Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

“MUSKULOSKELETAL”

BLOK 17

Disusun oleh:

1. Lodovicus Bala 15-087


2. Jasmine Nydia Olata 18-022
3. Yessica Milenia 18-054
4. Lawrent Ernts Sumilat 18-068
5. Fauzi Oktogioni 18-125
6. Lola Yohana Rosalina 18-132
7. Angela Lady Kezia 18-144
8. Sharon Levita 18-147

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2021

KONTRAKSI OTOT
Pendahuluan
Otot dibedakan menjadi tiga jenis yaitu otot rangka, otot jantung dan otot
polos. Melalui proses dengan menggerakkan komponen-komponen intrasel
tertentu, sel (serabut) otot dapat menghasilkan tegangan dan memendek, yaitu
berkontraksi. Melalui kemampuan berkontraksinya yang berkembang sempurna,
kelompok-kelompok sel otot yang bekerja sama dalam satu berkas otot dapat
melakukan kerja. Kontraksi terkontrol otot memungkinkan: 1. Terjadinya gerakan
bertujuan keseluruhan tubuh, atau bagian-bagiannya (misalnya berjalan atau
melambaikan tangan). 2. Memanipulasi benda eksternal (misalnya menyetir atau
memindahkan objek tertentu). 3. Terdorongnya atau mengalirnya isi berbagai
organ internal berongga (misalnya sirkulasi darah atau berpindahnya makanan
sepanjang saluran pencernaan). 4. Mengosongkan isi organ tertentu ke lingkungan
eksternal (misalnya berkemih atau melahirkan).
Otot rangka dan tulang (skeleton) bekerja sama untuk menghasilkan
gerakan. Otot rangka mengandung komponen kontraktil yang terhubung dengan
tulang melalui tendo yang terdapat di kedua bagian ujung otot. Otot rangka dan
tendonya tersusun dalam tubuh dimana satu tendo melekat ke satu tulang dan tendo
kedua melekat pada tulang lainnya. Bila otot rangka berkontraksi akan
memperpendek jarak kedua tendo dan menyebabkan bergeraknya tulang. Satu
ujung dari otot rangka biasanya terfiksasi pada bagian yang relatif tidak bergerak
(bagian yang tetap) dan ujung lainnya berikatan dengan bagian yang bergerak pada
sisi lain persendian. Ujung yang berikatan dengan bagian yang tidak bergerak
disebut origo dan ujung yang berikatan dengan bagian yang bergerak disebut
insersio. Bila otot berkontraksi, insersio tertarik ke arah origo.
Umumnya pada persendian terdapat satu atau lebih otot rangka pada masing-
masing sisinya. Bila otot rangka berkontraksi dan menyebabkan sudut persendian
mengecil disebut otot fleksor, sebaliknya bila berkontraksi menyebabkan sudut
persendian membesar disebut otot ekstensor. Karena otot bekerja dengan
berkontraksi dan memendek, pasangan otot bekerja secara berlawanan, satu
ekstensor dan pasangannya fleksor. Setiap pasangan otot akan relaksasi bila
pasangannya kontraksi.
Meskipun sel-sel otot rangka terdapat dalam berbagai macam bentuk dan
ukuran struktur utama sel otot rangka tetap sama. Jika diambil satu berkas otot
utuh dan kemudian dipotong, akan ditemukan otot yang ditutupi lapisan jaringan
