Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN PERAWATAN METODE

KANGGURU PADA BAYI BBLR DI RUANG PERINATOLOGI

RSUD KARAWANG TAHUN 2014

DEDEH HERAWATI

NIM: 0433131420112040

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN STRATA 1

STIKES KHARISMA KARAWANG

ABSTRAK

Salah satu perawatan bayi pada BBLR adalah Perawatan Metode Kangguru (PMK). Tujuan
penelitian untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu dengan perawatan metode kangguru
pada bayi BBLR di Ruang Perinatologi RSUD Karawang. Desain penelitian adalah deskriptif
dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ibu yang melahirkan bayi BBLR di
Ruang Rawat Perinatologi RSUD Karawang tanggal 9-22 Februari 2014 dengan sempel 25
responden. Uji Statistik menggunakan chi square. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan
umur dengan PMK (P=0,000<0,05), tidak ada hubungan pendidikan dengan PMK
(P=0,599>0,05), ada hubungan riwayat melahirkan dengan PMK (P=0,001<0,05), ada hubungan
pengetahuan dengan PMK (P=0,013<0,05). Bagi RS/petugas kesehatan tidak hanya
menganjurkan tetapi memotivasi, mengajarkan cara melakukan PMK. Bagi institusi pendidikan
dapat dijadikan masukan pengembangan ilmu keperawatan. Bagi peneliti akan datang perlu
menggali faktor-faktor yang belum pernah diteliti.

5
A. PENDAHULUAN
Kesehatan bayi, seharusnya merupakan hasil dari rangkaian peristiwa-peristiwa
yang telah dilaluinya. Sejak ia berbentuk sel hasil konsepsi hingga terlahir ke dunia.
Peristiwa yang tidak kalah pentingnya adalah proses kelahiran itu sendiri. Sebab
walaupun keadaan selama kelahiran baik dapat tiba-tiba berubah menjadi yang lebih
buruk, akibat adanya gangguan masalah dalam proses kelahiran (Dewi, 2011)

Angka kematian bayi (AKB) merupakan salah satu penyebab kejadian BBLR
dimana salah satu penyebab utama kejadian BBLR adalah status ekonomi rendah.
Sehingga dapat meningkatkan mortalitas, mobilitas dan disability bayi dengan BBLR.
Hal ini merupakan salah satu faktor resiko kontribusi terhadap kematian bayi khususnya
pada masa perinatal.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2003), Angka Kematian Bayi (AKB) di
Provinsi Jawa Barat masih tinggi bila dibaningkan dengan angka nasional yaitu 321,15
per 100,000 kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian bayi adalah komplikasi pada
bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), asfiksia dan infeksi. Penyebab tidak langsung
AKB adalah faktor lingkungan, perilaku, genetik, dan pelayanan kesehatan sendiri
(Depkes, 2008)

Bayi prematur maupun BBLR terutama dibawah 2000 gr terancam kematian yang
diakibatkan hipotermi (suhu badan dibawah 36,5̊ c), disamping asfiksia (kesulitan
bernafas) dan infeksi. Cara menanggulangi keadaan ini adalah dengan penataan metode
kangguru.

Perawatan Metode Kangguru sangat bermanfaat untuk merawat bayi yang lahir
prematur dan lahir dengan berat badan rendah, yang dapat dilakukan selama perawatan
dirumah sakit atau ataupun dirumah. Metode kangguru adalah metode perawatan diri
dengan setuhan kulit ke kulit antara ibu dan bayi baru lahir dalam posisi seperti
kangguru. Dengan metode ini mampu memenuhi kebutuhan asasi bayi baru lahir
prematur dengan menyediakan situasi dan kondisi yang mirip dengan rahim ibu.

5
Sehingga memberi peluang untuk dapat beradaptasi baik dengan dunia luar. Perawatan
kangguru ini telah terbukti dapat menghasilkan pengaturan suhu tubuh yang efektif dan
lama serta denyut jantung dan pernafasan yang stabil pada bayi prematur. Perawatan kulit
ke kulit mendorong bayi untuk mencari puting dan mengisapnya, hal ini mempererat
ikatan antara ibu dan bayi serta membantu kestabilan pemberian ASI (Henderson, 2006).

