Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI

Fathiyyah Mulyawati Hara


H1A014018
Dosen Pembimbing: dr.Hardian

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan


Universitas Bengkulu
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dengan masa yang hanya 2 kg 3% dari total berat tubuh sistem saraf adalah sistem
yang paling kecil namun paling kompleks dibandingkan dengan sistem lainnya. Sistem
saraf adalah sistem dengan kerumitan, jaringan yang saling terorganisasi dengan bagus
dengan berjuta sel neuron dan bahkan neuroglia. Sistem yang menyusun sistem saraf adalah
otak,saraf kranial dan percabangannya, tulang belakang, saraf spinal dan percabangannya,
ganglia, pleksus enteric dan reseptor sensorik
Sel saraf atau neuron, membawa sinyal elektektrik dengan cepat dan di beberapa
kasus pada jarak yang sangat jauh. Dengan bentuk selnya yang unik yang panjang dan
adanya sel memanjang yang dapat mencapai meteran. Pada umumnya, neuron akan
melepas sinyal kimia yang disebut neurotransmitter ke cairan ekstraselular untuk
berkomunikasi dengan sel yang ada di sekitarnya. Namun dalam beberapa kasus neuron
berhubungan dengan menggunakan Gap junction yang dapat membuat sinyal berjalan
langsung dari sel ke sel lainnya
Sel saraf dan sel otot mengalami perkembangan sehingga dapat memanfaatkan
potensial membrane. Sel ini dapat mengalami perubahan cepat sesaat pada potensial
membrannya. Fluktuasi potensial ini berfungsi sebagai sinyal listrik. Potensial membrane
konstan yang terdapat ketika sel saraf atau otot tidak mmperlithatkan perubahan cepat
dalam potensialnya disebut potensial
Pada percobaan ini akan dilihat kelistrikan yan terjadi pada sel saraf serta hal hal
yang mempengaruhinya dan bagaimana jika terjadi gangguan.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah pada pratikum ini adalah:

1.2.1 Bagaimana peristiwa resting potential membrane pada eksperimen?

1.2.2 Bagaimana peristiwa potensial reseptor pada eksperimen?

1.2.3 Bagaimana peristiwa potensial aksi pada ujung saraf pada eksperimen?
1.2.4 Bagaimana peristiwa pentingnya Na di voltage-Gated pada eksperimen?

1.2.5 Bagaimana peristiwa Mengukur Mutlak dan Relatifnya Periode refraktori pada
eksperimen?

1.2.6 Bagaimana peristiwa Pengkodean untuk Intensitas Stimulus pada eksperimen?

1.2.7 Bagaimana peristiwa konduksi kecepatan pada eksperimen ?

1.2.8 Bagaimana peristiwa transmisi sinap kimia dan pelepasan neurotransmitter ?

1.2.9 Bagaimana preistiwa potensial aksi secara keseluruhan ?

1.3 Tujuan Pratikum

Adapun tujuan pratikum ini adalah untuk mengetahui mekanisme tranpor dan
permeabilitas sel pada membran sel. Berdasarkan tujuan umum, terdapat tujuan khusus
pada pratikum ini adalah sebagai berikut :

1.3.1 Untuk mengetahui peristiwa resting potential membrane pada eksperimen

1.3.2 Untuk mengetahui peristiwa potensial reseptor pada eksperimen

1.3.3 Untuk mengetahui peristiwa potensial aksi pada ujung saraf pada eksperimen

1.3.4 Untuk mengetahui peristiwa pentingnya Na di voltage-Gated

1.3.5 Untuk mengetahui peristiwa Mengukur Mutlak dan Relatifnya Periode refraktori

1.3.6 Bagaimana peristiwa Pengkodean untuk Intensitas Stimulus pada eksperimen

1.3.7 Bagaimana peristiwa konduksi kecepatan pada eksperimen

1.3.8 Bagaimana peristiwa transmisi sinap kimia dan pelepasan neurotransmitter

1.3.9 Bagaimana peristiwa potensial aksi secara keseluruhan


1.4 Manfaat Pratikum

Adapun manfaat dalam pratikum ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Bagi peneliti, praktikum ini dapat menambah wawasan dan pemahaman mengenai
Neurofisiologi pada impuls saraf.

