KETERAMPILAN MEDIK
PEMERIKSAAN
Kepala Leher
Untuk Mahasiswa Kedokteran
Edisi 1
Tahun 2015
Edisi 1
KONTRIBUTOR
PENYUSUN
EDITOR
DAFTAR ISI
Halaman Judul i Pemeriksaan Leher
Halaman Hak Cipta ii Pemeriksaan Morfologi Leher 39
Halaman Kontributor iii
Daftar Isi iv Latihan
Daftar Istilah dan Singkatan v Contoh Kasus 48
Checklist 49
Pendahuluan Umpan Balik 53
Kata Pengantar 1
Skenario 2 Daftar Pustaka 55
Tujuan Pembelajaran 3
Piramida Pembelajaran 4 Index 56
Rencana Pembelajaran
Alokasi Waktu 6
Tata Tertib 7
Materi
Dasar Teori
Kepala 9
Leher 18
Langkah Prosedur
Persiapan Alat 28
Persiapan Pemeriksa 29
Persiapan Pasie 30
Pemeriksaan Kepala
Pemeriksaan Morfologi Kepala 32
Pemeriksaan Fungsional Kepala
PENDAHULUAN
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan
hidayah-Nya atas terselesaikannya buku panduan belajar keterampilan medik blok
Endokrin. Buku ini disusun dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan akan buku
pengetahuan dalam bidang keterampilan medis. Maksud dan tujuan diterbitkannya
buku ini tidak lain guna menciptakan para lulusan dokter yang berkompeten dalam
berbagai bidang terutama kompetensi dalam keterampilan klinis. Dalam buku ini
termuat teori dan aplikasi dari keterampilan pemeriksaan kepala dan leher.
Seperti diketahui bersama, Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) telah mensyahkan
standar kompetensi dokter Indonesia. Dalam 7 area kompetensi yang harus dimiliki
oleh para lulusan dokter di Indonesia salah satu kompetensi yang wajib dimiliki adalah
kompetensi keterampilan klinis. Untuk itu Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
mempunyai kewajiban dalam mencetak dokter yang sesuai standar sehingga nantinya
dapat menjadi dokter yang tidak hanya cerdas dalam teori semata namun juga trampil
dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas sehari-hari.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua penulis, konsultan, dan rekan-
rekan dosen yang telah bersedia meluangkan waktunya guna menyelesaikan buku ini.
Kami menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna karena itu kritik dan
saran untuk perbaikan buku ini sangat kami harapkan. Semoga Allah SWT selalu
memberikan petunjuk dan perlindungan kepada kita semua didalam melaksanakan
tugas serta menerima amal ibadah kita, Amin.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Mataram, Agustus 2015
Ketua Lab. Keterampilan Medik
SKENARIO
Anda seorang dokter yang sedang bertugas di praktek umum. Datanglah seorang
laki-laki berusia 25 tahun datang ke praktek umum anda. Anda memberi salam
memperkenalkan diri, dan menanyakan keluhan.
Pasien mengeluh terdapat benjolan pada leher yang dirasakan sejak sekitar 1
bulan terakhir. Benjolan berjumlah satu buah, awalnya berukuran kecil, namun
semakin lama semakin membesar. Pasien tidak mengeluhkan nyeri pada benjolan
tersebut, benjolan juga dikatakan tidak pernah memerah. Riwayat penurunan berat
badan, penurunan nafsu makan, atau pun riwayat batuk lama tidak dialami pasien.
Setelah melakukan anamnesis, anda kemudian melakukan informed consent untuk
pemeriksaan umum dan pemeriksaan status lokalis kepala leher pasien. Penjelasan
yang diberikan berupa tujuan pemeriksaan, prosedur pemeriksaan, resiko
pemeriksaan dan lama pemeriksaan. Kemudian anda melakukan pemeriksaan umum
dan pemeriksaan kepala leher. Anda melakukan pemeriksaan tersebut dengan teliti
sehingga dapat menentukan diagnosa dan terapi pasien yang tepat.
! INGATLAH !
TUJUAN PEMBELAJARAN
TARGET KOMPETENSI
Mahasiwa mampu melakukan demonstrasi pemeriksaan kepala leher pada pasien
standar dan model/ alat peraga.