ikat yang dikenal sebagai epimisium. Epimisium melindungi otot dari pengaruh
gesekan terhadap otot lainnya dan tulang. Epimisium berlanjut sampai pada akhir
berkas otot untuk membentuk (bersama dengan jaringan ikat lainnya) tendo. Bila
dilihat penampang melintang potongan otot akan terlihat kumpulan (bundle)
serabut, yang dikenal sebagai fasciculi. Fasciculi dikelilingi oleh jaringan ikat lain,
yang disebut perimisium. Setiap fasciculi mengandung antara 10 sampai 100
serabut otot, tergantung pada ototnya. Otot yang kuat dan besar, seperti
quadriceps, memiliki serabut dalam jumlah besar untuk setiap bundel. Otot yang
lebih kecil digunakan untuk gerakan presisi, seperti yang ada di tangan akan berisi
jauh lebih sedikit serabut per fasciculi. Melihat setiap serabut otot secara rinci,
mereka juga diselaputi oleh jaringan ikat fibrosa, yang dikenal sebagai endomisium
yang memisahkan setiap serabut otot. Dibawah endomisium dan membungkus
serabut otot terdapat sarkolema, merupakan membran serabut otot dan dibawah
sarkolema terdapat sarkoplasma, yang merupakan sitoplasma serabut otot.
Sarkoplasma mengandung glikogen dan lemak untuk energi dan juga terdapat
mitokondria yang merupakan pembangkit energi sel. Setiap serabut otot itu sendiri
mengandung organel silinder yang dikenal sebagai miofibril. Setiap serabut otot
berisi ratusan hingga ribuan miofibril.. Miofibril dibentuk oleh rangkaian unit
kontraktil otor rangka yang disebut sarkomer. Sarkomer mengandung miofilamen
tipis dan tebal. Miofilamen tipis komponen utamanya adalah protein miosin.
Serabut otot dapat berkisar 10-80 mikrometer diameter dan mungkin sampai 35 cm
panjangnya.
Setiap otot disarafi oleh sejumlah neuron motorik berbeda. Ketika masuk ke
otot, sebuah neuron motorik membentuk cabang-cabang, dengan setiap terminal
akson mensarafi satu serat otot. Satu neuron motorik mesarafi sejumlah serat otot,
tetapi setiap serat otot hanya disarafi oleh satu neuron motorik. Ketika sebuah
neuron motorik diaktifkan, semua serat otot yang disarafinya akan terangsang
untuk berkontraksi serentak. Kelompok komponen aktif bersama ini, satu neuron
motorik dengan semua serat otot yang disarafinya disebut motor unit. Serat-serat
otot yang membentuk satu motor unit tersebar di seluruh otot. Setiap otot terdiri
dari sejumlah motor unit yang saling bercampur. Untuk konyraksi lemah suatu
otot, hanya satu atau beberapa motor unitnya yang diaktifkan. Untuk kontraksi
yang lebih kuat, lebih banyak motor unit yang direkrut, atau dirangsang untuk
berkontraksi, suatu fenomena yang dikenal sebagai rekruitmen motor unit.
A. PENGARUH BESARNYA RANGSANGAN TERHADAP KEKUATAN
KONTRAKSI
Tujuan Praktikum
Mempelajari rangsangan subminimal, minimal, submaksimal, maksimal dan
supramaksimal dan kontraksi minimal, submaksimal dan maksimal yang
dihasilkannya.

