Penurunan penglihatan,
Diplopia,
Ptosis,
Opthalmeplogia,
prognathisme mandibula,
penebalan kulit,
hiperhidrosis,
parestesia,
gondok,
artritis,
kyphoscoliosis,
Diagnosis akromegali didasarkan pada kombinasi pemeriksaan klinis dan skrining biokimia dari
sekresi GH otonom yang tidak teratur serta peningkatan level IGF-1. Mengukur serum IGF-1
pada pasien dengan klinis diduga akromegali harus menjadi tes awal, direkomendasikan juga
untuk menguji pasien tanpa penampilan klinis yang khas tetapi yang memiliki komorbiditas
terkait: sleep apneu, diabetes tipe 2, disabilitas artritis, sindrom carpal tunnel, hiperhidrosis dan
hipertensi. Apabila ditemukan level IGF-1 yang normal dapat menyingkirkan kecurigaan
diagnosis akromegali. Pemeriksaan gold standar untuk mendiagnosis akromegali dengan melihat
penurunan kadar serum GH setelah pemberian 75 g glukosa oral. Penggunaan tes
immunofluorometric, chemiluminescent, and immunoradiometric assays dengan sensitivitas yang
lebih tinggi mempunyai hubungan yang signifikan terhadap GH nadir pada saat pemeriksaan
OGTT berlangsung.
Akan tetapi, pedoman saat ini merekomendasikan MRI hipofisis yang ditingkatkan kontras
sebagai modalitas pencitraan lini pertama, setelah konfirmasi biokimia akromegali. Jika MRI
dikontraindikasikan atau tidak tersedia maka harus dilakukan computed tomography hipofisis.
Pemeriksaan ini dapat mendeteksi 73% makroadenoma hipofisis. IGF-1 yang meningkat dengan
GH normal dapat mencerminkan penyakit dini dan harus memerlukan penyelidikan lebih lanjut
(termasuk pencitraan) untuk memperjelas diagnosis.