Diajukan untuk Memenuhi tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat dalam
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Anak RS
Bhayangkara Medan
Pembimbing:
dr. Irna Fajri Syahny, Sp.A
Disusun oleh:
Ashil Muhammad Abdul Rasyid 2008320090
Rudi Iskandar Hasibuan 2008320072
Annisa Fitri Hendewi 2008320089
Putri Maulia Amami Harun 2008320080
Raudatul Husna Pranata 2008320085
Sukma Dwi Kartika 2008320092
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, akhirnya penulis
dapat menyelesaikan Journal reading ini guna memenuhi persyaratan
kepaniteraan Klinik Senior bagian SMF Anak di RS Bhayangkara
Medan dengan judul ”The New Rome IV Criteria for Functional
Gastrointestinal Disorders in Infants and Toddlers”.
Journal reading ini bertujuan agar penulis dapat memahami
lebih dalam teori-teori yang diberikan selama menjalani Kepaniteraan
Klinik Senior di bagian SMF Anak mengaplikasikannya untuk
kepentingan klinis kepada pasien. Penulis mengucapkan terimakasih
banyak kepada dr. Irna, Sp.A yang telah membimbing penulis dalam
journal reading ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa journal reading ini masih
memiliki kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran yang
membangun dari semua pihak yang membacanya. Harapan penulis
semoga journal reading ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak yang membacanya.
Penulis
i
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Abstrak
Functional gastrointestinal disorders (FGID) adalah gangguan pada system
Diagnosis untuk kelainan ini bergantung pada kriteria Rome yang berdasarkan
gejala klinis. Pada tahun 2016 kriteria Rome direvisi untuk bayi/balita dan untuk
anak serta remaja. Pada artikel review ini didiskusikan kriteria Rome IV yang
baru untuk bayi dan balita. Kriteria untuk infant colic berubah secara drastis,
dimana pada gangguan lain seperti regurgitasi, cyclic vomiting syndrome, diare
minor. Sebagai tambahan Rome IV juga membahas mekanisme nyeri pada bayi
berbagai faktor yang terlibat pada pengalaman nyeri, dan metode penilaian nyeri
juga merupakan hal yang esensial bagi klinisi. Secara umum Rome IV telah
diagnosis FGID.
1
BAB 2
DESKRIPSI JURNAL
Netherlands
Fokus penelitian ini adalah membahas FGID yang mungkin terjadi pada
2
2.3 Gaya dan Sistematika Penelitian
Sistematika penulisan pada jurnal ini disusun dengan rapi. Komponen jurnal
ini terdiri atas pendahuluan, jenis FGID (prevalensi, persentasi, roma IV,
2.4 Abstrak
Abstrak merupakan ringkasan singkat tentang isi dari artikel ilmiah, tanpa
yang dilakukan. Secara umum abstrak dalam jurnal ini sudah cukup baik dan
mampu menggambarkan isi jurnal secara jelas mulai dari pendahuluan, laporan
2.5 Tujuan
gastrointestinal fungsional yang terjadi pada neonatus dan balita dengan fokus
pengobatan.
Pada jurmal ini dijelaskan bahwa Roma IV, kriteria diagnostik untuk FGID
Revisi ini diharapkan dapat meningkatkan pengobatan klinis pada bayi dan balita
3
dengan FGID (Functional Gastrointestinal Disorders). Diagnosis yang memadai
dapat menghasilkan peningkatan hasil klinis yang baik pada pasien. Selanjutnya,
kriteria yang diterima secara internasional ini harus dipatuhi dalam penelitian medis
4
BAB 3
DESKRIPSI KONTEN
3.1.1 Prevalensi
Regurgitasi bayi adalah FGID tersering pada bayi < 12 bulan dengan
prevalensi 8-26% pada rentang usia ini. Pada usia 2-4 bulan prevalensi dapat
mencapai 67-87%. Prevalensi dengan rentang yang luas ini merupakan akibat
3.1.2 Presentasi
Isi lambung yang kembali ke esofagus, mulut dan hidung secara involunter
ketika isi lambung dapat divisualisasikan. Fenomena ini merupakan bagian tahap
situasi GER yang merusak jaringan dan menimbulkan inflamasi. Pada tahun 2009
mengkhawatirkan bagi orang tua, tetapi kondisi ini akan resolusi secara spontan
jangka panjang
5
3.1.3 Rome IV
tidak ada metode kuantitatif untuk mendeskripsikan “troublesome” dan bayi tidak
Tidak ada revisi mengenai regurgitasi pada Rome IV deibandingkan Rome III.