Dasar Teori
Satu berkas saraf (seperti n. ischiadicus) terdiri atas banyak serabut saraf.
Tiap serabut saraf mensarafi beberapa serabut urat daging (otot) ini disebut satu
unit motor. Bila rangsangan yang diberikan pada saraf atau ototnya kecil saja
(subminimal) tak satu pun dari motor unit itu yang terangsang. Tapi bila
rangsangan diperbesar sedikit (mencapai minimal) mungkin satu dua motor unit
terangsang, sehingga terjadi kontraksi yang terkecil pada otot itu (kontraksi
minimal).
Bila rangsangan diperbesar lagi (submaksimal) akan terjadi kontraksi yang
lebih besar dari kontraksi minimal, yaitu kontraksi submaksimal. Bila rangsangan
terus diperbesar sampai mencapai maksimal akan dihasilkan kontraksi maksimal.
Rangsangan yang lebih besar dari rangsangan maksimal(supra maksimal) akan
menghasilkan kontraksi yang tidak lebih besar dari kontraksi maksimal. Hal ini
disebabkan karena seluruh motor unit yang terdapat pada sediaan otot saraf
tersebut sudah terangsang semuanya pada saat rangsangan maksimal tadi.

Alat dan Bahan


1. Katak/kodok sawah (Fejervarya cancrivora)
2. Sonde (jarum penusuk) otak katak
3. Papan katak
4. Beberapa buah jarum pentul
5. Alat diseksi: gunting
6. Larutan garam faali: NaCl 0,65% atau larutan Ringer
7. Gelas arloji/cawan petri
8. Stimulator elektronik lengkap dengan kabel-kabelnya.
Tata Kerja:
I. Mematikan Katak untuk Keperluan Percobaan
Tujuan: Memperlakukan hewan percobaan dengan menimbulkan sakit
seminimal mungkin. Agar katak tidak merasakan sakit, otaknya dirusak dan
agar tidak meronta selama perlakuan, sumsum punggungnya dirusak.
a. Pegang katak dengan menempatkan telunjuk pada kepala katak,
jempol pada punggung dan tiga jari lainnya pada daerah perut untuk
memfiksir katak. Bengkokkan kepalanya.
b. Tusuk otak katak dengan sonde yang tajam pada foramen
oksipitalenya (pada sudut medial antara garis tulang kepala dengan
garis tulang punggung).
c. Dorong sonde ke ventrikel otak dan putar ke kiri dan ke kanan
kemudian ke atas dan ke bawah, maju mundur untuk merusak otak
katak.
d. Lihat mata hewan percobaan, bila setengah menutup dan tidak ada
reaksi lagi terhadap sentuhan perusakkan dihentikan,
e. Sekarang masukkan sonde ke dalam sumsum tulang belakang melalui
bekas tusukkan tadi untuk merusak sumsum punggung. Pastikan
bahwa sinde masuk ke dalam kanalis vertebralis dan tusukkan sonde
sejauh mungkin sehingga seluruh sumsum punggung rusak.
Perhatikan kaki katak yang meronta-ronta sewaktu sonde ditusukan
sebagai tanda medula spinalis tertusuk.
f. Lepaskan sonde, kaki-kaki katak menjadi lemas. Jika katak masih
bergerak-gerak berarti pengrusakan sumsum tulang belum sempurna.
Sempurnakan pengrusakan baru lakukan prosedur berikutnya.
Gunakan katak ini untuk membuat sediaan otot saraf.

II. Membuat Sediaan Otot Saraf


Cara 1:
a. Letakkan katak yang telah dimatikan di atas papan katak dalam posisi
telentang, dan fiksir telapak kaki-kaki katak dengan menggunakan jarum
pentul.
b. Buka kulit dan otot perut kemudian singkirkan isi perut (di kiri dan kanan
os. Vertebrae terlihat akar n. ischiadicus).
c. Ikatlah n.ischiadicus dengan benang pada bagian ujung di tempat keluarnya
dari sumsum punggung. Untuk isolasi selanjutnya peganglah benang ini.
Jangan memegang sarafnya karena ini akan merusak saraf tersebut.
d. Kupas kulit kaki dan paha dengan cara menggunting kulit melingkari
pinggang dan tarik ke bawah.
e. Sambil tetap mengikuti dan mengamati n.ischiadicus potonglah punggul
mulai dari anus dengan mengarahkan kaki gunting ke arah sacrum. Putar
kaki sehingga bagian dorsal paha berada di atas, pada keadaan ini akan lebih
mudah mengisolasi n. ischiadicus sampai di bagian paha.
f. Potonglah n. ischiadicus di bagian atas ikatan benang dan bebaskan n.
ischiadicus sampai pertautannya dengan jaringan sekitar, sampai ke
seperempat bagian bawah paha.
g. Bebaskan sekarang m. gastrocnemius secara tumpul dengan hati-hati jangan
sampai rusak dan potonglah tendo achiles sejauh-jauhnya dari m.
gastrocnemius. Guntinglah os. tibiofibula dan otot-otot tungkai bawah lain,
tepat di bawah sendi lutut dan buanglah.
h. Pototng paha di daerah ⅓ bagian bawah di atas n.ischiadicus yang sudah
bebas tadi.
i. Sekarang Anda mendapatkan sediaan otot saraf yang terdiri atas ⅓ bagian
bawah paha, n.ischiadicus, m.gastrocnemius, dan tendo achilles.
j. Masukkan sediaan tersebut ke dalam gelas arloji atau cawan petri yang berisi
larutan garam faali (NaCl 0.65% atau Ringer).