1.4.2 Bagi masyarakat, praktikum ini dapat dijadikan sumber rujukan dan referensi dalam
menambah pengetahuan mengenai Neurofisiologi pada impuls saraf

1.4.3 Bagi FKIK UNIB,praktikum ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
studi atau kajian mengenai Neurofisiologi pada impuls saraf.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DASAR PENGETAHUAN STRUKTUR NEURON


2.1.1 Neuron1
Secara umum neuron terdiri dari tiga bagian yaitu dendrit (suatu struktur/juluran yang
jumlahnya lebih dari satu pada badan sel yang bertugas menerima stimulus dari lingkungan),
badan sel/perikarion (pusat dari kegiatan sel saraf), dan akson (suatu struktur/juluran yang
jumlahnya hanya satu yang bertugas mengirimkan impuls ke sel saraf yang lain. Akson juga dapat
menerima impuls dari neuron lain.

a.Badan Sel (Perikarion)1


Bagian ini adalah bagian neuron yang mengandung nukleus dan sitoplasma (terdiri dari
organel dan badan inklusi) yang mengelilinginya. Perikarion juga memiliki sifat reseptif terhadap
rangsangan.

b.Dendrit1
Dendrit biasanya berukuran pendek dan berbentuk seperti cabang-cabang pohon. Dendrit
menerima banyak sinaps dari neuron-neuron lain. Tentu saja dendrit bertugas dalam menerima
rangsangan dari luar dan meneruskannya ke perikarion dan akson. Sebagian besar sel saraf
memiliki jumlah dendrit yang banyak yang artinya dapat meningkatkan jumlah tempat sebagai
penerima rangsang. Satu neuron dengan banyak dendrit ini memungkinkan sel untuk menerima
kiriman dari banyak akson (sifat divergen pada dendrit yang bisa menerima impuls dari banyak
neuron lainnya). Pada dendrit sel Purkinje (berada pada serebelum) memiliki ± 200.000 terminal
aksonal padanya. Jumlah ini dapat lebih besar pada neuron yang lain.

c.Akson1
Akson adalah suatu juluran berbentuk tabung yang bervariasi panjangnya tergantung dari
jenis neuron. Akson biasanya berukuran panjang dan beberapa memiliki akson yang berukurang
pendek. Misalnya, akson dari sel motorik yang berasal dari tulang belakang yang menyarafi otot
kaki dapat berukuran 100 cm. Semua akson keluar dari suatu struktur yang berbentuk seperti
piramid (akson Hillock). Membran plasma dari akson dikenal dengan aksolema dan isinya
aksoplasma.

Pada akson terdapat dua arus yaitu arus anterograde dan retrograde. Pada arus digunakan
protein motor. Protein motor yang berperan dalam transportasi aksonal ini adalah:
a.Dinein yang berhubungan dengan arus retrograde: Mengirimkan berbagai macam bahan-
bahan yang dapat didaur ulang ke badan sel. Virus juga dapat menyebar dengan cara
transport akson retrograde, contohnya: virus rabies.
b.Kinesin yang ketika berlekatan dengan vesikel mengawali transport anterograde di akson.
Fungsi dari transport anterograde adalah untuk mengirimkan neurotransmitter di dalam
vesikel protein ke arah akson terminal (Boutton Terminaux).
2.1.2 Potensial Membran
a.Potensial Istirahat2
Neuron dikatakan berada dalam kondisi istirahat saat neuron tidak menghantarkan impuls.
potensial istirahat adalah perbedaan yang terdapat pada bagian dalam dan luar dari membran
plasma. Pada sel neuron potensial istirahatnya adalah sekitar -70mV (pada otot sekitar -90mV).
Arti dari tanda negatif adalah bagian dalam dari sel lebih negatif dibanding dengan keadaan luar.

