Anda di halaman 1dari 10

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA

KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 24-59 BULAN


Meilanita Eriza Ananda
Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Jambi
meilanitananda@gmail.com

ABSTRAK
Stunting merupakan suatu kondisi dimana seseorang miliki gangguan gizi kurang
yang bersifat kronik pada masa pertumbuhan dan perkembangan sejak awal kehidupan.
Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya kasus stunting yang dialami
balita misalnya pengetahuan ibu, panjang badan lahir balita, berat badan lahir balita,
pemenuhan kebutuhan ASI Ekslusif, maupun faktor sosial ekonomi. Tujuan dilakukannya
penelitian adalah untuk menganalisa dan menyimpulkan mengenai faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi terjadinya kejadian stunting pada balita dalam rentang usia 24-59 bulan.
Penelitian ini merupakan penelitian studi literature yang diambil dari beberapa sumber jurnal
penelitian yang sudah dipublikasi dan telah dibuktikan kebenarannya. Berdasarkan beberapa
penelitian yang telah ditelaah maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian stunting pada balita 24-59 bulan yaitu penghasilan keluarga,
berat badan lahir pada balita, panjang badan lahir pada balita, ibu dengan rentang umur 26-35
tahun, ibu yang tidak bekerja/ibu rumah tangga, tingkat pendidikan ibu, dan sosial ekonomi
rendah, pemberian ASI eksklusif, jarak kelahiran, kurangnya pemenuhan Tingkat Kecukupan
Energi (TKE) dan ibu dengan minim pengetahuan gizi.
Kata kunci: balita, stunting

