“MUSKULOSKELETAL”
BLOK 17
Disusun oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2021
KONTRAKSI OTOT
Pendahuluan
Otot dibedakan menjadi tiga jenis yaitu otot rangka, otot jantung dan otot
polos. Melalui proses dengan menggerakkan komponen-komponen intrasel
tertentu, sel (serabut) otot dapat menghasilkan tegangan dan memendek, yaitu
berkontraksi. Melalui kemampuan berkontraksinya yang berkembang sempurna,
kelompok-kelompok sel otot yang bekerja sama dalam satu berkas otot dapat
melakukan kerja. Kontraksi terkontrol otot memungkinkan: 1. Terjadinya gerakan
bertujuan keseluruhan tubuh, atau bagian-bagiannya (misalnya berjalan atau
melambaikan tangan). 2. Memanipulasi benda eksternal (misalnya menyetir atau
memindahkan objek tertentu). 3. Terdorongnya atau mengalirnya isi berbagai
organ internal berongga (misalnya sirkulasi darah atau berpindahnya makanan
sepanjang saluran pencernaan). 4. Mengosongkan isi organ tertentu ke lingkungan
eksternal (misalnya berkemih atau melahirkan).
Otot rangka dan tulang (skeleton) bekerja sama untuk menghasilkan
gerakan. Otot rangka mengandung komponen kontraktil yang terhubung dengan
tulang melalui tendo yang terdapat di kedua bagian ujung otot. Otot rangka dan
tendonya tersusun dalam tubuh dimana satu tendo melekat ke satu tulang dan tendo
kedua melekat pada tulang lainnya. Bila otot rangka berkontraksi akan
memperpendek jarak kedua tendo dan menyebabkan bergeraknya tulang. Satu
ujung dari otot rangka biasanya terfiksasi pada bagian yang relatif tidak bergerak
(bagian yang tetap) dan ujung lainnya berikatan dengan bagian yang bergerak pada
sisi lain persendian. Ujung yang berikatan dengan bagian yang tidak bergerak
disebut origo dan ujung yang berikatan dengan bagian yang bergerak disebut
insersio. Bila otot berkontraksi, insersio tertarik ke arah origo.
Umumnya pada persendian terdapat satu atau lebih otot rangka pada masing-
masing sisinya. Bila otot rangka berkontraksi dan menyebabkan sudut persendian
mengecil disebut otot fleksor, sebaliknya bila berkontraksi menyebabkan sudut
persendian membesar disebut otot ekstensor. Karena otot bekerja dengan
berkontraksi dan memendek, pasangan otot bekerja secara berlawanan, satu
ekstensor dan pasangannya fleksor. Setiap pasangan otot akan relaksasi bila
pasangannya kontraksi.
Meskipun sel-sel otot rangka terdapat dalam berbagai macam bentuk dan
ukuran struktur utama sel otot rangka tetap sama. Jika diambil satu berkas otot
utuh dan kemudian dipotong, akan ditemukan otot yang ditutupi lapisan jaringan
ikat yang dikenal sebagai epimisium. Epimisium melindungi otot dari pengaruh
gesekan terhadap otot lainnya dan tulang. Epimisium berlanjut sampai pada akhir
berkas otot untuk membentuk (bersama dengan jaringan ikat lainnya) tendo. Bila
dilihat penampang melintang potongan otot akan terlihat kumpulan (bundle)
serabut, yang dikenal sebagai fasciculi. Fasciculi dikelilingi oleh jaringan ikat lain,
yang disebut perimisium. Setiap fasciculi mengandung antara 10 sampai 100
serabut otot, tergantung pada ototnya. Otot yang kuat dan besar, seperti
quadriceps, memiliki serabut dalam jumlah besar untuk setiap bundel. Otot yang
lebih kecil digunakan untuk gerakan presisi, seperti yang ada di tangan akan berisi
jauh lebih sedikit serabut per fasciculi. Melihat setiap serabut otot secara rinci,
mereka juga diselaputi oleh jaringan ikat fibrosa, yang dikenal sebagai endomisium
yang memisahkan setiap serabut otot. Dibawah endomisium dan membungkus
serabut otot terdapat sarkolema, merupakan membran serabut otot dan dibawah
sarkolema terdapat sarkoplasma, yang merupakan sitoplasma serabut otot.
