Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DAN PARITAS IBU TERHADAP PRODUKSI ASI

ASI merupakan nutrisi terbaik yang secara khusus ditujukan bagi bayi baru lahir
karena mengandung berbagai komponen antibodi, nutrisi yang lengkap dan
mudah dicerna oleh bayi baru lahir dibandingkan dengan susu formula (Perry et
al., 2010). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan IMD dan paritas
terhadap produksi ASI di RS AURA SYIFA Kediri. Jenis penelitian yang digunakan adalah ..

I. Pendahuluan

Pemberian Air Susu Ibu (ASI) dapat mengurangi angka kematian bayi dan
memliki manfaat dalam jangka panjang. ASI merupakan nutrisi terbaik yang
secara khusus ditujukan bagi bayi baru lahir karena mengandung berbagai
komponen antibodi, nutrisi yang lengkap dan mudah dicerna oleh bayi baru lahir
dibandingkan dengan susu formula (Perry et al., 2010). Menyusui dapat
mengurangi angka kematian neonatal dan memiliki banyak manfaat. Namun,
masih kurangnya praktik menyusui seperti tidak menyusui secara eksklusif
sehingga berkontribusi terhadap kematian anak di bawah 5 tahun. World Health
Organization (WHO) merekomendasikan agar bayi baru lahir mendapat ASI
eksklusif selama enam bulan (WHO, 2014).
WHO menetapkan target di tahun 2025 bahwa 50% dari jumlah bayi
dibawah usia enam bulan diberi ASI Eksklusif. Di dunia tidak lebih dari 40% bayi
berusia kurang dari enam bulan yang diberikan ASI eksklusif. Dari data dunia
terdapat 35.5% bayi berusia kurang dari 6 bulan yang mendapatkan ASI
Eksklusif. Cakupan ASI Eksklusif di India sudah mencapai 46%, di Philippines
34%, di Vietnam 27% dan di Myanmar 24% (WHO, 2011). Berdasarkan laporan
statistik di Australia, sebanyak 92,3% wanita menyusui secara eksklusif sejak bayi
lahir, tetapi hanya 17,6% yang terus menyusui secara eksklusif sampai bayi
berusia enam bulan (Charlick et al., 2017).
The American Academy of Pediatrics (AAP) dan World Health
Organization (WHO) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif untuk 6 bulan
pertama kehidupan bayi dan terus diberikan setidaknya satu tahun (Neelon, 2014).
United Nation Childrens Fund (UNICEF) juga mendukung pemberian ASI
eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan pemberian ASI sampai bayi berusia 2
tahun (Infodatin Kesehatan RI., 2014). WHO dan UNICEF merekomendasikan
agar menyusui dini pada satu jam pertama kehidupan, menyusui eksklusif dan
sering mungkin “on demand”, tanpa menggunakan botol/dot (WHO, 2016). Skin
1
2

to skin telah disarankan untuk meningkatkan inisiasi menyusui, pemeliharaan dan


durasi menyusui (Moore et al., 2012).
Berdasarkan hasil penelitian Astutik (2014) menunjukkan bahwa Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) dapat menyelamatkan 22% dari bayi yang meninggal sebelum usia 1
bulan dan dapat berdampak pada berkurangnya produksi ASI. ASI eksklusif
kemungkinannya 2 sampai 8 kali lebih besar terjadi pada ibu yang memberikan
immediate breastfeeding dibandingkan dengan yang tidak immediate breastfeeding.
Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna antara lama
pemberian ASI dan keberhasilan IMD. Ibu yang melakukan IMD memiliki peluang
berhasil dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayi mereka, tetapi pada kenyataannya
masih ada ibu yang gagal memberikan ASI eksklusif walaupun telah melakukan IMD
(Rahayu, dkk, 2012).

Berbagai faktor yang turut menjadi penentu dalam keberhasilah ASI eksklusif,
diantaranya adalah usia, tingkat pendidikan ibu, social ekonomi, dukungan social, IMD,
dan paritas. Berdasarkan pengawasan yang rutin terhadap pengaruh produksi air
susu ibu, diketahui bahwa perbedaan produksi ASI pada primipara dan multipara
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang komplek (Klossner & Hatfield, 2006). Elif,
et al., (2017) menyatakan bahwa terdapat perbedaan laktasi dini pada wanita
primipara dan multipara.

