Anda di halaman 1dari 45

Panduan Belajar

KETERAMPILAN MEDIK
PEMERIKSAAN

Kepala Leher
Untuk Mahasiswa Kedokteran

Edisi 1
Tahun 2015

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Jalan Pendidikan 37 Mataram Telp. (0370) 640874
Panduan Belajar
KETERAMPILAN MEDIK
PEMERIKSAAN KEPALA LEHER
Untuk Mahasiswa Kedokteran

Edisi 1

Laboratorium Keterampilan Medik Fakultas Kedokteran


Universitas Mataram
Mataram
Cetakan Pertama, November 2015

Hak Cipta © dilindungi oleh Undang – Undang


All right reserved

Buku ini di setting dengan bentuk huruf Bell MT


Editor : dr. Didit Yudhanto, Sp.THT-KL, M.Sc.
Supervisor produksi : dr. Monalisa Nasrul, Sp.M
dr. Isna Kusuma Nintyastuti, Sp.M, M.Sc.
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER

KONTRIBUTOR

PENYUSUN

dr. Hamsu Kadriyan, Sp.THT-KL, dr. I Gusti Ayu Trisna, Sp.THT-


M.Kes KL
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Bagian Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok dan Bedah Hidung Tenggorok dan Bedah
Kepala Leher, Fakultas Kedokteran Kepala Leher, Fakultas
Universitas Mataram, Nusa Kedokteran Universitas
Tenggara Barat Mataram, Nusa Tenggara Barat

EDITOR

dr. Didit Yudhanto, Sp.THT – KL,


M.Sc.
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok dan Bedah Kepala Leher,
Fakultas Kedokteran Universitas
Mataram, Nusa Tenggara Barat

Laboratorium Keterampilan Medik iii


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER

DAFTAR ISI
Halaman Judul i Pemeriksaan Leher
Halaman Hak Cipta ii Pemeriksaan Morfologi Leher 39
Halaman Kontributor iii
Daftar Isi iv Latihan
Daftar Istilah dan Singkatan v Contoh Kasus 48
Checklist 49
Pendahuluan Umpan Balik 53
Kata Pengantar 1
Skenario 2 Daftar Pustaka 55
Tujuan Pembelajaran 3
Piramida Pembelajaran 4 Index 56

Rencana Pembelajaran
Alokasi Waktu 6
Tata Tertib 7

Materi
Dasar Teori
Kepala 9
Leher 18
Langkah Prosedur
Persiapan Alat 28
Persiapan Pemeriksa 29
Persiapan Pasie 30
Pemeriksaan Kepala
Pemeriksaan Morfologi Kepala 32
Pemeriksaan Fungsional Kepala

Laboratorium Keterampilan Medik iv


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER

DAFTAR ISTILAH & SINGKATAN


Eksoftalmos Penonjolan abnormal bola mata (protusi bulbi)
Lagoftalmos Suatu keadaan dimana kelopak mata tidak dapat menutup bola
mata dengan sempurna
Osteogenesis Atau brittle bone disease adalah kelainan pembentukan
imperfekta jaringan ikat yang umumnya ditandai dengan tulang mudah
patah, kelainan pada ligamen, kulit, sklera, ataupun gigi.
Glaukoma Keadaan dimana tekanan bola mata melebihi nilai normal
Battle sign Warna biru/ ekimosis dibelakang telinga di atas os mastoid
Labioskisis Kelainan kongenital sumbing yang terjadi akibat kegagalan
fusi atau penyatuan prominen maksilaris dengan prominen
nasalis medial yang diikuti disrupsi kedua bibir, rahang dan
palatum anterior
Goiter Suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran
kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid dapat berupa
gangguan fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan
morfologinya
Plethora Gambaran vaskularisasi paru berlebih

Laboratorium Keterampilan Medik v


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER

PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan
hidayah-Nya atas terselesaikannya buku panduan belajar keterampilan medik blok
Endokrin. Buku ini disusun dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan akan buku
pengetahuan dalam bidang keterampilan medis. Maksud dan tujuan diterbitkannya
buku ini tidak lain guna menciptakan para lulusan dokter yang berkompeten dalam
berbagai bidang terutama kompetensi dalam keterampilan klinis. Dalam buku ini
termuat teori dan aplikasi dari keterampilan pemeriksaan kepala dan leher.
Seperti diketahui bersama, Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) telah mensyahkan
standar kompetensi dokter Indonesia. Dalam 7 area kompetensi yang harus dimiliki
oleh para lulusan dokter di Indonesia salah satu kompetensi yang wajib dimiliki adalah
kompetensi keterampilan klinis. Untuk itu Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
mempunyai kewajiban dalam mencetak dokter yang sesuai standar sehingga nantinya
dapat menjadi dokter yang tidak hanya cerdas dalam teori semata namun juga trampil
dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas sehari-hari.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua penulis, konsultan, dan rekan-
rekan dosen yang telah bersedia meluangkan waktunya guna menyelesaikan buku ini.
Kami menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna karena itu kritik dan
saran untuk perbaikan buku ini sangat kami harapkan. Semoga Allah SWT selalu
memberikan petunjuk dan perlindungan kepada kita semua didalam melaksanakan
tugas serta menerima amal ibadah kita, Amin.

Wassalamualaikum Wr. Wb
Mataram, Agustus 2015
Ketua Lab. Keterampilan Medik

dr. Monalisa Nasrul, Sp.M

Laboratorium Keterampilan Medik 6


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER

SKENARIO
Anda seorang dokter yang sedang bertugas di praktek umum. Datanglah seorang
laki-laki berusia 25 tahun datang ke praktek umum anda. Anda memberi salam
memperkenalkan diri, dan menanyakan keluhan.
Pasien mengeluh terdapat benjolan pada leher yang dirasakan sejak sekitar 1
bulan terakhir. Benjolan berjumlah satu buah, awalnya berukuran kecil, namun
semakin lama semakin membesar. Pasien tidak mengeluhkan nyeri pada benjolan
tersebut, benjolan juga dikatakan tidak pernah memerah. Riwayat penurunan berat
badan, penurunan nafsu makan, atau pun riwayat batuk lama tidak dialami pasien.
Setelah melakukan anamnesis, anda kemudian melakukan informed consent untuk
pemeriksaan umum dan pemeriksaan status lokalis kepala leher pasien. Penjelasan
yang diberikan berupa tujuan pemeriksaan, prosedur pemeriksaan, resiko
pemeriksaan dan lama pemeriksaan. Kemudian anda melakukan pemeriksaan umum
dan pemeriksaan kepala leher. Anda melakukan pemeriksaan tersebut dengan teliti
sehingga dapat menentukan diagnosa dan terapi pasien yang tepat.

! INGATLAH !

 Harus selalu informed concent sebelum melakukan tindakan


 Menjaga perilaku profesional dan etika kedokteran
 Pemeriksaan kepala leher meliputi pemeriksaan kepala dan rambut, wajah,
mata, telinga, hidung, mulut, kelenjar getah bening, kelenjar saliva, trakea,
kelenjar tiroid, dan arteri karotis.

Laboratorium Keterampilan Medik 7


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER

TUJUAN PEMBELAJARAN

 TARGET KOMPETENSI
Mahasiwa mampu melakukan demonstrasi pemeriksaan kepala leher pada pasien
standar dan model/ alat peraga.