Sarkoplasma mengandung glikogen dan lemak untuk energi dan juga terdapat
mitokondria yang merupakan pembangkit energi sel. Setiap serabut otot itu sendiri
mengandung organel silinder yang dikenal sebagai miofibril. Setiap serabut otot
berisi ratusan hingga ribuan miofibril.. Miofibril dibentuk oleh rangkaian unit
kontraktil otor rangka yang disebut sarkomer. Sarkomer mengandung miofilamen
tipis dan tebal. Miofilamen tipis komponen utamanya adalah protein miosin.
Serabut otot dapat berkisar 10-80 mikrometer diameter dan mungkin sampai 35 cm
panjangnya.
Setiap otot disarafi oleh sejumlah neuron motorik berbeda. Ketika masuk ke
otot, sebuah neuron motorik membentuk cabang-cabang, dengan setiap terminal
akson mensarafi satu serat otot. Satu neuron motorik mesarafi sejumlah serat otot,
tetapi setiap serat otot hanya disarafi oleh satu neuron motorik. Ketika sebuah
neuron motorik diaktifkan, semua serat otot yang disarafinya akan terangsang
untuk berkontraksi serentak. Kelompok komponen aktif bersama ini, satu neuron
motorik dengan semua serat otot yang disarafinya disebut motor unit. Serat-serat
otot yang membentuk satu motor unit tersebar di seluruh otot. Setiap otot terdiri
dari sejumlah motor unit yang saling bercampur. Untuk konyraksi lemah suatu
otot, hanya satu atau beberapa motor unitnya yang diaktifkan. Untuk kontraksi
yang lebih kuat, lebih banyak motor unit yang direkrut, atau dirangsang untuk
berkontraksi, suatu fenomena yang dikenal sebagai rekruitmen motor unit.
A. PENGARUH BESARNYA RANGSANGAN TERHADAP KEKUATAN
KONTRAKSI
Tujuan Praktikum
Mempelajari rangsangan subminimal, minimal, submaksimal, maksimal dan
supramaksimal dan kontraksi minimal, submaksimal dan maksimal yang
dihasilkannya.
Dasar Teori
Satu berkas saraf (seperti n. ischiadicus) terdiri atas banyak serabut saraf.
Tiap serabut saraf mensarafi beberapa serabut urat daging (otot) ini disebut satu
unit motor. Bila rangsangan yang diberikan pada saraf atau ototnya kecil saja
(subminimal) tak satu pun dari motor unit itu yang terangsang. Tapi bila
rangsangan diperbesar sedikit (mencapai minimal) mungkin satu dua motor unit
terangsang, sehingga terjadi kontraksi yang terkecil pada otot itu (kontraksi
minimal).
Bila rangsangan diperbesar lagi (submaksimal) akan terjadi kontraksi yang
lebih besar dari kontraksi minimal, yaitu kontraksi submaksimal. Bila rangsangan
terus diperbesar sampai mencapai maksimal akan dihasilkan kontraksi maksimal.
Rangsangan yang lebih besar dari rangsangan maksimal(supra maksimal) akan
menghasilkan kontraksi yang tidak lebih besar dari kontraksi maksimal. Hal ini
disebabkan karena seluruh motor unit yang terdapat pada sediaan otot saraf
tersebut sudah terangsang semuanya pada saat rangsangan maksimal tadi.
Cara 2:
1. Katak yang telah dimatikan (A) diletakkan tertelungkup di atas papan
fiksasi, telapak kakinya difiksasi dengan jarum pentul.
2. Guntinglah dengan gunting yang kuat os. coccygeus dan os. sacrum setinggi
mungkin dan jaringan yang menutupinya.
3. Terlihat n. ischiadicus yang ke luar dari pleksus lumbosakralis, sebagai
serabut putih yang mengkilat. Ikatlah n. ischiadicus dengan benang setinggi
mungkin dekat tempat ke luarnya. Gunting n. ischiadicus di atas ikatan
benang tadi. Gunakan benang ini sebagai pemegang saraf sewaktu akan
membebaskan n. ischiadicus dari jaringan sekitarnya.