Metode
Jenis Penelitian ini yang digunakan adalah metode penelitian analitik, dengan
pendekatan cross sectional. Penelitian case control adalah penelitian analitik yang
menelaah bagaimana faktor resiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan
retrospective, perbandingan kasus dan kontrol adalah 1 : 1. Penelitian ini akan
dilakukan di Rumah Sakit X. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu postpartum
di Rumah Sakit X. Rata-rata jumlah ibu postpartum dengan sectio caesarea
selama 6 bulan terakhir sebanyak 96 pasien setiap bulannya. Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini dilakukan secara tidak acak atau disebut non
probability sampling dengan teknik consecutive sampling jadi semua subyek yang
datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian ini sampai
jumlah subyek yang diperlukan dapat terpenuhi.

2
3

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. HASIL
3.1 Karakteristik Responden
Subjek dalam penelitian ini adalah 60 responden. Setelah dianalisis dapat
diketahui karakteristik responden pada tabel 1.

Variabel
Intervensi Kontrol
Penelitian
Frekuensi Prosentase Frekuensi Prosentase
(n=60) (%) (n=60) (%)
Usia
Produktif 17 28,3 22 36,6
Tidak produktif 13 21,6 8 13,3
Frekuensi
Menyusui
Sering 21 35,0 19 31,6
Jarang 9 15,0 11 18,3
IMT
Tidak Obesitas 20 33,3 17 28,3
Obesitas 10 16,6 13 21,6
ANC
≥4 kali 18 30,0 19 31,6
<4 kali 12 20,0 11 18,3

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa variabel usia pada kelompok


intervensi dan kelompok kontrol sebagian besar responden memiliki usia
produktif. Responden yang memiliki usia produktif pada kelompok
intervensi sebanyak 17 responden (28,3%), sedangkan pada kelompok
kontrol sebanyak 22 responden (36,6%). Usia reproduktif ibu yaitu usia 20-
35 tahun. Ibu pada usia reproduksi lebih baik dalam pemberian ASI
eksklusif dibandingkan dengan ibu yang berusia muda. Hal ini karena
kurangnya pengalaman atau pengetahuan ibu terhadap praktik pemberian
makanan pada bayi (Ogbo et al., 2015).
Pada variabel IMT, menunjukkan bahwa sebagian responden tidak
obesitas. Responden yang tidak obesitas pada kelompok intervensi
sebanyak sebanyak 20 orang (33,3%) dan tidak obesitas pada kelompok
kontrol sebanyak 19 orang (31,6%). Penelitian yang dilakukan oleh Anstey
dan Jevitt (2011) menunjukkan hasil bahwa seorang wanita yang
mengalami overweight (IMT ≥ 26 sampai IMT ≥ 30) berpeluang 1,84 kali

3
4

mengalami penundaan proses laktogenesis II dibandingkan dengan wanita


hamil yang memiliki IMT normal.
Berdasarkan variabel frekuensi menyusui menyatakan mayoritas
ibu sering menyusui bayinya. Ibu yang sering menyusui bayinya pada
kelompok intervensi sebanyak 21 orang (35%) dan kelompok kontrol
sebanyak 19 orang (31,6%). Bayi umumnya akan menyusu dengan
frekuensi 8-12 kali dalam waktu 24 jam dan dapat dilakukan sesering
mungkin ketika 24 jam pertama postpartum karena dapat merangsang
proses produksi ASI melalui stimulus hisapan bayi (Riordan & Wambach,
2010; Perry et al., 2010).
Sedangkan kunjungan ANC selama hamil didapatkan bahwa
sebagian besar ibu melakukan kunjungan ANC >4 kali. Responden yang
kunjungan antenatal >4kali pada kelompok intervensi sebanyak 18 orang
(30%) dan responden yang kunjungan ANC >4 kali selama kehamilan
pada kelompok kontrol sebanyak 19 orang (31,6%). Informasi yang
diberikan saat kunjungan antenatal dapat meningkatkan pengetahuan, sikap
dan persiapan psikologis dan ekonomi dalam pemberian ASI eksklusif ibu
sehingga mendukung pemberian ASI eksklusif (Asemahagn, 2016; Tewabe
et al., 2017).