KATEGORI KOMPETENSI1
Kategori keterampilan klinis dokter berdasarkan Standar Kompetensi Dokter
Indonesia tahun 2012 adalah :
- Tingkat Kemampuan 3 (Shows) : pernah melakukan atau pernah menerapkan di
bawah supervisi
- Tingkat kompetensi 4 (Does): Mampu melakukan secara mandiri
4A. Keterampilan yang dicapai pada saat lulus dokter
4B. Profisiensi (kemahiran) yang dicapai setelah selesai internship dan/
atau Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB)
Tabel 1.1. Tabel Matriks Tingkat Keterampilan Klinis, Metode Pembelajaran dan
Metode Penilaian untuk setiap tingkat kemampuan1
KRITERIA Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3 Tingkat 4
Mampu melakukan secara
mandiri
Tingkat
Keterampilan Mampu melakukan di bawah supervisi
Penyelesaian Objective
Workbased Asessment
kasus secara Structured
Metode seperti mini – CEX ,
Ujian Tulis tertulis dan / Clinical
Penilaian atau lisan (oral
portofolio, logbook,
Examination
dsb
test) ( OSCE)
PIRAMIDA PEMBELAJARAN
Kuliah
Membaca
Demontrasi
Diskusi Kelompok
Latihan Mandiri
INGAT !
Sesering mungkin latihan mandiri hingga dapat menguasai
keterampilan dengan kompetensi tingkat 3 dan 4
RENCANA PEMBELAJARAN
ALOKASI WAKTU
3. Penutupan:
- Refleksi, hasil praktik dibandingkan dengan checklist. Instruktur 25 menit
- Penjelasan mengenai tugas untuk meningkatkan
ketrampilan melalui Belajar mandiri.
- Ingatkan siswa tentang pentingnya ketrampilan ini
sebagai dasar pemeriksaan fisik yang akan diajarkan di
blok selanjutnya.
- Refleksi oleh mahasiswa terhadap sesi praktik (untuk
Skills Lab)
- Penutup
TATA TERTIB
1. Peserta wajib hadir tepat waktu dalam setiap kegiatan keterampilan medik bila
terlambat ≥ 15 menit peserta dilarang masuk.
2. Peserta harus berpakaian rapi dan sopan, dilarang memakai jeans, kaos oblong,
rok mini, legging/celana ketat dan sandal.
3. Peserta wajib memakai jas laboratorium dan tanda pengenal sewaktu mengikuti
kegiatan keterampilan medik.
4. Peserta dilarang coret-coret di manekin, tembok, dan meja.
5. Peserta dilarang membuat gaduh sewaktu kegiatan keterampilan medik
berlangsung.
6. Peserta dilarang makan dan minum dalam kegiatan keterampilan medik.
7. Peserta wajib merapikan kembali alat-alat dan bahan-bahan yang telah
digunakan.
8. Apabila peserta meminjam alat diharapkan dilakukan pengecekan terlebih dahulu
dan alat kembali dalam keadaan seperti semula.
9. Apabila terdapat kerusakan dalam peakaian alat dan bahan, peserta wajib
menggantinya.
10. Peserta dilarang memperbanyak buku dan ceklist keterampilan medik tanpa
sepengetahuan laboratorium keterampilan medik.
11. Apabila berhalangan hadir segera menghubungi pengelola tramed untuk
menyelesaikan administrasi.
12. Syarat mengikuti ujian tertulis dan evaluasi praktek keterampilan medik:
Absensi kehadiran minimal 80%, dibuktikan dengan lembar kehadiran
mahasiswa. Lembar kehadiran mahasiswa harus ditandatangani oleh
dosen/instruktur yang bersangkutan.
Tidak ada tanggungan peminjaman alat.
Tidak terdapat pelanggaran tata tertib keterampilan medik.
MATERI
DASAR TEORI
ANATOMI KEPALA
KRANIUM, WAJAH, MATA, TELINGA, HIDUNG, MULUT
Kepala merupakan regio tubuh yang terintegrasi paling tinggi karena kepala
berkomunikasi dan mengkontrol seluruh sistem tubuh. Kepala mendapat perhatian
lebih dalam pemeriksaan klinis karena pada kepala terdapat organorgan panca indera
yang penting dan memberikan penunjuk kelainan-kelainan pada sistem organ lain.
Kepala terdiri dari otak dan organ-organ panca indera yaitu mata, telinga, hidung dan
organ pengecap. Secara struktural dan perkembangannya kepala dibagi menjadi
kranium dan wajah.
