap suatu aktivitas untuk melakukan
gerakan spontan. Dalam praktikum gerakan spontan tidak ada lagi karena serebrum
hilang. Sementara itu refleks lain diatur oleh medulla spinalis. Setelah
spinalis rusak maka refleks tersebut hilang.

Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pengamatan, disimpulkan bahwa fungsi serebrum adalah kesadaran, gerakan
spontan, posisi istirahat, rasa nyeri. Fungsi medulla oblongata adalah
pengendali pernafasan. Serebellum berperan dalam keseimbangan. Medulla spinalis
berperan dalam refleks dan tonus otot. Pengendalian denyut jantung dipengaruhi
oleh pacemaker.

Daftar Pustaka
Colville, Thomas dan joanna MB. 2002. Clinical
Anatomy & Physiology For Veterinaty Technicians. USA: Mosby.
Ganong,
F.William. 1995. Buku ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi II. Jakarta : EGC. Penerjemah H. M

Djuahari Wdjokusumah.
Terjemahan dari review off Medical Physiology.
Guyton,
Arthur C. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC. Penerjemah Ken Ariata
Tengadi. Terjemahan dari Textbook
of Medical Physiology.
PENDAHULUAN
1.1. Tujuan
1. Mempelajari cara mematikan seekor katak
2. Membuat preparat otot saraf
3. Mengamati respon otot saraf terhadap berbagai macam rangsang.
1.2. Dasar Teori
Otot merupakan alat gerak aktif. Pada umumnya hewan mempunyai kemampuan untuk
bergerak. Gerakan tersebut disebabkan karena kerja sama antara otot dan tulang. Tulang
tidak dapat berfungsi sebagai alat gerak jika tidak digerakan oleh otot. Otot mampu
menggerakan tulang karena mempunyai kemampuan berkontraksi. Kerangka manusia
merupakan kerangka dalam, yang tersusun dari tulang keras (osteon) dan tulang rawan
(kartilago) (Anonym a, 2009).
Otot merupakan suatu organ/alat yang dapat bergerak ini adalah suatu penting bagi
organisme. Gerak sel terjadi karena sitoplasma merubah bentuk (lihat pergerakan amuba).
Pada sel-sel sitoplasma ini merupakan beneng-benang halus yang panjang disebut miofibril.
Kalau sel otot yang mendapatkan ransangan maka miofibril akan memendek, dengan kata
lain sel otot akan memendekkan dirinya ke arah tetentu (berkontraksi) (Anonym b, 2009 ).
Pada hakekatnya potensial listrik terdapat pada semua membran sel tubuh, dan beberapa
sel, seperti sel saraf dan otot, adalah peka- yaitu mampu membentuk sendiri impuls
elektrokimia sepanjang membrannya dan pada beberapa kasus penggunaan impuls ini
menghantarkan isyarat sepanjang membran ini. Pada jenis sel lainnya, seperti sel kelenjar ,
makrofag, dan sel bersilia, perubahan potensial membran memegang peranan bermakna
dalam mengawasi banyak fungsi sel.
Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf (neuron) dan sel-sel penyokong (neuroglia dan Sel
Schwann). Kedua sel tersebut demikian erat berikatan dan terintegrasi satu sama lain
sehingga bersama-sama berfungsi sebagai satu unit. Sistem saraf dibagi menjadi sistem
saraf pusat (SSP) dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan medula
spinalis. Sistem saraf tepi terdiri dari neuron aferen dan eferen sistem saraf somatis dan
neuron sistem saraf autonom (viseral).

