Anda di halaman 1dari 7

Journal

Template
MANUSCRIPT TITLE (Times New Rowman 12)
PENGARUH USIA IBU SAAT HAMIL BALITA STUNTING
TERHADAP KATEGORI STUNTING PADA BALITA STUNTING DI
DESA BALUNG LOR KECAMATAN BALUNG
Efa Ernawati, Main Adviser: I G A Karnasih, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.Mat,
Companion Advisor : Syiska Atik Maryanti,S.Sit.,M.Keb

ABSTRACT (Times New Rowman 11)


Latar Belakang: Balita Stunting menggambarkan masalah gizi kronis yang
dipengaruhi oleh kondisi ibu/ calon ibu. Pertumbuhan dan perkembangan
intra uterin janin dan ekstra uterin balita di pengaruhi oleh faktor ibu.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Usia ibu saat hamil
dengan kategori balita stungting. Metode : Desain penelitian ini adalah
metode analitik komparasi dengan pendekatan retrospektif.. Populasi adalah
semua ibu yang memiliki anak balita usia 0-59 bulan dengan stunting
sejumlah 178 Balita. Sampel sebanyak 123 diambil menggunakan teknik
random sampling. Data dikumpulkan menggunakan lembar Observasi.
Analisa data menggunakan chi square. Hasil: Tidak didapatkan pengaruh
Usia Ibu Saat Hamil dengan kategori balita Stunting (p value= 0,649 >
=0,05 ). Kesimpulan : Balita stunting sangat pendek banyak diderita oleh
balita yang usia ibu saat hamil dalam kategori usia reproduksi sehat (20-35
thn). Usia ibu saat hamil bukan sebagai faktor utama penyebab stunting.
Sehingga perlu dilakukan penelitian faktor penyebab lain.
Kata Kunci : Hamil ,Balita , Stunting

INTRODUCTION (Times New Rowman 12)


Gangguan tumbuh kembang yang dialami anak akibat gizi buruk,
infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai didefinisikan
stunting (WHO, 2015). Balita stunting terjadi di seluruh negara. Kejadian
stunting tinggi terutama di negara berkembang. Balita di dunia yang
mengalami stunting di dunia pada tahun 2020 sebanyak 22% atau sekitar
149,2 juta balita (WHO, 2021). Kejadian stunting tertinggi terjadi di
Asia sebanyak 83,6 juta. Asia Tenggara merupakan salah satu bagian
dari Asia yang memiliki proporsi jumlah balita stunting kedua tertinggi
setelah Asia Selatan yaitu 14,9 juta atau 25,7% . Berdasarkan hasil studi
Journal
Template
status gizi Indonesia (SSGI), pada tahun 2022 terdapat 21,6% balita yang
mengalami stunting, di Jawa Timur kejadian stunting 19,2 %. Kejadian
Stunting di Jember sebesar 34,9 % (SSGI, 2022). Berdasarkan hasil laporan
EPGBM tahun 2021 terdapat 5 puskesmas yang tertinggi yaitu Puskesmas
Balung (31,7%), Puskesmas Rowotengah (27,85%), Puskesmas Jelbuk
(27,55%), Puskesmas Bangsal (26,95%), dan pusksesmas Kalisat ( 24,98%).
Dari angka tersebut Puskesmas balung masuk menjadi desa kantong stunting.

Faktor penyebab stunting dapat dikelompokan menjadi penyebab


langsung dan tidak langsung. Balita stunting merupakan masalah gizi kronis
yang dipengaruhi oleh kondisi ibu/calon ibu, masa janin, dan masa
bayi/balita, termasuk penyakit yang diderita selama masa balita serta
masalah lainnya yang secara tidak langsung mempengaruhi kesehatan
(Uliyanti et al., 2017). Praktik pemberian kolostrum dan ASI eksklusif, pola
konsumsi anak, dan penyakit infeksi yang diderita anak menjadi faktor
penyebab langsung yang mempengaruhi status gizi anak dan bisa berdampak
pada stunting. Sedangkan penyebab tidak langsungnya adalah akses dan
ketersediaan bahan makanan serta sanitasi dan kesehatan lingkungan (Rosha
et al., 2020). Faktor ibu berperan penting dalam periode pre natal dan post
natal. Kemampuan ibu dalam memfasilitasi pertumbuhan intra uterin dan
masa post natal serta saat balita dipengaruhi kesiapan ibu secara fisik dan
mental. Ibu yang secara mental sudah siap hamil dan merawat bayinya
tentunya berdapak terhadap kemamuan perawatan kehamilan dan bayinya.
Secara fisik ibu dalam usia reproduksi sehat akan melahirkan bayi yang
sehat. Namun fenomena yang terjadi di Kecamatan Balung, ibu yang
memiliki balita sebagian besar dalam kategori reproduksi sehat.