KRANIUM
Kranium dibungkus oleh kulit kepala (scalp). Kulit kepala melekat di anterior
setinggi alis, yaitu di tepi supraorbita. Meluas ke belakang meliputi area yang disebut
dengan dahi dan melintasi puncak kepala (vertex) sampai ke garis nuchal superior, tepi
belakang kepala. Baik tepi supraorbita dan garis nuchal superior di belakang kepala
dapat dengan mudah diraba.
Di bagian lateral, kulit kepala menutupi regio temporal dan berakhir pada
bagian luar telinga yang disebut aurikel atau pinna. Pada regio temporal melekat otot
temporalis, yang dapat diraba ketika mengkontraksikan rahang. Regio ini secara klinis
penting karena merupakan titik masuk ke kavum kranii pada banyak prosedur operasi
kepala. Hanya sebagian dari kulit kepala yang ditutup oleh rambut dengan garis
rambut (hairline) yang bervariasi yang ditentukan secara genetik.
Kulit kepala secara klinis juga penting karena merupakan lapisan jaringan
konektif yang padat yang melindungi saraf dan pembuluh darah di bawah kulit. Ketika
kulit kepala mengalami luka robek, pembuluh darah ikut terpotong dan mengakibatkan
perdarahan hebat.
WAJAH
Regio aurikuler
meliputi struktur
permukaan yang tampak
dari luar dan organ
internal yang berfungsi
sebagai organ
pendengaran dan
keseimbangan. Telinga
luar terdiri dari daun
telinga (aurikula) dan liang
telinga (meatus akustikus
eksternus atau kanalis
auditorius eksternus)
sampai dengan gendang
telinga (membrana
Gambar Anatomi Telinga
Struktur regio oral yang penting meliputi bibir atas dan bawah (labia), dagu
(mentum), dan struktur kavum oral yang dapat diperiksan jika mulut dibuka.
LEHER
KELENJAR GETAH BENING, KELENJAR SALIVA, TRAKEA,
KELENJAR TIROID, ARTERI KAROTIS
ANATOMI LEHER
Regio lateral
Otot
sternokleidomastoid dan
trapezius adalah struktur
yang menonjol pada masing-
masing regio lateral. Otot
sternokleidomastoideus dapat
dengan jelas dipalpasi
keseluruhan panjangnya saat
kepala ditolehkan ke satu sisi,
sedangkan otot trapezius
dapat dirasakan ketika kita
mengangkat kedua bahu.
Peradangan pada otot
trapezius menyebabkan
kekakuan leher. Jika
Laboratorium Keterampilan Medik 17
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER
seseorang marah atau bila kerah kemejanya terlalu sempit, vena jugularis eksternal
dapat terlihat. Pembuluh ini terletak menyilang menyeberangi otot
sternokleidomastoideus. Selain otot dan pembuluh darah, pada regio lateral juga
terdapat kelenjar getah bening servikal. Kelenjar ini dapat mengalami pembengkakan
dan terasa nyeri akibat penyakit infeksi pada regio oral dan faringeal.
Regio Nucha
Sebagian besar struktur regio nucha letaknya terlalu dalam sehingga sulit
dinilai dari permukaan. Meski demikian, spina vertebra servikal terbawah (C7) dapat
dilihat dan dipalpasi ketika leher diposisikan fleksi. Masih dalam posisi yang sama,
ligamentum Nucha akan terangkat membentuk bubungan padat yang meluas dari C7
ke superior, yaitu ke protuberansi oksipital tengkorak kepala. Ligamentum nucha
penting secara klinis karena ligamentum ini dapat mengalami kerusakan akibat
whiplash injury atau patah leher.
Rangka leher terdiri dari tujuh buah tulang vertebra servikal, tulang hyoid
yang dapat bergerak, manubrium sterni dan tulang klavikula.
Tulang rawan dan otot telah dibahas pada penjelasan mengenai struktur di
regio anterior dan lateral.
Kelenjar getah bening leher dan kepala dibagi menjadi dua kelompok besar,
kelenjar horisontal dan vertikal. Kelenjar getah bening umumnya berbentuk bulat atau
sedikit oval, teraba halus dan lebih kecil dibandingkan kelenjar liur yang berukuran
lebih besar dan permukaannya irregular serta berlobus.
Kelenjar getah bening horizontal membentuk beberapa kelompok yang
mengelilingi sudut-sudut antara kepala dan leher. Kelompok ini dinamai berdasarkan
posisi mereka, yaitu kelenjar getah bening submentalis, submandibularis, parotis
superfisial (atau preaurikular), mastoid (atau posterior aurikular) dan suboksipital.
Drainase aliran limfatik dari jaringan superfisial di kepala masuk ke kelenjar-kelenjar
ini, sedangkan pembuluh eferennya melewatkan aliran limfatik ke kelenjar getah
bening rantai servikal dalam.
submandibular ketika dinilai dengan radiografi), dan batas posterior (lateral) adalah
tepi posterior otot stenocleidomastoid.
Level III, Middle jugular group
Kelenjar getah bening yang terletak di sekitar sepertiga tengah vena jugularis interna,
membentang dari tepi inferior tulang hyoid (atas) ke tepi inferior kartilago krikoid
(bawah). Batas anterior (medial) adalah tepi lateral otot sternohyoid, dan batas
posterior (lateral) adalah tepi posterior otot sternokleidomastoid.
Level IV, lower jugular group
Kelenjar getah bening yang terletak di sekitar sepertiga bagian bawah vena jugularis
interna, membentang dari tepi inferior kartilago krikoid (atas) ke klavikula (bawah).
Batas anterior (medial) adalah tepi lateral otot sternohyoid, dan batas posterior
(lateral) adalah tepi posterior dari otot sternokleidomastoid.
Level V, posterior triangle group
Kelenjar getah bening yang terletak di sepanjang bagian bawah dari nervus
aksesorius dan arteri cervicalis transversus. Nodus supraklavikula juga
termasuk dalam kelompok segitiga posterior. Batas superior adalah apeks yang
dibentuk oleh pertemuan dari otot sternokleidomastoid dan trapezius, batas
inferior klavikula, batas anterior (medial) adalah tepi posterior otot
sternokleidomastoid, dan batas posterior (lateral) adalah tepi anterior otot
trapezius.
Level VI, anterior compartment
Kelenjar getah bening di daerah pra dan paratrakeal, precricoid (Delphian), dan
perithyroidal, termasuk kelenjar getah bening di sepanjang saraf laringeus rekuren.
Batas superior tulang hyoid, batas inferior suprasternal notch, dan batas-batas lateral
adalah arteri karotis kommunis.
KELENJAR SALIVA
Kelenjar parotis
adalah kelenjar liur terbesar
dan terutama terdiri dari
kelenjar serosa. Dua puluh
lima persen liur dihasilkan
oleh kelenjar ini. Kelenjar
parotis terletak dalam
cekungan dalam di bawah
meatus auditorius eksternus,
dibelakang ramus mandibula
dan didepan otot sternokleido
mastoideus. Nervus fasialis
membagi kelenjar ini menjadi
lobus superfisial dan
profunda. Duktus parotis
muncul dari tepi anterior
kelenjar dan melewati permukaan lateral maseter. Normalnya kelenjar tidak teraba
pada palpasi, tetapi lokasi dan perluasannya harus diketahui agar bila terjadi
pembesaran dapat dikenali.
Kelenjar Submandibula
Kelenjar submandibula terdiri dari asinus serosa dan mukosa yang
menghasilkan 70% liur manusia. Kelenjar ini terletak pada batas bawah korpus
mandibula dan dibagi menjadi bagian superfisial dan profunda oleh muskulus
mylohioid. Bagian profunda kelenjar ini berada di bawah membran mukosa mulut di
sisi lidah. Duktus kelenjar submandibula berasal dari ujung anterior bagian profunda
dan berjalan ke depan, ke membran mukosa mulut, kemudian membuka di sisi frenulum
lidah.
Kelenjar Sublingual
Kelenjar ini terletak di balik mukosa dasar mulut (lipatan sublingual) dekat
frenulum lidah. Kelenjar ini terdiri dari asinus serosa dan mukosa, asinus mukosa lebih
mendominasi. Duktus kelenjar ini membuka ke puncak lipatan sublingual. Kelenjar
sublingual berkontribusi paling kecil dalam menghasilkan liur, yaitu 5%.