PENDAHULUAN
Stunting adalah kondisi yang menurut (TB/U) yang menunjukkan hasil
menyatakan status gizi kurang yang pengukuran kurang atau dibawah dari -2
bersifat kronik pada masa pertumbuhan standar deviasi (SD) yang berpedoman
dan perkembangan sejak awal kehidupan tehadap ketentuan yang telah ditetapkan
berlangsung. Situasi yang disebut atau oleh WHO (WHO ,2010). Apabila dilihat
tergolong dalam kondisi stunting adalah secara keselurahan di dunia atau secara
hasil dari pengukuran z-score tinggi badan global, terdapat 1 dari 4 balita di dunia
yang menderita kasus stunting. (UNICEF, sehinnga dapat dengan mudah terserang
2013). penyakit, penurunan intelektual, dan
Berdasarkan data pencatatan yang sebagainya. (UNICEF, 2012; dan WHO,
telah dilakukan oleh lembaga Riset 2010).
Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang Hal yang dapat berpengaruh
dilaksanakan tahun 2013, di Indonesia terhadap perkembangan dan kesehatan
ditemukan sebanyak 37,2% balita bayi dalam kandungan (janin) dalah
menderita kasus stunting dengan rincian satunya adalah status gizi dari ibu hamil
jumlah presentasenya 19,2% balita tersebut. Hal tersebut dapat berdampak
mempunyai tubuh pendek dan sebanyak pada kelahiran bayi dengan kondisi berat
18,0% diduga mempunyai ukuran tubuh lahir rendah (WHO, 2014). Penelitian yang
yang sangat pendek. Berdasarkan data telah dilakukan pada negara Nepal
tersebut, maka dapat dilihat dan dilakukan membuktikan adanya resiko akan
perbandingan yaitu kejadian prevalensi terjadinya kasus kondisi stunting apabila
stunting yang ada di indonesia mengalami bayi terlahir dengan berat badan lahir yang
kenaikan dibandingkan dengan hasil rendah (Paudel, et al., 2012). Selain itu,
penelitian Riskesdas yang dilakukan pada ada faktor lain yang menjadi penyebab
tahun 2010 yaitu 35,6%. Masa balita terjadinya stunting yaitu panjang lahir
adalah masa awal pada tahap pertumbuhan bayi. Penelitian yang telah dulakukan pada
yang sangat berpengaruh besar terhadap kota Kendal menunjukkan adanya resiko
perkembangan berikutnya sehingga salah akan mengalami kasus stunting pada bayi
satu kebutuhan yang memerlukan yang mempunyai panjang lahir yang
perhatian yang khusus dan berfokus pada pendek (Meilyasari dan Isnawati. 2014).
kebutuhan asupan gizi. merupakan periode Kurangnya pemenuhan ASI Eksklusif
yang sangat peka terhadap lingkungan yang dibutuhkan oleh balita juga menjadi
sehingga diperlukan perhatian lebih faktor penyebab terjadinya kasus stunting.
terutama kecukupan gizinya. (Kurniasih, Hal tersebut dibuktikan pada penelitian
2010) yang telah dilakukan pada negara Ethiopia
Dampak yang akan ditimbulkan Selatan (Fikadu, et al., 2014).
apabila balita menderita stunting adalah Faktor status sosial ekonomi
abila kebutuhan gizi tidak terpenuhi maka keluarga meliputi penghasilan orang tua,
akan menyebabkan terjadinya jenjang pendidikan orang tua, pengetahuan
perkembangan balita yang terhambat, yang dimiliki oleh ibu mengenai
memiliki sistem imun yang rendah pemenuhan gizi, dan jumlah anggota
keluarga juga dapat menjadi faktor memenuhi kebutuhan anggota keluarganya
penyebab terjadinya kasus stunting. Hasil misalnya meliputi dapat melakukan
Riskesdas (2013) didapatkan hasil yaitu pemenuhan kebutuhan asupan gizi,
balita yang mengakami stunting terpenuhinya kebutuhan pendidkan agar
disebabkan oleh faktor penghasilan orang mempunyai pengetahuan yang baik
tua dan rendahnya tingkat pendidikan sehingga dapat mencegah terjadinya kasus
orang tua. Keluarga yang memiliki stunting. (Bishwakarma, 2011).
penghasilan yang cukup akan berusaha
METODE PENELITIAN penelitian ini yaitu hubungan pendapatan
Penelitian yang dilakukan oleh keluarga, berat lahir, dan panjang lahir