b.Potensial Aksi2
Potensial aksi adalah suatu potensial yang berhubungan dengan terhantarnya impuls.
Potensial aksi ini merupakan suatu potensial yang bekerja cepat dan sifatnya sementara (sekitar
2-3 ms) dalam mengembalikan perbedaan potensial listrik di neuron atau sel otot. Hal ini terjadi
karena adanya perubahan pada permeabilitas membran ketika stimulus yang memicu terjadinya
potensial aksi diberikan. Potensial aksi memiliki tiga fase antara lain: fase depolarisasi, fase
repolarisasi dan fase hiperpolarisasi.
•Fase Depolarisasi
Ketika stimulus berada dalam neuron yang istirahat beberapa kanal Na+ (voltage-gated) pada
bagian yang distimulasi terbuka. Ion Na+ berpindah ke dalam akson. Influks awal yang terjadi
bersifat lambat. Membran akson kemudian mulai terdepolarisasi. Kanal ion Na+ ini sangat
sensitif terhadap perubahan potensial. Akibatnya lebih banyak ion Na+ yang masuk ke dalam sel
dan terjadilah depolarisasi akson. Saat perbedaan potensial yang melewati membran mencapai
nilai minimum yang dapat memicu potensial aksi (-50mV), lebih banyak kanal ion Na+ yang
terbuka. Ini adalah contoh umpan balik yang positif. Difusi yang cepat dari Na+ dengan cepat
mengakibatkan perubahan potensial menjadi positif (+40 mV). Perubahan yang cepat ini yang
disebut dengan depolarisasi (berlangsung sekitar 1 ms).
•Fase Repolarisasi
Ketika perbedaan potensial tadi sudah mencapai +40 mV kanal-kanal ion Na+ (voltage-gated)
tadi kembali tertutup. Pada waktu yang sama kanal ion K+ (voltage-gated) terbuka. Ion K+
berdifusi keluar dan perubahan potensial pun terjadi yaitu dari +40 mV menjadi -70 mV. Keadaan
membran akson terrepolarisasi.
• Fase Hiperpolarisasi
Kanal ion K+ mulai tertutup secara perlahan. Saat itu ada ion-ion K+ yang keluar lebih banyak
yang artinya kedaan dalam membran lebih negatif dari -70 mV tadi. Hal ini dikenal dengan
hiperpolarisasi. Namun dalam beberapa milidetik kanalnya tertutup sempurna dan potensial
istirahat pun tercapai kembali (-70mV). Dan akhirnya potensial istirahat dibangun kembali oleh
pompa Na+/K+ dan perbedaan jumlah difusi terfasilitasi ion K+ dan Na+ melewati kanal (non-
gated).
Potensial aksi hanya dapat terjadi jika stimulus yang diberikan nilainya dapat memicu. Setelah
nilai minimum ini tercapai potensial aksi yang dihasilkan dipertahankan konstan dan tidak
tergantung lagi pada intensitas dari stimulus. Efek ini yang disebut respon all or nothing. Semua
potensial aksi berada dalam amplitudo yang sama.
c. Periode Refraktori2
Setelah potensial aksi lewat, dalam waktu yang singkat (sekitar 5-10 ms) akson mengalami
periode refraktori. Periode ini terjadi di mana akson tidak dapat menerima stimulus lagi karena
masih ada kanal-kanal ion yang tertutup (periode absolut 1 ms). Selain periode absolut ada juga
periode relatif 5 ms. Selama periode ini potensial istirahat secara bertahap dikembalikan. Dan
ketika itu potensial aksi yang baru dapat terjadi jika stimulus lebih besar dari yang biasa.

2.1.3 Komunikasi Sinapsis1,2


Mekanisme yang terjadi pada sinapsis adalah pengeluaran neurotransmiter. Proses ini dapat
terjadi dikarenakan impuls yang terjadi pada pre-sinapsis mengakibatkan suatu ledakan listrik
pada ujung akson. Impuls ini membuka kanal ion Ca2+ pada pre-sinapsis, yang mengakibatkan
influks Ca+ yang memicu eksositosis dari vesikel sinapsis. Neurotransmiter yang ada dalam
vesikel bereaksi dengan reseptor yang ada di post-sinapsis. Dan hal tersebut mengawali aktivitas
listrik yang singkat pada post-sinapsis. Sinapsis yang mengakibatkan hal tersebut dinamakan
sinapsis pemicu (excitatory). Dan sinapsis yang efek dari ikatan neurotransmiter-reseptor
menghasilkan efek berlawanan (menimbulkan hiperpolarisasi) tanpa ada transmisi impuls
dinamakan sinapsis penghambat (inhibitory). Oleh karena itu kehadiran sinapsis sangat penting
dalam melaksanakan transmisi sinyal.
Sinaps dapat terbentuk dari berbagai bentuk hubungan yang melibatkan aspek pre-sinaps dan
post-sinaps seperti yang dipaparkan pada bagian gambar di samping. Setiap hubungan tersebut
dapat dibentuk oleh berbagai macam struktur pada neuron, yaitu:
• Axodendritik, dari akson ke dendrite lain.
• Axosomatik, dari akson ke badan sel lain.
• Axo-axinik, dari akson ke akson lain.
• Dendro dendritik, ke dendrite lain.
• Somato-somatik, antara badan sel saraf.

2.1.4 Neurotransmitter3,4
Bahan-bahan kimia yang diketahui sebagai neurotransmitter antara lain:
• Amina: dopamin, norefinefrin, epinefrin, serotonin, histamin
• Asetilkolin
• Asam amino
O Eksitasi: glutamat, aspartat
O Inhibisi: glisin, gama-aminobutirat (GABA)
• Polipeptida: vasopresin, oksitosin, CRH, TRH, GRH, somatostatin
• Purin: adenosin, ATP
• Gas: NO, CO
• Lipid: asam arakodonik dan derivatnya