Dampak dari stunting adalah jangka pendek dan jangka panjang dan
termasuk peningkatan morbiditas dan mortalitas. Dampak jangka pendeknya
adalah peningkatan risiko infeksi dan penyakit tidak menular, peningkatan
kerentanan untuk menumpuk lemak sebagian besar di wilayah tengah tubuh.
Journal
Template
Dampak panjangnya perkembangan anak yang buruk dan kapasitas belajar,
lebih rendah oksidasi lemak, pengeluaran energi yang lebih rendah, ,resistensi
insulin dan risiko lebih tinggi terkena diabetes, hipertensi, dislipidemia,
penurunan kapasitas kerja dan hasil reproduksi ibu yang tidak
menguntungkan di masa dewasa. Selanjutnya, anak stunting yang mengalami
kenaikan berat badan yang cepat setelah 2 tahun memiliki peningkatan risiko
menjadi kelebihan berat badan atau obesitas di kemudian hari (Soliman et al.,
2021).

Penangan stunting dilakukan melalui Intervensi Spesifik dan


Intervensi Sensitif pada sasaran 1.000 hari pertama kehidupan seorang anak
sampai berusia 6 tahun. Peraturan Presiden No. 42 tahun 2013 menyatakan
bahwa Gerakan 1000 HPK terdiri dari intervensi gizi spesifik dan intervensi
gizi sensitif. Intervensi spesifik, adalah tindakan atau kegiatan yang dalam
perencanaannya ditujukan khusus untuk kelompok 1000 HPK. Sedangkan
intervensi sensitif adalah berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor
kesehatan. Sasarannya adalah masyarakat umum, tidak khusus untuk 1000
HPK. Sasaran pada ibu hamil yang mengeksplor apakan usia ibu hamil
berpengaruh terhadap kategori stunting belum merupakan bagian dari
program sensitif. Padahal menurut Sani ( 2019) dinyatakan bahwa usia ibu
hamil mempengaruhi kejadian stunting.

Femonema yang terjadi di Kecamatan Balung kejadian Stunting masih


tinggi dan sengagian ibu dalam kategori reproduksi sehat. Dengan melihat
fenomena di atas peneliti ingin mengetahui apakah “ Usia ibu saat hamil
berpengaruh dengan kejadian balita stunting”.

METHODS (Times New Rowman 12)

Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan


pendekatan kuantitatif. Berdasarkan tujuan penelitian maka peneliti
menggunakan metode analitik komparasi dengan pendekatan retrospektif.
Journal
Template
Peneliti mempelajari pengaruh usia ibu saat hamil dengan kategori stunting
pada balita. Semua ibu yang memiliki anak balita stunting di desa Balung
Lor tahun 2022 sejumlah 178 ibu. Sampel diambil dengan teknik random
sampling dengan metode Lotre untuk mendapatkan 123 ibu. Penilaian
status gizi balita dengan menggunakan Z score dari hasil pengukuran tinggi
badan dengan menggunak m.................... Alat ukur yang digunakan lembar
observasi. Data kategori stunting dan usia Ibu saat hamil diuji
menggunakan....... sedangkan analisa bivariat menggunakan chi square.