peneliti menggunakan metode studi dengan kejadian stunting balita 24-59
literatur yang diambil dari beberapa jurnal bulan di Bangkalan, gambaran
sebagai sumber informasi kemudian ditari karakteristik ibu yang mempengaruhi
kesimpulan terhadap kesimpulan pada kejadian stunting balita usia 24-59 bulan di
jurnal yang dianalisis. Referensi atau Puskesmas Talang Banjar Kota Jambi,
sumber jurnal diambil dari sumber internet determinan kejadian stunting pada balita
yang tertera pada website google schoolar usia 24-59 bulan di Kelurahan Rangas
karena pada website tersebut merupakan Kecamatan Banggae Kabupaten Majene,
salah satu tenpat yang dapat dijadikan dan faktor yang mempengaruhi stunting
sebagai acuan pencarian informasi pada balita usia 24- 59 bulan di Puskesmas
berdasarkan jurnal yang dipublikasi oleh Cepu Kabupaten Blora.
peneliti yang sudah terbukti kebenarannya.
Jurnal yang diambil pada penelitian ini HASIL DAN PEMBAHASAN
yang akan digunakan untuk dianalisis 1. Hasil penelitian jurnal 1 :
sebanyak 4 jurnal yang telah dipublikasi HUBUNGAN PENDAPATAN
yang telah diakui kebenarannya. Sumber KELUARGA, BERAT LAHIR, DAN
jurnal yang digunakan dalam penelitian ini PANJANG LAHIR DENGAN
akan dianalisis kemudian akan didapatkan KEJADIAN STUNTING BALITA 24-59
hasil secara deskriptif. Teknik BULAN DI BANGKALAN
pengambilan sampling yang digunakan Penelitian yang dilakukan oleh
pada penelitian ini menggunakan area Rizka Kurnia Ilahi (2017) merupakan
random sampling yaitu menggunakan penelitian yang membahas mengenai
jurnal berdasarkan tempat yang diambil hubungan pendapatan keluarga, berat lahir,
secara acak. Jurnal yang digunakan dalam dan panjang lahir dengan kejadian
stunting balita 25-59 bulan di Bangkalan. Dan juga sebaliknya, apabila orang tua
Variabel dalam penelitian ini meliputi memiliki penghasilan yang rendah maka
pekerjaan ibu, pendidikan ibu, penghasilan mereka akan mengalami kesulitan dalam
orang tua, jumlah anggota keluarga, melakukan pemenuhan kebutuhan
riwayat persalinan, usia balita, panjang keluarga sehingga akan berdampak kurang
lahir, berat lahir, dan data status gizi TB/U. tercukupinya kebutuhan mereka. Jika
Hasil dari penelitian ini mereka tidak dapat memenehi
mendapatkan hasil yaitu prevalensi kasus kebutuhannya, maka mereka juga akan
kejadian stunting yang dialami balita di memiliki pola konsumsi bahan makanan
Desa Ujung Piring Tahun 2016 sebanyak yang kurang dan akan berdampak pada
29%, rata-rata dari sampel yang diambil pemenuhan gizi yang kurang dari
memiliki hasil penelitian yaitu banyaknya kebutuhan yang dibutuhkan. Pengasilan
orang tua yang memilki penghasilan yang orang tua yang rendah juga akan
rendah dan dibawah rata-rata dari standar berpengaruh terhadap jenis kebutuhan
upah minimum yang ditetapkan pada makanan yang dikonsumsi sehari-hari.
wilayah Kabupaten Bangkalan, terdapat Pada daerah yang memiliki pengahsilan
banyak balita mempunyai berat lahir yang yang rendah biasanya mereka hanya akan
sudah normal dan panjang lahir yang memenuhi kebutuhannya yang sebagian
sudah dikategorikan dalam kelompok besar dibelikan untuk jenis produk yang
normal. Kesimpulan yang didapatkan dari berbahan sereal, protein, dan karbohidrat
penelitian yang telah dilakukan ini yaitu saja.
penghasilan orangtua, berat lahir, dan Bayi baru lahir yang memiliki berat
panjang lahir balita merupakan hal yang badan lahir yang rendah lebih berisiko
menjadi faktor yang mempengaruhi akan mudah terjangkit penyakit yang akan
kejadian kasus stunting pada Desa Ujung berdampak pada kesehatannya hingga
Piring, Bangkalan (Illahi, 2017) perkembangan masa selanjutnya. Balita
