HALAMAN JUDUL
OTITIS EKSTERNA
Disusun oleh:
Nanda Safira Alisa, S.Ked 04084822124102
Pembimbing:
dr. Fiona Widyasari, Sp.T.H.T.K.L
HALAMAN PENGESAHAN
Referat
Judul:
OTITIS EKSTERNA
Oleh:
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
Leher Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/Rumah Sakit Umum Mohammad
Hoesin Palembang periode 15 Maret – 31 Maret 2020.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkah dan rahmat-Nya referat berjudul “Otitis Eksterna” ini dapat diselesaikan
dengan baik. Referat ini dibuat demi memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti
ujian kepaniteraan klinik di KSM Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
Leher RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya periode 15 Maret – 31 Maret 2021.
Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada dr. Fiona Widyasari,
Sp.T.H.T.K.L karena bimbingannya referat ini menjadi lebih baik. Penulis menyadari
masih banyak kekurangan dalam penulisan referat ini, oleh karena itu saran dan
kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk penulisan yang lebih baik di
masa yang akan datang.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2
2.1. Anatomi kavum nasi 2
2.2. Benda Asing Hidung 5
2.2.1 Definisi 5
2.2.2 Epidemiologi 5
2.2.3 Etiologi dan Faktor risiko 7
2.2.4 Patogenesis 10
2.2.5 Manifestasi Klinis 13
2.2.6 Diagnosis 14
2.2.7 Tatalaksana 16
2.2.8 Edukasi dan Pencegahan 19
2.2.9 Komplikasi 20
2.2.10 Prognosis 21
2.2.11 Diagnosis Banding 20
2.2.12 SKDI 21
BAB III KESIMPULAN 22
DAFTAR PUSTAKA 23
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar xx. Telinga tengah (Dhingra PL, Dhingra S. Diseases of Ear, Nose
and Throat & Head and Neck Surgery. 7th ed. Elsevier; 2018.)
Gambar xx. Tulang - tulang kecil (osikel) telinga tengah (Dhingra PL, Dhingra S. Diseases of
Ear, Nose and Throat & Head and Neck Surgery. 7th ed. Elsevier; 2018.)
2.1.3 Telinga dalam
2.2 Otitis Eksterna
2.2.1 Definisi
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan infeksi bakteri, jamur, dan virus. Faktor yang
mempermudah terjadinya radang telinga luar adalah perubahan pH
yang biasanya normal atau asam menjadi basa, hal ini dapat
menurunkan proteksi terhadap infeksi. (buku endang)
2.2.2 Epidemiologi
Otitis eksterna umum terjadi di dunia, dengan insiden lebih tinggi
pada daerah tropis karena temperatur tinggi dan kelembabannya.
Pada keadaan udara yang hangat atau lembab, kuman dan jamur
mudah tumbuh. (buku endang) Otitis eksterna lebih banyak diderita
oleh orang dewasa dan jarang pada anak-anak (umumnya usia 7-12
tahun). Insidennya meningkat lima kali lipat pada perenang, sehingga
otitis eksterna disebut juga swimmer’s ear.
Wiegand S, Berner R, Schneider A, Lundershausen E, Dietz A. Otitis
Externa. Dtsch Arztebl Int. 2019; 116(13). p.224-234.
doi:10.3238/arztebl.2019.0224.