Distribusi neurotransmitter bervariasi pada berbagai susunan saraf. Asetilkolin ditemukan


pada sambungan neuromuskular, ganglion otonom, dan ujung-ujung saraf simpatis. Norepineprin
ditemukan pada ujung saraf simpatis. Dopamin ditemukan dalam konsentrasi tinggi oada berbagai
bagian susunan saraf pusat, misalnya pada ganglia basalis.
Beberapa senyawa mempunyai efek positif (senyawa agonis) maupun negatif (antagonis)
terhadap neurotransmitter kolinergik:
• Senyawa agonis terhadap ACh:
O Nikotin utnuk mengaktifkan reseptor nikotinik ACh dan membuka kanal ion
O Muskarin untuk mengaktifkan reseptor muskarinik ACh (diproduksi jamur
Amanita muscaria)
O Alfa-latrotoksin (diproduksi labal-laba black widow, menginduksi pelepasan ACh
besar-besaran).
• Sedangkan contoh antagonis:
O Atropin alkaloid untuk menghalangi aktivitas ACh pada reseptor muskarinik.
O Protein Botulinus Toxin Eight untuk menghambat pelepasan ACh (diproduksi
Colstridium botulinum)
O Protein alfa-bungarotoksin untuk mencegah membukanya kanal reseptor ACh
(diproduksi ular genus Bungaru)
O Tubo kurarin untuk mencegah membukanya kanal reseptor ACh pada motor end-
plate.

BAB III
Hasil dan Pembahasan
3.1 Resting potential membrane

3.1.1 hasil percobaan


Pembahasan

1. Pada keadaan normal atau control tidak terjadi perubahan pada bagian badan sel dan akson
atau disebut juga dengan resting potensial membrane
2. Ketika cairan ekstraselular tinggi akan K+ pada bagian intareslular pada bagian badan sel
dan akson terjadi kenaikan dari angka teganggan (depolarisasi)
3. Ketika cairan ekstraselular rendah dengan Na+ pada bagian intareslular pada bagian badan
sel dan akson penurunan dari angka teganggan (repolarisasi)
3.1.2 Review Sheet
1. Jelaskan mengapa menaikan K+ pada ekstraselular dapat mengurangi difusi K+
keluar dari saraf melalui saluran keluar K+
Menaikkan Kalium ekstraselular mengurangi perbedaan gradien konsentrasi jadi
semakin sedikit kalium yang keluar dari saraf
2. Jelaskan mengapa menaikkan kalium ekstraselular menyebabkan potensial
membran kea rah yang lebih positif?. Bagaimana dengan prediksi anda?
Potensi membrane menjadi lebih positif karena semakin sedikit jumlah Kalium
yang ber difusi, jika kalium tetap didalam maka akan semakin positif atau kurang
negatif
3. jelaskan mengapa perubahan pada natrium tidak mempengaruhi potensial
membrane pada saraf yang istirahat
Karena jumlah dari natrium yang keluar lebih sedikit dari pada kalium, dan lebih
banyak saluran kalium yang terbuka
4. Diskusikan permeabilitas relative membrane terhadap natrium dam kalium pada
neuron istirahat
Saraf yang istirahat 4-5 kali lebi permeable karena meningkatnya jumlah saluran
yang keluar
5. Diskusikan bagaimana perubahan pada natrium atau kalium dapat memberi efek
pada potensial membrane istirahat. Perubahan dalam konduktansi kalium akan
lebih Nampak efeknya terhadap potensial membrane dibandingan yang Natrium
lakukan
3.1.3 Post lab
1.. Hasil yang negative pada membrane potensial dapat terihat dari ujung
mikroelectroda yang terletak pada keduanya baik di dalam badan sel dan dalam axon
2. Mana yang berikut ini dapat menyebabkan potensial membrane beruba dari -70 ke -
40 dalam badan sel dengan menaikan jumlah kalium ekstraselular
3. Mana berikut ini yang memiliki tegangan paling negative Antara axon bagian dalam
dan luar dengan kontrol kalium ECF.
3.2 Potensial Reseptor
3.2.1 Hasil Eksperimen
Pembahasan
Dari table dapat di lihat:
- Pacinian corpuscle hanya bereaksi saat diberikan stimulus berupa tekanan yang
menyebabkan adanya depolarisasi.
- Olfactory receptor hanya bereaksi saat diberikan stimulus berupa kimiawi yang
menyebabkan adanya depolarisasi
- Ujung bebas saraf memberikan respon ketika diberi tekanan dengan intensitas
tinggi dan pada saat diberi stimulus berupa panas menybeabkan depolarisasi
3.2.2 Review Sheet
1. Saraf sensorik memiliki potensial istirahat berdarakan pengahbisan ion (seperti yang di
demonstrasi di aktivitas 1). Apa chanel pasif yang di temukan di membrane olfactory
receptor, pada membrane pacinian korpus dan di membrane saraf ujung bebas?
Dari ion kalium akan di pertahankan pada saluran kalium pasif
2. Apa yang di maksud dengan potensial bernilai ?
Secara singkat, potensial nilai perubahan local pada membrane potensial baik itu
depolarisasi dan hiperpolarisasi
3. Identifikasi modalitas stimulus mana yang menginduksi potensi reseptor amplitude
terbesar pada pacinian korpus. Bagaimana dengan prediksi anda?
Modalitas tekanan moderate menginduksi potensial reseptor dengan amplitude terbesar
pada pacinian corpuscle
4. Identifikasi modalitas stimulus mana yang menginduksi potensi reseptor amplitude
terbesar pada reseptor olfactory . Bagaimana dengan prediksi anda?
Modalitas kimiawi moderate menginduksi potensial reseptor dengan amplitude terbesar
pada reseptor olfactory
5. Pada reseptor olfactory juga terdapat potensial membrane yang dapat mengenali isoamil
asetat dan molekul lainnyayang mentranduksi stimulus bau. Apakah pacinian memiliki
reseptor isoamil protein? Apakah saraf ujung bebas memiliki reseptor isoamil asetat?
Pada pacinian dan ujung saraf bebas tidak ditemukan isoamil asetat reseptor karena mereka
tidak merespon stimulus kimiawi
6. Saraf tipe apa yang akan merespon pada lampu hijau?
Photosensori akan merespon pada lampu hijau .
3.2.3 Post Lab
1.Stimulus yang sangat sensitive terkadang dapat menstimulasi saraf yang berurusan
dengan modalitas lain. Demikian dengan tiupan pada mata, satu “melihat bintang” pada
contoh fotoreseptor yang mana mata merespon ke
tekanan yang intens
2. Saraf olfaktori reseptor merespon ke konsentrasi rendah dari stimulus kimia karena
adanya membrane rprotein pada saraf ini yang dapat berikatan dan merespon kepada
stimulus spesifik
3. Sekuens dari dimulainya stimulus sensori yang berujung pada perubahan potensial
membran disebut transduksi sensorik
4Resting membrane memiliki potensial -70 mV perubahan yang memiliki potensial
reseptor paling besar adalah
Perubahan ke -50 mV