 KATEGORI KOMPETENSI1
Kategori keterampilan klinis dokter berdasarkan Standar Kompetensi Dokter
Indonesia tahun 2012 adalah :
- Tingkat Kemampuan 3 (Shows) : pernah melakukan atau pernah menerapkan di
bawah supervisi
- Tingkat kompetensi 4 (Does): Mampu melakukan secara mandiri
 4A. Keterampilan yang dicapai pada saat lulus dokter
 4B. Profisiensi (kemahiran) yang dicapai setelah selesai internship dan/
atau Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB)

Tabel 1.1. Tabel Matriks Tingkat Keterampilan Klinis, Metode Pembelajaran dan
Metode Penilaian untuk setiap tingkat kemampuan1
KRITERIA Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3 Tingkat 4
Mampu melakukan secara
mandiri
Tingkat
Keterampilan Mampu melakukan di bawah supervisi

Klinis Memahami clinical reasoning dan problem solving

Mengetahui teori keterampilan

Melakukan pada pasien

Metode Mampu melakukan di bawah supervisi

Pembelajaran Memahami clinical reasoning dan problem solving

Mengetahui teori keterampilan

Penyelesaian Objective
Workbased Asessment
kasus secara Structured
Metode seperti mini – CEX ,
Ujian Tulis tertulis dan / Clinical
Penilaian atau lisan (oral
portofolio, logbook,
Examination
dsb
test) ( OSCE)

Laboratorium Keterampilan Medik 8


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER

PIRAMIDA PEMBELAJARAN

Kuliah

Membaca

Mendengar dan Melihat

Demontrasi

Diskusi Kelompok

Mengajar orang lain – Aplikasi langsung

Latihan Mandiri

Gambar 2.1. Learning Pyramid2

INGAT !
 Sesering mungkin latihan mandiri hingga dapat menguasai
keterampilan dengan kompetensi tingkat 3 dan 4

Laboratorium Keterampilan Medik 9


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER

RENCANA PEMBELAJARAN

ALOKASI WAKTU

Tabel 2.1. Tabel Rencana Alokasi Waktu


Yang
No. Isi Ket.
Terlibat
1. Pembukaan:
- Pembuka Instruktur 15 menit
- Presensi dan mengumpulkan rencana kerja Siswa
- Skenario dan pre-tes  mahasiswa
- Tujuan Pembelajaran  instruktur
- Konsep belajar piramida  instruktur
- Menyiapkan peralatan
- Role play oleh mahasiswa (dilakukan oleh mahasiswa
yang telah siap atau ditunjuk oleh instruktur)
- Komentar dari instruktur dan mahasiswa
2. Aktivitas Utama:
- Sesi praktik. Masing-masing kelompok terdiri dari ± Mahasiswa 80 menit
3-4 orang yang berperan sebagai pasien, dokter, dan terbimbing Checklist
penilai. Satu orang harus menjadi pasien. Peran dokter,
pasien dan penilai dilakukan bergantian.
- Jika hanya ada dua mahasiswa dalam satu kelompok,
mereka harus bergantian menjadi pasien.
- Jika ada lebih dari 3 mahasiswa dalam satu kelompok,
mereka harus bergiliran sebagai pasien, dokter, dan
penilai.
- Lakukan pemeriksaan fisik kepala leher
- Instruktur menunjukkan bagaimana melakukan
pemeriksaan fisik kepala leher dengan baik
- Umpan balik langsung dari siswa.
- Diskusi: semua pertanyaan dalam rencana kerja
dijawab langsung oleh instruktur.

Laboratorium Keterampilan Medik 10


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER

3. Penutupan:
- Refleksi, hasil praktik dibandingkan dengan checklist. Instruktur 25 menit
- Penjelasan mengenai tugas untuk meningkatkan
ketrampilan melalui Belajar mandiri.
- Ingatkan siswa tentang pentingnya ketrampilan ini
sebagai dasar pemeriksaan fisik yang akan diajarkan di
blok selanjutnya.
- Refleksi oleh mahasiswa terhadap sesi praktik (untuk
Skills Lab)
- Penutup

TATA TERTIB

1. Peserta wajib hadir tepat waktu dalam setiap kegiatan keterampilan medik bila
terlambat ≥ 15 menit peserta dilarang masuk.
2. Peserta harus berpakaian rapi dan sopan, dilarang memakai jeans, kaos oblong,
rok mini, legging/celana ketat dan sandal.
3. Peserta wajib memakai jas laboratorium dan tanda pengenal sewaktu mengikuti
kegiatan keterampilan medik.
4. Peserta dilarang coret-coret di manekin, tembok, dan meja.
5. Peserta dilarang membuat gaduh sewaktu kegiatan keterampilan medik
berlangsung.
6. Peserta dilarang makan dan minum dalam kegiatan keterampilan medik.
7. Peserta wajib merapikan kembali alat-alat dan bahan-bahan yang telah
digunakan.
8. Apabila peserta meminjam alat diharapkan dilakukan pengecekan terlebih dahulu
dan alat kembali dalam keadaan seperti semula.
9. Apabila terdapat kerusakan dalam peakaian alat dan bahan, peserta wajib
menggantinya.
10. Peserta dilarang memperbanyak buku dan ceklist keterampilan medik tanpa
sepengetahuan laboratorium keterampilan medik.
11. Apabila berhalangan hadir segera menghubungi pengelola tramed untuk
menyelesaikan administrasi.
12. Syarat mengikuti ujian tertulis dan evaluasi praktek keterampilan medik:
 Absensi kehadiran minimal 80%, dibuktikan dengan lembar kehadiran
mahasiswa. Lembar kehadiran mahasiswa harus ditandatangani oleh
dosen/instruktur yang bersangkutan.
 Tidak ada tanggungan peminjaman alat.
 Tidak terdapat pelanggaran tata tertib keterampilan medik.

Laboratorium Keterampilan Medik 11


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER

 Dinyatakan layak untuk mengikuti ujian/evaluasi oleh koordinator


keterampilan medik.
13. Bila terdapat hal-hal yang tidak tercantum dalam tata tertib ini akan diatur
kemudian.
14. Bila peserta melanggar tata tertib ini akan dikenai sanksi.

Mataram, Agustus 2015


Ketua Lab Keterampilan Medik

dr. Monalisa Nasrul, Sp.M

Laboratorium Keterampilan Medik 12


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER

MATERI

DASAR TEORI

ANATOMI KEPALA
KRANIUM, WAJAH, MATA, TELINGA, HIDUNG, MULUT

Kepala merupakan regio tubuh yang terintegrasi paling tinggi karena kepala
berkomunikasi dan mengkontrol seluruh sistem tubuh. Kepala mendapat perhatian
lebih dalam pemeriksaan klinis karena pada kepala terdapat organorgan panca indera
yang penting dan memberikan penunjuk kelainan-kelainan pada sistem organ lain.
Kepala terdiri dari otak dan organ-organ panca indera yaitu mata, telinga, hidung dan
organ pengecap. Secara struktural dan perkembangannya kepala dibagi menjadi
kranium dan wajah.