2.2.4 Klasifikasi
Otitis eksterna dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Otitis eksterna sirkumskripta
Otitis eksterna sirkumskripta/furunkel adalah infeksi folikel
rambut oleh bakteri Staphylococcus aureus atau
Staphylococcus albus. Furunkel hanya terjadi di bagian luar
liang telinga yang ditumbuhi rambut, biasanya furunkel ini
hanya satu, tetapi dapat juga multipel. (buku endang)
2.2.5 Patogenesis
Faktor predisposisi penyebab terjadinya otitis eksterna antara lain
adalah trauma dari membersihkan telinga dengan kuku jari atau
cotton bud, berenang, penyakit kulit seperti eksim dan dermatitis
seboroik, penggunaan alat bantu dengar ataupun headset, dan
sumbatan serumen. Terlalu sering membersihkan telinga
mengakibatkan serumen yang berfungsi sebagai pertahanan kulit
meatus akustikus eksterna hilang, protective lipid layer dan acid
mantle juga hilang. Hal ini menyebabkan kelembaban dan suhu di
meatus akustikus eksterna meningkat. Meatus akustikus eksterna
yang lembab, hangat, dan kotor merupakan media pertumbuhan
kuman yang baik. Jaringan yang rusak mengakibatkan
dikeluarkannya mediator kimia (histamine, kinin, dan prostaglandin)
yang mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah dan menyebabkan
terjadinya hyperemia local (meningkatnya aliran darah ke area
tersebut) sehingga area tersebut tampak hiperemis dan suhunya
lebih tinggi daripada area sekitar. Selain itu pembentukan mediator
kimia dapat meningkatkan permeabilitas kapiler yang menyebabkan
kebocoran cairan kapiler sehingga terjadi kebocoran protein dalam
jumlah banyak di rongga jaringan yang dapat mengakibatkan edema
dan rasa sakit pada area tersebut. (Kennedy, FP. Otitis Externa in 23
Years Old Women. J Agromed Unila. 2015; 2(1). p.43-6.)
Pada dasar dari meatus akustikus eksternus, terdapat lekukan
dimana air dapat terperangkap pada lekukan tersebut saat seorang
mandi atau berenang, sehingga kulit menjadi basah, lembab, dan
hangat. Factor – factor tersebut dapat meningkatkan risiko
pertumbuhan bakteri maupun jamu sehingga terjadinya kerusakan
lapisan protektif dari meatus akustikus eksternus yang menyebabkan
edema pada epitel skuamosa. Edward Y, Irfandy D. Otomycosis.
Otorhinolaryngologi Head and Neck Surgery Department: Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas; 2013, 1(2): 1-5
Pendengaran berkurang (tuli konduktif) dapat terjadi pada otitis
eksterna akut akibat sumbatan lumen kanalis telinga luar oleh
edema kulit liang telinga. Rasa sakit bisa bervariasi dari yang hanya
berupa rasa tidak enak sedikit, perasaan penuh di dalam telinga,
perasaan seperti terbakar hingga rasa sakit yang hebat, serta
berdenyut. Hal ini terjadi karena kulit dari liang telinga luar langsung
berhubungan dengan periostium dan perikondrium, sehingga edema
dermis menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit. Kulit
dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga bersambung dengan kulit dan
tulang rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja dari
daun telinga akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan liang telinga
luar dan mengakibatkan rasa sakit pada penderita otitis eksterna.
Apabila tidak segera ditangani, infeksi akan meluas ke struktur
telinga lain dan struktur tengkorak yang berdekatan sehingga infeksi
akan berevolusi menjadi proses infeksi yang mengancam jiwa (
Kennedy, FP. Otitis Externa in 23 Years Old Women. J Agromed Unila.
2015; 2(1). p.43-6.
2.2.7 Diagnosis
Otitis eksterna dapat ditegakkan diagnosisnya dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik, termasuk juga pemeriksaan otosopik atau
otomikroskopik liang telinga dan membran timpani jika terlihat, serta
pemeriksaan pinna, kelenjar getah bening regional, dan kulit.
Khususnya pada pemeriksaan membran timpani yang tidak dapat
terlihat, maka perlu dilakukan tes skrining pendengaran atau tes
audiologi perlu dilakukan untuk menyingkirkan keterlibatan telinga
bagian dalam. Ketika liang telinga bengkak, pemeriksaan garputala
dan audiogram ambang nada biasanya akan menunjukkan hasil
gangguan pendengaran konduktif. Temuan khas pada otitis eksterna
adalah nyeri yang disebabkan oleh tekanan pada tragus dan
ketegangan pada pinna.(NCBI)
Pada otitis eksterna sirkumskripta akan tampak
furunkel/pembengkakan pada suaru lokasi di liang telinga. Pada
otitis eksterna difusa akut akan ditemukan liang telinga yang menjadi
sempit karena pembengkakan dinding telinga dan hiperemis.