Depatermen kesehatan dan kesejahteraan sosial telah mengembangkan kebijakan


pelayanan neonatal dan metode kangguru sebagai salah satu cara dalam penerapan
kebijakan tersebut yang bertujuan untuk pencegahan bayi hipotermi (suhu badan rendah)
(Depkes RI, 2008).

Perawatan metode kangguru merupakan salah satu perawatan tepat guna, murah
dan sederhana untuk perawatan BBLR. Banyak keuntungan yang diperoleh dengan
perawatan metode kangguru salah satunya adalah meningkatkan hubungan ibu dan bayi
(Margaretha, 2006).

B. TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Metode Kangguru
Teknik kangguru merupakan metode perawatan yang tersedia secara universal
dan baik secara biologi bagi semua bayi baru lahir, tetapi biasanya bagi bayi-bayi
prematur dengan tiga komponennya yang meliputi kontak kulit dengan kulit, menyusui
eksklusif dan dukungan terhadap ibu dan bayi. Teknik kangguru adalah kontak langsung
dengan kulit ibu dan bayi prematur yang dilakukan sejak dini dan berkelanjutan baik
selama masih dirumah sakit maupun dirumah, disertai pemberian ASI eksklusif dan
pemantauan terhadap tumbuh kembang bayi.

Manfaat dalam Metode Kangguru


Bagi bayi yaitu: suhu tubuh stabil (36,5-37ºc), detak jantung janin relatif stabil
sekitar 140-160 per menit, tidur lebih lelap, kenaikan berat badan lebih cepat, jarang
timbul infeksiyang serius, dan bayi diperlakukan lebih manusiawi.

5
Bagi ibu: berkurangnya stress, merasa lebih percaya diri, mampu merawat bayi kecil,
merasa diberdayakan dalam perawatan bayinya, terjalinnya ikatan batin yang kuat antara
ibu dan bayi, meningkatkan pemberian ASI.
Bagi petugas kesehatan: kebutuhan tenaga dan peralatan bisa lebih ditekankan, bayi bisa
di beri pulang lebih awal, biaya perawatan lebih murah, beban petugas dalam merawat
bayi menjadi lebih ringan (Anggraeni, 2010).

C. METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN


Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif,
pendekatan yang digunakan adalah cross sectional. Yaitu penelitian untuk mempelajari
dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek dengan cara pendekatan,
observasi, atau pengumpulan data pada suatu saat (point time approach). Artinya tiap
subjek penelitian hanya di observasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status
karakter atau variabel subjek pada saat yang bersamaan (Notoatmodjo, 2012).

D. HASIL PENELITIAN
Data diolah dan dianalisis menggunakan analisis univariat dan bivariat. Hasil
analisis univariat dapat dilihat pada tabel 1.1.

Tabel 1.1
Distribusi frekuensi berdasarkan perawatan metode kangguru pada Ibu
dengan bayi BBLR di Ruang Perinatologi RSUD Karawang tahun 2014.

Variabel PMK Jumlah Persentase (%)


Ya (melakukan PMK) 5 20%
Tidak melakukan PMK 20 80%
Total 25 100%

5
Karateristik responden berdasarkan perawatan metode kangguru pada ibu dan bayi
BBLR di Ruang Perinatologi rata-rata belum pernah melakukan perawatan metode
kangguru sebanyak 20 orang (80%) di RSUD Karawang 2014.

Adapun hasil analisis bivariate dapat dilihat pada tabel 1.2.