Cara 2:
1. Katak yang telah dimatikan (A) diletakkan tertelungkup di atas papan
fiksasi, telapak kakinya difiksasi dengan jarum pentul.
2. Guntinglah dengan gunting yang kuat os. coccygeus dan os. sacrum setinggi
mungkin dan jaringan yang menutupinya.
3. Terlihat n. ischiadicus yang ke luar dari pleksus lumbosakralis, sebagai
serabut putih yang mengkilat. Ikatlah n. ischiadicus dengan benang setinggi
mungkin dekat tempat ke luarnya. Gunting n. ischiadicus di atas ikatan
benang tadi. Gunakan benang ini sebagai pemegang saraf sewaktu akan
membebaskan n. ischiadicus dari jaringan sekitarnya.
4. Lepaskan sekarang seluruh kulit tungkai yang bersangkutan dengan gunting
dan gunakan pinset untuk memudahkan menggunting kulit, sehingga seluruh
kulit terbuka dan otot terlihat.
5. Bebaskan sekarang n. ischiadicus mulai bagian kranial (atas) sampai ke
dekat pangkal m. gastrocnemius secara tumpul. Singkirkan otot-otot paha:
m. biceps, m. vastus externus, m. semimembranosus, (Gambar 7) dan otot
lainnya. Perhatian: n. ischiadicus sama sekali tidak boleh ditarik kuat,
tergunting atau terjepit. Bila hal ini terjadi, saraf tersebut akan rusak
percobaan yang akan saudara lakukan akan gagal. Letakkan untuk sementara
waktu n. ischiadicus di atas m. gastrocnemius supaya tidak menjadi kering.

Gambar 7. Otot Kaki Katak


VE = m. Vastus externus,
B = m. Biceps, SM = m. Semimembranosus,
Gm = m. Gastrocnemius, TA = Tendo Achilles.

6. Bebaskan sekarang m. gastrocnemius secara tumpul dengan hati-hati jangan


sampai rusak dan potonglah tendo achilles sejauh-jauhnya dari m.
gastrocnemius. Guntinglah os. tibiofibula dan otot-otot tungkai bawah lain,
tepat di bawah sendi lutut dan buanglah.
7. Guntinglah otot-otot tungkai atas dari atas sampai 1/3 bagian bawah paha
dan buanglah. Guntinglah os femur ½ bagian di atas sendi lutut.
8. Sedian saraf-otot n. ischiadicus - m. gastrocnemius telah diperoleh, dan
tempatkan sedian pada cawan arloji atau gelas Petri yang sudah diisi dengan
garam faali, NaCl 0.65% atau Ringer (sewaktu memindahkan sediaan yang
dipegang adalah tendo achilles-nya).

Cara 3:
1. Letakkan katak yang telah dimatikan pada A, di atas papan katak dalam
posisi telentang.
2. Buka kulit dan otot perut kemudian singkirkan jeroan (di kiri dan kanan os.
vertebrae terlihar akar n. ischiadicus).
3. Ikatlah n. ishiadicus dengan benang pada bagian ujung di tempat keluarnya
dari sumsum punggung. Untuk isolasi selanjutnya peganglah benang ini.
Jangan memegang sarafnya karena ini akan merusak saraf tersebut.
4. Gunting badan katak dengan patokan di atas ikatan benang pada n.
ishiadicus, sehingga badan bagian bawah dan atas terpisah (Gambar 8).

Gambar 8. Memotong Badan Katak


5. Kupas kulit kaki dan paha dengan cara menarik kulit ke arah ujung kaki
(Gambar 9).

Gambar 9. Membuka Kulit Kaki Katak

6. Gunting os. vertebrae lumbal sampai melewati os ischium, sehingga kaki


kanan dan kaki kiri terpisah (Gambar 10).

Gambar 10. Memisahkan Kaki Kiri dan Kanan

7. Bebaskan n ischiadicus sampai ke bagian bawah paha (dekat persendian


lutut). Guntinglah otot-otot tungkai atas dari atas sampai 1/3 bagian bawah
paha dan buanglah. Dan potong os. femur sekitar ½ bagian dari persendian
lutut (Gambar l1).

Gambar 11. Membebaskan N.Ischiadicus

8. Bebaskan sekarang m. gastrocnemius secara tumpul dengan hati-hati jangan


sampai

Gambar 12. Memotong tendo achiles dan membebaskan m. gastrocnemius

9. Guntinglah os. tibiofibula dan otot-otot tungkai bawah selain m.


gastrocnemius lain, tepat di bawah sendi lutut dan buanglah (Gambar 13).
Gambar 13. Memotong Tibia Dan Fibula

10.Sedian saraf-otot n ischiadicus – m. gastrocnemius telah diperoleh (Gambar


13), dan tempatkan sedian pada cawan arloji atau gelas Petri yang sudah
diisi dengan garam faali, NaCl 0.65% atau Ringer (sewaktu memindahkan
sediaan yang dipegang adalah tendo achilles-nya).

Gambar 14. Sediaan Saraf Otot

III. Merangsang Preparat Otot Saraf dengan Berbagai Kekuatan


Rangsangan Menggunakan Induktorium Rhumkorf
1. Tempatkan kumparan sekunder dengan posisi paling jauh dari kumparan
primer dan kabel elektroda perangsang dihubungkan untuk rangsangan
tunggal. Nyalakan adaptor dengan mengarahkan saklar ke posisi on.
Tempelkan elektroda perangsang pada saraf dan tekan kunci telegraf (atau
saklar), perhatikan apakah otot berkontraksi atau tidak. Catat kekuatan
kontraksi otot.
2. Kalau otot tidak berkontraksi dekatkan kumparan sekunder ke kumparan
primer sedikit demi sedikit sambil memberi rangsangan pada preparat otot
saraf setiap kumparan sekunder di dekatkan ke kumparan primer. Catat pada
jarak kumparan primer berapa rangsangan menyebabkan kontraksi otot. (ini
adalah rangsangan minimal dan respon kontraksi minimal. Jarak sebelumnya
yang tidak memberikan respon kontraksi disebut rangsangan subminimal).
3. Terus dekatkan kumparan sekunder ke kumparan primer sedikit demi sedikit
sambil memberi rangsangan pada preparat otot saraf setiap kumparan
sekunder di dekatkan ke kumparan primer. Catat pada jarak berapa respon
kontraksi paling kuat (rangsangan maksimal dan respon maksimal. Jarak
sebelumnya adalah rangsangan submaksimal dengan respon submaksimal
dan rangsangan yang diberikan dengan memperdekat kumparan sekunder ke
kumparan primer berikutnya adalah rangsangan supra maksimal dengan
respon tetap maksimal).
4. Bila kumparan sekunder makin didekatkan ke kumparan primer dan preparat
otot saraf tetap diberi rangsangan suatu saat kekuatan kontraksi akan
menurun dan semakin lemah (periode kelelahan otot).

B. KONTRAKSI SEDERHANA
Tujuan Praktikum
Menentukan masa laten, masa kontraksi dan masa relaksasi dari suatu kontraksi
sederhana (atau disebut juga kontraksi tunggal) dari otot rangka.

Alat dan Bahan


1. Sediaan otot saraf (n. Ischiadicus dan m. Gastrocnemius).
2. Larutan garam faali (NaCl 0.65%).
3. Kimograf lenkap dengan drum dan kertas pencatat.
4. Induktorium Rhumkorf.
5. Alat fiksasi otot (klem otot), alat pencatat rangsangan dan statif.

Tata Kerja
1. Fiksasi otot pada klem (penjepit otot) dengan menjepitkan os femur atau
sepertiga bagian bawah paha pada klem.
2. Ikatkan tendo Achilles dengan benang pada alat pencatat kontraksi, jangan
sampai kendur.
3. Selama perlakuan usahakan agar otot basah oleh larutan garam faali.
4. Hubungkan listrik dengan alat pencatat rangsangan.
5. Sentuhkan elektroda perangsang pada saraf atau ototnya.
6. Nyalakan induktorium setelah diatur jarak kumparan sekunder dan primer
pada jarak yang menghasilkan kontraksi minimal.
7. Kemudian nyalakan kimograf dengan kecepatan 25 mm per detik.
8. Tekan kunci telegraf induktorium untuk memberikan rangsangan pada otot.
9. Beri tanda - tanda yang diperlukan pada rekaman kontraksi, untuk masa
laten, masa kontraksi dan masa relaksasi. Gunakan pencatat kontraksi untuk
memproyeksikan puncak kontraksi sampai pada garis dasar.
10.Hitung masa laten, masa kontraksi dan masa relaksasi. Bila kecepatan
kimograf berputar dapat diketahui (kecepatan tersebut tertera pada
kimografnya) maka masa - masa tadi dapat dihitung dengan membagi jarak
masing - masing masa tadi dengan kecepatannya. Hitunglah dengan detik
atau milidetik.

C. KONTRAKSI TETANUS DAN KELELAHAN


Tujuan Praktikum
Mempelajari hubungan frekuensi stimulus (rangsangan berulang / multiple) dengan
terjadinya kontraksi tetanus dan kelelahan.

Dasar Teori
Bila frekuensi rangsangan rendah, kontraksi - kontraksi yang dihasilkan berupa
kontraksi - kontraksi sederhana dengan relaksasi sempurna. Bila frekuensi
dipertinggi maka kontraksi - kontraksi dengan relaksasi yang tidak sempurna, yang
disebut kontraksi tetanus inkomplit. Bila frekuensi dipertinggi lagi otot tidak
sempat lagi relaksasi terjadi kontraksi terus yang disebut kontraksi tetanus komplit.
Kontraksi ini meningkat terus. Tapi pada suatu saat kontraksi ini menurun, karena
otot sudah mengalami kelelahan.

Tata Kerja
1. Aturlah voltase untuk rangsangan maksimal atau sedikitnya di atasnya.
2. Aturlah kecepatan kimograf pada kecepatan 2.5 mm perdetik.
3. Tempelkan tuas pencatat pada kertas pencatat dan buatlah rangsangan
dengan frekuensi rendah sampai tinggi dengan menekan kunci telegraf
semakin cepat, setelah kimograf dinyalakan.
4. Setelah terjadi tetanus komplit teruskan perangsangan sampai kontraksi
menurun.
5. Hentikan dan berikan tanda - tanda seperlunya.

Lembar Kerja:
Praktikum A:
Rangsangan subminimalnya range 0,1 sampai 0,7 voltage dengan muscle length 75
mm (karena pada range voltase ini active force 0 (g) (tidak terjadi kontraksi otot).

Rangsangan minimal (treshold voltage) 0.8 voltage dengan muscle length 75 mm


(karena pada record data didapatkan perubahan active force dari 0.0 pada range
voltase 0.1-0,7 menjadi 0.02 force (g).

Rangsangan submaksimal range dari 0.9-8.0 volts dengan muscle length 75 mm.

Rangsangan maksimal 8,5 volts dengan muscle length 75 mm ( karena total force
tertinggi didapatkan adalah 1,82 (g).

Rangsangan supramaksimal range dari 8,5-10 V dengan muscle length 75 mm


(karena total force pada range voltase ini sama yaitu 1.82 force (g).

Praktikum B: Tempelkan hasil rekaman atau foto hasil rekaman


Praktikum C: Tempelkan hasil rekaman atau foto hasil rekaman
Pertanyaan dari Video
1. Mengapa dengan meningkatnya kekuatan rangsangan ikut meningkatkan
tingkat kontraksi?