Terkadang akan ada sekret yang berbau. Sekret ini tidak
mengandung lendir (musin) seperti sekret yang keluar dari kavum
timpani pada otitis media. Pada otitis eksterna difusa kronis akan
ditemukan kulit telinga yang membengkak dan menebal, terdapat
sekret yang tidak banyak dan sering menjadi kering membentuk
krusta. Pada keadaan tertentu, kulit menjadi hipertrofi sehingga
terjadi stenosis pada liang telinga.
Hasil pemeriksaan yang didapatkan pada otitis eksterna maligna
adalah terlihat lesi yang berupa ulkus dan jaringan granulasi di dasar
liang telinga. Mungkin terlihat destruksi tulang. Pemeriksaan CT-Scan
harus dilakukan untuk mengetahui perluasan penyakit. Pemeriksaan
MRI dapat dilakukan jika dicurigai adanya perluasna intrakranial.
Pada pemeriksaan otomikosis akan terlihat massa jamur berwarna
putih, cokelat, atau hitam seperti kertas koran basah. Kulit liang
telinga bengkak, kemerahan, dan basah. Terkadang juga akan
terlihat dermatitis jamur pada kulit liang telinga.
2.2.8 Tatalaksana
Tatalaksana untuk otitis eksterna sirkumskripta tergantung pada
keadaan furunkel. Untuk kuman Gram-positif dapat diberikan
antibiotik sistemik, untuk kuman Gram-negatif diberikan salep
antibiotik seperti polimiksin-B atau basitrasin. Dapat juga diberikan
analgesik. Jika sudah menjadi abses, dapat dilakukan aspirasi atau
insisi secara steril untuk mengeluarkan nanahnya, apabila perlu
dapay dilakukan drainase untuk mengalirkan nanahnya. Pada
furunkulosis berulang perlu diperiksa apakah ada diabeter melitus,
dan perlu dicari apakah ada infeksi Staphylococcus pada hidung atau
kulit pasien yang perlu diobati juga, karena kuman dapat berpindah
melalui jari pasien.
Terapi yang dapat diberikan untuk otitis eksterna difusa akut adalah
pembersihan liang telinga menggunakan lidi kapas yang diberikan
Betadine atau rivanol. Kemudian dimasukkan tampon yang diberikan
antibiotik dan steroid ke dalam liang telinga. Tampon diganti setiap
hari selama 2-3 hari, kemudian dilanjutkan dengan tetes telinga
antibiotik. Dapat juga diberikan tetes campuran antibiotik-steroid.
Dapat juga diberikan antibiotik oral dan analgetik.
Tujuan terapi otitis eksterna kronis adalah untuk mengurangi
pembengkakan sehingga dapat dilakukan pembersihan liang telinga,
dan menghentikan keluhan gatal sehingga liang telinga tidak di garuk
dan tidak terjadi rekurensi. Dilakukan pembersihan, kemudian
dipasang tampon yang diberi antibiotik dengan atau tanpa steroid.
Untuk otitis eksterna maligna perlu dilakukan pengobatan segera.
Pengobatan utama adalah antibiotik sistemik anti-Pseudomonas
yang tidak nefrotoksik dengan dosis tinggi dalam jangka waktu lama,
biasanya 6-8 minggu. Pilihan utama adalah ciprofloxacin, akan tetapi
karena sering digunakan secara berlebihan untuk keperluan lain,
banyak ditemukan kuman yang sudah resisten terhadap obat ini,
maka alternatif lain adalah ceftazidime dan meropenemem atau obat
lain yang dianggap cocok sesuai uji sensitivitas. Liang telinga juga
harus dibersihkan dengan baik agar sekret bisa mengalir ke luar.