TRAKEA
menjadi dua bronkus utama kiri dan kanan setinggi angulus sternal (seberang vertebra
torakal keempat dan kelima). Selama ekspirasi, percabangan ini dapat naik hingga satu
level vertebra dan selama inspirasi dalam, dapat turun sampai vertebra torakal keenam,
sekitar 3 cm.
Pada orang dewasa, trakea panjangnya sekitar 4.5 in (11.25 cm) dengan
diameter sekitar 1 in (2.5 cm). Pada bayi, panjangnya sekitar 1.6-2 in (4-5 cm) dan
diameternya sekitar 3mm. Tabung fibroelastik ini terjaga tetap paten dengan adanya
cincin kartilago berbentuk huruf U. Tepi posterior yang bebas dihubungkan oleh otot
polos yaitu muskulus trakhealis.
KELENJAR TIROID
LANGKAH PROSEDUR
KOMUNIKASI
a. Menyambut pasien, dan memperkenalkan diri kepada pasien.
b. Melakukan informed consent yaitu menjelaskan prosedur pemeriksaan mata dan
resikonya serta meminta persetujuan pasien
c. Membangun hubungan interpersonal yang baik.
Menciptakan lingkungan yang nyaman
Melihat reaksi pasien selama pemeriksaan fisik
Laboratorium Keterampilan Medik 22
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER
PERSIAPAN ALAT
Alat Pemeriksaan Kepala Leher :
1 2 3
PERSIAPAN PEMERIKSA
General Precaution : Selalu cuci tangan sebelum dan setelah melakukan
prosedur pemeriksaan
PERSIAPAN PASIEN
Mengatur posisi pasien dan pemeriksa sesuai prosedur pemeriksaan yang akan
dilakukan.
PEMERIKSAAN KEPALA
KEPALA DAN RAMBUT, WAJAH, MATA, TELINGA, HIDUNG, MULUT
1. Lakukan inspeksi pada kepala secara umum, nilailah hal-hal berikut: posisi,
pergerakan, bentuk dan ukuran
2. Perhatikan warna, kuantitas (kelebatan), distribusi, dan tekstur rambut, atau jika
ada gambaran kebotakan. Perhatikan juga kulit kepala, lihat adanya ketombe,
hemangioma dan lesi kulit lainnya di kepala
3. Raba dan perhatikan bentuk, ukuran, konsistensi, mobilitas, warna, suhu, nyeri
tekan dan daerah sekitarnya. Palpasi kepala secara hati-hati dan teliti. Perhatikan
ada tidaknya denyut atau getaran pada daerah-daerah tertentu
WAJAH
MATA
Simetrisitas
Berdiri di depan pasien dan perhatikan kedudukannya satu dengan yang
lain, jarak dan kesimetrisan mata.
Bagian-bagian mata:
Alis
Perhatikan ketebalan alis, distribusi dan bentuknya
Palpebra
1. Pemeriksa berhadapan dengan pasien, perhatikan posisi kelopak mata terhadap
bola mata. Hal-hal yang harus dinilai :
- Bentuk, kedudukan dan simetrisitas palpebra
- Lebar fisura palpebra; apakah simetris atau ada ptosis
- Kulit palpebra ; adakah lesi, perubahan warna atau edema
- Bulu mata ; arah pertumbuhannya
- Kelenjar air mata; peradangan, pembengkakan
2. Minta pasien untuk menutup kelopak matanya, lalu nilai ada tidaknya
lagoftalmos
Konjungtiva
Pertama, periksalah konjungtiva palpebra inferior.
1. Minta penderita melihat kebawah. Dengan ibu jari atau telunjuk pemeriksa,
tekan kulit dibawah palpebra inferior kearah tulang maksilaris kearah bawah
2. Setelah itu minta penderita melihat keatas, dengan demikian forniks inferior
akan menonjol dan mengekspos sebagian besar dari konjungtiva palpebra
inferior.
Untuk memeriksa konjungtiva palpebra superior lakukan hal berikut ini ;
1. Ibu jari dan jari telunjuk
memegang beberapa helai bulu
mata, kemudian tari palpebra
superior menjauhi bola mata.
2. Ambil batang aplikator,
tempatkan secara mendatar di
pangkal palpebra superior.
Pemeriksa memegang batang
aplikator di bagian temporal
mata yang akan diperiksa.