Pemenuhan kebutuhan rumah yang memiliki berat badan yang
tangga di pengaruhi oleh penghasilan terkategori rendah juga mempunyai resiko
orang tua yang baik karena apabila orang besar akan terjadinya kekurangan asupan
tua memiliki penghasilan yang cukup nutrisi (malnutrisi). Tumbuh dan kembang
maka mereka akan menggunakan balita untuk priode berikutnya juga akan
pendapatan tersebut untuk memenuhi mengalami proses yang lebih lama
kebutuhan mereka engan sebaik-baiknya dibandingkan balita normal biasanya
agar terciptanya kehidupan yang sehat. kemudian dapat dideteksi dengan adanya
kemajuan pertambahan berat badan dan Balita Usia 24-59 Bulan di Puskesmas
tinggi balita yang tidak sesuai standar Talang Banjar Kota Jambi
normalnya.dampak dari balita yang Penelitian yang dilakukan oleh
memiliki kondisi pada saat kelahiran Nursyamsitah dkk (2021) merupakan
dengan berat lahir rendah akan berdampak penelitian yang membahas tentang
mudah terserang penyakit yang berdampak Gambaran Karakteristik Ibu yang
pada kesehatannya. Balita yang mengalami Mempengaruhi Kejadian Stunting Balita
kondisi berat lahir yang rendah akan Usia 24-59 Bulan di Puskesmas Talang
berdampak pada banyaknya kasus Banjar Kota Jambi. Dapat disimpulkan
kematian bayi pada saat neonatal maupun bahwa karakteristik ibu yang
postneonatal dan juga akan menyebabkan mempengaruhi kejadian stunting pada
tumbuh kembang balita tersebut memakan balita adalah sebagian besar berasal dari
wajtu yang lama. ibu berusia antara rentang 26-35 tahun
Panjang badan lahir yang rendah (55,4%), ibu tidak bekerja/ibu rumah
menjadi salah satu penyebab terjadinya tangga (90,2%), pendidikan ibu (60,9%),
stunting dengan 16,43 kali lebih berisiko dan sosial ekonomi rendah (93,5%).
dibandingkan dengan balita yang Usia ibu yang sudah cukup
mempunyai panjang bedan lahir yang memiliki dampak dalam yang berpengaruh
normal. Dampak yang ditimbulkan dari dalam kelangsungan hidup keluarga dalam
kondisi balita yang mempunyai penjang menjalani perannya meliputi memenuhi
badan lahir yang rendah adalah meliputi kebutihan asupan makanan yang akan di
dapat mengalami fase pertumbuhan yang konsumsi anggota keluarga, merawat, dan
terganggu jika di bandingkan dengan bayi mengasuh tumbuh kembang balita. Usia
yang sudah menderita falter dalam fase ibu yang sudah cukup akan berpengaruh
kehamilan dan prematur. Kondisi tersebut kepada pengalaman dan keahlian ibu
bermakna bahwa balita yang memiliki dalam melakukan pemenuhan asupan gizi
panjang badan yang rendah dan jauh di pada balita. Semakin matang usia ibu
bawah rata-rata lahir akan terjangkit maka akan semakin banyak pengalaman
retardasi pada masa pertumbuhan dimulai dan pengetahuan yang dimiliki oleh ibu
dari fase di dalam kandungan. dalam hal mengasuh anak yang didapatkan
dari berbagai sumber yang ada di
2. Hasil penelitian jurnal 2 : lingkungan sekitarnya.
Gambaran Karakteristik Ibu yang Ibu yang memiliki kesibukan
Mempengaruhi Kejadian Stunting bekerja untuk membantu memenuhi
kebutuhan keluarga tidak sepenuhnya makan yang tepat untuk balita sehingga
mereka sibuk dengan pekerjaan mereka balita dapat berisiko mengalami stunting.
dan tidak memperhatikan asupan gizi Faktor yang mempengaruhi
anggota keluarga dirumah dan ibu rumah kejadian stunting selanjutnya adalah faktor
tangga yang tidak bekerja tidak sosial ekonomi yang rendah, semakin
sepenuhnya dapat dipastikan mereka rendah penghasilan keluarga maka
paham dan memiliki pengetahuan kejadian stunting cenderung semakin
mengenai kebutuhan asupan makan tinggi. Keluarga yang memiliki status
anggota keluarganya. Hal tersebut kembali ekonomi yang baik maka akan semakin
pada sifat dan karakteristik indivudy bagus dalam melakukan pemenuhan