Pemberian antibiotik topikal tidak efektif, bahkan dapat menyulitkan
pemeriksaan mikrobiologi. Untuk mengurangi nyerinya dapat
diberikan analgetik.
Pada otomikosis, perlu dilakukan juga pembersihan liang telinga
dengan baik. Dibersihkan seluruh gumpalan jamur dan debris, serta
dilakukan pengisapan cairan dalam telinga, irigasi, atau dibersihkan
dengan lidi kapas yang diberi Betadine. Diberikan obat anti-jamur
topikal spesifik, seperti nistatin atau clotrimazole. Dapat juga
diberikan asam salisilat 2% dalam alkohol. Obat anti-jamur diberikan
sampai seminggu sesudah liang telinga tampak normal. Telinga harus
dijaga tetap kering. Jika otomikosis disertai dengan infeksi bakterial,
maka perlu ditambahkan antibiotik. BUKU endang
2.2.10 Komplikasi
Otitis eksterna akut mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari
pada sekitar 25% pasien yang terkena. AOE dapat berkembang
menjadi otitis eksterna kronis, dan dapat menyebabkan stenosis
saluran telinga dan gangguan pendengaran. Otitis eksterna adalah
stenosis saluran telinga terjadi akibat proses infeksi. Infeksi dapat
menyebar dan menyebabkan chondritis di daerah sekitarnya. Jika
infeksi terus berlangsung, keadaan ini dapat melibatkan kelenjar
parotid. Beberapa jenis otitis eksterna menimbulkan paresis n.
facialis. (Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Buku Panduan
Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer:
Telinga dan Hidung. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia. 2017. p.143 –
4.)
Komplikasi ini hampir secara khusus terlihat pada penderita dengan
immunocompromised, seperti penderita AIDS, penderita diabetes,
orang-orang yang menjalani kemoterapi, dan pasien yang memakai
obat immunosuppressant (misal: glukokortikoid). Jika tidak
ditatalaksana, dapat terjadi nekrosis otitis eksterna maligna yang
memiliki tingkat kematian tinggi mencapai 50%. (Hussain SM, Maran
AGD. Logan Turner’s Diseases of the Nose, Throat and Ear: Head and
Neck Surgery. Boca Raton: CRC Press. 2016. p.61–8.)
2.2.11 Prognosis
Secara umum prognostis dari OE adalah baik jika mendapatkan
penanganan yang sesuai. Bila tidak ditangani dengan baik dapat
menyebabkan kekambuhan dan komplikasi seperti maligna otitis
eksterna. (Wulandari, N. . M. A. K., & Sudipta, I. M. (2020).
Karakteristik kasus otitis eksterna di RSUP Sanglah Denpasar periode
April 2015-April 2016. Intisari Sains Medis, 11(2), 489.
https://doi.org/10.15562/ism.v11i2.619
)
Sebagian besar pasien otitis eksterna membaik dalam 2-3 hari dari
pemberian antibiotik. Jika tidak membaik dalam 2-3 hari maka perlu
dilakukan evaluasi kembali oleh dokter. Otitis eksterna biasanya
sembuh sepenuhnya dalam 7-10 hari. sebagian besar kasus OE akan
sembuh secara spontan dalam periode akut. Di sisi lain, episode akut
bisa berulang; risiko kekambuhan tidak diketahui. Ada potensi
gangguan pendengaran dan stenosis kanal akibat peradangan kronis,
yang dapat terjadi dengan satu episode OE akut. Hajioff D dan
MacKeith S. Otitis externa. BMJ clinical evidence. 2015. p.1-22.
)
2.2.13 SKDI
Otitis Eksterna termasuk dalam tingkat kompetensi 4A atau
keterampilan yang dicapai pada saat lulusan dokter. Lulusan dokter
mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan penatalaksanaan
penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas. (Konsil Kedokteran
Indonesia. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Jakarta. 2012.
p.39)
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1.