Result

DISCUSSION

Hasil penelitian menemukan tidak ada pengaruh usia ibu saat hamil
dengan kategori stunting pada balita di desa Balung Lor (p value=0.0<=0,05).
Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian (Kurniawati, Sujiyatini and Saputro, 2022)
yang menemukan terjadinya stunting dipengaruhi oleh usia ibu saat hamil.
Peluang usia ibu hamil dalam kategori tidak sehat reproduksi yaitu usia <20
tahun dan >35 tahun 8 kali menjadi penyeban stunting dibandingkan dengan
usia reproduksi sehat (Wemakor et al., 2018). Ibu hamil dalam usia reproduksi
tidak sehat tidak dapat memfasilitasi kebutuhan janin intra uterin dan ekstra
uterin. Sistem reproduksi ibu hamil <20 tahun belum tumbuh dan berkembang
sepurna sehingga berdampak terhadap sirkulasi intra uterin. Sistem reproduksi
pada ibu hamil usia >35 tahun sudah mengalami penurunan fungsi organ
reproduksi dan sekresi hormon-hormon reproduksi dan pertumbuhan. Sistem
reproduksi yang tidak sehat dapat berdampak terjadinya Intra uterine Growth
Restriction (IUGR). Usia ibu yang terlalu muda ( <20 Tahun) berpeluang 0,9
kali menderita IUGR (Nadia Mohammad 1, Arjumand Sohaila 1, Unaib Rabbani
1, Sufian Ahmed 2, Shakeel Ahmed 1, 2018). Janin dari ibu hamil dengan usia
muda kecil sejak trimester pertama kehamilan dan untuk seterusnya mengalami
Journal
Template
pertumbuhan yang lambat (Di Gravio et al., 2019). Kondisi tersebut merupakan
penyebab intra uterin terjadinya stunting. Gangguan pertumbuhan selama intra
uterin berdampak terhadap berat badan lahir bayi dan maturitas organ . Berat
badan lahir rendah (BBLR) karena adanya gangguan pertumbuhan janin intra
uterin. BBLR banyak dilahirkan dari ibu dengan usia <20 tahun (Barreto et al.,
2020).
Permasalahan psikologi dialami ibu hamil usia muda. Masa muda
merupakan masa bersenang-senang, mencari teman dan belajar. Pada ibu hamil
usia muda harus mengambil tanggung jawab sebagai seorang ibu dan istri.
Tanggung jawab tersebut menjadi dilema dan ibu cendrung mengalami depresi
pada masa perinatal. Ibu hamil usia muda berpeluang menimbulka deperesi post
partum pada daerah perkotaan dan pesesaan (Putri et al., 2023). Ibu yang
mengalami depresi saat hamil tidak mampu merawat kehamilan. Depresi pada
masa post partum juga berdampak terhadap pola ASUH anak. Sehingga Depresi
pada masa perinatal dapat menjadi salah satu gangguan pertumbuhan dan
perkembangan anak (Nasreen et al., 2013).
Balita kategori stunting sangat pendek dalam penelitian ini sebagian
besar (79,7 %) dikandung oleh ibu dengan usia reproduksi sehat. Hasil tersebut
sesuai dengan penelitian (Santosa et al., 2022) yang menemukan tidak adanya
hubungan antara usia ibu dengan stunting. Kondisi tersebut dapat terjadi karena
penyebab stunting secara pasti belum diketahui. Stunting disebakan oleh banyak
factor meliputi: nutritional status, exclusive breastfeeding, complementary feeding,
vaccination status, infectious illnesses, and low birth (Sari and Sartika, 2021). Status
gizi ibu berpengaruh terhadap ketersedian nutrisi untuk petumbuhan janin. Status
gizi prakonsepsi memiliki pengaruh terhadap kejadian stunting (Young et al.,
2018). Status gizi yang kurang saat pra konsepsi berdampak pada rendahnya
simpanan nutrisi. Cadangan nutrisi yang rendah tidak dapat memenuhi
kebutuhan pada saat hamil.
Tingkat pendidikan memberikan pengaruh terhadap masalah yang ada pada
diri, karena dari pendidikan seseorang akan mendapatkan pengetahuan yang
Journal
Template
kemudian akan membentuk sikap dalam hal pengambilan keputusan. Tingkat
pengetahuan berkaitan erat dengan tingkat Pendidikan formal, semakin tinggi
Pendidikan formal maka semakin mudah untuk memahami informasi yang di
terima.(Notoatmodjo, 2018). Tingkat pendidikan orang tua sangat penting dalam
pemenuhan gizi keluarga untuk mencegah anak stunting. Selain dari factor
Pendidikan ada factor pekerjaan, dari hasil penelitian 123 balita stunting di dapat
kan 114 (92,7%) ibu balita stunting tidak bekerja. Dilihat dari pekerjaan ibu
stunting rata-rata tidak bekerja dan seharusnya mereka punya waktu luang yang
banyak. Dengan waktu yang banyak sebenarnya mereka dapat mengasuh anaknya
dengan baik, tapi pada kenyataanya mereka kurang telaten dalam pola asuh .
Sehingga dengan kurang telaten dalam pola asuh menyebabkan kurang
optimalnya dalam memberikan asupan makanan pada anak. Sehingga
menyebabkan balita stunting. Selain itu ibu yang tidak bekerja juga tidak berdaya
dalam hal keuangan, Cinta seorang ibu memang tidak bisa diukur dari uang.
Namun, ada begitu banyak kebutuhan anak mulai dari membeli susu, pakaian
hingga sekolah yang semuanya membutuhkan uang. Menjadi ibu rumah tangga
berarti juga hanya akan mengandalkan pemasukan dari suami saja sehingga
terkadang ada begitu banyak kebutuhan anak dan juga rumah tangga yang tidak
tercukupi. Sehingga kadang ibu ada rasa takut kekurangan uang belanja kalau
harus makan-makanan bergizi seperti ikan.
Faktor yang tidak kalah penting tingginya kejadian stunting adalah persepsi
ibu yang salah tentang pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Ibu dan keluarga
beranggapan anaknya pendek bukan masalah. Mereka mempersepsikan anaknya
pendek karena pengaruh genetik. Termasuk persepsi mereka bahwa anak kecil
memang umum sering sakit.

CONCLUSIONS

Dari hasil penelitian Pengaruh usia ibu saat hamil dengan kategori stunting
balita di desa Balung Lor wilayah kerja Puskesmas Balung tahun 2023, dapat
disimpulkan bahwa usia ibu saat hamil balita yang mengalami stunting dalam
Journal
Template
kategori usia reproduksi sehat. Usia reproduksi sehat adalah usia yang sangat
memungkinkan ibu secara fisik, psikologis dan sosial untuk hamil,
melahirkan dan merawat bayinya dengan baik tidak terjadi gangguan
pertumbuhan dan perkembangan atau stunting. Tidak sesuai hasil penelitian
dengan tori dapat terjadi karena stunting disebabkan oleh banyak faktor. Oleh
sebab itu perlu dilakukan penelitian terhadap faktor-faktor penyabab stunting
yang lain seperti persepsi ibu tentang stunting.

Anda mungkin juga menyukai