KRANIUM

Kranium dibungkus oleh kulit kepala (scalp). Kulit kepala melekat di anterior
setinggi alis, yaitu di tepi supraorbita. Meluas ke belakang meliputi area yang disebut
dengan dahi dan melintasi puncak kepala (vertex) sampai ke garis nuchal superior, tepi
belakang kepala. Baik tepi supraorbita dan garis nuchal superior di belakang kepala
dapat dengan mudah diraba.
Di bagian lateral, kulit kepala menutupi regio temporal dan berakhir pada
bagian luar telinga yang disebut aurikel atau pinna. Pada regio temporal melekat otot
temporalis, yang dapat diraba ketika mengkontraksikan rahang. Regio ini secara klinis
penting karena merupakan titik masuk ke kavum kranii pada banyak prosedur operasi
kepala. Hanya sebagian dari kulit kepala yang ditutup oleh rambut dengan garis
rambut (hairline) yang bervariasi yang ditentukan secara genetik.
Kulit kepala secara klinis juga penting karena merupakan lapisan jaringan
konektif yang padat yang melindungi saraf dan pembuluh darah di bawah kulit. Ketika
kulit kepala mengalami luka robek, pembuluh darah ikut terpotong dan mengakibatkan
perdarahan hebat.

WAJAH

Wajah dibagi menjadi empat regio:


1. regio okuler, yang meliputi mata dan struktur-struktur sekitarnya
2. regio aurikuler, yang meliputi telinga

Laboratorium Keterampilan Medik 13


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER

3. regio nasalyang meliputi struktur eksternal dan internal dari hidung


4. regio oral yang meliputi mulut dan struktur-struktur sekitarnya.
Regio okuler meliputi bola mata dan struktur-struktur sekitarnya. Terdiri
dari alis, kelopak mata, bulu mata yang berfungsi sebagai proteksi mata terhadap benda
asing yang akan masuk ke dalam bola mata,
sistem lakrimal, serta bola mata bagian
superfisial yakni kornea, sklera, dan
konjungtiva.

Gambar Anatomi Mata Gambar Anatomi Sistem Lakrimal

Regio aurikuler
meliputi struktur
permukaan yang tampak
dari luar dan organ
internal yang berfungsi
sebagai organ
pendengaran dan
keseimbangan. Telinga
luar terdiri dari daun
telinga (aurikula) dan liang
telinga (meatus akustikus
eksternus atau kanalis
auditorius eksternus)
sampai dengan gendang
telinga (membrana
Gambar Anatomi Telinga

Laboratorium Keterampilan Medik 14


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER

timpani) yang memisahkan telinga luar dari telinga tengah.


a. Daun telinga (Aurikula = Pinna) yang terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit
b. Liang telinga
Liang telinga berbentuk huruf “S”, panjang 2.5 – 3 cm. Rangka liang telinga
sepertiga luar merupakan tulang rawan, banyak kelenjar serumen, dan rambut.
Sedangkan sepertiga dalam bagian rangkanya terdiri dari tulang dan sedikit
serumen. Gambar Anatomi Hidung
Beberapa struktur dari regio nasal dapat dilihat dari anatomi superfisialnya.

Struktur regio oral yang penting meliputi bibir atas dan bawah (labia), dagu
(mentum), dan struktur kavum oral yang dapat diperiksan jika mulut dibuka.

Gambar Anatomi Rongga Mulut

Laboratorium Keterampilan Medik 15


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER

LEHER
KELENJAR GETAH BENING, KELENJAR SALIVA, TRAKEA,
KELENJAR TIROID, ARTERI KAROTIS

ANATOMI LEHER

Leher adalah regio tubuh yang kompleks yang menghubungkan kepala


dengan thoraks. Leher memiliki otot – otot yang terususun sedemikian rupa sehingga
dapat menghasilkan suatu kesatuan gerak. Area yang sangat fleksibel ini dilewati oleh
korda spinalis, serabut saraf, trakea, esofagus dan pembuluh darah besar. Selain itu di
leher terdapat pula kelenjar-kelenjar penting. Karena kompleksitasnya ini, leher adalah
area yang penting secara klinis. Ciri di permukaannya penting diketahui untuk
menentukan lokasi struktur-struktur yang ada di dalamnya.
Permukaan leher dibagi menjadi 4 regio:
1. Regio anterior yang disebut serviks, di dalamnya terdapat bagian dari saluran
cerna dan saluran napas, laring, pembuluh-pembuluh darah menuju dan dari
kepala, serabut saraf, kelenjar tiroid dan paratiroid.
2. Regio kanan, terdiri dari otot-otot besar leher dan kelenjar getah bening servikal.
3. Regio kiri, terdiri dari otot-otot besar leher dan kelenjar getah bening servikal.
4. Regio posterior yang disebut Nucha, mengandung struktur korda spinalis,
vertebra servikal dan struktur lain yang berhubungan.
Regio anterior

Laboratorium Keterampilan Medik 16


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER

Secara ringkas, struktur-struktur yang terdapat di garis tengah leher adalah


sebagai berikut:
1. Tulang hyoid yang dapat digerakkan, berada tepat di bawah mandibula, setinggi
C3
2. Kartilago tiroid, ditandai dengan lekukan pada batas superiornya, setinggi C4
3. Kartilago krikoid, setinggi C6
4. Cincin trakea
5. Kelenjar tiroid. Ismus
kelenjar tiroid melintang
di atas trakea, setinggi
cincin trakhea ke 2 dan 3.
Lobus lateral dari kelenjar
ini melengkung ke
posterior di sekitar sisi-sisi
trakea dan esofagus.
Terkecuali di garis tengah,
kelenjar tiroid di tutupi
oleh lapisan otot tipis
seperti pita. Kelenjar tiroid Gambar Struktur Regio Anterior Leher
pada wanita lebih besar
dan mudah dipalpasi daripada pria.

Regio lateral
Otot
sternokleidomastoid dan
trapezius adalah struktur
yang menonjol pada masing-
masing regio lateral. Otot
sternokleidomastoideus dapat
dengan jelas dipalpasi
keseluruhan panjangnya saat
kepala ditolehkan ke satu sisi,
sedangkan otot trapezius
dapat dirasakan ketika kita
mengangkat kedua bahu.
Peradangan pada otot
trapezius menyebabkan
kekakuan leher. Jika
Laboratorium Keterampilan Medik 17
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER

seseorang marah atau bila kerah kemejanya terlalu sempit, vena jugularis eksternal
dapat terlihat. Pembuluh ini terletak menyilang menyeberangi otot
sternokleidomastoideus. Selain otot dan pembuluh darah, pada regio lateral juga
terdapat kelenjar getah bening servikal. Kelenjar ini dapat mengalami pembengkakan
dan terasa nyeri akibat penyakit infeksi pada regio oral dan faringeal.

Regio Nucha
Sebagian besar struktur regio nucha letaknya terlalu dalam sehingga sulit
dinilai dari permukaan. Meski demikian, spina vertebra servikal terbawah (C7) dapat
dilihat dan dipalpasi ketika leher diposisikan fleksi. Masih dalam posisi yang sama,
ligamentum Nucha akan terangkat membentuk bubungan padat yang meluas dari C7
ke superior, yaitu ke protuberansi oksipital tengkorak kepala. Ligamentum nucha
penting secara klinis karena ligamentum ini dapat mengalami kerusakan akibat
whiplash injury atau patah leher.

TULANG, TULANG RAWAN, DAN OTOT

Rangka leher terdiri dari tujuh buah tulang vertebra servikal, tulang hyoid
yang dapat bergerak, manubrium sterni dan tulang klavikula.
Tulang rawan dan otot telah dibahas pada penjelasan mengenai struktur di
regio anterior dan lateral.