Otak dibagi menjadi telensefalon, diensefalon, mesensefalon, metensefalon, dan


mielensefalon. Medula spinalis merupakan suatu struktur lanjutan tunggal yang memanjang
dari medula oblongata melalui foramen magnum dan terus ke bawah melalui kolumna
vertebralis sampai setinggi vertebra lumbal 1-2. Secara anatomis sistem saraf tepi dibagi
menjadi 31 pasang saraf spinal dan 12 pasang saraf kranial. Suplai darah pada sistem saraf
pusat dijamin oleh dua pasang arteria yaitu arteria vertebralis dan arteria karotis interna,
yang cabang-cabangnya akan beranastomose membentuk sirkulus arteriosus serebri Wilisi.
Aliran venanya melalui sinus dura matris dan kembali ke sirkulasi umum melalui vena
jugularis interna. (Wilson. 2005, Budianto. 2005, Guyton. 1997).
Membran plasma dan selubung sel membentuk membran semipermeabel yang
memungkinkan difusi ion-ion tertentu melalui membran ini, tetapi menghambat ion lainnya.
Dalam keadaan istirahat (keadaan tidak terstimulasi), ion-ion K+ berdifusi dari sitoplasma
menuju cairan jaringan melalui membran plasma. Permeabilitas membran terhadap ion
K+jauh lebih besar daripada permeabilitas terhadap Na+ sehingga aliran keluar (efluks) pasif
ion K+ jauh lebih besar daripada aliran masuk (influks) Na+. Keadaan ini memngakibatkan
perbedaan potensial tetap sekitar -80 mV yang dapat diukur di sepanjang membran plasma
karena bagian dalam membran lebih negatif daripada bagian luar
Sistem Kerja Saraf
Potensial ini dikenal sebagai potensial istirahat (resting potential). (Snell. 2007). Bila sel saraf
dirangsang oleh listrik, mekanik, atau zat kimia, terjadi perubahan yang cepat pada
permeabilitas membran terhadap ion Na+ dan ion Na+ berdifusi melalui membran plasma
dari jaringan ke sitoplasma. Keadaan tersebut menyebabkan membran mengalami
depolarisasi. Influks cepat ion Na+ yang diikuti oleh perubahan polaritas disebut potensial
aksi, besarnya sekitar +40 mV. Potensial aksi ini sangat singkat karena hanya berlangsung
selama sekitar 5msec. Peningkatan permeabilitas membran terhadap ion Na+ segera
menghilang dan diikuti oleh peningkatan permeabilitas terhadap ion K+ sehingga ion K+mulai
mengalir dari sitoplasma sel dan mengmbalikan potensial area sel setempat ke potensial
istirahat. Potensial aksi akan menyebar dan dihantarkan sebagai impuls saraf. Begitu impuls
menyebar di daerah plasma membran tertentu potensial aksi lain tidak dapat segera
dibangkitkan. Durasi keadaan yang tidak dapat dirangsang ini disebut periode refrakter.
Stimulus inhibisi diperkirakan menimbulkan efek dengan menyebabkan influks ion Clmelalui membran plasma ke dalam neuron sehingga menimbulkan hiperpolarisasi dan
mengurangi eksitasi sel. (Snell. 2007)
Pemberian nama otot rangka disebabkan karena otot ini menempel pada sistem rangka
(Seeley, 2002). Berdasarkan Tobin (2005), otot terdiri atas bundel-bundel sel otot. Setiap
bundel berada di dalam lembaran jaringan ikat yang membawa pembuluh darah dan saraf
yang mensuplai kebutuhan otot tersebut. Di setiap ujung otot, lapisan luar dan dalam dari
jaringan ikat bersatu menjadi tendon yang biasanya menempel pada tulang. Otot rangka
memiliki empat karakteristik fungsional sebagai berikut:

1.

Kontraktilitas; kemampuan untuk memendek karena adanya gaya

2.

Eksitabilitas; kapasitas otot untuk merespons sebuah rangsang

3.