4. Lepaskan sekarang seluruh kulit tungkai yang bersangkutan dengan gunting
dan gunakan pinset untuk memudahkan menggunting kulit, sehingga seluruh
kulit terbuka dan otot terlihat.
5. Bebaskan sekarang n. ischiadicus mulai bagian kranial (atas) sampai ke
dekat pangkal m. gastrocnemius secara tumpul. Singkirkan otot-otot paha:
m. biceps, m. vastus externus, m. semimembranosus, (Gambar 7) dan otot
lainnya. Perhatian: n. ischiadicus sama sekali tidak boleh ditarik kuat,
tergunting atau terjepit. Bila hal ini terjadi, saraf tersebut akan rusak
percobaan yang akan saudara lakukan akan gagal. Letakkan untuk sementara
waktu n. ischiadicus di atas m. gastrocnemius supaya tidak menjadi kering.
Cara 3:
1. Letakkan katak yang telah dimatikan pada A, di atas papan katak dalam
posisi telentang.
2. Buka kulit dan otot perut kemudian singkirkan jeroan (di kiri dan kanan os.
vertebrae terlihar akar n. ischiadicus).
3. Ikatlah n. ishiadicus dengan benang pada bagian ujung di tempat keluarnya
dari sumsum punggung. Untuk isolasi selanjutnya peganglah benang ini.
Jangan memegang sarafnya karena ini akan merusak saraf tersebut.
4. Gunting badan katak dengan patokan di atas ikatan benang pada n.
ishiadicus, sehingga badan bagian bawah dan atas terpisah (Gambar 8).
B. KONTRAKSI SEDERHANA
Tujuan Praktikum
Menentukan masa laten, masa kontraksi dan masa relaksasi dari suatu kontraksi
sederhana (atau disebut juga kontraksi tunggal) dari otot rangka.
Tata Kerja
1. Fiksasi otot pada klem (penjepit otot) dengan menjepitkan os femur atau
sepertiga bagian bawah paha pada klem.
2. Ikatkan tendo Achilles dengan benang pada alat pencatat kontraksi, jangan
sampai kendur.
3. Selama perlakuan usahakan agar otot basah oleh larutan garam faali.
4. Hubungkan listrik dengan alat pencatat rangsangan.
5. Sentuhkan elektroda perangsang pada saraf atau ototnya.
6. Nyalakan induktorium setelah diatur jarak kumparan sekunder dan primer
pada jarak yang menghasilkan kontraksi minimal.
7. Kemudian nyalakan kimograf dengan kecepatan 25 mm per detik.
8. Tekan kunci telegraf induktorium untuk memberikan rangsangan pada otot.
9. Beri tanda - tanda yang diperlukan pada rekaman kontraksi, untuk masa
laten, masa kontraksi dan masa relaksasi. Gunakan pencatat kontraksi untuk
memproyeksikan puncak kontraksi sampai pada garis dasar.
10.Hitung masa laten, masa kontraksi dan masa relaksasi. Bila kecepatan
kimograf berputar dapat diketahui (kecepatan tersebut tertera pada
kimografnya) maka masa - masa tadi dapat dihitung dengan membagi jarak
masing - masing masa tadi dengan kecepatannya. Hitunglah dengan detik
atau milidetik.
Dasar Teori
Bila frekuensi rangsangan rendah, kontraksi - kontraksi yang dihasilkan berupa
kontraksi - kontraksi sederhana dengan relaksasi sempurna. Bila frekuensi
dipertinggi maka kontraksi - kontraksi dengan relaksasi yang tidak sempurna, yang
disebut kontraksi tetanus inkomplit. Bila frekuensi dipertinggi lagi otot tidak
sempat lagi relaksasi terjadi kontraksi terus yang disebut kontraksi tetanus komplit.
Kontraksi ini meningkat terus. Tapi pada suatu saat kontraksi ini menurun, karena
otot sudah mengalami kelelahan.
Tata Kerja
1. Aturlah voltase untuk rangsangan maksimal atau sedikitnya di atasnya.
2. Aturlah kecepatan kimograf pada kecepatan 2.5 mm perdetik.
3. Tempelkan tuas pencatat pada kertas pencatat dan buatlah rangsangan
dengan frekuensi rendah sampai tinggi dengan menekan kunci telegraf
semakin cepat, setelah kimograf dinyalakan.
4. Setelah terjadi tetanus komplit teruskan perangsangan sampai kontraksi
menurun.
5. Hentikan dan berikan tanda - tanda seperlunya.
Lembar Kerja:
Praktikum A:
Rangsangan subminimalnya range 0,1 sampai 0,7 voltage dengan muscle length 75
mm (karena pada range voltase ini active force 0 (g) (tidak terjadi kontraksi otot).
Rangsangan submaksimal range dari 0.9-8.0 volts dengan muscle length 75 mm.
Rangsangan maksimal 8,5 volts dengan muscle length 75 mm ( karena total force
tertinggi didapatkan adalah 1,82 (g).
2. Apa bedanya rangsang maksimal dan supramaksimal dalam hasil dan kuat
kontraksi?
● Bila rangsangan yang diberikan pada saraf atau ototnya kecil saja
(subminimal): tak satu pun dari unit motor itu yang terangsang.
● Bila rangsangan diperbesar sedikit (mencapai minimal): mungkin satu
dua unit motor terangsang, sehingga terjadi kontraksi yang terkecil
pada otot itu (kontraksi minimal).
● Bila rangsangan diperbesar lagi (subminimal): akan terjadi kontraksi
yang lebih besar dari kontraksi minimal, yaitu kontraksi submaksimal.
● Bila rangsangan terus diperbesar sampai mencapai maksimal: akan
dihasilkan kontraksi maksimal.
● Rangsangan yang lebih besar dari rangsangan maksimal
(supramaksimal): akan menghasilkan kontraksi yang tidak lebih besar
dari kontraksi maksimal. Hal ini disebabkan karena seluruh unit motor
yang terdapat pada sediaan otot saraf tersebut sudah terangsang
semuanya (sejak rangsangan maksimal tadi).
Activity 1:
Post-lab quiz
Review sheet
Activity 2:
Pre-lab quiz
Predict question
Answer: C
Answer: 8.5
Post-lab quiz
Review sheet
Activity 3:
Pre-lab quiz
4. Wave summation increases the force produced in the muscle. Another way
to increase the force produced by a muscle is to:
D. Increase the number of activated motor units
1. Was there any change in the force generated by the muscle during the
second stimulated twitch?
C. Yes, the second twitch generated more muscle force
Predict Question
1. As the stimulus frequency increases, what will happen to the muscle force
generated with each successive stimulus? Will there be a limit to this
response?
B. As the stimulus frequency increases, the muscle force generated by each
successive stimulus will increase. There will be a limit to this increase
Post-lab quiz
Review Sheet
2. In this experiment you observed the effect of stimulating the isolated skeletal
muscle multiple times in a short period with complete relaxation between
the stimuli. Describe the force of contraction with each subsequent stimulus.
Are these results called treppe or wave summation?
Ketika menstimulasi otot skelet yang terisolasi beberapa kali dalam periode
singkat dengan relaksasi total diantaranya. Setiap tegangan antara tiap-tiap
stimulus akan memiliki batas yang semakin naik secara bertahap hingga
jumlah maksimum tercapai. Hal ini disebut Treppe
3. How did the frequency of stimulation affect the amount of force generated
by the isolated skeletal muscle when the frequency of stimulation was
increased such that the muscle twitches did not fully relax between
subsequent stimuli? Are these results called treppe or wave summation?
How well did the result compare with your prediction?
Ketika frekuensi stimulasi ditambah tanpa sempat otot relaksasi (overlap),
maka jumlah force akan semakin meningkat dengan ditambahkannya
stimulus. Hal ini disebut sebagai wave summation
4. To achieve an active force of 5.2 g, did you have to increase the stimulus
voltage above 8.5 volts? If not, how did you achieve an active force of 5.2g?
How well did the results compare with your prediction?
Berdasarkan tabel praktikum pada stimulus 8.5 volt dengan stimulasi
tunggal menghasilkan active force <5.2. Namun setelah jumlah stimulasi
dinaikan menjadi multiple, barulah jumlah active force mencapai angka
5.51. Kesimpulannya, berdasarkan prediksi tidak diperlukan menaikan
stimulus voltage, melainkan frekuensinya saja untuk mencapai active force
5.2 gr.
Activity 4:
Pre-lab quiz