3.3 Potensial Aksi Pada Ujung Saraf


3.3.1 Hasil Eksperimen
Pembahasan

- Pada table diatas dapat di ketahui apabila stimulus datang dari suatu arah maka
stimulus terus akan menjalar keseluruh bagian saraf hingga keujungnya walau
dalam waktu yang berbeda
3.3.2 Review sheet
1. Jelaskan mengenai ambang yang ada pada potensial aksi
Ambang yang di maksud adalah tegangan yang harus di capai agara terjadi aksi
potensial
2. Apa yang berubah pada potensial membrane (depolarisasi atau hiperpolarisasi)
memicu potensial aksi?
Depolarisasi pada potensial membrane menghasilkan potensial aksi. Membrane
potensial harus menjadi lebih negative untuk membuat potensial aksi
3. Bagaimana potensial aksi pada R1 (atau R2) berubah saat menaikan ttegangan
stimulus diatas ambang tegangan? Bagaimana dengan prediksi anda?
Tidak ada perubahan walaupun tegangan di naikan karena ketika ambang telah
ditemukan maka akan terjadi seluruhnya atau tidak sama sekali, bukan bertingkat
4. Potensial aksi adalah “semuanya atau tidak sama sekali”. Jelaskan apa yang di
maksud oleh phrase
Artinya ketika ambang bertemu maka potensial aksi akan terjadi namun apabila
terlalu lemah makan tidak akan terjadi potensial aksi
5. Bagian apa yang di investigasi pada eksperimen
Zona terpicu diinvestigasi. Disinilah axon hillock dan inisial segment bertemu
3.3.3 Post Test
1. Ambang tegangan di dalam akson biasanya
lebih negative dibandingkan membrane resting potensial
2. jika pada reseptor potensial pada resting membrane potensial lebih negative maka
yang mungkkin terjadi adalah
Akan sulit untuk axon mencapai ambang tegangan
3. Gagal dalam mencapai ambang tegangan di dalam axon pada saraf seonsorik dapat
sisebabkan oleh
Semua yang ada di atas