Ekstensibilitas; kemampuan otot untuk memanjang

4. Elastisitas; kemampuan otot untuk kembali ke panjang normal setelah


mengalamipemanjangan. (Seeley, 2002)
Potensial aksi merupakan depolarisasi dan repolarisasi membran sel yang terjadi secara
cepat (Seeley, 2002). Pada sel otot (serabut-serabut otot), potensial aksi menyebabkan otot
berkontraksi (Seeley, 2002). Berdasarkan Campbell (2004), sebuah potensial aksi tunggal
akan menghasilkan peningkatan tegangan otot yang berlangsung sekitar 100 milidetik atau
kurang yang disebut sebuah kontraksi tunggal. Jika potensial aksi kedua tiba sebelum
respons terhadap potensial aksi pertama selesai, tegangan tersebut akan menjumlahkan
dan menghasilkan respons yang lebih besar. Jika otot menerima suatu rentetan potensial
aksi yang saling tumpang tindih, maka akan terjadi sumasi yang lebih besar lagi dengan
tingkat tegangan yang bergantung pada laju perangsangan. Jika laju perangsangan cukup
cepat, sentakan tersebut akan lepas menjadi kontraksi yang halus dan bertahan lama yang
disebut tetanus. Waktu antara datangnya rangsang ke neuron motoris dengan awal
terjadinya kontraksi disebut fase laten; waktu terjadinya kontraksi disebut fase kontraksi,
dan waktu otot berelaksasi disebut fase relaksasi (Seeley, 2002).
Berdasarkan Seeley (2002), kontraksi otot dibagi menjadi kontraksi isometrik dan kontraksi
isotonik. Pada kontraksi isometrik (jarak sama), besarnya tekanan meningkat saat proses
kontraksi, tetapi panjang otot tidak berubah. Di sisi lain, pada kontraksi isotonik (tekanan
sama), besarnya tekanan yang dihasilkan otot adalah konstan saat kontraksi, tetapi panjang
otot berkurang (otot memendek).
Rangsangan Kimia-Asetilkolin, zat-zat kimia tertentu dapat merangsang serabut saraf
dengan meningkatkan permeabilitas membran. Zat kimia seperti ini dapat berupa asam,
basa hampir semua larutan garam dengan konsentrasi tinggi dan yang penting adalah
senyawa asetilkolin. Banyak serabut saraf yang bila dirangsang akan mengekresi asetilkolin
pada ujungnya tempat mereka bersinap dengan neuron lain atau tempat mereka berakhir
pada serabut otot. Kemudian asetilkolin merangsang serabut otot berikutnya dengan
membuka pori dalam membran inti dengan diameter 0,6-0,7 nano meter, yang cukup besar
bagi Natrium untuk melewati dengan mudah.
Rangsangan Mekanis, menghancurkan, menjepit atau menusuk suatu serabut saraf dapat
menyebabkan gelombang masuk natrium yang mendadak dan karena alasan yang jelas
dapat membangkitkna potensial aksi. Bahkan tekanan ringan pada beberapa ujung saraf
khussus dapat merangsang kejadian ini.

Rangsangan Listrik, Rangsangan listrik dapat juga memulai potensial aksi, muatan listrik yang
sirangsang secara artifisial melalui membran menyebabkan aliran ion yang berlebihan
melalui membran kemudian ini dapat menyebabkan potensial aksi.
Rangsangan Refrakter, potensial aksi kedua tidak dapat timbul pada serabut peka rangsang
selama membran tetap terdepolarisasi akibat potensial aksi yang sebelumnya.

BAB II
METODELOGI PERCOBAAN

2.1.

Alat dan Bahan

2.1.1.

Alat

Alat diseksi

Gelas Arloji

Pinset Galvanis

Batang Pengaduk

Papan Fiksasi

Sonde

Jarum Pentul

2.1.2.

Bahan

Katak

Benang

Kapas

Larutan Fisiologis

Gliserin

Larutan Cuka Glasial

Air Mendidih

2.2.

Cara Kerja

2.2.1.

Cara mematikan katak

Ditusukkan sebuah sonde pada foremen occipitale katak, untuk beberapa saat sonde
diputar-outar sehingga otak menjadi rusak sama sekali (Single Pithing)
Kemudian Sonde ditarik dan ditusukkan kembali ke arah belakang ke dalam kanalis
vertebralis dengan memutar-mutar sonde tersebut sampai katak mati, lemas seluruh
tubuhnya, (Double Pithing)
2.2.2.

Membuat Preparat Otot Saraf

Katak yang sudah dilakukan proses pithing, diletakan pada papan fiksasi dan kakinya
difiksasi dengan jarum pentul.
Perut katak dibuka dengan hati-hati dan isinya dikeluarkan, tampak Nervus Ichiadicus
dikiri dan kanan tulang punggung.
Akar dari Nervus Ichiadicus pada sebelah kaki yang akan di preparer diiikat dengan
benang dan sebelah sentralnya dipotong dengan gunting.

Seluruh kulit tungkai katak dilepaskan dengan gunting sehingga seluruh otot terlihat.

Dibebaskan Nervus Ichiadicus mulai dari kranial sampai ke Musculus gastrocnemius


(otot Betis) dengan menyingkirkan otot-otot yang menutupinya, kemudian tendo Achilesnya
dipotong.
Sediaan preparat otot saraf telah tersedia, disimpan dalam gelas arloji dan diusahakan
preparat ini tetap basah oleh larutan fisiologis sampai perlakuan berakhir.
2.2.3.

Macam-macam Rangsangan

Rangsangan Mekanik

Ditekan benang saraf pada preparat otot saraf dengan benda tumpul bukan logam. Hasil
kontraksi dicatat: lemah, sedang, kuat.

