PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Paradigma sehat menetapkan visi nyata gambaran prediksi atau
harapan tentang keadaan masyarakat Indonesia pada masa yang
akan datang.
Gambaran tentang Indonesia sehat adalah gambaran masyarakat
Indonesia di masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan
dan prilaku sehat, maupun menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu, adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya
manusia dan produktifitas masyarakat.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio, psiko, sosial
dan spritual yang komprehensip, ditujukan kepada individu, keluarga
dan masyarakat baik yang sakit maupun yang sehat mencakup
seluruh proses kehidupan manusia.
Ilmu keperawatan berkembang secara terus menerus sesuai
dengan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang
antara lain perkembangan ilmu kedokteran dan kesehatan
masyarakat. Kemajuan teknologi di bidang komputer dan informasi
yang secara global sangat mempengaruhi pergeseran peran dan
fungsi perawat, tidak ketinggalan pula pendidikan di bidang
keperawatan berkembang mengikuti perubahan ilmu pengetahuan dan
teknologi tersebut yang dampaknya adalah kemajuan di bidang
keperawatan, baik di rumah sakit maupun di masyarakat.
Sejalan dengan perubahan masyarakat dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, maka berkembang masyarakat yang
terbiasa mengkonsumsi makanan tradisional beralih ke makanan yang
modern yang banyak memberikan efek samping negatif pada proses
metabolisme.
Diabetik Ketoasidosis merupakan penyakit yang masih menjadi
masalah kesehatan di dalam masyarakat. Apabila peningkatan angka
kesehatan ini tidak terkendali maka akan mempengaruhi penderita.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Memperoleh pengalaman,gambaran dan mengetahui secara
langsung pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan
Diabetik ketoasidosis,baik dalam pengkajian,diagnosa
keperawatan,rencana keperawatan,tindakan keperawatan,evaluasi
dan dokumentasi keperawatan
2. Tujuan khusus
a. Agar mahasiswa/i mampu menyebutkan tentang penyakit
diabetik ketoasidosis
b. Agar mahasiswa /i mampu menyebutkan anatomi system
endokrin
c. Agar mahasiswa/I mampu menjelaskan etiologi dari diabetik
ketoasidosi
d. Agar mahasiswa/i mampu menjelaskan tentang tanda dan
gejala diabetik ketoasisdosis
e. Agar mahasiswa/i mampu menjelaskan patofiologi diabetik
ketoasidosis
f. Agar mahasiswa/I mampu malakukan pemerikasaan fisik
pada klien diabetik ketoasidosis
g. Agar mahasiswa/I mampu melaksanakan pencegahan
terhadap diabetik ketoasidoasis
h. Agar mahasiswa/I mampu melakukan pengkajian pada klien
diabetik ketoasidosis
i. Agar mahasiswa/I mampu menegakkan diagnose
keperawatan pada kasus diabetik ketoasidosis
j. Agar mahasiswa/I mampu menyusun intervensi pada klien
diabetik ketoasidosis
k. Agar mahasiswa mampu melaksanakan implementasi pada
klien diabetik ketoasidoasis
l. Agar mahasiswa/I mampu melakukan evaluasi setelah
semua tindakan di lakukan
m. Agar mahasiswa/I mampu mendokumentasikan semua
tindakan yang telah di laksanakan
n. Agar mahasiswa/I mampu membuat SAP dan dapat
menerapkannya dalam masyarakat
BAB II
KONSEP PENYAKIT
A. Anatomi fisiologi
B. Pengertian
1. Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi
metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia, asidosis dan ketosis,
terutama disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau relatif.
2. Ketoasidosis diabetik (KAD) dan hipoglikemia merupakan
komplikasi akut diabetes melitus yang serius dan membutuhkan
pengelolaan gawat darurat. Akibat diuresis osmotik, KAD biasanya
mengalami dehidrasi berat dan bahkan dapat sampai menyebabkan
syok.
3. Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan komplikasi akut diabetes
melitus yang ditandai dengan dehidrasi, kehilangan elektrolit dan
asidosis.
4. Ketoasidosis diabetik merupakan akibat dari defisiensi berat insulin
dan disertai gangguan metabolisme protein, karbohidrat dan lemak.
Keadaan ini merupakan gangguan metabolisme yang paling serius
pada diabetes ketergantungan insulin
.
