Anda di halaman 1dari 25

Journal Reading

RANDI AGUSTIAN SITORUS


H1AP09036
Pembimbing : dr. Rini Kemalasari , Sp.A, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN KESEHATAN ANAK DAN REMAJA


RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2019
P I C O
PP
Population: dari 400 dokter anak yang terdaftar, 141 (35,3%) dokter anak yang
melakukan/mengisi survey. Dari 141 dokter anak, 55 orang PG dan 86 GP.

Intervention: Kuisioner berisi informasi demografi dokter anak, strategi managemen

II GEA, dan data yang berkaitan dengan komplikasi yang berhubungan dengan
managemen GEA.

CC Comparision: Managemen GEA pada anak

O
O Outcome: Kesamaan Pola Managemen GEA pada Anak
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Gastroenteritis akut (GEA) merupakan
kondisi umum yang didiagnosa pada anak.
01
The American Academy of Pediatrics, The European
Sociey of Pediatric Gastroenterology, Hepatology and
02 Nutrition (ESPGHAN), dan the World Health
Organization telah mengeluarkan guideline/pedoman
managemen GEA.

03 Tatalaksana primer yang direkomendasikan oleh guideline


tersebut berupa terapi rehidrasi oral untuk anak-anak dengan
dehidrasi ringan-sedang.

04 Guideline tersebut merekomendasikan perawatan di RS dan terapi


hidrasi intravena (IV) pada anak dengan dehidrasi berat.
PENDAHULUAN
Ketidaksesuaian implementasi/ penerapan guideline
tersebut dilaporkan terjadi pada beberapa Negara
05 berupa indikasi rawat dan terapi hidrasi IV yang tidak
sesuai.

. Belum ada survey yang dilakukan mengenai


guideline/pedoman yang diikuti oleh dokter anak di Korea
06 dalam managemen GEA pada anak anak.

Penelitian ini menilai hasil survey pada anggota Korean Society of


07 Pediatric Gastroenterology, Hepatology, and Nutrition (KSPGHAN)
untuk mengevaluasi guideline/pedoman yang diikuti oleh dokter
anak korea dalam managemen GEA

08 dan untuk melihat perbedaan pola managemen antara dokter anak


umum dan dokter anak subspesialis gastroenterologis.
Tujuan Belum ada survey nasional yang
Penelitian menjelaskan mengenai
guideline/pedoman yang diikuti dokter
anak korea untuk mengobati
gastroenteritis akut (GEA). Survey
online dilakukan untuk menyelidiki cara
managemen GEA oleh dokter anak
bagian gastroenterology, hepatologi
dan nutrisi korea, dibandingkan dengan
gastroenterologis pediatric (PG) dan
dokter anak umum (GP).
METODOLOGI PENELITIAN
METODE PENELITIAN
Alat survey online (SurveyMonkey®;
SurveyMonkey, Palo Alto, CA, USA) digunakan
01 untuk men girimkan kuisioner anonym kepada
dokter anak yaqng telah terdaftar pada
homepage KSPGHAN.

02 Kriteria inklusi berupa dokter anak yang menangani anak


anak di korea.

Kriteria eksklusi penelitian ini yaitu dokter (bukan dokter anak),


03 dokter anak yang tidak bekerja sebagai klinisi, dan dokter anak
yang tidak mengisi survey dengan lengkap.

04 Kuisioner berisi informasi demografi dokter anak, strategi


managemen GEA, dan data yang berkaitan dengan komplikasi
yang berhubungan dengan managemen GEA.
METODE PENELITIAN
Semua data dianalisis menggunakan software
05 SurveyMonkey.

Data kategorik dianalisis menggunakan uji X2. Jawaban


pertanyaan urai dianalisis menggunakan analisis deskriptif
06
HASIL
• KSPGHAN memiliki 400 anggota dokter anak yang
HASIL terdaftar online, 80 diantaranya merupakan PG
dan 320 lainnya merupakan GP. Dari 400 dokter
anak tersebut, 141 (35,3%) menjawab survey. Dari
141 dokter anak, 55 orang PG dan 86 GP. Gambar
1 memperlihatkan area domestik lokasi dokter
anak yang mengisi kuisioner

• Dari 141 dokter anak yang mengisi survey, 39,0%


(n=55) adalah PG dan 72,7% diantaranya bekerja
pada rumah sakit tersier. Sekitar 60%GP (n=52)
bekerja pada rumah sakit primer (p<0,05).