3. Tarik tepi palpebra ke arah luar
dan ke arah atas, sehingga
palpebra superior terlipat di atas
batang aplikator. Gambar pemeriksaan konjungtiva palpebra
superior
4. Lepaskan batang aplikator dan pegang kulit tepi palpebra superior dengan
ibujari untuk mengamati konjungtiva tarsalis superior.
5. Amati warna konjungtiva, ada tidaknya pelebaran pembuluh darah / hiperemi
konjungtiva, hipertrofi papil dan hipertrofi folikel, adanya bentukan membran
atau pseudomembran, adanya hordeolum interna; khalasion dan kelainan-
kelainan lainnya.
Sklera
1. Pemeriksa membuka lebar mata pasien
dengan menarik palpebra inferior ke
bawah sementara pasien diminta
melihat ke atas, atau sebaliknya,
menarik palpebra superior ke arah atas
sementara pasien diminta melihat ke
bawah.
2. Untuk dapat melihat lebih jelas,
pemeriksa dapat meletakkan ibu jari
dan telunjuk pada tulang infra orbita
Gambar pemeriksaan sklera
dan alis secara bersama-sama kemudian
menarik palpebra ke bawah dan ke atas.
Laboratorium Keterampilan Medik 27
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER
Minta pasien untuk melihat ke atas dan ke bawah secara bergantian. (teknik ini
akan memberikan gambaran sklera dan konjungtiva bulbi yang lebih jelas)
3. Perhatikan warna sklera apakah terdapat warna lain selain putih. Warna kuning
ditemukan pada ikterus, merah biasanya karena perdarahan akibat trauma dan
biru dapat tampak pada kelainan tulang (misalnya osteogenesis imperfekta) atau
glaukoma.
TELINGA
Gambar cara memegang telinga dengan 2 Gambar cara memegang telinga dengan 1
tangan tangan
HIDUNG
MULUT
1. Inspeksi dimulai dari bibir, dilihat adakah kelainan bentuk (misalnya labioskisis),
perhatikan warna bibir (pasien diminta tidak memakai pewarna bibir), simetris
tidaknya gerakan bibir, kondisi kulit dan mukosa, perubahan pada permukaan
bibir adakah luka, ulserasi, vesikel, indurasi, memar, atau kelainan yang lain.
2. Perhatikan susunan gigi dan gusi. Pada keadaan normal, gusi akan berwarna
merah jambu. Keadaan gusi yang merah hiperemi menunjukkan adanya
ginggivitis. Perlu juga dinilai simetris tidaknya rahang, mobilitas mandibula,
dan fungsi sendi temporomandibular adakah kelainan atau nyeri.
3. Nilai bentuk dan mobilitas lidah. Nilai warna dan tekstur dorsum lidah.
Laboratorium Keterampilan Medik 30
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER
4. Mukosa rongga mulut dan pipi meliputi warna, kelembaban, adakah membran
yang menutupi mukosa mulut, leukoplakia, ulserasi, tumor, dan nodul.
PEMERIKSAAN LEHER
KELENJAR GETAH BENING, KELENJAR SALIVA, TRAKEA,
KELENJAR TIROID, ARTERI KAROTIS,
Lakukan inspeksi pada leher secara umum, nilailah hal-hal berikut ini:
simetrisitas leher, ada tidaknya massa, jaringan parut, pembesaran kelenjar parotis
atau submandibular serta pembesaran kelenjar getah bening.
supraklavikular poststernokleidomastoideus
Gambar pemeriksaan kelenjar getah bening dari arah belakang
KELENJAR SALIVA
Inspeksi
Perhatikan daerah anterior tragus untuk mencari adanya pembesaran
kelenjar parotis dan daerah di bawah korpus mandibula untuk kelenjar submandibula
Palpasi
TRAKEA
Inspeksi
Ketika melakukan inspeksi, identifikasi terlebih dulu kartilago tiroid dan
krikoid, serta trakea di bawahnya. Posisi trakea tepat berada pada garis tengah,
perhatikan ada tidaknya deviasi pada trakea pasien.
Palpasi
1. Palpasi trakea untuk mencari ada tidaknya deviasi.
2. Letakkan jari pemeriksa di sepanjang salah satu sisi trakea, perhatikan ruang
antara trakea dan otot sternokleidomastoid. Bandingkan dengan sisi
kontralateral. Lebar ruang pada kedua sisi trakea haruslah simetris.