Rangsangan Galvanis

Dengan sebuah pinset galvanis yang satu kakinya mengandung Zn dan kaki lainnya
mengandung Cu, Ditempelkan pada preparat otot saraf kemudian dilepaskan lagi. Amati
hasilnya apakah terjasi kontraksi atau tidak.

Rangsangan Osmotis

Sebutir garam dapur ditempelkan pada ujung saraf sediaan dan ditambahkan setetes air
diatasnya, perhatikan apa yang terjadi

Rangsangan Kimiawi

Sediaan saraf dibasahi dengan cuka glasial, perlihatkan perubahan yang terjadi setelah itu
sediaan saraf dibersihkan dengan larutan fisiologis.

Rangsangan Panas

Ujung batang pengaduk yang telah dipanaskan dengan air mendidih ditempelkan pada
sediaan saraf. Amati dan catat perubahan yang terjadi

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1.

3.2.

Data Pengamatan
Rangsangan

Lemah

Kuat

Sedang

Positif

Negatif

Mekanis

Galvanis

Osmotis

Kimiawi

Suhu panas

Pembahasan

Percobaan Respons Otot Terhadap Rangsang Tunggal Dengan Intensitas Berbeda


Berdasarkan Seeley (2002), serabut otot tidak akan merespons suatu rangsang kecuali jika
rangsang tersebut telah mencapai kekuatan minimal yang cukup untuk menghasilkan
potensial aksi dari serabut otot. Di sisi lain, dalam merespons suatu potensial aksi, serabut
otot akan berkontraksi secara maksimal. Fenomena ini disebut sebagai respons-ya-atautidak-sama-sekali.
Berdasarkan hasil praktikum, katak deserebrasi masih memiliki tingkat kesadaran yang baik
dan menurun kesadarannya ketika sereberumnya dirusak. Kesadaran sudah hilang pada
katak spinalis. Menurut (Thomas, 2002), serebrum bertanggung jawab dalam proses belajar,
kecerdasan, kesadaran, dll. Hasil praktikum ini kurang sesuai karena pada serebrum yang
dirusak, kesadarannya masih baik. Namun, pada serebellumnya yang dirusak, kesadarannya
menurun.
Berdasarkan hasil praktikum, katak deserebrasi masih memiliki tingkat kesadaran yang baik
dan menurun kesadarannya ketika sereberumnya dirusak. Kesadaran sudah hilang pada
katak spinalis. Menurut (Thomas, 2002), serebrum bertanggung jawab dalam proses
belajar, kecerdasan, kesadaran, dll. Hasil praktikum ini kurang sesuai karena pada serebrum
yang dirusak, kesadarannya masih baik. Namun, pada serebellumnya yang dirusak,
kesadarannya menurun. Hal ini berbalik dengan pernyataan literatur tersebut yang mungkin
disebabkan karena kerusakan serebrum pada tahap parsial sehingga kesadaran masih baik.