• Kami melihat bahwa 94,6% PG (52) dan 46,5% GP


(n=40) bekerja pada rumah sakit yang
menyediakan akses perawatan inap (p<0,05).
Gambar 1
• Terdapat kemiripan durasi kerja sebagai dokter
anak pada kedua kelompok (tabel 1). Kebanyakan
HASIL dokter anak pada survey ini telah bekerja sebagai
spesialis selama lebih dari 10 tahun.

• Kelompok PG dan GP tidak memiliki perbedaan


dalam pemeriksaan tanda dan gejala GEA. Kedua
kelompok PG dan GP meyakini diare (n=119) atau
muntah (n=107) sebagai gejala utama GEA.

• Indikasi rawat inap paling umum adaah dehidrasi


berat (n=139, 98,8), muntah persisten dan
letargi/iritabilitas (tabel 2). Hampir semua dokter
anak mengobati dehidrasi sedang-berat dengan
Tabel 1 cairan IV (PG n=54, 98,2%; GP n=74,92,9%).

• Terapi rehidrasi oral atau tanpa hidrasi dilakukan


pada anak dengan dehidrasi ringan oleh kedua
kelompok PG dan GP.
HASIL

Tabel 2
• Antiemetik diresepkan untuk >50% anak dengan GEA oleh 87,3%
(n=48)PG dan 96,6% (n=85) GP (p>0,05). Domperidone merupakan
HASIL obat yang paling sering digunakan untuk mengobati muntah oleh
57,4% (n=31) PG dan 57,1% (n=51) of GP. Ondansetron digunakan
oleh 22,2% PG dan7,0% GP. Trimebutine digunakan lebih sering oleh
GP (73,3%) dibanding oleh PG (27,3%).

• Probiotik merupakan agen antidiare yang paling sering diresepkan oleh


89,1% PG dan 100% GP (p<0,05). Saccharomyces boulardii dan
Lactobacillus rhamosus GG merupakan probiotik yang paling sering
diresepkan untuk diare oleh 87,8% PG dan 80,2% GP.

• Smectit lebih sering diresepkan oleh GP (64,4% dibandingkan oleh PG


(14,6%). Rececadotril diresepkan oleh 27,3% PG dan 19,6% GP.
Loperamide diresepkan oleh 5,5% PG dan 18,4% gp. Zinc diresepkan
oleh 31,5% PG dan 23,5% GP.
• Terdapat 22,2% PG dan 12,8% GP terkonfirmasi meresepkan
antibiotik. Kebanyakan PG (77,8%) dan GP (87,2%) mengaku tidak
HASIL meresepkan antibiotik untuk mengbati GEA. Indikasi tersering
pemberian antibiotik pada GEA adalah adanya darah pada feses
(73,5% PG dan 76,3% GP) (P>0,05%).

• Pemeriksaan diagnostik untuk mengevaluasi agen etiologi yang


berhubungan dengan GEA dilakukan oleh 83,6% PG dan 88,4% GP
saat anak dirawat inap.

• Pemeriksaan virus pada feses menggunakan PCR (Polymerase Chain


Reaction) dan kultur feses lebih sering dilakukan oleh PG dibanding
oleh GP.

• Kedua grup PG dan GP memberikan hasil yang sama pada


pemeriksaan uji antigen rotavirus dan fecal occult blood test.
DISKUSI / PEMBAHASAN
• Dokter anak diseluruh Negara korea berpartisipasi pada survey ini, dan
kebanyakan responden yang menjawab kuisioner telah menjadi dokter
PEMBAHASAN anak selama 5-10 tahun. Tidak ada perbedaan durasi praktik klinis
tersebut antara PG dan GP. Sehingga, hasil penelitian ini dapat
menjadi representasi pola diagnosis dan managemen GEA yang
dilakukan oleh dokter anak di Korea

• Terdapat kesamaan antara PG dan GP dalam melakukan diagnosis,


indikasi masuk RS dan terapi hidrasi yang digunakan sebagai
tatalaksana GEA pada anak. Kedua kelompok PG dan GP
mempertimbangkan muntah dan/atau diare sebagai presentasi/gejala
klinis primer GEA pada anak.