KELENJAR TIROID
Kelenjar tiroid pada dewasa normal seringkali tidak dapat dipalpasi. Pada
individu dengan leher kurus, ismus normal dapat dirasakan seperti jaringan
berbentuk pita yang berada pada garis luar permukaan cincin-cincin trakea. Goiter
adalah pembesaran pada kelenjar tiroid.
Inspeksi
1. Minta pasien untuk duduk, kemudian sedikit mendongakkan kepalanya. Terangi
leher pasien dengan sinar yang mengarah tangensial/miring dari ujung dagu ke
arah bawah. Lakukan inspeksi pada setengah bagian bawah leher, yaitu regio di
bawah kartilago krikoid untuk memeriksa kelenjar.
2. Minta pasien mengulum sedikit air, meluruskan kembali lehernya kemudian
menelan. Perhatikan gerakan kelenjar tiroid ke atas, konturnya dan
simetrisitasnya. Kartilago tiroid, krikoid dan kelenjar tiroid ketiganya akan
bergerak naik pada saat menelan, kemudian kembali ke posisi semula. Jika pasien
gemuk atau berleher pendek, minta pasien mendongak/ memiringkan leher ke
belakang kemudian menyangganya dengan kedua tangan yang saling
digenggam, setelah itu minta pasien untuk menelan.
Palpasi
1. Minta pasien duduk dikursi lalu pemeriksa berdiri di belakang pasien
2. Instruksikan pasien untuk sedikit memfleksikan lehernya ke arah depan agar
otot-otot leher menjadi relaks. Tempatkan kedua ibu jari di belakang leher pasien
dan keempat jari lainnya melingkar ke anterior sehingga ujung jari tengah dan
Laboratorium Keterampilan Medik 36
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER
Inspeksi
Perhatikan bagian medial otot sternokleidomastoideus, pulsasi karotis dapat
terlihat pada daerah ini.
Palpasi
1. Letakkan jari telunjuk dan jari tengah tangan kiri pemeriksa pada arteri karotis
kanan yang berada pada sepertiga bagian bawah leher, tekan ke arah posterior
dan rasakan pulsasinya. (penekanan dilakukan pada tepi medial otot
sternokleidomastoid, setinggi kartilago krikoid. Hati-hati jangan sampai
menekan sinus karotis yang berada setinggi puncak kartilago tiroid.)
2. Untuk arteri karotis kiri, gunakan ibu jari atau jari-jari tangan kanan pemeriksa.
Jangan menekan kedua arteri karotis pada saat yang bersamaan karena dapat
menurunkan aliran darah ke otak dan menyebabkan pingsan.
3. Cobalah untuk menilai :
- Amplitudo nadi
- Ada tidaknya thrill
Auskultasi
Minta pasien menahan napas beberapa saat, letakkan sisi diafragma
stetoskop pada permukaan arteri karotis dan dengarkan ada tidaknya bruit.
LATIHAN
CONTOH KASUS
CHECKLIST
Tidak Kurang Dilakukan
No TAHAPAN
Dilakukan Dilakukan Lengkap
KOMUNIKASI
a. Menyambut pasien, dan memperkenalkan diri kepada pasien.
b. Melakukan informed consent yaitu menjelaskan prosedur
pemeriksaan mata dan resikonya serta meminta persetujuan
pasien
c. Membangun hubungan interpersonal yang baik.
Catatan :
PERSIAPAN ALAT
Menyiapkan peralatan untuk pemeriksaan
Catatan :
PERSIAPAN PEMERIKSA
General Precaution : Selalu cuci tangan sebelum melakukan
prosedur pemeriksaan
Catatan :
PERSIAPAN PASIEN
Mengatur posisi pasien dan pemeriksa sesuai prosedur
pemeriksaan yang akan dilakukan
Catatan :
PEMERIKSAAN KEPALA
1. Melakukan inspeksi kepala (posisi, pergerakan, bentuk,
ukuran, rambut, kulit kepala, massa)
2. Melakukan palpasi kepala (adanya massa, fraktur, nyeri
tekan, denyutan atau getaran)
3. Melakukan inspeksi wajah secara umum (bentuk,
kesimetrisan, warna, ekspresi, kontur wajah, pergerakan,
lesi kulit, edema dan massa)
4. Melakukan pemeriksaan mata {bentuk dan ukuran,
kesimetrisan, pergerakan bola mata dan bagian-bagian mata
yang terlihat dari luar (alis, palpebra, konjungtiva, sklera)}
5. Melakukan pemeriksaan telinga (bentuk, posisi, ukuran,
deformitas, edema, radang, hiperemia, lesi pada kulit atau
massa)
6. Melakukan pemeriksaan hidung (bentuk, deformitas, warna
kulit, lesi kulit, deviasi septum, pergerakan cuping hidung)
7. Melakukan pemeriksaan mulut (inspeksi bibir, gigi, gusi,
lidah, mukosa buccal)
Catatan :
PEMERIKSAAN LEHER
1. Melakukan pemeriksaan kelenjar getah bening
Inspeksi: Nilai ada tidaknya pembesaran kelenjar getah
bening.
Palpasi dari depan atau dari belakang: preaurikular,
retroaurikular, occipital, tonsilar, submandibular,
submental, cervikalis superficial, servical posterior,
supraclavicula
2. Melakukan pemeriksaan kelenjar saliva.
Inspeksi ada atau tidak pembesaran pada anterior tragus.
Palpasi otot masseter (pasien diinstruksikan untuk
menggigit) untuk menentukan perluasan, konsistensi dan
ada tidaknya nyeri tekan pada massa)
3. Melakukan pemeriksaan trakea.
Inspeksi: identifikasi kartilago tiroid dan krikoid, serta
trakea di bawahnya. Posisi trakea tepat berada pada garis
tengah, perhatikan ada tidaknya deviasi pada trakea pasien.
Palpasi trakea untuk mencari ada tidaknya deviasi.
4. Melakukan pemeriksaan kelenjar tiroid :
Inspeksi dari depan.
Palpasi (dari belakang).
Auskultasi dengan benar
5. Melakukan pemeriksaan arteri karotis (inspeksi, palpasi dan
auskultasi dengan benar)
6. Melaporkan temuan pathologis kepada penguji dengan
benar
7. Mengkomunikasikan hasil pemeriksaan kepada pasien
Catatan :
UMPAN BALIK
Nama : Topik :
No Mahasiswa : Pertemuan ke - :
SARAN
Observer:
Nama : Topik :
No Mahasiswa : Pertemuan ke - :
SARAN
Observer:
UMPAN BALIK
Nama : Topik :
No Mahasiswa : Pertemuan ke - :
SARAN
Observer:
Nama : Topik :
No Mahasiswa : Pertemuan ke - :
SARAN
Observer:
DAFTAR PUSTAKA
1. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi Kedokteran Indonesia.Jakarta :
Katalog Dalam Terbitan (KDT) ; 2012. Available from :
http://www.kki.go.id/assets/data/arsip/SKDI_Perkonsil,_11_maret_13.pdf ( di
akses tanggal 25 Agustus 2015)
2. Ifanos. Pyramid learning. Eropa ; 2015.Available from : http://www.ifanos-
concept.eu/downloads/capacity_development/index_eng.html
3. Mangunkusumo E, Soetjipto D, Dalam Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J,
Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher.
Edisi 6. Jakarta: FK UI ; 2010.
4. Sobotta, J. Atlas of Human Anatomy. Edisi 22. New York : Elsevier ; 2006
5. Adams, George L. Boies: Buku ajar penyakit THT (Boeis fundamentals of
otolaryngology). Edisi 6. Jakarta: EGC ; 1997.
6. Ballenger JJ.Aplikasi Klinis Anatomi dan Fisiologi Hidung dan Sinus Paranasal dalam
Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. Jilid satu. Edisi 13. Binarupa
Aksara. Jakarta ; 1994
7. Moore, K.L., Dalley, A.I. Clinically Oriented Anatomy. Edisi 6.Philadelphia :
Lippincott Williams & Wilkins ; 2009
8. Dobie, R. J. B. Byron.Head and Neck Surgery Laryngology. Edisi 2. Philadelphia:
Lippincott-Raven Publisher ; 2006
9. Irwan, Ghanie A. Atlas Berwarna Teknik Pemeriksaan Kelainan Telinga Hidung
Tenggorok. Edisi 1. Jakarta: EGC ; 2007
10. Soedjak, Sardjono, Sri Rukmini, et al. Teknik Pemeriksaan Telinga, Hidung &
Tenggorok. Jakarta : EGC ; 2000
INDEKS