Kemungkinan terjadinya kerusakan serebrum secara parsial karena metode praktikum yang
digunakan tidak dapat melakukan perusakkan serebrum secara total.
Gerakan spontan kurang baik pada katak deserebrasi dan menghilang pada pengrusakan
serebellum dan katak spinalis. Menurut literatur, diencephalon berfungsi untuk
menyambung sensori ke kortex, berperan dalam saraf otonom dan sekresi hormon dari
pituitary gland. Dengan kata lain, hasil praktikum tersebut sejalan dengan literatur karena
gerakan spontan makin menurun ketika medulla oblongata dan medulla spinalis dirusak.
Frekuensi jantung pada katak tampak tidak menunjukkan pengaruh dari perusakan
serebrum maupun serebelum dikarenakan jantung dikontrol oleh saraf otonom. Apapun
peningkatan frekuensi pada perusakan serebrum mungkin disebabkan hewan stress. Pusat
pengaturan frekuensi nafas terletak di medula oblongata (Guyton, 1995).
Pada praktikum ini terlihat hasil yang tidak sesuai dengan teori yang ada karena pada katak
deserebrasi frekuensi nafas telah mengalami penurunan setelah perusakan serebellum dan
medula oblongata. Hal ini mungkin disebabkan ketika merusak serebrum, medula
oblongata ikut mengalami kerusakan dan mempengaruhi pernafasan. Pusat keseimbangan
terdapat di vestibulo serebellum bersama batang otak dan medulla spinalis (Guyton, 1995).
Hasil pengamatan menunjukkan keseimbangan tereliminasi setelah kerusakan serebrum.
Kemungkinan yang bisa terjadi adalah dalam proses kerusakan serebrum diikuti juga
kerusakan serebellum sehingga kesadaran hilang.
Pusat rasa nyeri terdapat pada korteks serebri (Guyton, 1995). Hasil pengamatan
menunjukkan sesuai dengan teori karena katak deserebrasi memperlihatkan tidak ada rasa
nyeri. Rasa nyeri ditunjukkan melalui respons mengangkat kaki setelah kaki dicelupkan
dalam larutan asam selama beberapa detik. Pusat tonus otot pada medulla spinalis. Fakta
hasil pengamatan menunjukkan ketidaksesuaian dengan teori. Tonus otot hilang pada katak
deserebrasi. Kemungkinan yang terjadi hingga menyebabkan penyimpangan dari teori
adalah kerusakan medulla spinalis terjadi dalam deserebrasi katak.
Pusat gerakan spontan berada diserebrum karena perlu adanya memori terhadap suatu
aktivitas untuk melakukan gerakan spontan. Dalam praktikum gerakan spontan tidak ada
lagi karena serebrum hilang. Sementara itu refleks lain diatur oleh medulla spinalis. Setelah
spinalis rusak maka refleks tersebut hilang.
Larutan fisiologis adalah larutan isotonis yang terbuat dari NaCl 0,9 % yang sama dengan
cairan tubuh atau darah, digunakan karena mengndung unsur elektrolit yang dapat
mempertahankan tekanan osmotik dan isotonis plasma sel. Larutan tersebut mengandunf
ion Nandung unsur elektrolit yang dapat mempertahankan tekanan osmotik dan isotonis
plasma sel. Larutan tersebut mengandunf ion Na+ yang dapat mempertahankan daya hidup
katak secara invitro.

Hasil percobaan menunjukkan respon negatif terhadap rangsangan karena pada


saatdibebaskan Nervus Ichiadicus mulai dari kranial sampai ke Musculus gastrocnemius(otot
Betis) dengan menyingkirkan otot-otot yang menutupinya, kemudian tendo Achilesnya
dipotong, Nervus Ichiadicus sudah terpotong yang dibagian pada proses pembuangan
sehingga hanya separuh nervus yang terpotong.

BAB IV
KESIMPULAN

4.1.

Kesimpulan

Setelah melakukan percobaan pada katak untuk mengetahui rangasang dari luar maka
dapat disimpulkan bahwa :
1. Single Pithing adalah metode untuk mematirasakan katak, sedangkan Double Pithing
adalah metode untuk mematikan katak.
2.

Rangsang akan membuat reaksi pada tubuh hewan

3. Rangasangan yang dapat menimbulkan reaksi dari hewan antara lain, garam, cuka,
panas, dan pukulan.
4. Dalam percobaan kali ini semua respon negatif karena pada saat pengambilan Nervus
Ischiadicus terpotong sehingga otot saraf terputus.

4.2.

Saran

Lebih berhati-hati pada saat pengembilan Nervus Ischiadicus jangan sampai Nervus
terpotong.
DAFTAR PUSTAKA

Effendi,Mulyati E MS.,Ir: 2010. Penuntun Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia. Bogor.


Laboratorium farmasi.
Ganong, F.William. 1995. Buku ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi II. Jakarta : EGC. Penerjemah
H. M Djuahari Wdjokusumah. Terjemahan dari review off Medical Physiology.
Guyton, Arthur C. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC. Penerjemah
Ken Ariata Tengadi. Terjemahan dari Textbook of Medical Physiology.
http://pakdokterhewan.wordpress.com/2010/03/29/pemberian-obat-pada-hewan-coba/

PENDAHULUAN

A. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengenal dan mempelajari macam-macam refleks.

B.

Dasar Teori

Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa
disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari
reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian
hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang
harus dilaksanakan oleh efektor.
Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap
rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi
tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks
misalnya berkedip, bersin, atau batuk. Dimana gerak refleks ini merupakan gerak yang
dihasilkan oleh jalur saraf yang paling sederhana. Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen dari
neuron sensorik, interneuron, dan neuron motorik, yang mengalirkan impuls saraf untuk
tipe refleks tertentu. Gerak refleks yang paling sederhananya memerlukan dua tipe sel saraf,
yaitu neuron sensorik dan neuron motorik. Gerak refleks bekerja bukanlah dibawah
kesadaran dan kemauan seseorang.

Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari reseptor
penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf, diterima oleh set
saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf
motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut busur
refleks. Gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi)
berada di dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar
dan refleks sumsum tulang belakang. Gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu
yang biasanya mengejutkan dan menyakitkan. Misalnya bila kaki menginjak paku,secara
otomatis kita akan menarik kaki dan akan berteriak. Refleks juga terjadi ketika kita membaui
makanan enak , dengan keluarnya air liur tanpa disadari.
Mekanisme gerak reflek (gerak tidak sadar)

belakang

Rangsangan saraf sensorik


pusat integrasi di sumsum tulang
saraf motorik
gerak otot

Waktu antara pemberian rangsangan hingga timbul jawaban disebut waktu refleks.
Kekuatan refleks ditentukan oleh kekuatan rangsang dan lama pemberian rangsang.
Jenis refleks dikelompokkan berdasarkan :
1.

Letak reseptor

Refleks eksteroseptif, yaitu rangsangan yang timbul karena rangsangan pada reseptor
di permukaan tubuh

Refleks interoseptif/viseroseptif, yaitu rangsangan yang timbul karena rangsangan


pada alat dalam atau pembuluh darah

Refleks propioseptif, yaitu rangsangan yang timbul karena rangsangan pada reseptor
di otot rangka, tendon dan sendi (refleks sikap badan)
2.

Bagian saraf pusat yang terlibat

Refleks spinal, melibatkan neuron di medulla spinalis, contoh : withdrawal refleks

Refleks bulbar, melibatkan neuron di medulla oblongata

Refleks kortikal, melibatkan neuron di korteks serebri

3.

Ciri jawaban

Refleks motor, efektornya otot dengan jawaban berupa kontraksi atau relaksasi otot

Refleks sekretorik, efektornya kelenjar dengan jawaban berupa peningkatan atau


penurunan sekresi kelenjar


Refleks vasomotor, efektornya pembuluh pembuluh darah berupa vasodilatasi
(pelebaran pembuluh darah) atau vasokontriksi (penyempitan pembuluh darah)
4.

Bawaan sejak lahir dan didapat

Refleks tak bersyarat (unconditioned reflex), refleks yang dibawa sejak lahir, contoh :
refleks menghisap pada bayi

Refleks bersyarat (conditioned reflex), refleks yang didapat selama pertumbuhan dan
biasanya berdasarkan pengalaman hidup, contoh : keluar air liur ketika melihat makanan
yang lezat
5.

Jumlah neuron yang terlibat

Refleks monosinaps, lengkung refleks paling sederhana, melalui satu sinaps (hanya
melalui 2 neuron, satu neuron afferen dan satu neuron efferen yang langsung berhubungan
dengan di saraf pusat). Contoh : stretch refleks.

Refleks polisinaps, melalui beberapa sinaps, terdapat beberapa interneuron yang


menghubungkan afferen dan efferen. Kecuali refleks regang, semua refleks melalui lebih
dari satu sinaps.
Gerak refleks dapat digunakan pada pemeriksaan neurologi untuk mengetahui kerusakan
atau pemfungsian dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Keadaan sirkuit refleks
dapat sangat bervariasi tergantung pada kondisi seseorang (misalnya terjaga, tidur, koma),
pada apa yang dilakukan (misalnya berjalan, berlari, berpikir), pada posisinya dalam ruang
dan postur, dan atas faktor lainnya. Informasi-informasi ini berguna bagi dunia farmasi dan
kedokteran.

BAB II
METODOLOGI

A.

Alat dan Bahan

Adapun Alat yang digunakan antara lain yaitu :


Alat diseksi
Papan Fiksasi
Beker glas
Statif
Hammer refleks

Adapun bahan yang disgunakan antara lain yaitu:


Katak
Benang
Kapas
Larutan Cuka 1%

B.

Cara Kerja
Cara mendapatkan spinal animal

Pegang katak dengan tangan kiri


Gunting mulutnya sampai batas belakang tengkorak
Atau bisa juga dengan teknik Single Pithing yaitu memasukkan jarum sonde
lewatforamen occipitale masuk ke dalam otak dan merusaknya
Gantung katak pada statif dengan menggunakan benang

Waktu refleks dan kekuatan refleks (Rangsangan Mekanis)

Jepit kaki belakang dengan pinset. katak akan menarik kaki saat dijepit (melakukan refleks
pelindung/withdrawal refleks)
Adakalanya kakinya tetap diangkat, setelah menarik kakinya. Untuk hal ini, jepitlah kaki
lainnya, sehingga katak akan menurunkan kakinya kembali (penghambatan reflektorik).
Jepitlah lagi kaki pertama dengan lebih kuat. Katak akan menarik kedua kakinya, bahkan
kedua kaki depannya (iridiasi refleks).
Catat waktu respon serta kekuatan refleks.