• Anak dengan kondisi penyakit kronik atau sedang dalam pengobatan


lain dapat mengalami infeksi diare yang lebih berat dan
berkepanjangan atau memiliki resiko lebih tinggi mendapat infeksi
oportunistik. Maka dari itu, PG lebih merekomendasikan rawat inap
pada anak dengan penyakit kronik yang mendasari terjadinya gejala
diare, karena 66% PG bekerja pada rumah sakit tersier.
• Di Seoul, 313 anak dirawat inap di RS dengan diagnosa GEA dengan
beberapa diantaranya tanpa gejala diare ataupun muntah, dan dengan
PEMBAHASAN derajat muntah yang berbeda pada tiap anak. Penelitian lain yang
dilakukan di 31 RS menjelaskan bajwa 57.5% anak yang dirawat
dengan GEA sebenarnya tidak memerlukan perawatan inap. Sehingga,
diperlukan adanya penelitian mengenai guideline/pedoman indikasi
rawat inap yang diikuti dokter anak korea.

• ORT merupakan terapi lini pertama untuk menangani dehidrasi ringan


sedang pada anak dengan GEA. Penelitian systematic review yang
menyelidiki managemen hidrasi pada anak dengan GEA menjelaskan
bahwa tidak ada perbedaan lama rawat inap antara anak yang diberi
rehidrasi IV dan ORT.

• Orang tua dan dokter IGD lebih memilih pemberian terapi cairan IV
untuk mengobati dehidrasi ringan sedang saat anak dengan muntah
sebagai gejala utama. Hidrasi IV lebih dipilih dibanding ORT untuk
menangani dehidrasi, yang mencerminkan juga mudahnya akses
terhadap pelayanan kesehatan di korea.
• Guideline klinis tidak menganjurkan pemberian antiemetik pada anak
dengan GEA.
PEMBAHASAN
• Penelitian di Italia melaporkan bahwa hanya sedikit anak yang
diresepkan antiemetik di Italia, meskipun 70% populasi penelitian
tersebut memiliki gejala muntah.

• Pada penelitin ini, 87,5% PG dan 96,4% GP meresepkan antiemetic


pada >50% anak dengan GEA, dengan domperidone dan trimebutine
sebagai obat yang paling sering digunakan.

• Kebanyakan dokter anak Korea meresepkan domperidon untuk


menangani muntah pada GEA, meskipun ondansetron juga merupakan
salah satu pilihan obat untuk menangani GEA, hanya 7% GP yang
menggunakan ondansetron dalam menangani GEA.
• Probiotik sering diresepkan oleh kedua kelompok PG dan GP untuk
mengurangi durasi diare.
PEMBAHASAN
• Probiotik sebagai terapi lini pertama pada GEA bersamaan dengan
pemberian rehidrasi. Namun, efek menguntungkan probiotik
bergantung pada strain bakterinya; data mengenai strain bakteri
tersebut belum cukup.

• Survey saat ini menunjukkan 89,1% PG dan 100% GP meresepkan


probiotik dan Saccharomyces boulardii dan Lactobacillus rhamnosus
GG sebagai probiotik yang paling sering diresepkan.

• Agen antidiare lain yang sering diresepkan juga berupa smectite,


racecadotril, loperamide, dan zinc. Smectite lebih sering diresepkan
oleh GP, dan racecadotril oleh PG.
• Meskipun diet BRAT yang berisi Banana (Pisang), Rice (nasi),
Applesauce (saus apel) dan Toast (Roti) tidak lagi dipromosikan karena
PEMBAHASAN kandungan energy, protein dan lemak yang rendah, namun makanan
tersebut dapat ditambahkan kedalam diet pada anak untuk menambah
konsistensi pada feses.

• Antibiotic tidak rutin direkomendasikan untuk menangani GEA pada


anak. Kebanyakan guideline / pedoman praktik klinis
merekomendasikan pendekatan berdasarkan patogen, dan antibiotic
hanya diberikan pada situasi spesifik seperti pada bayi <3 bulan, anak
dengan kondisi kronik atau imunodefisiensi, dan anak anak yang
tinggal dalam komunitas untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi.

• Didapatkan bahwa 75% dokter anak meresepkan antibiotik hanya pada


anak dengan darah di feses dan demam tinggi

• Uji mikrobiologi seperti antigen rotavirus, PCR virus dan bakteri, dan
kultur feses lebih sering dilakukan oleh PG dibandingkan GP; namun
perbedaan nya secara statistik tidak signifikan.

KESIMPULAN
Survey ini menilai managemen GEA pada anak dengan
hasil berupa indikasi rawat inap dan metode rehidrasi
yang mirip antara GP dan PG, dengan hidrasi IV sebagai
strategi rehidrasi utama yang digunakan oleh dokter anak
di Korea. Terapi simptomatik termasuk pemberian
antiemetic dan antidiare llebih sering diberikan oleh GP
dibandingkan oleh PG di Korea.
Thank you
Insert your subtitle here

Anda mungkin juga menyukai