C. Etiologi
Defisiensi Insulin
Penggunaan Katabolisme
Glukosa Protein Glikogenosis Liposis
Glikoneogenesis
Meningkat
Kehilangan Elektrolit
Diuresis Osmotik Urine Ketogenesis Meningkat
Dehidrasi/Hemokonsentrasi
Ketonuria Meningkat
Ketonemia Meningkat
Hiperosmolaritas Penipisan Volume Ketoasidosis
syok
Koma Asidosis Metabolik
F. Pemeriksaan fisiK
1. Inspeksi
a. Mukosa bibir kering
b. Turgor kulit kering
c. BB menurun
d. Anoreksia
e. Pandangan kabur
f. Kelemahan
g. Koma atau penurunan kesadaran.
h. Mata cekung
2 Palpasi
a. denyut nadi lemah dan cepat.
b. Nyeri tekan pada abdomen
3. Auskultasi
a. Pasien dengan penurunan volume intravaskuler yang nyata
mungkin akan menderita hipotensi ortostatik (penurunan
tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg atau lebih pada
saat berdiri).
b. Pernapasan Kussmaul ini menggambarkan upaya tubuh
untuk mengurangi asidosisuna melawan efek dari
pembentukan badan keton.
G. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan diagnostik untuk ketoasidosis diabetik dapat
dilakukan dengan cara:
a. Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari
200mg/dl). Biasanya tes ini dianjurkan untuk pasien yang
menunjukkan kadar glukosa meningkat dibawah kondisi stress.
b. Gula darah puasa normal atau diatas normal.
c. Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.
d. Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
e. Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat
menandakan ketidakadekuatan kontrol glikemik dan
peningkatan propensitas pada terjadinya aterosklerosis.
Fase I/Gawat :
1. Rehidrasi
a. Berikan cairan isotonik NaCl 0,9% atau RL 2L loading dalam
2 jam pertama, lalu 80 tpm selama 4 jam, lalu 30-50 tpm
selama 18 jam (4-6L/24jam)
b. Atasi syok (cairan 20 ml/kg BB/jam)
c. Bila syok teratasi berikan cairan sesuai tingkat dehidrasi
d. Rehidrasi dilakukan bertahap untuk menghindari herniasi
batang otak (24 – 48 jam).
e. Bila Gula darah < 200 mg/dl, ganti infus dengan D5%
f. Koreksi hipokalemia (kecepatan max 0,5mEq/kgBB/jam)
g. Monitor keseimbangan cairan
2. Insulin
a. Bolus insulin kerja cepat (RI) 0,1 iu/kgBB (iv/im/sc)
b. Berikan insulin kerja cepat (RI) 0,1/kgBB dalam cairan
isotonic
c. Monitor Gula darah tiap jam pada 4 jam pertama,
selanjutnya tiap 4 jam sekali
d. Pemberian insulin parenteral diubah ke SC bila : AGD < 15
mEq/L ³250mg%, Perbaikan hidrasi, Kadar HCO3
Batas fase I dan fase II sekitar GDR 250 mg/dl atau reduksi
Fase II/Maintenance:
1. Cairan maintenance
a. nacl 0.9% atau D5 atau maltose 10% bergantian
b. Sebelum maltose, berikan insulin reguler 4IU
2. Kalium
Perenteral bila K+ 240 mg/dL atau badan terasa tidak enak.
2. Pemeriksaan Laboratorium
1. Glukosa.
3. Kalium.
4. Bikarbonat.
7. Keton.
8. β-hidroksibutirat.
9. Urinalisis (UA)
11. Fosfor
Hyperosmolar
Diabetic
non Asidosis
Sifat-sifat ketoacidosis
ketoticcoma laktat
(KAD)
(HONK)
Glukosa Tinggi Sangat tinggi Bervariasi
plasma
Ketone Ada Tidak ada Bervariasi
Asidosis Sedang/ Tidak ada Hebat
hebat
Dehidrasi Dominan Dominan Bervariasi
Hiperventilasi Ada Tidak ada Ada
H. Komplikasi
penderita tidak merasa bila kakinya terluka, kena bara api atau
tersiram air panas. Dengan demikian luka kecil cepat menjadi besar
dan tidak jarang harus berakhir dengan amputasi.
4. Kelainan Jantung.
5. Hipoglikemia.
Hipoglikemia terjadi bila kadar gula darah sangat rendah. Bila
penurunan kadar glukosa darah terjadi sangat cepat, harus diatasi
dengan segera. Keterlambatan dapat menyebabkan
kematian.Gejala yang timbul mulai dari rasa gelisah sampai berupa
koma dan kejang-kejang
6. Impotensi.
Sangat banyak diabetisi laki-laki yang mengeluhkan tentang
impotensi yang dialami.Hal ini terjadi bila diabetes yang diderita
telah menyerang saraf. Keluhan ini tidak hanya diutarakan oleh
penderita lanjut usia, tetapi juga mereka yang masih berusia 35 – 40
tahun. Pada tingkat yang lebih lanjut, jumlah sperma yang ada akan
menjadi sedikit atau bahkan hampir tidak ada sama sekali. Ini terjadi
karena sperma masuk ke dalam kandung seni (ejaculation
retrograde).