Karena semakin meningkatnya kekuatan rangsangan, maka semakin banyak


motor unit yang direkrut, atau dirangsang untuk berkontraksi sehingga
semakin meningkat tinggi tingkat kontraksi otot yang dihasilkan (fenomena
rekruitmen motor unit).

2. Apa bedanya rangsang maksimal dan supramaksimal dalam hasil dan kuat
kontraksi?
● Bila rangsangan yang diberikan pada saraf atau ototnya kecil saja
(subminimal): tak satu pun dari unit motor itu yang terangsang.
● Bila rangsangan diperbesar sedikit (mencapai minimal): mungkin satu
dua unit motor terangsang, sehingga terjadi kontraksi yang terkecil
pada otot itu (kontraksi minimal).
● Bila rangsangan diperbesar lagi (subminimal): akan terjadi kontraksi
yang lebih besar dari kontraksi minimal, yaitu kontraksi submaksimal.
● Bila rangsangan terus diperbesar sampai mencapai maksimal: akan
dihasilkan kontraksi maksimal.
● Rangsangan yang lebih besar dari rangsangan maksimal
(supramaksimal): akan menghasilkan kontraksi yang tidak lebih besar
dari kontraksi maksimal. Hal ini disebabkan karena seluruh unit motor
yang terdapat pada sediaan otot saraf tersebut sudah terangsang
semuanya (sejak rangsangan maksimal tadi).

Activity 1:

Post-lab quiz
Review sheet

1. Define the terms


● Skeletal muscle fiber: sel otot tunggal yang terdiri dari serat otot
skeletal
● Motor unit: satuan motor neuron dengan dengan serat otot yang
diinervasi
● Skeletal muscle twitch: respon otot terhadap suatu potensial aksi
● Electrical stimulus: rangsangan listrik yang membuat otot kontraksi
● Latent period: periode diantara pemberian stimulasi dan kontraksi
2. Role of acetylcholine in skeletal muscle contraction
- Berdifusi ke membran serat-serat otot dan berikatan dengan reseptor
di motor end plate dan menimbulkan potensial listrik
3. Process of excitation-contraction coupling in skeletal muscle fibers
- Neuromuskular junction mengarah ke ujung platepotensial dan ujung
platepotential memicu proses yang mengakibatkan kontraksi sel otot
4. Three phases of muscle twitch
● Periode laten: diantara mulainya potensial aksi di sel otot dan
mulainya kontraksi
● Kontraksi: diantara periode laten dan berakhir hingga puncak
tegangan otot
● Relaksasi: periode dari puncak tegangan otot hingga otot berhenti
kontraksi
5. Does duration of latent period change with different stimulus voltage?
- Berdasarkan penelitian, semua periode laten nya sama, yaitu 2,40
6. At threshold stimulus, do sodium ions start to move into or out of the cell to
bring about membrane depolarisation?
- Ion sodium pindah masuk kedalam sel disaat adanya stimulasi
treshold (adekuat) yang membuat membran depolarisasi

Activity 2:

Pre-lab quiz

Stop & Think Question


Answer: A
Answer: B

Predict question
Answer: C
Answer: 8.5

Post-lab quiz
Review sheet

1. The effect of increasing stimulus voltage on isolated skeletal muscle.


Specifically what happened to muscle force generated with stronger
electrical stimulations and why this change occur?
- Penambahan tinggi voltase stimulus berbanding lurus dengan total
force yang dihasilkan, namun akan berhenti naik ketika voltase
maksimum tercapai
2. How change in whole-muscle force achieved in vivo
- Penambahan tinggi voltase stimulus berbanding lurus dengan total
force yang dihasilkan, namun akan berhenti naik ketika voltase
maksimum tercapai
3. What happened in isolated skeletal muscle when maximal voltage applied?
- Penambahan tinggi voltase stimulus berbanding lurus dengan total
force yang dihasilkan, namun akan berhenti naik ketika voltase
maksimum tercapai

Activity 3:

Pre-lab quiz

1. During a single twitch of a skeletal muscle


B. Maximal force is never achieved

2. When a skeletal muscle is repetitively stimulated, twitches can overlap each


other and result in a stronger muscle contraction than a stand -alone twitch.
This phenomenon is known as
C. wave summation

3. Wave summation is achieved by


A.Increasing the stimulus frequency (the rate of stimulus delivery to the
muscle).