Tabel 1.2
Hubungan antara paritas dengan perawatan metode kangguru

Perawatan metode kangguru


Nilai
Total
Paritas p
Ya Tidak

∑ % ∑ % ∑ %
Primipar 0 0% 17 100% 17 100%
a 5 62% 3 37,5% 8 100% 0,001
Multipara
Total 5 20% 20 80% 80% 100%

Dari hasil analisis hubungan antara paritas dengan perawatan metode kangguru,
diperoleh data bahwa riwayat melahirkan multipara menunjukkan bahwa 5 responden
(62,5%) melakukan perawatan metode kangguru. Hasil uji statistik diperoleh nilai
P=0,001 (P<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara riwayat ibu melahirkan dengan perawata metode kangguru.

E. PEMBAHASAN
5
1. Hubungan antara umur responden dengan perawatan metode kangguru
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Suwaibah (2009), yang menyatakan
bahawa umur ibu merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya BBLR,
dimana angka kejadian BBLR umur ibu dibawah 20 tahun.
Umur responden yang menjadi sampel pada penelitian ini berkisar antara 17-37
tahun. Setelah dikelompokkan responden dibagi menjadi tiga kelompok yaitu umur
<20 tahun, 20-35 tahun dan umur >35 tahun. Sedangkan umur responden termuda
adalah 17 tahun dan umur pasien tertua adalah 57 tahun.

Dari hasil analisis hubungan antara umur responden dengan perawatan metode
kangguru di dapatkan bahwa umur ibu yang berumur <20 tahun dan >35 tahun yang
menunjukkan adanya perawatan metode kangguru sebanyak 4 orang (30,8%).
Sedangkan umur ibu 20-35 tahun menunjukkan adanya perawatan metode kangguru
sebanyak 1 orang (8,3%). Hasil uji statistik diperoleh nilai P=0,322 (P>0,05) maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan
perawatan metode kangguru.

Menurut peneliti tidak bermaknanya umur dengan perawatan metode kangguru


dikarenakan responden yang lebih muda belum mempunyai pengalaman dan
responden yang berusia tua biasanya telah mempunyai pengalaman sebelumnya,
sehingga ibu biasanya pernah mendapatkan informasi tentang pentingnya perawatan
metode kangguru pada BBLR.

2. Hubungan antara pengetahuan responden dengan perawatan metode kangguru


Penelitian ini sejalan dengan penelitian Maghdalena (2012) yang menyatakan dari
hasil penelitiannya dalam perawatan metode kangguru didapatkan sebagian besar
responden yaitu 23 responden (51,11%) berpengetahuan kurang. Karena responden
berpengetahuan kurang biasanya akan lebih nurut dibandingkan dengan responden
yang berpengetahuan baik.
Hasil penelitian menunjukkan responden yang mempunyai tingkat pengetahuan baik
menunjukkan sebanyak 2 responden (100%) melakukan perawatan metode kangguru.

5
Tingkat pengetahuan cukup menunjukkan sebanyak 1 responden (16,7%) melakukan
perawatan metode kangguru. Sedangkan untuk pengetahuan kurang menunjukkan
sebanyak 2 responden (11,8%) melakukan perawatan metode kangguru. Akan tetapi
perbedaan tersebut secara statistik terbukti memiliki hubungan bermakna karena hasil
penelitian chi-square menunjukkan bahwa nilai P value 0,013<0,05. Maka dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan
perawatan metode kangguru.

3. Hubungan antara paritas responden dengan perawatan metode kangguru


Penelitian ini sejalan dengan penelitian Suwibah (2009), yang menyatakan bahwa
ibu yang multigravida cenderung mempunyai bayi dengan BBLR karena fungsi organ
resproduksi sudah mengalami penurunan fungsi.
Karakteristik paritas responden dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kategori yaitu
primipara dan multipara. Karakteristik primipara menunjukkan bahwa tidak ada
responden yang melakukan perawatan metode kangguru, sedangkan multipara
menunjukkan ada yang melakukan perawatan metode kangguru. Dalam penelitian ini
bahwa dari 17 responden yang primipara, tidak ada ibu yang melakukan perawatan
metode kangguru, sedangkan dari 8 responden yang multipara ada sebanyak 5
(62,5%) responden yang melakukan perawatan metode kangguru. Berarti frekuensi
riwayat melahirkan yang lebih banyak yaitu responden yang multipara. Hal ini dapat
disebabkan karena ibu yang multipara cenderung mempunyai pengalaman yang lebih
dibandingkan ibu yang primapara.