Rangsangan Kimiawi

Siapkan 2 beker glas, yang satu berisi air biasa dan yang lainnya berisi asam
Celupkan kaki belakang kiri katak yang tergantung itu ke dalam beker glas yang berisi
asam.
Perhatikan responnya dan catat jenis refleks.
Jika tidak terjadi respon, bilas kaki yang telah dicelup dalam asama dengan air bersih pada
beker glas yang lain, kemudian celupkan kaki kiri lebih banyak ke dalam asam cuka itu
Perhatikan responnya dan catat jenis refleks.
Basahi kulit tubuh yang lateral setinggi dada, sebelah kiri sesisi dengan kaki yang terkena
asam cuka.
Perhatikan refleks yang terjadi dan catat hasilnya.

Refleks Patella

Tungkai difleksikan pada sendi lutut, membentuk sudut 120


Tendo muskulus quadriceps femoris dipukul tepat dibawah patella
Perhatikan refleks yang terjadi dan catat hasilnya.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil pengamatan

Kekuatan refleks

Kecepatan

Sangat Kuat

Kuat Lemah

Sangat Cepat

Cepat Lambat

Strech Refleks

Withdrawal
Refleks

Crossed Extensor
R.

Scratch Refleks

Withdrawal
Refleks

Scratch Refleks

Refleks yang
Jenis
Rangsangan ditimbulkan

Mekanis

Kimiawi

Patella

B.

Pembahasan

Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari reseptor
penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf, diterima oleh set
saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf
motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut busur
refleks. Busur refleks terdiri dari :
-

Organ sensorik (reseptor)

Neuron afferent

Satu atau lebih sinaps pada station integrasi pusat

Neuron efferent

Effektor (otot atau kelenjar)

Macam-macam refleks yang diuji pada praktikum kali ini antara lain :
1.

Stretch Reflex

Refleks ini diawali dengan meregangnya otot. Organ reseptornya disebut muscle spindle.
Contohnya adalah refleks patella
2.

Withdrawal Reflex

Apabila suatu stimulus yang menyakitkan diberikan pada bagian tubuh manapun, maka
bagian tubuh tersebut segera ditarik menjauhi arah datangnya rangsangan. Contohnya
adalah seseorang menyentuh gelas yang panas, maka refleks orang tersebut adalah menarik
tangannya. Mekanisme withdrawal refleks ditunjukkan pada gambar dibawah ini :

3.

Crossed Extensor Reflex

Apabila refleks penarikan ditimbulkan oleh suatu stimulus yang menyakitkan pada kaki kiri,
maka kaki kanannya terlihat meregang. Contohnya adalah ketika seseorang menginjak paku,
maka kaki yang menginjak paku akan menarik diri, sedangkan kaki yang lainnya akan
mengambil berat seluruh tubuh.
4.

Scratch Reflex

Beberapa neuron sensorik dapat menanggapi rangsangan kimia yang menghasilkan gatal.
Apabila kulit hewan dirangsang, hewan tersebut akan menggarukkan tempat yang
dirangsang tadi, seolah-olah ingin menghilangkan rangsangan tadi.
5.

Extensor Thrust Reflex

Apabila pada telapak kaki anjing diberikan suatu tekanan, kaki tersebut akan dibentangkan
keluar dan terlihat tegang. Hal ini terjadi karena kontraksi otot-otot extensor dan fleksor
secara bersamaan.