KELENJAR GETAH BENING

Kelenjar getah bening leher dan kepala dibagi menjadi dua kelompok besar,
kelenjar horisontal dan vertikal. Kelenjar getah bening umumnya berbentuk bulat atau
sedikit oval, teraba halus dan lebih kecil dibandingkan kelenjar liur yang berukuran
lebih besar dan permukaannya irregular serta berlobus.
Kelenjar getah bening horizontal membentuk beberapa kelompok yang
mengelilingi sudut-sudut antara kepala dan leher. Kelompok ini dinamai berdasarkan
posisi mereka, yaitu kelenjar getah bening submentalis, submandibularis, parotis
superfisial (atau preaurikular), mastoid (atau posterior aurikular) dan suboksipital.
Drainase aliran limfatik dari jaringan superfisial di kepala masuk ke kelenjar-kelenjar
ini, sedangkan pembuluh eferennya melewatkan aliran limfatik ke kelenjar getah
bening rantai servikal dalam.

Laboratorium Keterampilan Medik 18


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER

Kelenjar getah bening


vertikal menerima aliran limfatik dari
struktur yang lebih dalam di leher dan
kepala. Termasuk dalam kelompok
vertikal adalah rantai servikal dalam
dan rantai servikal superfisial.
Kelompok kelenjar servikal dalam
berderet di sepanjang vena jugularis
internal. Aliran limfatik kemudian
akan melewati trunkus jugularis
masuk ke duktus torasikus atau
duktus limfatik kanan. Kelenjar
servikal dalam sebagian besar
tertutup oleh otot sternokleido
mastoid, kecuali kelenjar yang
terletak di kedua ujung terjauh, yaitu
er kelenjar getah bening tonsillar dan
supraklavikula, mungkin dapat teraba.
Kelenjar getah bening servikal superfisial menerima aliran limfatik dari
kelenjar parotis dan bagian bawah telinga, berjalan di sepanjang vena jugularis
eksternal, kemudian mengosongkan isinya ke kelenjar getah bening servikal dalam.

Grup Kelenjar Limfa Leher


Sistem level yang digunakan
untuk mendeskripsikan letak
limfonodi leher adalah:
Level I, Submental dan submandibular
group
Kelenjar getah bening pada batas-
batas anterior dan posterior otot
digastrikus, otot stylohyoid, dan
corpus mandibula.
Level II, Upper jugular group
Kelenjar getah bening yang terletak
di sekitar sepertiga atas vena
jugularis internal dan berdekatan nervus aksesorius, membentang dari dasar
tengkorak (atas) ke tepi inferior tulang hyoid (bawah). Batas anterior (medial) adalah
tepi lateral otot sternohyoid dan otot stylohyoid (atau aspek posterior dari kelenjar
Laboratorium Keterampilan Medik 19
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER

submandibular ketika dinilai dengan radiografi), dan batas posterior (lateral) adalah
tepi posterior otot stenocleidomastoid.
Level III, Middle jugular group
Kelenjar getah bening yang terletak di sekitar sepertiga tengah vena jugularis interna,
membentang dari tepi inferior tulang hyoid (atas) ke tepi inferior kartilago krikoid
(bawah). Batas anterior (medial) adalah tepi lateral otot sternohyoid, dan batas
posterior (lateral) adalah tepi posterior otot sternokleidomastoid.
Level IV, lower jugular group
Kelenjar getah bening yang terletak di sekitar sepertiga bagian bawah vena jugularis
interna, membentang dari tepi inferior kartilago krikoid (atas) ke klavikula (bawah).
Batas anterior (medial) adalah tepi lateral otot sternohyoid, dan batas posterior
(lateral) adalah tepi posterior dari otot sternokleidomastoid.
Level V, posterior triangle group
Kelenjar getah bening yang terletak di sepanjang bagian bawah dari nervus
aksesorius dan arteri cervicalis transversus. Nodus supraklavikula juga
termasuk dalam kelompok segitiga posterior. Batas superior adalah apeks yang
dibentuk oleh pertemuan dari otot sternokleidomastoid dan trapezius, batas
inferior klavikula, batas anterior (medial) adalah tepi posterior otot
sternokleidomastoid, dan batas posterior (lateral) adalah tepi anterior otot
trapezius.
Level VI, anterior compartment
Kelenjar getah bening di daerah pra dan paratrakeal, precricoid (Delphian), dan
perithyroidal, termasuk kelenjar getah bening di sepanjang saraf laringeus rekuren.
Batas superior tulang hyoid, batas inferior suprasternal notch, dan batas-batas lateral
adalah arteri karotis kommunis.

KELENJAR SALIVA

Kelenjar saliva menghasilkan liur yang berfungsi untuk melembabkan mulut,


melindungi gigi dari kerusakan dan mencerna makanan. Tiga kelenjar saliva utama
adalah kelenjar parotis, sumandibularis dan sublingualis. Liur atau saliva disalurkan ke
dalam mulut melalui saluran kecil yang disebut duktus.
Kelenjar Parotis

Laboratorium Keterampilan Medik 20


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER

Kelenjar parotis
adalah kelenjar liur terbesar
dan terutama terdiri dari
kelenjar serosa. Dua puluh
lima persen liur dihasilkan
oleh kelenjar ini. Kelenjar
parotis terletak dalam
cekungan dalam di bawah
meatus auditorius eksternus,
dibelakang ramus mandibula
dan didepan otot sternokleido
mastoideus. Nervus fasialis
membagi kelenjar ini menjadi
lobus superfisial dan
profunda. Duktus parotis
muncul dari tepi anterior
kelenjar dan melewati permukaan lateral maseter. Normalnya kelenjar tidak teraba
pada palpasi, tetapi lokasi dan perluasannya harus diketahui agar bila terjadi
pembesaran dapat dikenali.
Kelenjar Submandibula
Kelenjar submandibula terdiri dari asinus serosa dan mukosa yang
menghasilkan 70% liur manusia. Kelenjar ini terletak pada batas bawah korpus
mandibula dan dibagi menjadi bagian superfisial dan profunda oleh muskulus
mylohioid. Bagian profunda kelenjar ini berada di bawah membran mukosa mulut di
sisi lidah. Duktus kelenjar submandibula berasal dari ujung anterior bagian profunda
dan berjalan ke depan, ke membran mukosa mulut, kemudian membuka di sisi frenulum
lidah.
Kelenjar Sublingual
Kelenjar ini terletak di balik mukosa dasar mulut (lipatan sublingual) dekat
frenulum lidah. Kelenjar ini terdiri dari asinus serosa dan mukosa, asinus mukosa lebih
mendominasi. Duktus kelenjar ini membuka ke puncak lipatan sublingual. Kelenjar
sublingual berkontribusi paling kecil dalam menghasilkan liur, yaitu 5%.

TRAKEA

Trakea adalah tabung kartilago membranosa yang dapat bergerak. Trakea


dimulai dari laring di bawah tepi kartilago krikoid, tepatnya pada vertebra servikal ke
enam. Trakea berada pada garis tengah leher. Di rongga thoraks, trakea bercabang
Laboratorium Keterampilan Medik 21
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER

menjadi dua bronkus utama kiri dan kanan setinggi angulus sternal (seberang vertebra
torakal keempat dan kelima). Selama ekspirasi, percabangan ini dapat naik hingga satu
level vertebra dan selama inspirasi dalam, dapat turun sampai vertebra torakal keenam,
sekitar 3 cm.
Pada orang dewasa, trakea panjangnya sekitar 4.5 in (11.25 cm) dengan
diameter sekitar 1 in (2.5 cm). Pada bayi, panjangnya sekitar 1.6-2 in (4-5 cm) dan
diameternya sekitar 3mm. Tabung fibroelastik ini terjaga tetap paten dengan adanya
cincin kartilago berbentuk huruf U. Tepi posterior yang bebas dihubungkan oleh otot
polos yaitu muskulus trakhealis.