masing-masing. Ibu yang memeiliki kebutuhan anggota keluarga. Sebaliknya
riwayat pendidikan yang rendah akan jika keluarga yang memiliki status
berdampak kepada pengetahuan dan ekonomi yang rendah maka akan
kemmapuan yang dimiliki oleh ibu untuk berdampak pada kurangnya pemenuhan
merawat kesehatan dan kecukupan kebutuhan asupan makanan dan akses
kebuhan gizi pada balita. Maka hal pelayanan kesehatan kurang terpenuhi
tersebut akan berdampak mengenai serta akan berdampak pada timbulnya
kurangnya pemahaman mengenai masalah kesehatan. Status sosial ekonomi
kebutuhan asupan makanan sebagai yang rendah meliputi penghasilan orangtua
penunjang kebutuhan untu tumbuh dan yang rendah dapat menyebabkan
kembang pada balita. (Marlani et al., 2021) pemenuhan kebutuhan yang seharusnya
Ibu yang memiliki tingkat sempurna menjadi kurang sempurna,
pendidikan yang tinggi akan berbaur kurangnya pemenuhan asupan makanan
dengan banyak teman dan relasinya yang berasal dari pemenuhan protein,
sehingga mereka akan saling bertukar karbohidrat, vitamin yang sesuai dengan
informasi dan menambah pengetahuan ibu lebutuhan yang dibutuhkan.
untuk melakukan pola pengasuhannya.
Pendidikan ibu yang rendah dapat 3. Hasil penelitian jurnal 3 :
mempengaruhi pola asuh dan perawatan DETERMINAN KEJADIAN
anak, serta berpengaruh dalam pemilihan STUNTING PADA BALITA USIA 24-
dan cara penyajian makanan yang akan 59 BULAN DI KELURAHAN
dikonsumsi oleh balita. Ibu yang RANGAS KECAMATAN BANGGAE
berpendidikan rendah akan sulit menyerap KABUPATEN MAJENE
informasi gizi dalam penyediaan menu Penelitian yang telah dilakukan
oleh Azriful dkk (2018) merupakan terserang penyakit dan terjangkit
penelitian yang membahas tentang hipotermi. Pada umumnya, berat lahir bayi
determinan kejadian stunting pada balita sangat erat hubungannya pada dampak
usia 24-59 bulan di Kelurahan Rangas yang menyebabkan kematian pada janin,
Kecamatan Banggae Kabupaten Majene. neonatal dan pascaneonatal, morbiditas
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bayi dan anak serta pertumbuhan dan
terdapat hubungan antara panjang badan perkembangan jangka panjang. Dampak
lahir (p=0,000), berat badan lahir dari bayi yang memiliki berat lahir rendah
(p=0,033), pemberian ASI eksklusif akan berlangsung dari generasi ke
(p=0,000), dan jarak kelahiran (p=0,041) generasi, anak dengan BBLR akan
terhadap kejadian stunting. memiliki ukuran antropometri yang kurang
Faktor yang memiliki resiko untuk pada perkembangannya. (Azriful et al.,
terjadinya kejadian sunting salah satunya 2018)
dalah panjang badan lahir pada balita. Pemberian ASI Eksklusif akan
Kelahiran bayi dalam kondisi yang berdampak pada pertumbuhan dan
memiliki panjang badan lahir pendek perkembangan balita pada priode masa
dipengaruhi kurangnya asupan gizi pada perkembangannya yang menyebabkan
priode kehamilan sehingga menyebabkan terganggunya kualitas sumber daya
tumbuh kembang bayi dalam kandungan manusia secara umum. Kebutuhan ASI
menjadi kurang optimal. Ibu hamil harus yang cukup oleh balita akan membuat
mengkonsumsi kebutuhan asupan gizi terpenuhinya kebutuhan asupan gizi yang
yang sempurna dan cukup supaya dapat dapat membantu dalam tumbuh
berdampak pada bayi yang dikandung kembangnya dengan optimal. Kebutuhan
dapat mengalami masa pertumbuhan gizi pada balita salah satunya yang
dengan normal seperti balita pada berperan penting dalam proses
umumnya. pertumbuhan adalah pemenuhan ASI
Balita yang terlahir pada kondisi Eksklusif yang baik dan cukup. Oleh
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) karena itu ibu harus dan wajib memberikan
memiliki faktor resiko mengalami tidak ASI secara eksklusif kepada bayi sampai
normalnya dalam fase tumbuh umur bayi 6 bulan dan tetap memberikan
kembangnya dan akan memungkinkan ASI sampai bayi berumur 2 tahun untuk
berdampak pada kemampuan intelektual. memenuhi kebutuhan gizi bayi.
Dampak lainnya yang dapat timbul akibat Jarak kelahiran merupakan salah
BBLR adalah anak menjadi lebih mudah satu faktor yang secara tidak langsung
dapat menyebabkan kejadian stunting mempengaruhi stunting pada balita usia
karena ibu yang memeiliki jarak kelahiran 24- 59 bulan di Puskesmas Cepu
yang dekat maka akan menyebabkan ibu Kabupaten Blora. Hasil yang didapatkan
yang menjadi kurang perhatian kepada dari penelitian tersebut yaitu kurangnya
anaknya sehingga dapat menyebabkan pola Tingkat Kecukupan Energi (TKE),
konsumksi makan yang tidak teratur. kurangnya pengetahuan gizi ibu mengenai
Dekatnya jarak kelahiran juga dapat gizi, dan kurangnya pendapatan
berpengaruh pada pola pengasuhan dan penghasilan orang tua merupakan faktor
poa pemberian makan pada anak. Jika ibu risiko kejadian stunting pada balita usia
memiliki jarak kelahiran yang cukup 24-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas
maka ibu telah dinyatakan sembuh dari Cepu Kabupaten Blora.
kondisi pasca kelahiran. Jika ibu sudah Uji statistik yang telah dilakukan
merasa sembuh dari proses kelahiran maka menggunakan metode chi square
ibu akan dapat beraktifitas normal seperti menunjukkan hasil kurangnya asupan
biasanya dan dapat menjalani pola asuhan Tingkat Kecukupan Energi (TKE) menjadi
ke[ada anaknya dalam proses tumbuh faktor risiko terhadap kejadian kasus
kembang anaknya tersebut sehingga anak stunting (p=0,001; OR=5,318; CI=1,997 –
akan dipenuhi kebutuhannya dan 14,163). Anak yang mengalami kasus
mendapatkan perhatian yang baik untuk kurangnya asupan Tingkat Kecukupan
masa pertumbuhannya. Sebaliknya ibu Energi (TKE) memiliki resiko 5,381 kali
dengan jarak kelahiran yang dekat akan untuk terdampak trjadinya kasus stunting
berdampak pada pola pengasuhan yang jika dilakukan perbandingan dengan anak
cenderung repot kemudian menyebabkan yang tergolong memiliki status konsumsi
perhatian pada pola asuh anak menjadi asupan Tingkat Kecukupan Energi (TKE)
terabaikan dan kurang optimal. yang cukup. Energi merupakan sumber
kekuatan yang dibutuhkan oleh tubuh
4. Hasil penelitian jurnal 4 : dalam menjalankan proses mekanisme
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI kimiawi dan biologi diperlukan oleh
STUNTING PADA BALITA USIA 24- tubuh. Jika anak mengalami kekurangan
59 BULAN DI PUSKESMAS CEPU konsumsi asupan energi maka akan
KABUPATEN BLORA berdampak pada kurangnya produksi
Penelitian yang dilakukan oleh hormon yang diproses dalam tubuh yang
Azriful dkk (2018) merupakan penelitian diperlukan dalam fase pertumbuhan.
yang membahas tentang faktor yang Proses metabolisme pada tubuh sangat
dipengaruhi oleh konsumsi asupan energi menjadi faktor yang berpengaruh terhadap
yang cukup. Jika pada proses tersebut kejadian kasus stunting (p=0,001;
tidak mendapatkan pola konsumsi asupan OR=5,385; CI=2,011 – 14,421).
energi yang cukup maka akan berdampak Kurangnya penghasilan orangtua pada
pada kurangnya efisiensi pada proses balita memiliki resiko 5,385 kali
metabolisme dalam tubuh sehinnga terjangkitnya kejadian kasus stunting jika
berpengaruh pada terganggunya kegunaan dibandingkan dengan balita yang memiliki
fungsi organ tubuh dan mudah terserang orang tua dengan penghasilan yang cukup.
penyakit infeksi. Hal inilah yang Jika dilihat dari karakteristik penghasilan
mendasari komorbiditas yang tinggi pada orang tua ditemukan penyebab dari akar
perawakan pendek. masalah dari dampak pertumbuhan bayi

Kurangnya pengetahuan gizi pada dan berbagai masalah gizi lainnya salah

ibu balita juga merupakan faktor risiko satunya disebabkan dan berasal dari

yang dapat menyebabkan terjadinya kondisi satatus ekonomi. Status ekonomi

kejadian kasus stunting (p=0,001; yang rendah merupakan hal yang memiliki

OR=4,720; CI=1,790 – 12,450). Anak dampak yang signifikan terhadap

yang memiliki ibu dengan pengetahuan kemungkinan anak menjadi kurus dan

gizi ibu yang kurang memiliki resiko 4,720 pendek. Keluarga dengan status ekonomi

kali akan lebih mudah terjangkit kasus baik akan dapat memeroleh pelayanan

stunting dibandingkan balita dengan umum yang lebih baik seperti pendidikan,

pengetahuan gizi ibu yang cukup. pelayanan kesehatan, akses jalan, dan

Kecukupan pengetahuan yang dimiliki ibu lainnya sehingga dapat memengaruhi

berdampak pada pemenuhan asupan gizi status gizi anak. Selain itu, pendapatan

yang diberikan pada anaknya. Tingkat keluarga yang rendah menyebabkan

pengetahuan gizi yang dimiliki ibu berkurangnya daya beli keluarga terhadap

memiliki pengaruh terhadap sikap dan makanan yang mengandung zat gizi yang

perilaku dalam menyiapkan dan baik sehingga menyebabkan kekurangan

memberikan pola makanan dan memiliki gizi baik zat gizi makro maupun zat gizi

dampak pada asupan status gizi anaknya. mikro. (Elsa Nur Aini, Sri Achadi

Semakin tinggi pengetahuan gizi ibu maka Nugraheni, 2018)

akan semakin baik dalam memenuhi


kebutuhan asupan gizi anaknya. KESIMPULAN

Kurangnya penghasilan orang tua Berdasarkan beberapa penelitian


yang telah ditelaah diatas maka dapat
disimpulkan bahwa faktor-faktor yang PADA BALITA USIA 24- 59
berhubungan dengan kejadian stunting BULAN DI PUSKESMAS CEPU
pada balita 24-59 bulan yaitu pendapatan KABUPATEN BLORA. JURNAL
keluarga, berat badan lahir balita, panjang KESEHATAN MASYARAKAT (e-
badan lahir balita, ibu berumur 26-35 Journal) Volume 6, Nomor 5, Oktober
tahun, pekerjaan ibu tidak bekerja/ibu 2018 (ISSN: 2356-3346), 3, 103–111.
rumah tangga, tingkat pendidikan ibu Illahi, R. K. (2017). Hubungan Pendapatan
tinggi, dan sosial ekonomi rendah, Keluarga, Berat Lahir, Dan Panjang
pemberian ASI eksklusif, jarak kelahiran, Lahir Dengan Kejadian Stunting
Tingkat Kecukupan Energi (TKE) yang Balita 24-59 Bulan Di Bangkalan.
kurang, dan pengetahuan gizi ibu yang Jurnal Manajemen Kesehatan
kurang. Yayasan RS.Dr. Soetomo, 3(1), 1.
https://doi.org/10.29241/jmk.v3i1.85
DAFTAR PUSTAKA Marlani, R., Neherta, M., & Deswita, D.
Azriful, Bujawati, E., Aeni, S., & (2021). Gambaran Karakteristik Ibu
Yusdarif. (2018). Determinan yang Mempengaruhi Kejadian
Kejadian Stunting Pada Balita Usia Stunting Balita Usia 24-59 Bulan di
24. Al-Sihah : Public Health Science Puskesmas Talang Banjar Kota
Journal, 10(2), 192–203. Jambi. Jurnal Ilmiah Universitas
Elsa Nur Aini, Sri Achadi Nugraheni, S. F. Batanghari Jambi, 21(3), 1370.
P. (2018). FAKTOR YANG https://doi.org/10.33087/jiubj.v21i3.1
MEMPENGARUHI STUNTING 748

Anda mungkin juga menyukai