PENATALAKSANAAN KLINIK
PADA PASIEN NEFROPATI DIABETIK DAN HIPERTENSI
DI BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Oleh :
PO 717131009004
JURUSAN GIZI
2012
LEMBAR PERSETUJUAN
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Studi Kasus Rotasi Klinik di bagian
IPD ini tepat pada waktunya.
penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................................
KATA PENGANTAR ...........................................................................................
DAFTAR ISI ...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan
BAB V PEMBAHASAN
A. Rencana terapi
B. Tingkat konsumsi dan Zat Gizi
C. Perkembangan Pengukuran Antropometri
D. Perkembangan pemeriksaan biokimia/laboratorium
E. Perkembangan pemeriksaan fisik/klinis
F. Perubahan pengetahuan, sikap/perilaku hasil terapi edukasi
Masalah gizi klinis adalah masalah gizi yang ditinjau secara individual mengenai
apa yang terjadi dalam tubuh seseorang, yang seharusnya ditangulangi secara individu.
Demikian pula masalah gizi pada berbagai keadaan sakit yang secara langsung
mempengaruhi proses penyembuhan harus diperhatikan secara individual. Hal ini
memerlukan pelayanan gizi yang bermutu untuk mempertahankan status gizi dan untuk
mempercepat proses penyembuhan. Oleh karena itu, pelayanan gizi yang bermutu di Rumah
Sakit akan membantu mempercepat proses penyembuhan pasien (DepKes, 2005).
Pelayanan gizi Rumah Sakit (PGRS) adalah kegiatan pelayanan gizi di Rumah Sakit
untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat Rumah Sakit baik rawat inap maupun rawat
jalan, untuk keperluan metabolisme tubuh, peningkatan kesehatan maupun mengoreksi
kelainan metabolisme dalam upaya preventif, kuratif dan rehabilitative.sedangkan
pelayanan gizi individu adalah serangkaian pelayanan gizi pasien secara individual dengan
memperhatikan pola dan kebiasaan makan seseorang sesuai dengan kebutuhan energi dan
zat gizi pasien, serta kondisi fisik-klinis dan keadaan patofisiologis penyakitnya
(DepKes,2005)
Diabetes Mellitus saat ini menjadi penyakit yang mulai melanda penduduk di
negara-negara berkembang seperti Indonesia. WHO memperkirakan pada 2030 nanti
sekitar 21,3 juta orang Indonesia terkena Diabetes Mellitus (Reta, 2008).
Prevalensi Diabetes Mellitus secara menyeluruh sekitar 6% dari populasi Diabetes
Mellitus, 90% di antaranya Diabetes Mellitus Tipe II. Jumlah penderita Diabetes Mellitus
secara global terus meningkat setiap tahunnya. Penderita Diabetes Mellitus di Indonesia
pada tahun 2000 mencapai 8,4 juta orang dan menduduki peringkat ke 4 setelah India, Cina,
dan Amerika Serikat. Jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat lebih dari dua kalinya
pada tahun 2030, yaitu menjadi 21,3 juta orang (Askandar, 2003).
Menurut Ketua Indonesian Diabetes Association (Persadia), Diabetes Mellitus Tipe
II merupakan yang terbanyak diderita, yaitu sekitar 95% dari keseluruhan kasus Diabetes
Mellitus. Faktor resiko terjadinya Diabetes Mellitus Tipe II antara lain adalah faktor
makanan yang dikonsumsi seperti sering mengkonsumsi minuman dengan pemanis gula
seperti soft drinks dan fruit drink (minuman buah dalam kemasan) serta kurang
mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan (Reta, 2008).
Diabetes Mellitus berkorelasi sangat erat dengan obesitas dan resiko kejadian PJK.
Risiko Diabetes Mellitus bertambah dengan cepat seiring dengan meningkatnya Indeks
Masa Tubuh (IMT) dan lemak badan (Misnadiarly, 2006). Berdasrkan latar belakang
tersebut, penulis melakukan asuhan gizi pada pasien NEFROPATIK DIABETIK DAN
HIPERTENSI.
B.TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu merencanakan dan melakukan manajemen asuhan gizi klinik pada
pasien nefropati diabetik dan hipertensi.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan manajemen asuhan gizi di rumah sakit yang meliputi :
mengkaji data dasar ( inventarisasi data subyektif dan obyektif pasien),
mengindentifikasi masalah gizi dan menganalisis tingkat resiko, diagnosa gizi
yang ditentukan oleh ahli gizi, melakukan intervensi gizi ( rencana dan
implementasi asuhan gizi pasien), melakukan monitoring dan evaluasi
pelayanan gizi pasien.
b. Mahasiswa mampu melakukan edukasi dietetic mandiri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus (DM) adalah ganguan kesehatan yang berupa kumpulan gejala
yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan ataupun
retensi insulin (Bustan, 2007). Insulin mempunyai peran utama dalam mengatur kadar
glukosa di dalam darah yaitu memasukkan glukosa kedalam sel. Diabetes Mellitus diartikan
sebagai penyakit metabolisme yang termasuk dalam kelompok gula darah yang melebihi
batas normal atau hiperglikemia (lebih dari 120 mg/dl atau 120 mg%). (misnadiarly, 2006)
Menurut Bustan, 2007. Dikenal 2 jenis utama Diabetes Mellitus dan kedua jenis itu
a. Diabetes Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM), disebabkan oleh gangguan
sel beta pankreas. Pada DM Tipe I terjadi dekstruksi sel beta, ditandai dengan defisiensi
insulin absolut.
b. Diabetes Tipe II: Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin atau Non Insulin Dependent
(resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah produksi insulin. Sebagai gambaran
perbandingan Diabetes Mellitus Tipe I dan Diabetes Mellitus Tipe II dapat dilihat dalam
hidup kegemukan
c. Diabetes Mellitus tipe lain : bisa berupa efek genetik fungsi insulin, efek genetik kerja
insulin, infeksi, karena obat/kimiawi, sindro genetik yang terkait Diabetes Mellitus.
1. Muncul pada saat hamil muda, tetapi akan normal setelah persalinan.
Gejala klasik Diabetes Mellitus adalah rasa haus yang berlebihan, sering kencing
terutama malam hari dan berat badan turun dengan cepat. Di samping itu kadang-kadang
ada keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal,
penglihatan kabur, gairah seks menurun, dan luka sukar sembuh. (FKUI, 2002)
Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita Diabetes Mellitus atau
kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana
peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 – 180 mg/dL dan air seni (urine)
penderita kencing manis yang mengandung gula (glukosa), sehingga urine sering dilebung
Menurut Harnawatiaj, 2008. Gejala yang lazim terjadi pada penderita Diabetes
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya
serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotik diuresis yang mana gula banyak
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar).
Sehingga untuk memenuhinya penderita akan terus makan. Tetapi walaupun klien
banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh
darah.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh
bersama mendapat peleburan zat dari bagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein,
karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan
makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga
penderita dengan Diabetes Mellitus walaupun banyak makan akan tetap kurus.
e. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang
disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa,
4. Etiologi
Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) atau Diabetes Melitus tergantung insulin
(DMTI) disebabkan oleh dekstruksi sel B pulau langerhans akibat proses autoimun.
Sedangkan Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) atau Diabetes Melitus Tidak
Tergantung Insulin (DMTTI) disebabkan kegagalan relatif sel B dan resistensi insulin.
Retensi insulin adalah turunya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa
oleh jaringan ferifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel B tidak mampu
mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin.
Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa,
maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain (Arif
Mansjoer,2001).
5. Patofisiologi
selanjutnya dan sekitarnya ke usus. Di dalam saluran pencernaan, makanan yang terdiri atas
karbohidrat di pecah menjadi glukosa, protein di pecah menjadi asam amino dan lemak
menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan itu diedarkan keseluruh tubuh untuk di
pergunakan oleh organ-organ di dalam tubuh sebagai bahan bakar. Supaya berfungsi
sebagai bahan bakar zat makanan itu harus di olah, di mana glukosa di bakar melalui proses
kimia yang menghasilkan energi yang di sebut metabolisme. Dalam proses metabolisme,
insulin memegang peranan penting yaitu memasukkan glukosa ke dalam sel yang di
gunakan sebagai bahan bakar, insulin adalah suatu zat atau hormon yang di hasilkan oleh sel
beta di pangkreas, bila insulin tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk dengan akibat
glukosa tetap berada di pembuluh darah yang artinya kadar glukosa dalam di dalam darah
Sebagian besar patologi Diabetes Mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari tiga efek
kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada dinding vaskuler yang
mengakibatkan aterosklerosis.
Komplikasi yang terjadi dapat ringan, sedang, maupun berat. Asal kadar gula darah dapat
dan semua tingkatan anatomik. Manifestasi komplikasi kronik dapat terjadi pada tingkat
pembuluh darah kecil (mikrovaskular) berupa kelainan pada retina mata, glomerulus ginjal,
syaraf, dan pada otot jantung (kardiomiopati). Pada pembuluh darah besar, manifestasi
komplikasi kronik Diabetes Mellitus dapat terjadi pada pembuluh darah serebral, jantung
(penyakit jantung koroner), dan pembuluh darah perifer (tungkai bawah). Komplikasi lain
Diabetes Mellitus dapat berupa kerentanan berlebih terhadap infeksi saluran kemih,
tuberkolosis paru, dan infeksi kaki, yang kemudian dapat menjadi ulkus/gangrene diabetes
(Anonimous, 2009).
7. Diagnosa
menurut Sarmono (1996), jika keluhan dan gejala khas, ditemukanya pemeriksaan
glukosa darah sewaktu yang >200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM.
Umumnya hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu yang baru satu kali saja abnormal
belum cukup kuat untuk diagnosis klinis DM. Kalau hasil pemeriksaan glukosa darah
diagnosisi DM dan gangguan toleransi glukosa lainya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah
beban glukosa. Sekurang-kurangnya diperlukan kadar glukosa pernah 2 kali abnormal untuk
konfirmasi diagnosis DM, baik pada 2 pemeriksaan yang berbeda ataupun adanya 2 hasil
8. Penatalaksanaan
komplikasi. Tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara menormalkan kadar glukosa, lipid
dan insulin. Kerangka utama penatalaksanaan DM yaitu perencanaan makan, latihan
karbohidrat (60-70%), protein (10-15%), dan lemak (20-25%). Jumlah kalori disesuaikan
dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut dan kegiatan jasmani untuk mencapai
berat badan ideal. Jumlah kandungan kolesterol < 300 mg/hari. Jumlah kandungan serat +
25 g/hari, diutamakan jenis serat larut. Konsumsi garam dibatasi bila terjadi hipertensi.
b. Latihan jasmani
Dianjurkan latihan jasmani teratur, 3-4 kali tiap minggu selama + ½ jam yang
sifatnya sesuai. Latihan dilakukan terus menerus tanpa berhenti, otot-otot berkontraksi dan
relaksasi secara teratur, selang-seling antara gerak cepat dan lambat, berangsur-angsur dari
sedikit kelatihan yang lebih berat secara bertahap dan bertahan dalam waktu tertentu.
Latihan yang dapat dijadikan pilihan adalah jalann kaki, jogging, lari, renang, bersepeda,
dan mendayung.
Jika pasien telah melakukan pengaturan makanan dan kegiatan jasmani yang teratur
tetapi kadar glukosa darahnya masih baik, dipertimbangkan ppemakaian obat berkhasiat
hipoglikemik (oral/suntikan).
9. Terapi nutrisi diabetes melitus dengan nefropati menurut Sunita Almatsier (2005)
Tujuan diet :
Tujuan diet penyakit diabete melitus dengan nefropatik adalah untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi optimal serta menghambat laju kerusakan ginjal,dengan cara :
Mengendalikan kadar glukosa darh dan tekanan darah.
Prinsip diet :
3 j (tepat jumlah, tepat jenis, dan tepat jadwal) dengan energi dan zat gizi cukup
sesuai kebutuhan.
Syarat diet :
Protein rendah, yaitu 10% dari kebutuhan total atau 0.8 g/kg BB.rendahnya
Karbohidrat sedang, yaitu 55-60% dari kebutuhan energi total. Kebutuhan karbohitrat
Lemak normal, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total. Utamakan asam lemak tidak
Vitamin tinggi. Bila nafsu makan menurun diberikan suplemen vitamin B kompleks,
B. Hipertensi
1. Pengertian
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah keadaan yang ditandai dengan terjadinya
peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Hipertensi merupakan penyakit yang umunya
tidak menunjukkan gejala, atau bila ada, gejala yang tidak jelas sehingga tekanan yang
tinggi di dalam arteri sering tidak dirasakan oleh penderita (Iskandar , 2010).
2. Etiologi
penyakit lain. Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Sekitar 5-10
(Muhammadun, 2010).
3. Gambaran klinis
Pada umumnya hipertensi tidak menimbulkan gejala yang jelas dan sering tidak
disadari kehadirannya. Ada kalanya secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan
dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sebenarnya tidak selalu).
Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, wajah kemerahan,
kelelahan. Semua gejala tersebut bisa terjadi pada siapa saja, baik pada penderita hipertensi
Pada hipertensi berat atau yag telah menahun, bisa timbul gejala-gejala yang
berasal dari kerusakan otak, mata, jantung, dan ginjal, seperti : sakit kepala, kelelahan, mual
dan muntah, sesak napas, gelisah, pandangan menjadi kabur. Pada hipertensi berat,
penurunan kesadaran sampai koma dapat terjadi, karena adanya pembengkakkan otak yang
Anamesa :
b. Riwayat makan: pola makan meliputi asupan energi, makronutrien,asupan garam (NaCL),
Kebiasaan makan yang makanan yang banyak mengandung garam perlu ditanyakan untuk
mendapat gambaran tentang jumlah asupan garam pada pasien, faktor alat, dan tempat
pengukuran. Pengukuran tekanan darah sebaiknya dilakukan pada pasien setelah istirahat
yang cukup yaitu sesudah berbaring paling sedikit 5 menit. Pengukuran dilakukan pada
posisi berbaring, duduk, dan berdiri, sebanyak 2 kali atau lebih, dengan interval 2 menit
(Tjokronegro A, 2001).
jika tekanan sistolik dibawah 140 mmHg (Bangun, 2005). Diagnosa hipertensi ditegakkan
bila dari pengukuran berulang-ulang tersebut diperoleh nilai rata-rata tekanan darah
diastolik > 90 mmHg dan atau tekanan darah sisitolik > 140 mmHg (Sulistia, dkk 1995).
5. Pemeriksaan menunjang
menetukan adanya kerusakan organ dan faktor resiko lain atau mencari penyebab hipertensi.
Biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin,
gula darah puasa, kolesterol total, kolesterol HDL, TSH dan ekokardiografi (Arif Mansjoer,
2001).
6. Penatalaksanaan
Menurut Arif mansjoer (2001), tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah
140 mmHg dan tekanan diastolik dibawah 90 mmHg dan mengontrol faktor resiko. Hal
ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja atau dengan obat antihipertensi.
Modifikasi gaya hidup lebih efektif, dapat menurunkan risiko kardiovaskuler dengan
biaya sedikit dan resiko minimal. Tata laksana ini tetap dianjurkan meski harus disertai
obat antihipertensi karena dapat menurunkan jumlah dan dosis obat. Langkah-langkah
Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan (indeks massa tubuh > 27)
Membatasi alkohol
Berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam
makanan.
7. Terapi edukasi
Tujuan Diet :
Membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh dan menurunkan
Syarat Diet :
Jumlah natrium disesuikan dengan berat tidaknya retensi garam atau air.
Diet rendah Garam II diberikan kepada pasien dengan edema, acites, dan hipertensi
tidak terlalu berat. Pemberian makanan sehari sama dengan diet rendah garma I. Pada
pengolahan makananya boleh menggunakan ½ sdt garam dapur (2 g). Dihindari bahan
Diet Garam Rendah III diberikan kepada pasien dengan edema dan hipertensi
A. Rencana terapi
Pada kasus ini direncanakan mendapat terapi Diet DM B 2 1700 Rendah Garam
Karbohidrat : 297.6 gr
Syarat Diet
a. Energi diberikan 35 dari BBI
b. protein diberikan 0.8 dari BBI
c. Lemak diberikan 30% dari total energi.
d. KH diberikan 65% dari total energi.
e. Vitamin dan mineral secukupnya sesuai dengan
kebutuhan
f. Bentuk makanan lunak
g. Cara pemberian oral
h. Frekuensi makan 3X makanan utama, 2X selingan.
B. Tingkat Konsumsi Energi dan Zat Gizi
1. Energi
Selama pengamatan studi kasus konsumsi energi dan zat gizi pasien meningkat dari
hari pertama sampai hari terakhir, walau kebutuhan pasien menurun jauh di bawah standar .
Terbukti dengan hasil monitoring intake energi pada hari pertama sebesar 36%, hari kedua
sebesar 36.7%, hari ketiga sebesar 37.6%.
2. Protein
Tingkat konsumsi protein pasien meningkat dari hari sebelumnya, walau kebutuhan pasien
menurun jauh di bawah standar yaitu pada hari pertama sebesar 20%, hari kedua sebesar 22%, dan
hari ketiga sebesar 21%.
3. Lemak
Tingkat konsumsi lemak pasien pada hari pertama sebesar 24%, pada hari kedua sebesar 31%
dan pada hari ketiga menurun sebesar 25%, ini di sebabkan karena pasien hanya mengkonsumsi ½
dari makanan yang disajikan oleh rumah sakit.
4. Karbohidrat
Tingkat konsumsi karbohidrat pasien pada hari pertama mengalami peningkatan meskipun
masih tetap dibawah standar kebutuhan. Terbukti pada pengamatan hari pertama asupan karbohidrat
sebesar 56 %. Pada pengamatan hari kedua asupan karbohidrat mengalami penurunan sebesar 47 %,
ini di sebabkan karena pasien hanya ½ dari makanan yang disajikan di rumah sakit. dan pada hari
ketiga mengalami peningkatan sebesar 53%.
C. Perkembangan antropometri
Dari hasil pengamatan didapatkan hasil bahwa nilai Gula Darah Sesaat pasien tinggi
yaitu sebesar 315 mg/dl. Hal ini disebabkan karena adanya gangguan metabolisme
karbohidrat karena adanya gangguan endokrin dari penyakit diabetes melitusnya. Kadar
kreatinin dan ureum juga tinggi hal ini disebabkan adanya gangguan fungsi ginjal dan
pasien didiagnosa Acute long udema, Hf st cfc III, Acites, Pleural effusion Af NVR. Selain
itu kalium yang tinggi di sebabkan karena tingginya cairan elektrolit yang juga dapat
Selama 3 hari pengamatan, kondisi fisik dan klinis pasien mengalami perubahan.
keadaan umum pasien masih tetap yaitu pasien masih dalam kondisi lemah. Kesadaran
pasien tidak mengalami perubahan (compos mentis). Perubahan Tekanan Darah mulai
membaik, yang didukung dari terapi obat dan asupan makanan pasien yang sesuai diet.
A. Kesimpulan
Berdasarkan data subyektif dan objektif yang telah dilakukan pasien didiagnosa
nefrotik diabetik dan hipertensi dengan status gizi buruk. Pasien diberikan diet diabetes
melitus B2 1700 kalori Rendah Garam ( DM B2 kal RG ).
Hasil pengukuran LILA pasien pada awal pengamatan yaitu 20 cm dan yang terakhir
yaitu 26 cm. Dengan demikian status gizi dari pengamatan pertama yaitu pasien
dinyatakan status gizi buruk (66%)dan setelah hari terakhir status gizi pasien sudah
baik(85%).
Terapi yang diberikan pada pasien selama dirawat dirumah sakit belum dapat
membantu kesembuhan pasien menjadi lebih baik, terbukti dengan masih kurangnya
asupan energi dan zat gizi pasien yang berada dibawah kebutuhan standar. Namun
keadaan fisik/klinis pasien sudah membaik dengan ditandai normalnya tensi pasien
pada pengamatan hari kedua dan ketiga.
kebiasaan makan pasien sehingga meningkatkan intake makan pasien selama observasi,
walaupun peningkatan intake makan tersebut belum dapat memenuhi kebutuhan yang
seharusnya.
Penyuluhan dan konsultasi gizi dilakukan 3 hari pengamatan (29-31 mei 2012) dengan
memberikan materi sesuai diet yang diberikan dan dengan terus memberikan motivasi
pada keluarga untuk membantu peningkatan asupan makan pasien
Distribusi makanan dari ruangan pada umumnya sudah memenuhi kebutuhan yang
ditetapkan antara lain : cara penyampaian, penampilan makanan, kelengkapan menu,
kelengkapan alat makan, ketepatan waktu, jadwal/waktu makan, dan pengembalian alat
makan serta tenaga distribusi.
B. Saran
Hendaknya untuk pasien terus berusaha meningkatkan asupan makan. Dan keluarga
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
(Misnadiarly. 2006. Diabetes mellitus. Jakarta : Pustaka populer
Askandar Tjokroprawiro. 2003. Diabetes Millitus. Edisi III. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
Jakarta.
Guniswarna G.Sulistia dkk, 1995. ”Farmakologi dan Terapi”. Bagian Farmakologi FKUI,
Jakarta
Harnawatiaj, 2008. http:// wordpress.com/2008/04/16/askep-diabetes-mellitus/
http://www.perawatonline.com/index.php?
option=com_content&view=article&catid=7:kep-komunitas&id=41:diet-untuk-
Tjokronegro Arjatmo dkk,2001.”Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga”. FKUI, Jakarta.