Pada hewan vertebrata, hubungan antara neuron afferen dan efferen ada di otak dan di
sumsum tulang belakang. Pada percobaan ini, hewan percobaan (katak) dideserebrasi,
sehingga didapatkan spinal animal (hewan bersumsum tulang belakang saja). Pada katak
yang diperlakuan dengan merusak sistem saraf otaknya, respon yang dihasilkan tetap ada
namun katak merespon stimulus sangat lama. Hal ini dikarenakan sistem saraf pada otaknya
telah mengalami kerusakan pada saat penusukan dengan sonde atau menggunting mulut
katak sampai batas belakang tengkorak pada saat praktikum.
Dari hasil pengamatan terjadi pengurangan frekuensi respon pada katak deserebrasi. Akan
tetapi katak deserebrasi masih dapat memberikan respon. Hal ini disebabkan karena
jantung katak bersifat neurogenik sehingga katak masih mampu memberikan respon.
Pada saat diberikan cubitan dengan kekuatan kecil, kaki katak akan melakukan gerak refleks
yang berlawanan dengan arah rangsangan (Withdrawal Refleks). Namun apabila cubitan
dengan kekuatan kuat maka kaki katak akan mengejang. Apabila rangsangan dengan
kekuatan tertentu diberikan kepada membran sel saraf, membran akan mengalami
perubahan elektrokimia dan perubahan fisiologis. Perubahan tersebut berkaitan dengan
adanya perubahan permeabilitas membran yang menyebabkan terjadinya permeabel
tehadap Na+ dan sangat kurang permiabel terhadap K+.
Menurut Idel, antoni (2000), katak dewasa bernapas dengan menggunakan tiga organ
pernapasan, yaitu permukaan kulit tubuhnya, permukaan rongga mulut dan paru-paru.
Itulah sebabnya mengapa pada saat asam cuka diletakkan pada bagian paha dalam, katak
tidak memberikan respon, karena pada kulit di bagian dalam paha tidak termasuk organ
pernapasannya.
Pada percobaan mengoleskan asam cuka yang diletakkan pada bagian sentral tubuh, katak
akan meresponnya dengan bergerak-gerak. Hal ini disebabkan oleh karena katak bernapas
dengan bantuan kulitnya, sehingga asam cuka yang dilekatkan pada kulit katak menghambat
pemerolehan oksigen untuk pernapasan.
Asam terbagi menjadi dua, yaitu asam kuat dan asam lemah. Beberapa contoh asam kuat
yang biasa digunakan antara lain : HCl, H2SO4, HF, HBr, dan lain-lain, sedangan contoh asam
lemah adalah : CH3COOH (asam asetat), H2CO3 (asam karbonat), C6H8O6 (asam askorbat),
C6H8O7 (asam sitrat), dan lain-lain.
Memukul tendon patella dengan hammer refleks tepat di bawah patella menyebabkan otototot paha depan meregang. Hal ini merangsang reseptor sensorik stretch yaitu muscle

spindle untuk memicu impuls afferen dalam saraf sensorik dari saraf femoralis yang sinapsis
(tanpa interneurones) di sumsum tulang belakang, benar-benar independen dari pusat yang
lebih tinggi. Dari sana, sebuah neuron alfa-motor melakukan impuls eferen kembali ke otot
quadriceps femoris, memicu kontraksi. Kontraksi ini, dikoordinasikan dengan relaksasi dari
otot hamstring fleksor antagonis menyebabkan kaki menendang. Refleks ini membantu
menjaga postur dan keseimbangan, yang memungkinkan seseorang untuk berjalan tanpa
sadar, tanpa memikirkan setiap langkah. Mekanisme refleks patella ditunjukkan pada
gambar dibawah ini :
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah melakukan percobaan pada katak untuk mengetahui refleks dari beberapa macam
rangsangan maka dapat disimpulkan bahwa :
1.

Rangsangan mekanis dapat menyebabkan stretch refleks dan withdrawal refleks

2. Rangsangan kimiawi dapat menyebabkan withdrawal refleks dan crossed extended


refleks
3. Refleks patella membantu menjaga postur dan keseimbangan seseorang pada saat
berjalan.
4. Tiap individu mempunyai respon yang berbeda-beda terhadap suatu rangsangan,
tergantung dari kekuatan rangsang dan waktu refleks.
B. SARAN
Sebaiknya dilakukan beberapa kali pemukulan pada percobaan refleks patella untuk
mengetahui letak tendo muskulus quadriceps femoris.

DAFTAR PUSTAKA

Effendi,Mulyati E MS.,Ir: 2010. Penuntun Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia. Bogor.


Laboratorium farmasi.
Ganong, F.William. 1995. Buku ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi II. Jakarta : EGC.
Guyton, Arthur C. 1964. Function of the Human Body. Second edition. Japan :Igaku Shoin
Ltd.
http://thetom022.wordpress.com/2008/01/15/gerak-reflek-pada-manusia/
Idel,Antoni.2000.Biologi Dalam Kehidupan Sehari-hari. Gitamedia Press:Jakarta
Sherwood, L. 2008. Human Physiology : From Cells to Systems. Seventh Edition. USA :
Graphic World Inc.

Anda mungkin juga menyukai