4. Wave summation increases the force produced in the muscle. Another way
to increase the force produced by a muscle is to:
D. Increase the number of activated motor units

Stop & Think Question

1. Was there any change in the force generated by the muscle during the
second stimulated twitch?
C. Yes, the second twitch generated more muscle force

Predict Question

1. As the stimulus frequency increases, what will happen to the muscle force
generated with each successive stimulus? Will there be a limit to this
response?
B. As the stimulus frequency increases, the muscle force generated by each
successive stimulus will increase. There will be a limit to this increase

2. In order to produce sustained muscle contractions with an active force value


of 5.2 grams, do you think you will need to increase the stimulus voltage?
A. Yes

Stop & Think Question

1. Is the total muscle force generated by the higher frequency stimulation


greater than the force generated in previous simulations?

Post-lab quiz
Review Sheet

1. What is the difference between stimulus Intensity and stimulus frequency?


Stimulus intensity berhubungan dengan besar/kecilnya kekuatan stimulasi
yang diberikan. Stimulus frequency berhubungan dengan jumlah stimulasi
yang diberikan

2. In this experiment you observed the effect of stimulating the isolated skeletal
muscle multiple times in a short period with complete relaxation between
the stimuli. Describe the force of contraction with each subsequent stimulus.
Are these results called treppe or wave summation?
Ketika menstimulasi otot skelet yang terisolasi beberapa kali dalam periode
singkat dengan relaksasi total diantaranya. Setiap tegangan antara tiap-tiap
stimulus akan memiliki batas yang semakin naik secara bertahap hingga
jumlah maksimum tercapai. Hal ini disebut Treppe

3. How did the frequency of stimulation affect the amount of force generated
by the isolated skeletal muscle when the frequency of stimulation was
increased such that the muscle twitches did not fully relax between
subsequent stimuli? Are these results called treppe or wave summation?
How well did the result compare with your prediction?
Ketika frekuensi stimulasi ditambah tanpa sempat otot relaksasi (overlap),
maka jumlah force akan semakin meningkat dengan ditambahkannya
stimulus. Hal ini disebut sebagai wave summation

4. To achieve an active force of 5.2 g, did you have to increase the stimulus
voltage above 8.5 volts? If not, how did you achieve an active force of 5.2g?
How well did the results compare with your prediction?
Berdasarkan tabel praktikum pada stimulus 8.5 volt dengan stimulasi
tunggal menghasilkan active force <5.2. Namun setelah jumlah stimulasi
dinaikan menjadi multiple, barulah jumlah active force mencapai angka
5.51. Kesimpulannya, berdasarkan prediksi tidak diperlukan menaikan
stimulus voltage, melainkan frekuensinya saja untuk mencapai active force
5.2 gr.

5. Compare and contrast frequency-dependent wave summation with motor


unit recruitment (previously observed by increasing the stimulus voltage).
How are they similar? How was each achieved in the experiment? Explain
how each is achieved in vivo
Frequency-dependent wave summation bergantung kepada stimulus oleh
nervus. Sedangkan rekrutment motorik bergantung pada jumlah serat
motorik yang tersedia di sediaan otot.

Activity 4:

Pre-lab quiz

1. Stimulus frequency refers to:


B.The rate that stimulating voltage pulses are applied to an isolated whole
skeletal muscle

2. Which of the following distinguishes a state of unfused tetanus from a state


of complete (fused) tetanus?
D. Muscle tension increases and decreases during a state of unfused tetanus

3. When the stimulus frequency reaches a value beyond which no further


increases in force are generated by muscle, the muscle has reached its:
A. Maximal tetanic tension

Anda mungkin juga menyukai