3.4 pentingnya Na di voltage-Gated


3.4.1 hasil eksperimen

Pembahasan
Saat pada kondisi normal maka puncak dari respon yang diberikan dari awal stimulus
datang sampai ke ujung ssaraf akan tetap sama namun saat di pengaruhi oleh TTX dan
Lidocaine terjadi perubahan di bagian ujung yang menapakn hasil tidak sama dengan
yang di awal.
3.4.2 Review Sheet
1. Apa yang TTX lakukan terhadap voltage-gated Na+ channels?
TTX memblokir difusi natrium(sodium) melalui voltage-gated sodium channels.
2. Apa yang dilakukan lidocaine terhadap voltage-gated Na+ channels? Bagaimana
efek lidocaine berbeda dari efek TTX?
Lidocaine memblokir difusi sodium voltage-gated sodium channels.
3. Saraf adalah sekumpulan(bundelan) akson, dan beberapa saraf kurang sensitif
terhadap lidokain. Jika saraf, bukan akson, telah digunakan dalam percobaan
lidocaine, hasil yang dicatat pada R1 dan R2 akan menjadi jumlah dari semua
potensial aksi. (disebut potensial aksi gabungan). Apakah respon pada R2 setelah
aplikasi lidocaine harus nol? Kenapa iya atau kenapa tidak?
Dengan potensi aksi gabungan, hasilnya tidak harus nol karena beberapa akson
tetap tidak terpengaruh..
4. Mengapa lebih sedikit potensial aksi yang dicatat pada R2 ketika TTX diterapkan
antara R1 dan R2? Seberapa baik hasilnya dibandingkan dengan prediksi Anda?
TTX memblokir sodium channel, mencegah penyebaran potensial aksi dari R1 ke
R2.
5. Mengapa lebih sedikit potensial aksi yang dicatat pada R2 ketika lidocaine
diterapkan antara R1 dan R2? Seberapa baik hasilnya dibandingkan dengan
prediksi Anda?
Lidocaine memblokir channel sodium, mencegah penyebaran potensial aksi dari
R1 ke R2. Copyright © 2014 Pearson Education, Inc. 450
6. Neuron yang sensitif terhadap nyeri ( nociceptors) melakukan tindakan potensial
dari kulit atau gigi ke situs di otak yang terlibat dalam persepsi nyeri. Di mana
dokter gigi harus menyuntikkan lidokain untuk menghalangi persepsi nyeri?
Lidocaine harus diberikan pada reseptor untuk mencegah pembentukan potensial
aksi yang akan mengarah pada persepsi rasa sakit.
3.4.2 Post test
1. Dalam kontrol, amplitudo potensial aksi pada R1 dan R2 adalah sama. Mana
dibawah ini yang menjelaskan hal tersebut ?
Semua ini merupakan penjelasan yang masuk akal.
2. Memblokir saluran Na + tegangan-gated antara R1 dan R2 dengan TTX memblokir
propagasi potensial aksi dari R1 ke R2.
3. Saat voltage-gated Na+ channels antara R1 dan R2 diblokir dengan TTX, potensi
aksi masih tercatat di R1 karena
voltage-gated Na+ channels antara stimulus dan R1 tidak terpengaruh oleh TTX.
4. Ikan Puffer harus disiapkan dengan hati-hati dan tepat sebelum mereka bisa
dimakan. Mengonsumsi ikan buntal dapat menyebabkan mati rasa pada bibir,
mungkin karena
Potensial aksi dari neuron sensori pada bibir diblokir

3.5 Mengukur Mutlak dan Relatifnya Periode refraktori


3.5.1 Hasil Eksperimen
Pembahasan

3.5.1 Review Sheet


1. Tentukan inaktivasi yang berlaku untuk voltage-gated sodium channel.
Voltage-gated sodium channels tidak aktif ketika mereka tidak lagi membiarkan
natrium berdifusi melalui mereka.
2. Tentukan periode refraktori mutlak.
Periode refraktori mutlak adalah waktu di mana tidak ada potensi aksi yang dapat
dihasilkan terlepas dari kekuatan stimulus.
3. Bagaimana ambang batas untuk potensial aksi kedua berubah saat Anda menurunkan
interval antar rangsangan(stimuli)? Seberapa baik hasilnya dibandingkan dengan
prediksi Anda?
Ambang batas untuk potensial aksi kedua meningkat ketika interval antar rangsangan
menurun seperti yang diperkirakan.
4. Mengapa lebih sulit menghasilkan potensial aksi kedua selama periode refraktori
relatif?
Stimulus(rangsangan) yang lebih kuat diperlukan karena voltage-gated potassium
channels yang menahan depolarisasi terbuka selama waktu ini .
3.5.2 Post test
1. Apa ambang asli untuk neuron ini?
A 20 mV depolarisasi ke -50 mV.
2. Ketika interval antara rangsangan menurun, depolarisasi diperlukan untuk
menghasilkan potensial aksi kedua
memningkat.
3. Dilihat dari hasil Anda, periode waktu apa setelah tindakan pertama yang
paling potensial menggambarkan periode refraktori relatif (waktu ketika
potensial aksi kedua dapat dihasilkan hanya jika intensitas stimulus
ditingkatkan)?
7.5 ms-60 msec

4. Pada interval antar stimulus mana , potensial aksi kedua gagal, terlepas dari
intensitas stimulus yang telah diberikan?
. 3.75 msec
5. Apa periode refraktori mutlak untuk neuron ini?
3.75 msec
3.6. Pengkodean untuk Intensitas Stimulus\

3.6.1 Hasil Eksperimen


Pembahasan

1. Mengapa potensial aksi multipel dihasilkan sebagai respons terhadap stimulus panjang
yang berada di atas ambang batas?

Stimulus yang lebih panjang memungkinkan waktu untuk pemulihan dan ambang batas di
atas memungkinkan potensial aksi terjadi setelah periode refraktori relatif.

2.Mengapa frekuensi potensial aksi meningkat ketika intensitas stimulus meningkat?


Seberapa baik hasilnya dibandingkan dengan prediksi Anda?

Potensial aksi dapat terjadi lebih sering jika ada sumber stimulasi konstan selama periode
refrakter relatif tercapai
3. Bagaimana perubahan ambang selama periode refraktori relatif?

Ambang batas yang harus dicapai lebih tinggi dari intensitas stimulus asli selama periode
refraktori relatif.

4. Apa hubungan antara interval interspike dan frekuensi potensial aksi?

Frekuensi potensial aksi adalah kebalikan dari interval interspike dengan konversi dari
milidetik ke detik.

3.6.3 Post Test

1. Jika interval antara potensial aksi (interval interspike) adalah 0,1 (1/10) detik, frekuensi
aksi potensial apa yang akan diamati? 10 Hz

2. Dengan stimulus berkepanjangan yang berada di atas (lebih terdepolarisasi daripada)


ambang, Anda akan mengharapkan untuk mendapatkan potensi tindakan tambahan ketika
selaput telah

menyelesaikan periode refraktori absolut dan relatif..

3. Manakah dari perubahan berikut yang terjadi ketika Anda meningkatkan intensitas
stimulus?

Frekuensi dari potensial aksi meningkat frequency of action potentials increases.


4. Periode refraktori mutlak adalah sekitar 3,75 msec. Pada intensitas sitmulus mana akan
dihasilkan potensial aksi dengan interval interspike seperti diatas? Tak satu pun dari
stimulus ini akan menghasilkan potensial aksi pada frekuensi setinggi ini
3.7 kecepatan konduksi
3.7.1 hasil Eksperimen
3.7.2 Review sheet
1. Bagaimana konduksi kecepatan pada serat B dibanding serat A? Bagaimana hasil
percobaan dibandingkan dengan prediksimu? Kecepatan pada serat B lebih lambat
karena diameternya lebih kecil dan myelinnya lebih sedikit

2. Bagaimana konduksi kecepatan pada serat C dibandingkan dengan serat B?


Bagaimana hasil percobaan dibandingkat dengan prediksimu? Konduksi kecepatan
pada serat C lebih lambat karena tidak bermyelin dan diameternya lebih kecil.

3. Apa efek dari diameter axon pada konduksi kecepatan? Semakin lebar diameter
axonnya, semakin besar konduksi kecepatan.

4. Apa efek dari jumlah myelin pada konduksi kecepatan? Semakin besar myelinasi,
semakin besar konduksi kecepatan.

5. Mengapa waktu antar stimulasi dan potensial aksi di R1berbeda pada tiap akson?
Karena diameter dan derajat dari ragam myelinasi.

6. Mengala Anda harus merubah skala waktu pada oscilloscope pada tiap akson?
Untuk melihat potensial aksi. Kecepatan berubah, maka ketika semakin melambat
dibutuhkan skala waktu lebih panjang.

3.7.3 Post Test

1. Konduksi kecepatan Potensial aksi paling cepat pada serat.

Serat A

2. Konduksi kecepatan potensial aksi paling lambat terjadi pada

Serat C

3. Mengapa skala waktu harus diubah untuk mengukur konduksi kecepatan pada
serat C? Total waktu yang terlihat pada oscilloscope akan menjadi sangat singkat
untuk melihat potensial aksi.

4. Akson dari sentuhan serat adalah serat A, dan akson dari serat nyeri adalah serat
C. Ketika kaki Anda tersandung, yang mana yang pertama kali terasa?

Kaki Anda menyentuh sesuatu.


3.8. transmisi sinap kimia dan pelepasan neurotransmitter

3.8.1 Hasil eksperimen

(tidak ada data)

3.8.2 Review sheet

1. Ketika intensitas stimulus naik, apa yang berubah: jumlah pelepasan vesikel
sinaptik atau jumlah neurotransmitter per vesicle? Jumlah pelepasan vesikel
sinaptik meningkat ketika intensitas stimulus meningkat.