KELENJAR TIROID

Kelenjar tiroid terdiri dari:


1. Ismus, berada di anterior cincin
trakea kedua dan ketiga
2. Lobus lateral, masing-masing
meluas dari sisi kartilago tiroid ke
arah bawah sampai cincin trakea
keenam
3. Lobus piramidal yang berproyeksi
ke superior dari ismus. Lobus ini
tidak selalu ada, bila ada biasanya
pada sisi kiri. Lobus ini merupakan
sisa penurunan kelenjar tiroid saat
perkembangan embriologis.
Gambar Struktur Kelenjar Tiroid

LANGKAH PROSEDUR
KOMUNIKASI
a. Menyambut pasien, dan memperkenalkan diri kepada pasien.
b. Melakukan informed consent yaitu menjelaskan prosedur pemeriksaan mata dan
resikonya serta meminta persetujuan pasien
c. Membangun hubungan interpersonal yang baik.
 Menciptakan lingkungan yang nyaman
 Melihat reaksi pasien selama pemeriksaan fisik
Laboratorium Keterampilan Medik 22
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER

 Memberi respon terhadap kondisi dan harapan pasien

PERSIAPAN ALAT
Alat Pemeriksaan Kepala Leher :
1 2 3

1. Cotton bud 4. Tongue spatel


2. Stetoskop 5. Penggaris plastik
3. Penlight

PERSIAPAN PEMERIKSA
 General Precaution : Selalu cuci tangan sebelum dan setelah melakukan
prosedur pemeriksaan

Laboratorium Keterampilan Medik 23


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER

Hal-hal yang harus diperhatikan:


1. Sebelum dilakukan pemeriksaan kepala leher dilakukan anamnesis yang
lengkap dan pemeriksaan fisik untuk mengetahui status generalis pasien
2. Sebagian besar pemeriksaan akan dilakukan dalam posisi pasien duduk,
sementara pemeriksa dapat berhadapan dengan pasien atau berdiri dibelakang
pasien.

PERSIAPAN PASIEN
Mengatur posisi pasien dan pemeriksa sesuai prosedur pemeriksaan yang akan
dilakukan.

PEMERIKSAAN KEPALA
KEPALA DAN RAMBUT, WAJAH, MATA, TELINGA, HIDUNG, MULUT

KEPALA DAN RAMBUT

1. Lakukan inspeksi pada kepala secara umum, nilailah hal-hal berikut: posisi,
pergerakan, bentuk dan ukuran
2. Perhatikan warna, kuantitas (kelebatan), distribusi, dan tekstur rambut, atau jika
ada gambaran kebotakan. Perhatikan juga kulit kepala, lihat adanya ketombe,
hemangioma dan lesi kulit lainnya di kepala
3. Raba dan perhatikan bentuk, ukuran, konsistensi, mobilitas, warna, suhu, nyeri
tekan dan daerah sekitarnya. Palpasi kepala secara hati-hati dan teliti. Perhatikan
ada tidaknya denyut atau getaran pada daerah-daerah tertentu

WAJAH

Perhatikan warna, lesi kulit, bentuk dan kesimetrisan, ekspresi, kontur


wajah, pergerakan. Catat adanya ketidaksimetrisan, pergerakan involunter, edema
dan massa.

MATA

Laboratorium Keterampilan Medik 24


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER

Nilailah bentuk dan ukuran, kesimetrisan, pergerakan dan bagian-bagian


mata yang terlihat dari luar.

Bentuk dan ukuran mata


Pemeriksaan dilakukan dari
arah depan dan samping pasien. Bila
terdapat eksoftalmos, lakukan
pemeriksaan untuk mencari tanda-
tanda yang menyokongnya.
Eksoftalmos (proptosis) dapat
diperiksa dengan menggunakan
penggaris dengan menempatkan
ujung penggaris pada tepi sudut
orbita lateral dan mengukur panjang
tepi sudut orbita sampai batas depan
kornea. Mata dikatakan eksoftalmos
bila hasil pengukuran lebih dari 16 Gambar pengukuran panjang orbital
mm.
Ada beberapa pemeriksaan yang menyokong keberadaan eksoftalmos, yaitu:
1) Tanda Stellwag, yaitu mata jarang berkedip; 2) Tanda von Graefe, yaitu bila
melihat ke bawah, palpebra superior tidak ikut turun sehingga sclera atas tampak
keseluruhan; 3) Tanda Moebius, yaitu sukar melakukan atau menahan konvergensi;
4) Tanda Joffroy, yaitu jika melihat ke atas dahi tidak berkerut; 5) Tanda Rosenbach,
yaitu tremor pada palpebra jika mata ditutup.

Simetrisitas
Berdiri di depan pasien dan perhatikan kedudukannya satu dengan yang
lain, jarak dan kesimetrisan mata.

Pergerakan bola mata


1. Minta pasien untuk mengikuti gerakan jarinya tanpa menggerakkan kepala,
hanya melirik saja.
2. Gerakkan jari perlahan membentuk huruf H besar di udara; dari tengah ke kanan,
kanan atas, turun lurus ke kanan bawah, kembali ke tengah dan tanpa berhenti
bergerak lurus ke kiri, kiri atas, kemudian terakhir kiri bawah.
3. Lakukan penilaian ada tidaknya keterbatasan pada pergerakkan bola mata

Laboratorium Keterampilan Medik 25


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER

Gambar pergerakan bola mata

Bagian-bagian mata:
Alis
Perhatikan ketebalan alis, distribusi dan bentuknya
Palpebra
1. Pemeriksa berhadapan dengan pasien, perhatikan posisi kelopak mata terhadap
bola mata. Hal-hal yang harus dinilai :
- Bentuk, kedudukan dan simetrisitas palpebra
- Lebar fisura palpebra; apakah simetris atau ada ptosis
- Kulit palpebra ; adakah lesi, perubahan warna atau edema
- Bulu mata ; arah pertumbuhannya
- Kelenjar air mata; peradangan, pembengkakan
2. Minta pasien untuk menutup kelopak matanya, lalu nilai ada tidaknya
lagoftalmos
Konjungtiva
Pertama, periksalah konjungtiva palpebra inferior.
1. Minta penderita melihat kebawah. Dengan ibu jari atau telunjuk pemeriksa,
tekan kulit dibawah palpebra inferior kearah tulang maksilaris kearah bawah

Laboratorium Keterampilan Medik 26


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER

2. Setelah itu minta penderita melihat keatas, dengan demikian forniks inferior
akan menonjol dan mengekspos sebagian besar dari konjungtiva palpebra
inferior.
Untuk memeriksa konjungtiva palpebra superior lakukan hal berikut ini ;
1. Ibu jari dan jari telunjuk
memegang beberapa helai bulu
mata, kemudian tari palpebra
superior menjauhi bola mata.
2. Ambil batang aplikator,
tempatkan secara mendatar di
pangkal palpebra superior.
Pemeriksa memegang batang
aplikator di bagian temporal
mata yang akan diperiksa.
3. Tarik tepi palpebra ke arah luar
dan ke arah atas, sehingga
palpebra superior terlipat di atas
batang aplikator. Gambar pemeriksaan konjungtiva palpebra
superior
4. Lepaskan batang aplikator dan pegang kulit tepi palpebra superior dengan
ibujari untuk mengamati konjungtiva tarsalis superior.
5. Amati warna konjungtiva, ada tidaknya pelebaran pembuluh darah / hiperemi
konjungtiva, hipertrofi papil dan hipertrofi folikel, adanya bentukan membran
atau pseudomembran, adanya hordeolum interna; khalasion dan kelainan-
kelainan lainnya.
Sklera
1. Pemeriksa membuka lebar mata pasien
dengan menarik palpebra inferior ke
bawah sementara pasien diminta
melihat ke atas, atau sebaliknya,
menarik palpebra superior ke arah atas
sementara pasien diminta melihat ke
bawah.
2. Untuk dapat melihat lebih jelas,
pemeriksa dapat meletakkan ibu jari
dan telunjuk pada tulang infra orbita
Gambar pemeriksaan sklera
dan alis secara bersama-sama kemudian
menarik palpebra ke bawah dan ke atas.
Laboratorium Keterampilan Medik 27
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER

Minta pasien untuk melihat ke atas dan ke bawah secara bergantian. (teknik ini
akan memberikan gambaran sklera dan konjungtiva bulbi yang lebih jelas)
3. Perhatikan warna sklera apakah terdapat warna lain selain putih. Warna kuning
ditemukan pada ikterus, merah biasanya karena perdarahan akibat trauma dan
biru dapat tampak pada kelainan tulang (misalnya osteogenesis imperfekta) atau
glaukoma.

TELINGA

1. Pemeriksa berhadapan dengan penderita, untuk memeriksa telinga hanya posisi


kepala yang diubah.
2. Perhatikan kedua telinga dari depan dan masing-masing telinga dari samping.
3. Inspeksi bentuk, posisi, ukuran, ada tidaknya deformitas, edema, hiperemia, lesi
pada kulit atau massa. Perhatikan adanya nodul berupa topus atau tumor, tanda
radang, lesi atau luka dan tanda keganasan.
4. Inspeksi bagian belakang telinga, yaitu prosesus mastoideus untuk memeriksa
adanya peradangan. Bila penderita mengalami fraktur tulang tengkorak pada
bagian basis krania atau temporal periksalah tanda Battle atau hematoma pada
mastoid.
5. Palpasi telinga luar, untuk memeriksa bentuk, batas, konsistensi suatu massa
yang terdapat pada daun telinga serta ada atau tidaknya nyeri tekan.

Gambar cara memegang telinga dengan 2 Gambar cara memegang telinga dengan 1
tangan tangan

Laboratorium Keterampilan Medik 28


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER

Gambar cara palpasi telinga Gambar cara palpasi telinga

Gambar pemeriksaan nyeri tekan tragus Gambar pemeriksaan mastoid

Laboratorium Keterampilan Medik 29


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER

HIDUNG

1. Pemeriksa berhadapan dengan penderita


2. Inspeksi pada hidung bagian luar: perhatikan bentuk hidung apakah ada asimetri
atau deformitas (edema atau depresi tulang hidung), warna kulit hidung dan
sekitarnya juga diperhatikan adakah hiperemia, ulkus ataupun kelainan kulit
lainnya. Perhatikan juga kesimetrisan rongga hidung yang dipengaruhi oleh
septum nasi, catat apakah ada deviasi septum. Perhatikan juga adanya
pergerakan cuping hidung.

Gambar pemeriksaan palpasi hidung

MULUT

1. Inspeksi dimulai dari bibir, dilihat adakah kelainan bentuk (misalnya labioskisis),
perhatikan warna bibir (pasien diminta tidak memakai pewarna bibir), simetris
tidaknya gerakan bibir, kondisi kulit dan mukosa, perubahan pada permukaan
bibir adakah luka, ulserasi, vesikel, indurasi, memar, atau kelainan yang lain.
2. Perhatikan susunan gigi dan gusi. Pada keadaan normal, gusi akan berwarna
merah jambu. Keadaan gusi yang merah hiperemi menunjukkan adanya
ginggivitis. Perlu juga dinilai simetris tidaknya rahang, mobilitas mandibula,
dan fungsi sendi temporomandibular adakah kelainan atau nyeri.
3. Nilai bentuk dan mobilitas lidah. Nilai warna dan tekstur dorsum lidah.
Laboratorium Keterampilan Medik 30
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER

4. Mukosa rongga mulut dan pipi meliputi warna, kelembaban, adakah membran
yang menutupi mukosa mulut, leukoplakia, ulserasi, tumor, dan nodul.

PEMERIKSAAN LEHER
KELENJAR GETAH BENING, KELENJAR SALIVA, TRAKEA,
KELENJAR TIROID, ARTERI KAROTIS,

Lakukan inspeksi pada leher secara umum, nilailah hal-hal berikut ini:
simetrisitas leher, ada tidaknya massa, jaringan parut, pembesaran kelenjar parotis
atau submandibular serta pembesaran kelenjar getah bening.

KELENJAR GETAH BENING

Karakteristik berikut harus dicari saat mempalpasi kelenjar getah bening :


jumlah, ukuran, konsistensi, mobilitas, nyeri tekan, kehangatan dan apakah tersebar
diskret atau berkumpul menjadi satu.
Inspeksi
Dengan cahaya yang mengarah ke leher secara tangensial/ oblik, lakukan
inspeksi terhadap kelenjar getah bening leher. Nilai ada tidaknya pembesaran
kelenjar getah bening.
Palpasi
Palpasi kelenjar getah bening dapat dilakukan dari arah depan maupun belakang.
Palpasi kelenjar getah bening dari arah depan:
1. Pasien dalam posisi duduk, pemeriksa berdiri menghadap pasien.
2. Pasien harus dalam kondisi relaks, dengan leher sedikit ditundukkan ke depan,
dan jika diperlukan kepala di arahkan kesisi yang akan diperiksa.
3. Palpasi kelenjar getah bening menggunakan ujung jari telunjuk dan jari tengah
pemeriksa secara berurutan pada setiap area kelenjar getah bening, pemeriksa
dapat memeriksa kedua sisi sekaligus.
4. Secara berurutan, periksa kelenjar getah bening berikut:
a. preaurikular, didepan telinga
b. aurikular posterior, di permukaan prosessus mastoideus
c. oksipital, di dasar tengkorak posterior
d. tonsillar di sudut mandibula
e. submandibular, dipertengahan antara sudut mandibula dan ujung
mandibula
f. submental, di garis tengah, beberapa sentimeter di belakang ujung
mandibula
Laboratorium Keterampilan Medik 31
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER

g. servikal superfisial, superfisial terhadap sternomastoid,


h. servikal posterior, di sepanjang tepi anterior m. trapezius
i. rantai servikal dalam, di bagian dalam sternomastoid dan sering kali tidak
dapat diakses dalam pemeriksaan. Kelompok kelenjar ini diperiksa dengan
mengaitkan ibu jari dan jari-jari tangan di masing-masing sisi otot
sternokleidomastoideus.
j. Supraklavikular, berada di dalam sudut yang dibentuk oleh klavikula dan
otot sternokleidomastoideus.

preaurikuler aurikuler posterior oksipital

tonsillar submandibular Submental

Laboratorium Keterampilan Medik 32


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER

rantai servikal dalam supraklavikular


Gambar pemeriksaan kelenjar getah bening dari arah depan

5. Perhatikan jumlah, ukuran dan bentuk kelenjar, sebarannya (diskret atau


berkumpul menjadi satu), mobilitas, konsistensi, dan ada tidaknya nyeri tekan.
Bila ada kelenjar yang teraba membesar atau nyeri tekan, lakukan pemeriksaan
terhadap daerah yang didrainase oleh kelenjar tersebut. Lakukan juga
pemeriksaan terhadap kelenjar getah bening di regio lain.
6. Palpasi kelenjar getah bening servikal juga dapat dilakukan dari arah belakang.
Pemeriksa berdiri di belakang pasien, Urutan pemeriksaan kelenjar getah bening
dari arah belakang adalah sebagai berikut:
a. Submental
b. Submandibular
c. Jugular (segitiga anterior): di sepanjang tepi anterior sternokleidomastoid.
d. Supraklavikular: di belakang pertengahan tulang klavikula.
e. Poststernokleidomastoid (segitiga posterior): di belakang tepi posterior
setengah sternokleidomastoid bagian atas.
f. Postaurikular
g. Preaurikular
h. Suboksipital: digaris tengah di bawah oksiput dan disisi-sisinya.
i. Pretrapezius: di depan tepi atas otot trapezius.

Laboratorium Keterampilan Medik 33


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER

submental submandibular Jugular

supraklavikular poststernokleidomastoideus
Gambar pemeriksaan kelenjar getah bening dari arah belakang

Catatan: beberapa sumber menggunakan sebutan yang berbeda untuk kelompok


kelenjar getah bening yang sama

KELENJAR SALIVA

Inspeksi
Perhatikan daerah anterior tragus untuk mencari adanya pembesaran
kelenjar parotis dan daerah di bawah korpus mandibula untuk kelenjar submandibula

Palpasi

Laboratorium Keterampilan Medik 34


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER

1. Bila terdapat pembengkakan pada


daerah anterior tragus, minta
pasien untuk menggigit/menekan
gigi bawah dengan gigi atasnya
untuk mengkontraksikan otot
masseter;
2. Lakukan palpasi otot masseter
untuk menentukan perluasan,
konsistensi dan ada tidaknya
nyeri tekan pada massa. Rasakan
pembengkakan tersebut sampai
ke belakang ramus mandibular.
Perluasan sampai ke area ini
selalu terjadi pada pembesaran Gambar palpasi kelenjar saliva
kelenjar parotis.
3. Palpasi duktus parotis untuk menemukan adanya batu. Duktus normal cukup
besar untuk dapat teraba saat masseter dikontraksikan.
4. Sambil melakukan penekanan pada pipi, minta pasien membuka mulut dan
lakukan inspeksi terhadap orifisium duktus parotis yang berada disisi bukal
molar dua atas. Penekanan pada pipi dilakukan untuk memastikan ada tidaknya
discharge keluar dari duktus.

TRAKEA

Inspeksi
Ketika melakukan inspeksi, identifikasi terlebih dulu kartilago tiroid dan
krikoid, serta trakea di bawahnya. Posisi trakea tepat berada pada garis tengah,
perhatikan ada tidaknya deviasi pada trakea pasien.
Palpasi
1. Palpasi trakea untuk mencari ada tidaknya deviasi.
2. Letakkan jari pemeriksa di sepanjang salah satu sisi trakea, perhatikan ruang
antara trakea dan otot sternokleidomastoid. Bandingkan dengan sisi
kontralateral. Lebar ruang pada kedua sisi trakea haruslah simetris.

Laboratorium Keterampilan Medik 35


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER

Gambar palpasi trakea

KELENJAR TIROID

Kelenjar tiroid pada dewasa normal seringkali tidak dapat dipalpasi. Pada
individu dengan leher kurus, ismus normal dapat dirasakan seperti jaringan
berbentuk pita yang berada pada garis luar permukaan cincin-cincin trakea. Goiter
adalah pembesaran pada kelenjar tiroid.
Inspeksi
1. Minta pasien untuk duduk, kemudian sedikit mendongakkan kepalanya. Terangi
leher pasien dengan sinar yang mengarah tangensial/miring dari ujung dagu ke
arah bawah. Lakukan inspeksi pada setengah bagian bawah leher, yaitu regio di
bawah kartilago krikoid untuk memeriksa kelenjar.
2. Minta pasien mengulum sedikit air, meluruskan kembali lehernya kemudian
menelan. Perhatikan gerakan kelenjar tiroid ke atas, konturnya dan
simetrisitasnya. Kartilago tiroid, krikoid dan kelenjar tiroid ketiganya akan
bergerak naik pada saat menelan, kemudian kembali ke posisi semula. Jika pasien
gemuk atau berleher pendek, minta pasien mendongak/ memiringkan leher ke
belakang kemudian menyangganya dengan kedua tangan yang saling
digenggam, setelah itu minta pasien untuk menelan.
Palpasi
1. Minta pasien duduk dikursi lalu pemeriksa berdiri di belakang pasien
2. Instruksikan pasien untuk sedikit memfleksikan lehernya ke arah depan agar
otot-otot leher menjadi relaks. Tempatkan kedua ibu jari di belakang leher pasien
dan keempat jari lainnya melingkar ke anterior sehingga ujung jari tengah dan
Laboratorium Keterampilan Medik 36
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER

jari manis masing-masing tangan saling bersentuhan di permukaan cincin trakea


bagian atas (di bawah kartilago krikoid).
3. Minta pasien untuk mengulum air dan menelannya saat diperintahkan.
4. Dengan permukaan ruas jari, rasakan adanya jaringan di permukaan anterior
cincin tersebut. Bagian ismus seringkali teraba dengan cara ini.
5. Untuk mempalpasi lobus lateral kanan, dorong trakea ke kanan dengan jari-jari
tangan kiri, kemudian tangan kanan pemeriksa mempalpasi lobus lateral tiroid
yang terletak di ruang antara trakea yang terdesak dengan otot
sternokleidomastoid. Cobalah untuk menemukan batas lateralnya. Dengan cara
yang sama, lakukan pemeriksaan terhadap lobus kiri. Permukaan anterior lobus
lateral kurang lebih seukuran falang distal ibu jari dengan konsistensi kenyal.
6. Ketika melakukan palpasi, tentukan ukuran, bentuk, konsistensi kelenjar dan
mobilitasnya, serta identifikasi adanya nodul, nyeri tekan, atau thrill.
Auskultasi
Gunakan sisi sungkup stetoskop untuk mendengarkan bruit goiter.

Gambar palpasi kelenjar tiroid Gambar auskultasi tiroid


Pamberton sign
1. Minta pasien mengangkat kedua lengan setinggi mungkin kemudian tunggu
beberapa saat.
2. Amati wajah untuk menemukan tanda adanya kongesti (plethora), sianosis, dan
distensi vena-vena leher.
3. Amati pula ada tidaknya stridor. Untuk memeriksa adanya stridor, minta pasien
untuk menarik napas dalam melalui mulut lalu dengarkan.
ARTERI KAROTIS

Laboratorium Keterampilan Medik 37


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER

Inspeksi
Perhatikan bagian medial otot sternokleidomastoideus, pulsasi karotis dapat
terlihat pada daerah ini.
Palpasi
1. Letakkan jari telunjuk dan jari tengah tangan kiri pemeriksa pada arteri karotis
kanan yang berada pada sepertiga bagian bawah leher, tekan ke arah posterior
dan rasakan pulsasinya. (penekanan dilakukan pada tepi medial otot
sternokleidomastoid, setinggi kartilago krikoid. Hati-hati jangan sampai
menekan sinus karotis yang berada setinggi puncak kartilago tiroid.)
2. Untuk arteri karotis kiri, gunakan ibu jari atau jari-jari tangan kanan pemeriksa.
Jangan menekan kedua arteri karotis pada saat yang bersamaan karena dapat
menurunkan aliran darah ke otak dan menyebabkan pingsan.
3. Cobalah untuk menilai :
- Amplitudo nadi
- Ada tidaknya thrill
Auskultasi
Minta pasien menahan napas beberapa saat, letakkan sisi diafragma
stetoskop pada permukaan arteri karotis dan dengarkan ada tidaknya bruit.

Gambar palpasi arteri karotis Gambar auskultasi arteri karotis

Laboratorium Keterampilan Medik 38


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER

LATIHAN

CONTOH KASUS

Laboratorium Keterampilan Medik 39


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER

CHECKLIST
Tidak Kurang Dilakukan
No TAHAPAN
Dilakukan Dilakukan Lengkap
KOMUNIKASI
a. Menyambut pasien, dan memperkenalkan diri kepada pasien.
b. Melakukan informed consent yaitu menjelaskan prosedur
pemeriksaan mata dan resikonya serta meminta persetujuan
pasien
c. Membangun hubungan interpersonal yang baik.
Catatan :

PERSIAPAN ALAT
Menyiapkan peralatan untuk pemeriksaan
Catatan :

PERSIAPAN PEMERIKSA
General Precaution : Selalu cuci tangan sebelum melakukan
prosedur pemeriksaan
Catatan :

PERSIAPAN PASIEN
Mengatur posisi pasien dan pemeriksa sesuai prosedur
pemeriksaan yang akan dilakukan
Catatan :

PEMERIKSAAN KEPALA
1. Melakukan inspeksi kepala (posisi, pergerakan, bentuk,
ukuran, rambut, kulit kepala, massa)
2. Melakukan palpasi kepala (adanya massa, fraktur, nyeri
tekan, denyutan atau getaran)
3. Melakukan inspeksi wajah secara umum (bentuk,
kesimetrisan, warna, ekspresi, kontur wajah, pergerakan,
lesi kulit, edema dan massa)
4. Melakukan pemeriksaan mata {bentuk dan ukuran,
kesimetrisan, pergerakan bola mata dan bagian-bagian mata
yang terlihat dari luar (alis, palpebra, konjungtiva, sklera)}
5. Melakukan pemeriksaan telinga (bentuk, posisi, ukuran,
deformitas, edema, radang, hiperemia, lesi pada kulit atau
massa)
6. Melakukan pemeriksaan hidung (bentuk, deformitas, warna
kulit, lesi kulit, deviasi septum, pergerakan cuping hidung)
7. Melakukan pemeriksaan mulut (inspeksi bibir, gigi, gusi,
lidah, mukosa buccal)

Laboratorium Keterampilan Medik 40


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER

Catatan :

PEMERIKSAAN LEHER
1. Melakukan pemeriksaan kelenjar getah bening
Inspeksi: Nilai ada tidaknya pembesaran kelenjar getah
bening.
Palpasi dari depan atau dari belakang: preaurikular,
retroaurikular, occipital, tonsilar, submandibular,
submental, cervikalis superficial, servical posterior,
supraclavicula
2. Melakukan pemeriksaan kelenjar saliva.
Inspeksi ada atau tidak pembesaran pada anterior tragus.
Palpasi otot masseter (pasien diinstruksikan untuk
menggigit) untuk menentukan perluasan, konsistensi dan
ada tidaknya nyeri tekan pada massa)
3. Melakukan pemeriksaan trakea.
Inspeksi: identifikasi kartilago tiroid dan krikoid, serta
trakea di bawahnya. Posisi trakea tepat berada pada garis
tengah, perhatikan ada tidaknya deviasi pada trakea pasien.
Palpasi trakea untuk mencari ada tidaknya deviasi.
4. Melakukan pemeriksaan kelenjar tiroid :
Inspeksi dari depan.
Palpasi (dari belakang).
Auskultasi dengan benar
5. Melakukan pemeriksaan arteri karotis (inspeksi, palpasi dan
auskultasi dengan benar)
6. Melaporkan temuan pathologis kepada penguji dengan
benar
7. Mengkomunikasikan hasil pemeriksaan kepada pasien
Catatan :

Laboratorium Keterampilan Medik 41


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER

UMPAN BALIK

Nama : Topik :
No Mahasiswa : Pertemuan ke - :



SARAN

Observer:

Nama : Topik :
No Mahasiswa : Pertemuan ke - :



SARAN

Observer:

Laboratorium Keterampilan Medik 42


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER

UMPAN BALIK

Nama : Topik :
No Mahasiswa : Pertemuan ke - :



SARAN

Observer:

Nama : Topik :
No Mahasiswa : Pertemuan ke - :



SARAN

Observer:

Laboratorium Keterampilan Medik 43


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER

DAFTAR PUSTAKA
1. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi Kedokteran Indonesia.Jakarta :
Katalog Dalam Terbitan (KDT) ; 2012. Available from :
http://www.kki.go.id/assets/data/arsip/SKDI_Perkonsil,_11_maret_13.pdf ( di
akses tanggal 25 Agustus 2015)
2. Ifanos. Pyramid learning. Eropa ; 2015.Available from : http://www.ifanos-
concept.eu/downloads/capacity_development/index_eng.html
3. Mangunkusumo E, Soetjipto D, Dalam Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J,
Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher.
Edisi 6. Jakarta: FK UI ; 2010.
4. Sobotta, J. Atlas of Human Anatomy. Edisi 22. New York : Elsevier ; 2006
5. Adams, George L. Boies: Buku ajar penyakit THT (Boeis fundamentals of
otolaryngology). Edisi 6. Jakarta: EGC ; 1997.
6. Ballenger JJ.Aplikasi Klinis Anatomi dan Fisiologi Hidung dan Sinus Paranasal dalam
Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. Jilid satu. Edisi 13. Binarupa
Aksara. Jakarta ; 1994
7. Moore, K.L., Dalley, A.I. Clinically Oriented Anatomy. Edisi 6.Philadelphia :
Lippincott Williams & Wilkins ; 2009
8. Dobie, R. J. B. Byron.Head and Neck Surgery Laryngology. Edisi 2. Philadelphia:
Lippincott-Raven Publisher ; 2006
9. Irwan, Ghanie A. Atlas Berwarna Teknik Pemeriksaan Kelainan Telinga Hidung
Tenggorok. Edisi 1. Jakarta: EGC ; 2007
10. Soedjak, Sardjono, Sri Rukmini, et al. Teknik Pemeriksaan Telinga, Hidung &
Tenggorok. Jakarta : EGC ; 2000

Laboratorium Keterampilan Medik 44


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik PEMERIKSAAN KEPALA LEHER

INDEKS

Laboratorium Keterampilan Medik 45


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Anda mungkin juga menyukai