3.2 Tabel 4.2 Perbedaan produksi ASI pada Kelompok


Intervensi dan Kontrol
Produksi ASI Total

Variabel Lancar Tidak p-value


lancar
n % N %
IMD 0,001
Ya 29 76,3 9 23,6 38
Tidak 7 31,8 15 68,1 22
Paritas 0,003
Primipara 14 58,3 10 41,6 24
Multipara 28 77,7 8 22,2 36

Berdasarkan hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa IMD


memiliki hubungan yang signifikan dengan produksi ASI, secara statistik
dapat dilihat bahwa nilai RR: 2,533 (95% CI 1,281-5,012). Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa ibu yang inisiasi menyusu dini, produksi
ASI nya 2,53 kali lebih lancar dibandingkan dengan ibu yang tidak
melakukan inisiasi menyusu dini.
Berdasarkan penelitian didapatkan hasil bahwa paritas tidak ada
pengaruh terhadap produksi ASI degan p value 0,063. Menurut Renfrew
4
5

MJ et al., (2012) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang mempengaruhi


paritas yaitu, pengetahuan, latar belakang budaya, keadaan ekonomi,
pekerjaan dan pendidikan. Komponen-komponen ini dapat mempengaruhi
keberhasilan dan kegagalan dalam memberikan ASI eksklusif pada bayi.
Ibu primipara memiliki antusias yang lebih dalam menyambut anak
pertama dibandingkan ibu multipara. Ibu multipara justru kurang antusias
untuk membuktikan kemampuan mereka. Oleh karena itu, antusiasme ibu
dalam menyambut anak pertama memungkinkan ibu primipara lebih
banyak mencari tahu terkait ASI eksklusif (Lok et al., 2015).

Dari hasil penelitian, peneliti berpendapat bahwa karakteristik


paritas tidak mempengaruhi produksi ASI. Hal ini dikarenakan produksi
ASI tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah anak yang dilahirkan, tetapi ada
faktor-faktor lain yang mempengaruhi produksi ASI pada ibu postpartum.

Inisiasi Menyusu Dini merupakan salah satu langkah untuk


mensukseskan proses menyusui secara eksklusif kepada bayi (Maduforo et
al., 2013). Bayi yang dilakukan inisiasi menyusu dini sampai satu jam
setelah bayi lahir akan lebih tinggi terhadap praktik menyusui secara
eksklusif dibandingkan bayi yang menyusu di atas satu jam atau 1 hari
postpartum (Sonko and Worku, 2015). Pada penelitian ini, bayi yang
dilakukan inisiasi menyusu dini berpeluang 2,533 kali lebih banyak
memproduksi ASI dibandingkan dengan yang bayi yang tidak dilakukan
IMD.
Menurut penelitian Widuri (2013) terdapat beberapa penyebab IMD
jarang dilakukan diantaranya seperti kurangnya pengetahuan orangtua dan
keengganan untuk melakukan IMD. Pelaksanaan IMD yang sesuai
prosedur dengan melalui proses kontak kulit bayi dengan ibu, terbukti
mampu membantu meningkatkan bounding dan proses menyusui ibu
selanjutnya. Persalinan dengan sectio caesarea berhubungan dengan
penundaan pelaksanaan inisiasi menyusu dini. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang menyatakan bahwa penundaan pelaksanaan inisiasi dini
dapat meningkatnya permasalahan menyusui (Lock et al., 2015; Ogbo et
al., 2015).
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berpendapat bahwa
melakukan IMD pada ibu postpartum mempunyai pengaruh terhadap
kelancaran produksi ASI. Hal ini dikarenakan semakin cepat bayi diakses
oleh ibu, maka ibu dapat mulai menyusui sedini mungkin sehingga dapat
meningkatkan produksi ASI.

5
6

6
7

Anda mungkin juga menyukai