2. Apa yang terjadi pada jumlah pelepasan neurotransmitter ketika diubah dari
cairan control extracellular cairan extracellular fluid with tanpa Ca2+? Tanpa
kehadiran kalsium, tidak ada pelepasan neurotransmitter exocytosis pada vesikel
synaptic tergantung dari kalsium.

3. Apa yang terjadi pada jumlah pelepasan neurotransmitter ketika diganti dari
cairan extracellular tidak ada Ca2+ ke cairan extracellular fluid dengan sedikit
Ca2+? Ketika jumlah kalisumnditambah sedikit, sedikit vesikel sinaptik lepas.

4. Bagaimana pelepasan neurotransmitter pada cairal extraceluler Mg2+


dibandingkan pada kontrol cairan ekstraselular? Pelepasan neurostransmitter lebih
sedikit daripada penambahan magnesium.

5. Bagaimana Mg2+ memblokade efek dari kalsium extracellular pada pelepasan


neurotransmitter? Ketika magnesium ditambah ke carian extracellular itu akan
memmblokade chanel kalsium dan menginhibisi pelepasan neurotransmitter.

3.8.3 Post lab

1. Dimana neurotransmitter di simpan di terminal akson sebelum di lepas?


Disimpan di vesikel sinaptik.

2. Apakah pelepasan molekul neurotransmitter terjadi sekaligus atau bertahap?


Bertahap.

3. Dengan konsentrasi calcium yang normal, [Ca2+ ], ketika potensial aksi


mencapai terminal akson akan terjadi pelepasan neuro transmitter oleh exocytosis.

4. Dibandingkan dengan stimulus intensitas rendah dengan stimulus intensitas


tinggi, stiumulus intensitas tinggi menyebabkab lebih banyak vesikel sinaptik untuk
mengalami exocytosis
3.9 potensial aksi secara keseluruhan

3.9.1 Hasil Eksperimen

3.9.2 Review sheet

1. Mengapa resting membran potensial hasilnya sama sama di saraf sensorik dan
interneuron? Karena ini adalah tetap Why resting membrane potential terlepas dari
tipe saraf.

2. Jelaskan apa yang terjasi ketika diberikan stimulus lemah pada reseptor sensorik?
Bagaimana hasil percobaan dibandingan dengan prediksi Anda? Terjadi respons
depolarisasi di R1 dan tidak ada respons di R2, R3, and R4.

3. Jelaskan yang terjadi ketika anda memberikan stimulus sedak ke reseptor


sensorik. Bagaimana hasil percobaan dibandingkan dengan prediksi anda? Terjadi
respons depolarisasi di R1 dan potensial aksi di R2 dan R4.
4. Identifikasi tipe membran potensial (graded potensial reseptor atau potensial
aksi) yang terjadi di R1, R2, R3, and R4 ketika diberikan stimulus sedang. Potensial
aksi terjadi di R2 dan R4 dan graded receptor potentials terjadi di R1 and R3.

5. Jelaskan apa yang terjadi apabila diberikan stimulus besar ke reseptor sensory?
Bagaimana hasil percobaan dibandingkan dengan prediksi Anda? Ketika diberikan
stiumulus kuat ke reseptor sensorik, respons depolarisasi terjadi di R1 dan R3 dan
potensial aksi terjadi di R2 dan R4.

3.9.3 Post Lab

1. Apa yang menentukan aplitude depolarisasi pada reseptor senskry R1? Kekuatan
stimulus yang diberikan ke reseptor sensorik.

2. Apa yang menentukan frekuensi pada potensial aksi di saraf sensorik R2?
Amplitude depolarisasi pada reseptor sensorik R1.

3. Yang mana yang menentukan jumlah pelepasan neurotransmitter pada aksin


terminal di saraf sensor? Jumlah kalzium yang masuk ke reseptor sensorik.

4. Yang mana secara langsung atau tidak langsung menentukan jumlah pelepasan
neurotransmitter pada terminal akson di saraf sensorik? Semuanya memilimi peran.

5. Yang mana yang secara langsung atau tidak langsung menentukan frekuensi
potensial aksi pada akson di interneuron? Semuanya memiliki peran.
DAFTAR PUSTAKA

Luiz CJ, Jose C.(2005) Basic histology text and atlas. 11th ed. New York: McGraw-Hill.
Lee C. Longman. (2006). pre-u text stpm biology. 1st volume. Malaysia: Pearson.
Snell RS. Neuron. In: Sjamsir, editor. (1996). Neuroanatomi klink. Jakarta: EGC,
h.72-3.
Mudjihartini N. (2007).Proses biokimia pada transmisi impuls saraf dan pada
proses pembelajaran dan memori. Jakarta: Universitas Indonesia.
Ganong WF. (2001). Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 20. Indonesia: EGC. p.
122-30, 187, & 259-60.

Anda mungkin juga menyukai