F. KESIMPULAN
Pada penelitian ini terlihat bahwa sebagian besar karakteristik responden yang
melahirkan dengan bayi BBLR berdasarkan umur adalah usia <20 tahun >35 tahun
sebanyak 13 responden (52%). Berdasarkan paritas adalah primipara yaitu sebanyak 17
responden (68%). Berdasarkan pengetahuan adalah pengetahuan kurang yairu sebanyak
17 responden (68%).

5
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. (2006). Prosedur penelitian: Suatu pendekatan praktis. Edisi revisi. Jakarta: Rhineka
Cipta.

Budiarto. (2007). Metodologi penelitian kedokteran. Jakarta: EGC.

Christiano. (2007). Dinamika etika & hukum kedokteran dalam tantangan jaman. Jakarta: EGC.

Depkes RI. (2008). Untuk menurunkan angka kematian ibu dan kematian bayi perlu kerja keras.
Diakses pada tanggal 19 Januari 2014 jam 20:03 dari
http://www.depkes.go.id/index.php/component/content/.../793.html

Dewi, V. L. (2011). Asuhan kebidanan pada ibu nifas. Yogyakarta: Salemba Medika.

Handerson. (2006). Essential midwifery. Jakarta: EGC.

Hendrik. (2011). Etika & hukum kesehatan. Jakarta: EGC.

Manuaba. (1998). Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan kebidanan untuk pendidikan bidan.
Jakarta: EGC.

Maghdalena, Rita. (2012). Pengetahuan ibu tentang pelaksanaan perawatan bayi BBLR di rumah
di RSKIA kota bandung. Jurnal kebidanan, vol 1 edisi 1. Diakses pada tanggal 17
Februari 2014 jam 09:20 dari http://www.google.com/url?
q=http://portalgaruda.com/download.article.php?

Mochtar, Rustam. (2000). Sinopsis obsteri. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rhineka Cipta.

………………... (2012). Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan. Edisi revisi 2012. Jakarta:
Rhineka Cipta.

………………. (2012). Metodologi penelitian kesehatan. Edisi revisi. Jakarta: Rhineka Cipta.

5
Nursalam. (2003). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.

Perinasia. (2010). Perawatan bayi berat badan rendah (BBLR) dengan metode kangguru.
Jakarta: Perkumpulan Perinatologi Indonesia.

Prawirohardjo, S. (2009). Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Purwanto. (2010). Pengantar perilaku manusia. Jakarta: EGC.

Setiadi. (2007). Konsep & penulisan riset keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sari, T. D. (2008). Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap ibu tentang
PMK pada BBLR di RS Dr. Sutomo Surabaya. Jurnal kebidanan vol 1 edisi 1. Diakses
pada tanggal 11 Maret 2014 jam 10:30 dari
http://www.slideshare.net.ncy325/metodekangguru

Sugiono.(2004). Statistik untuk penelitian. Bandung: CV Alfabeta

Sumartiningsing, S. M., Dkk. (2007). Belajar mudah SPSS untuk penelitian kesehatan. Jakarta:
Dewa Ruchi.

Susanto, P. H. (2007). Analisa data kesehatan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Univertas


Indonesia.

Swaibah, Siti. (2009). Perbandingan efektifitas metode kangguru dengan inkubator terhadap
peningkatan suhu BBLR di ruang melati RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto. Jurnal kebidanan vol 1 edisi 1. Diakses pada tanggal 10 Maret 2014 jam
21:30 dari http://www.google.com/metodekangguru/

Umar, H. (2013). Metode penelitian untuk skripsi dan tesis bisnis. Edisi kedua. Jakarta: PT. Raja
Gravindo Persada.

WHO. (2013). Perawatan dalam kelahiran normal. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai