Anda di halaman 1dari 16

SKENARIO KASUS

OLEH :
Nanda Safira Alisa, S.Ked
Nursarah Salsabila Khansa, S.Ked
Raehan Naufaliandra Kusumah, S.Ked

Pembimbing: dr. Maipe Aprianti, Sp.An

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
Seorang laki-laki berusia 30 tahun datang ke poliklinik anestesi. Pasien direncanakan operasi
cabut gigi oleh spesialis bedah mulut. Berat badan pasien 100 kg dan tinggi badan 170 cm.
Tidak terdapat Riwayat penyakit. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital TD
120/70 mmhg, nadi 83 x/menit, laju napas 18 x/menit, SpO2 97% tanpa bantuan oksigen.
Bagaimana tatalaksana pada pasien ini, mencakup:
a. Manajemen praoperatif
b. Klasifikasi status ASA
c. Hal-hal yang harus diperhatikan saat praanestesi
d. Obat-obatan anestesi yang akan digunakan
e. Monitoring intraoperative
f. Manajemen pascaoperasi

SKENARIO
Manajemen Preoperatif

Anamnesis Pemeriksaan penunjang


• Identitas pasien
• Informed consent • Pemeriksaan darah dan urin rutin
• Keluhan utama • EKG
• Riwayat penyakit sistemik
• Riwayat obat
• Riwayat operasi sebelumnya
• Riwayat kebiasaan sehari-hari

Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan fisik umum
• Pemeriksaan keadaan psikis Edukasi pemberian anestesi umum
• Inspeksi jalan napas untuk melihat kemungkinan melalui anestesi intravena dan obat
penyulit tindakan laringoskopi intubasi seperti leher yang digunakan adalah propofol dan
pendek dan kaku
• Pemeriksaan fisik khusus fentanyl
Klasifikasi ASA
ASA I : pasien normal, sehat
ASA II : pasien dengan penyakit sistemik ringan
ASA III : pasien dengan penyakit sistemik berat
ASA IV : pasien dengan penyakit sistemik berat yang mengancam nyawa
ASA V : pasien terminal yang diperkirakan tidak selamat tanpa operasi
ASA VI : pasien dinyatakan mati batang otak dan organnya dikeluarkan
guna tujuan donor

E : ditambahkan pada pasien gawat darurat

Pada Pasien ini status ASA  ASA II, karena pasien memiliki obesitas
dengan BMI 34.6
Klasifikasi ASA
Klasifikasi ASA
Hal yang harus diperhatikan saat praanestesi
Persiapan di Poliklinik dan rumah:
1. Persiapan psikis
Memberi penjelasan kepada pasien dan atau keluarga agar mengerti perihal rencana anestesi dan
pembedahan sehingga diharapkan pasien dan keluarga bisa tenang
2. Persiapan fisik
• Menghentikan kebiasaan merokok, minuman keras, dan obat-obatan tertentu minimal 2 minggu
sebelum anesthesia atau minimal dimulai sejak evaluasi pertama
• Melepas protesis atau aksesoris, tidak menggunakan kosmetik
• Puasa dilakukan guna mencegah aspirasi ke paru
3. Diharuskan agar pasien mengajak serta keluarga/kerabat untuk menemani/menunggu selama proses
pembedahan dan saat kembali pulang untuk mengantisipasi kemungkinan penyulit tidak diinginkan
4. Membuat surat persetujuan tindakan medik
Hal yang harus diperhatikan saat praanestesi
Persiapan di ruang perawatan:
1. Persiapan psikis
• Membentikan penjelasan kembali kepada pasien dan atau keluarganya
• Berikan obat sedative pada pasien bila cemas berlebihan/pasien tak kooperatif
2. Persiapan fisik
• Menghentikan kebiasaan merokok, minuman keras, dan obat-obatan tertentu minimal 2 minggu
sebelum anesthesia atau minimal dimulai sejak evaluasi pertama
• Melepas protesis atau aksesoris, tidak menggunakan kosmetik
• Puasa dilakukan guna mencegah aspirasi ke paru
3. Membuat surat persetujuan tindakan medik
4. Persiapan lain yang bersifat khusus preanestesia, apabila dipandang perlu, dapat dilakukan koreksi
terhadap kelainan sistemik yang dijumpai pada saat evaluasi prabedah
Hal yang harus diperhatikan saat praanestesi
Persiapan di IBS: Persiapan di ruang operasi:
1. Evaluasi ulang status pasien sekarang dan 1. Meja operasi dan instrument yang diperlukan
catatatn medik pasien serta perlengkapan lainnya 2. Mesin anesthesia dan sistem aliran gasnya
2. Konsultasi di tempat apabila diperlukan 3. Alat-alat resusitasi dan obat-obat resusitasi
3. Ganti pakaian dengan pakaian khusus kamar 4. Obat anesthesia yang diperlukan
operasi 5. Alat pantau tekanan darah, suhu tubuh, EKG dan
4. Memberi premedikasi pulse oximetry
5. Tindakan lain: seperti pemasangan infus 6. Kartu catatan medik anesthesia
7. Selimut penghangat khusus untuk bayi dan orang
tua
Hal yang harus diperhatikan saat praanestesi
Persiapan alat:
STATICS
1. S (scope): laringoskop, stetoskop
2. T (tube): pipa trake berbagai ukuran (ETT, LMA)
3. A (airway tube): OPA, NPA berbagai ukuran
4. T (tape): plester
5. I (introducer): stilet
6. C (connector): sambungan
7. S (suction): pengisap cairan pada jalan napas
Obat anestesi yang digunakan
Tujuan pemberian pramedikasi: Trias anestesi:
1. Mengurangi kecemasan 1. Hipnotik  propofol
2. Mengurangi nyeri 2. Analgetik  fentanyl
3. Mengurangi kebutuhan obat anestetik 3. Muscle relaxan  atracurium besylate
4. Mengurangi sekresi saluran pernapasan
5. Menyebabkan amnesia
6. Mengurangi kejadian mual-muntah pasca operasi
7. Membantu pengosongan lambung, mengurangi produksi
asam lambung
8. Mencegah reflek—reflex yang tidak diingingkan
Obat anestesi yang digunakan
1. Pramedikasi dapat diberikan:
• Midazolam 0.1 mg/kgBB
• Ondansetron 4 mg IV
• Atropine sulfat 0.25 mg IV
2. Untuk anestesi umum pada kasus ini diberikan:
• Propfol  untuk hipnotik, 2-2.5 mg/kgBB
• Fentanyl  2-50 microgram/kgBB
• Isoflurane  digunakan sebagai komponen hipnotik dalam pemeliharaan anestesi
umum
3. Bolus analgetik parasetamol 20 mg/kgBB IV  untuk analgetik post-operative
Pemantauan Intra Operatif

Oksigenasi
• Memeriksa kadar oksigen inspirasi
Sirkulasi
dengan pulse oximetry
• Oksigenasi darah, secara klinis dengan • Menghitung denyut nadi
melihat warna darah luka dan • Mengukur tekanan darah (tensimeter)
permukaan mukosa, secara kualitatif • EKG
dengan pulse oximetry dan Analisa gas • Menilai produksi urin
darah • Tekanan vena sentral  kanulasi vena sentral

• Diagnostik fisik: naik turun dada,


kembang kempis katong reservoir,
Bertujuan untuk auskultasi suara nafas
mempertahankan • Memantau end tidal CO2
patensi jalan napas • Jika ventilasi dengan alat bantu naas
mekanik  sistem alarm yang
memberikan tanda bila nilai ambang Suhu tubuh
tekanan terlampaui
Pemantauan • Analisis gas darah untuk menilai
jalan napas tekanna parsial CO2

Ventilasi
Manajemen Pascaoperasi
Pasien pascaoperasi sebaiknya tidak dipindahkan ke luar dari kamar operasi sebelum:
• Terjamin patensi jalan napas
• Ventilasi dan oksigenasi yang kuat
• Hemodinamika yang stabil

Pemindahan pasien pasca operasi ke recovery room  Disertai dengan pemberian suplementasi oksigen

Recovery room: Tekanan darah, denyut nadi, dan frekuensi napas tiap 5
menit selama 15 menit atau hingga pasien stabil dan diikuti
• Patensi jalan napas setiap 15 menit
• Tanda vital
Oksigenasi  pulse oximetry
• Oksigenasi
• Kesadaran Skala nyeri  evaluasi untuk tatalaksana nyeri pascaoperasi
Manajemen Pascaoperasi
Thank You

Anda mungkin juga menyukai