3.1.4 Treatment
pemahaman pada orang tua bahwa ini merupakan tahapan perkembangan yang
makanan yang lebih padat, formula anti-regurgitasi dan posisikan anak setelah
makan.
3.2.1 Prevalensi
Data prevalensi mengenai sindrom ruminasi pada bayi dan Balita masih
langka dan baru di publkasi akhir-akhir ini. Menurut van tillburg menunjukan
bahwa prevalensi sindrom ruminasi pada bayi < 1 tahun 2,4% dan pda anak usia 1-
3 tahun sekitar 1,9%. Menurut chogle, didapatkan prevalensi yg lebih tinggi pada
usia yg sama sekitar bayi < 1 tahun 7,2 % dan anak usia 1-3 tahun 2,9 %.
6
3.2.2 Presentasi
memuntahkan kembali isi perutnya ke dalam rongga mulut sebagai sebuah perilaku
menstimulasi diri, dimana hal ini diperkirakan muncul dalam konteks deprivasi
sosial yang berlangsung lama. Sindrom ruminasi dapat muncul secara klinis pada
pasien dari segala usia, dari bayi hingga dewasa, dan dapat terjadi pada anak-anak
3.2.3 Rome IV
Hanya dua perubahan kecil yang dibuat oleh kriteria Rome IV untuk
sindrom ruminasi dibandingkan dengan kriteria Rome III. Durasi keluhan yang
berubah menjadi 2 bulan bukan 3 bulan agar konsisten dengan kriteria ruminasi
untuk kelompok usia yang lebih tua. Selain itu, kata mual telah dihapuskan dari
3.2.4 Perawatan
bayi, karena makanan yang sebelumnya ditelan dimuntahkan kembali dan hilang
3.3.1 Prevalensi
Cyclic vomiting syndrome (CVS) terjadi dari usia bayi hingga pertengahan
usia dewasa, dengan puncak usia 2-7 tahun. Berdasarkan laporan maternal,
7
prevalensi CVS di US 0.0% pada bayi < 1 tahun, dan 3.8% pada balita. Studi di
Kolombia menemukan bahwa CVS 3.8% pda bayi dan 6.8% pada anak 1-4 tahun.
3.3.2 Presentasi
hitungan jam hingga hari dengan interval bebas gejala yang bertahan minngguan
hingga 70 per tahun, dengan rerata 12 kali per tahun. Muntah muncul dengan
interval regular, dikarakterisasi dengan onset yang sama setiap harinya, seringkali
3.3.3 Rome IV
interval apapun untuk diagnosis CVS, dibanding minimal 2 serangan pada kriteria
diagnosis dini tetap merupakan hal yang penting dan tetap menginklusikan kriteria
minimal 2 episode. Perubahan yang terjadi adalah mual, karena gejala tersebut sulit
8
3.3.4 Tatalaksana
muntah pada pasien yang sering muntah berat. Obat-obatan harian seperti
3.4.1 Prevalensi
berbeda pada berbagai studi. Dari satu systematic review ditunjukkan bahwa dari
73% dengan rerata 17.7%. Penelitian dari US dan Kolombia melaporkan prevalensi
5.9% dan 10.4% secara respektif, berdasarkan kriteria Rome III. Satu hal yang
oleh persepsi orang tua terhadap infant colic terkait intensoitas dan durasi episode
kesejahteraan orang tua, dan perawatan bayi yang berhubungan dengan kultur
setempat.
9
3.4.2 Presentasi
Infant colic merupakan fenomena behavioral pada bayi 1-4 bulan dan
melibatkan periode menangis yang lama dan sulit ditenangkan. Menangis terjadi
tanpa alas an yang jelas sehingga membuat orang tua frustrasi. Istilah kolik merujuk
pada nyeri abdomen akut yang tidak dapat dijelaskan. Seringkali diasumsikan oleh
namun ini masih dapat didebatkan. Patofisiologi infant colic masih belum dapat
dipahami dengan jelas, namun diperkirakan adanya gangguan system saraf pusat,
tua), atau gangguan gastrointestinal seperti alergi susu sapi, GER atau gangguan
Walau demikian menangis berlebihan pada bayi masih sulit dijelaskan dan
menangis” bayi sehat. Menangisnya anak meningkat saat setelah lahir, memuncak
pada minggu 5-6 usia gestasional dan menurun di usia 3 bulan. Walaupun fenomena
ini masih sulit dijelaskan disebabkan oleh factor apa, selagi tidak ada alarm
symptom tetap saja merupakan self limiting disease yang ditatalaksana dengan
3.4.3 Rome IV
Ada revisi pada infant colic Rome IV, yaitu modified Wessel’s criteria pada
Rome III ditinggalkan, yang mana kriteria membutuhkan menangis minimal > 3
jam /hari pada minimal 3 hari/minggu pada minggu terakhir yang disebut sebagai
10
rule of three. Kriteria ini tidak lagi digunakan karena tidak ada batasan yang jelas
tertentu anak bisa menangis lebih banyak dibanding lainnya. Selain itu orang tua
juga kesulitan mengisi diari perilaku anak selama 7 hari karena menghabiskan
banyak waktu. Alasan lainnya adalah Wessel terlalu terfokus pada jumlah, tetapi
Istilah paroxysmal juga ditinggalkan karena tidak ada bukti yang mendukung infant
colic berbeda dari segi suara dan muncul dengan tiba-tiba deibandingkan menangis
normal. Pada Rome IV diputuskan bahwa diagnosis ditegakkan dengan cara apabila
bayi menangis atau rewel lebih dari 3 jam/hari selama 3 hari atau lebih pada minggu
terakhir, dengan tambahan orang tua mengisi diari perilaku berisi total jumlah
3.4.4 Tatalaksana
Salah satu tujuan tatalaksana utama pada infant colic adalah membantu
hubungan sehat anatar bayi-keluarga nya. Menangis pada bayi dapat menimbulkan
frustrasi dan menurunnya kepercayaan diri keluarga karena merasa tidak mampu
mengasuh anaknya. Klinisi harus dapat mengidentifikasi kondisi ini dan memberi
tatalaksana infant colic, namun pada studi lain masih menunjukkan tidak adanya
11
review menunjukkan bukti penggunaan probiotik pada bayi yang diberi susu
3.5.1 Prevalensi
sebanyak 2,4% di AS dan 1,9% di Kolombia. Untuk balita, prevalensi lebih besar
yaitu sebanyak 6,4% di AS, sedangkan pada anak-anak usia 1-4 tahun
3.5.2 Presentasi
Seorang anak dengan diare fungsional tidak akan mengalami gagal tumbuh
selama asupan kalori anak tersebut mencukupi. Diare fungsional ini disebut juga
sebagai diare balita. Diare fungsional ini tidak membuat anak menjadi terganggu,
anak tidak terganggu karena tinja yang lebih banyak air daripada ampas dan gejala
ini akan menghilang sendirinya saat anak mencapai usia sekolah. Faktor risiko
terjadinya diare fungsional yaitu overfeeding, konsumsi jus buah yang berlebihan,
konsumsi karbohidrat (fruktosa) yang berlebihan dengan asupan rendah lemak, dan
3.5.3 Rome IV
Pada Roma IV, untuk mendiagnosis diare fungsional tidak lagi BAB 3 kali
dalam sehari melainkan menjadi 4 kali dalam sehari. Penelitian oleh van Tilburg et
al. menunjukkan bahwa frekuensi buang air besar 3 kali per hari umum terjadi pada
anak kecil. Pada Roma IV buang besar saat tidur tidak termasuk lagi karena
12
spesifisitasnya rendah yaitu. Sebanyak 25% ibu masih melaporkan buang air besar
saat tidur.
3.5.4 Terapi
Orang tua perlu diberi pemahaman yang jelas mengenai diare fungsional.
Disarakan untuk lebih membatasi asupan jus buah dan fruktosa pada anak.
Memberikan saran diet yang seharusnya kepada orangtua agar anak memiliki pola
makan baik.
3.6.1 Prevalensi
Menurut kriteria Roma III, prevalensi diskezia pada bayi di bawah usia 6
menemukan bahwa pada usia 1 dan 3 bulan, masing-masing 3,9% dan 0,9% bayi
memenuhi kriteria Roma III untuk diskezia bayi. Dalam penelitian yang sama,
0,9% bayi berusia 9 bulan akan memenuhi kriteria diagnostik untuk diskezia bayi
tetapi batas usia maksimum untuk diagnosis ini dibawah usia 6 bulan menurut
3.6.2 Presentasi
menjadi merah atau ungu saat berusaha buang air besar pada anak yang memiliki
tinja lunak setiap hari. Gejala-gejala ini biasanya bertahan selama 10-20 menit,
yang dapat menyulitkan orang tua. Mekanisme yang mendasari diskezia bayi
13
intra-abdomen dengan relaksasi otot-otot dasar panggul. Diskesia bayi mudah
gangguan ini.
3.6.3 Roma IV
Berdasarkan penelitian Kramer et al, batas usia untuk diagnosis ini telah
dimodifikasi dan sekarang pada usia 9 bulan di Roma IV. Selanjutnya, mengejan
dan menangis yang merupakan gejala khas untuk diskezia bayi tidak lagi harus
dikaitkan dengan keberhasilan buang air besar saja, tetapi juga dapat dikaitkan
3.6.4 Treatment
Karena keadaan ini sembuh secara spontan, pemahaman yang jelas adalah
kunci penting dalam tatalaksana diskezia bayi dan intervensi medis tidak
diperlukan. Orang tua disarankan untuk menghindari stimulasi pada rektal, karena
hal ini dapat mengganggu anak atau dapat membuat anak menunggu rangsangan
3.7.1 Prevalensi
konstipasi pada balita lebih sering dilaporkan lebih tinggi daripada bayi hal ini
sejalan dengan temuan dari studi tinjauan grafik retrospektif yang menggambarkan
usia rata-rata timbul konstipasi fungsional pada anak adalah 2.3 tahun.
14
3.7.2 Presentasi
termasuk BAB yang keras dan menyakitkan dan balita terkadang menunjukkan
menyenangkan saat BAB terutama saat BAB yang menyakitkan sehingga anak
kerap menahan BAB untuk menghindari pengalaman yang tidak menyenangkan ini.
Sehingga hal ini dapat menyebabkan lingkaran setan, dimana menahan tinja secara
sengaja yang dilakukan akan menyebabkan peningkatan penyerapan air dari tinja
dengan demikian tinja lebih keras sehingga BAB secara inheren menjadi lebih sulit
dan menyakitkan.
3.7.3 Roma IV
Di Roma IV, kini dibuat perbedaan antara anak-anak yang dilatih dengan
toilet dan anak-anak yang tidak. Hal ini sangat relevan untuk kriteria inkontinensia
tinja dan untuk deskripsi tinja yang besar. Selanjutnya, kriteria untuk bayi dan balita
serta untuk anak-anak dan remaja telah disesuaikan satu sama lain di Roma IV.
3.7.4 Treatment
demistrifikasi saran diet yang teratur ( cukup serat dan asupan cairan ) dan pada
pelatihan toilet anak yang lebih besar, diberikan penghargaan dan buku harian
tinja.penting untuk mengurangi rasa takut dan jika mungkin membuat anak dan
15
adanya massa fases dilakukan disimfaksi diikuti dengan perawatan pemeliharaan
dengan pencahar. Untuk kedua fase disimfaksi dan pemeliharaan, polietilen glikol
3.8 Pain
dan balita. Pemahaman yang lebih baik mengenai perkembangan saraf nosiseptif,
terdapat variasi faktor yang terlibat dalam rasa nyeri, dan metode dari penilaian rasa
nyeri pada bayi dan balita adalah hal yang perlu bagi pemeriksa untuk menemukan
fungsi nyeri pada kelompok usia ini. Tradisional model pada nyeri akut, dimana
patologi, ini tidak sesuai untuk terapi nyeri fungsional, dimana rasa nyeri tidak
berfungsi sebagai pertanda dari anatomi atau substrat biokimiawi tetapi terdapat
disfungsi dari mekanisme yang terlibat dalam persepsi rasa nyeri. Pada model ini
tidak mempertimbangkan pengaruh dari elemen lain dalam interpretasi dan respon
minggu. Antara 10 dan 15 minggu dari umur kehamilan. Sinapsis aferen ke sum-
sum tulang belakang akan berkembang dan sum-sum tulang belakang akan
dilaminasi. Jalur talamokortikal mulai berfungsi pada usia kehamilan 30 dan pada
16
saat bayi mampu merasakan nyeri. Pada awal kehidupan, ambang rasa nyeri masi
memodulasi rasa nyeri, bayi mungkin mengalami rangsangan nyeri yang intens dari
pada anak yang lebih tua. Dalam jangka yang panjang, rasa sakit pada bayi yang
sakit, yang dimana dapat menyebabkan hiperalgesia visceral di usia lanjut. Hal ini
fungsional.
yang lebih kecil, skala penilaian dimodifikasi dengan gambaran mimik wajah
sebagai gantinya. Namun, bayi dan balita tidak mampu untuk menunjukan skala
nyeri mereka dan menghubungkan sensasi yang berhubungan pada wajah mereka.
Meskipun yang mengasuh mampu untuk mengartikan rasa ketidak nyamanan anak
mereka, ini merupakan tantangan bagi dokter untuk menilai rasa nyeri pada anak
tersebut secara tidak langsung. Beberapa teknik, seperti evaluasi dari faktor
fisiologis (detak jantung, tekanan darah, saturasi oksigen) dan kebiasaan yang
17
Namun, studi tentang penilaian rasa nyeri dengan spektroskopi inframerah
pada bayi premature yang menjalani prosedur heel stick menunjukan bahwa
dengan nyeri sementara tidak memiliki respon yang dapat diamati secara eksternal.
Maka dari itu, penulis menyarankan bahwa teknik yang tersedia untuk penilaian
klinis nyeri pada anak-anak mungkin tidak memadai. Penilaian nyeri yang kronis
disbanding dengan nyeri akut bahkan lebih sulit, sejak banyaknya perilaku yang
sejalan dengan nyeri akut mungkin tidak ditemukan pada pasien dengan nyeri
kronik. Sayangnya, tidak ada instrumen yang tersedia untuk menilai rasa nyeri pada
18
BAB 4
KESIMPULAN
Pada Rome IV, kriteria diagnostic untuk FGID pada bayi dan balita telah
kasus tersebut. Diagnosis yang adekuat dapat membuat pemilihan terapi menjadi
tepat dan diharapkan dapat meningkatkan kondisi klinis yang baik pada pasien.
Selain itu kriteria Rome IV yang diterima secara internasional sebaiknya tetap
menjadi acuan untuk penelitian medis selanjutnya, agar studi menjadi homogen dan
tidak terfokus hanya pada intervensi medis ialah memberikan pemahaman dan
menenangkan orang tua dari pasien tersebut melalui edukasi yang baik. Dengan
demikian kepercayaan diri orang tua dapat meningkat dan hubungan bayi dengan
anak.
19
DAFTAR PUSTAKA
Judith Zeevenhooven, Ilan J.N. Koppen, and Marc A. Benninga, 2017. The New
Rome IV Criteria for Functional Gastrointestinal Disorders in Infants and
Toddlers. Pediatr Gastroenterol Hepatol Nutr 2017 March 20(1):1-
13https://doi.org/10.5223/pghn.2017.20.1.1
20