7.Hipertensi.
Karena harus membuang kelebihan glokosa darah melalui air seni,
ginjal penderita diabetes harus bekerja ekstra berat.Selain itu
tingkat kekentalan darah pada diabetisi juga lebih tinggi. Ditambah
dengan kerusakan-kerusakan pembuluh kapiler serta penyempitan
yang terjadi, secara otomatis syaraf akan mengirimkan signal ke
otak untuk menambah takanan darah.
Untuk itu makanan yang sudah ditelan terasa tidak bisa lancar
turun ke lambung.
10.Gangguan infeksi.
1. Cairan.
2. Insulin.
J. Pencegahan
Upaya pencegahan merupakan hal yang penting pada
penatalaksanaan DM secarakomprehensif. Upaya pencegahan
sekunder untuk mencegah terjadinya komplikasi DM kronik dan akut,
melalui edukasi sangat penting untuk mendapatkan ketaatan berobat
pasien yang baik.Khusus mengenai pencegahan KAD dan
hipoglikemia, program edukasi perlumenekankan pada cara-cara
mengatasi saat sakit akut, meliputi informasi mengenai pemberian
insulin kerja cepat, target kadar glukosa darah pada saat sakit,
mengatasidemam dan infeksi, memulai pemberian makanan cair
mengandung karbohidrat dangaram yang mudah dicerna, yang paling
penting ialah agar tidak menghentikan pemberian insulin atau obat
hipoglikemia oral dan sebaiknya segera mencari pertolongan atau
nasihat tenaga kesehatan yang professional.Pasien DM harus
didorong untuk perawatan mandiri terutama saat mengalami masa-
masa sakit, dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah dan
keton urinsendiri. Di sinilah pentingnya educator diabetes yang dapat
membantu pasien dankeluarga, terutama pada keadaan
sulit.Pencegahan dapat dilakukan dengan cara:
1. Perencanaan makan
Standar yang dianjurkan adalah komposisi seimbang dalam hal
karbohidrat, protein dan lemak.Jumlah kalori disesuaikan dengan
pertumbuhan status gizi, umur dan keadaan jasmani untuk
mencapai dan mendapatkan berat badan idaman.
2. Latihan jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3 – 4 minggu) selama
lebih 30 menit yang sifatnya kontinue, berjarak, mengalami
kemajuan dan latihan ketahanan.
3. Obat berkhasiat hipoglikemik
Jika pasien telah menerapkan pengaturan makan dan kegiatan
teratur namun pengendalian kadar glukosa darahnya belum
tercapai.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
I. Identitas
Nama :
Umur : 30 Tahun ke atas
Jenis kelamin : L/P
Alamat :
Pekerjaan :
1. strahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan
Kram otot, tonus otot menurun, gangguan
istrahat/tidur
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat
atau aktifitas
Letargi/disorientasi, koma,penurunan kekuatan oto
2. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut
Klaudikasi, kebas dan kesemutan
pada ekstremitas
Ulkus pada kaki, penyembuhan yang
lama,takikardia
Tanda : Perubahan tekanan darah
postural,hipertensi,penurunan
nadiKrekels, Distensi vena jugularis
3. Integritas/ Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain
Masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi
Tanda : Ansietas, peka rangsang
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih
(poliuria), nokturia
akar, kesulitan berkemih (infeksi
baru/berulang,Nyeri tekan abdomen, Diare
Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat
berkembang menjadi jika terjadi
hipovolemia berat),Urin berkabut, bau
busuk (infeksi),Abdomen keras, adanya
asites,Bising usus lemah dan menurun,
hiperaktif (diare)
5. Nutrisi/Cairan
6. Neurosensori
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)
8. Pernapasan
9. Keamanan
10. Seksualitas
B. Diagnosa keperawatan
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik akibat
hiperglikemia, pengeluaran cairan berlebihan : diare, muntah;
pembatasan intake akibat mual, kacau mental
2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral, status
hipermetabolisme
3. Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan
peningkatan kadar glukosa, penurunan fungsi lekosit, perubahan
pada sirkulasi
4. Resiko tinggi terhadap perubahan sensori-perseptual berhubungan
dengan ketidkseimbangan glukosa/insulin dan/atau elektrolit
5. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis, dan
pengoobatan berhubungan dengan kesalahan menginterpretasi
informasi, tidak mengenal sumber informasi
C. Intervensi keperawatan
Diagnosa I
Batasan karakteristik :
Kriteria Hasil :
Intervensi Rasional
1. Pantau tanda-tanda vital dan 1. Hipovolume dapat
catat adanya perubahan dimanefestasikan oleh
tekanan darah hipotensi dan takikardi
2. Paru-paru mengeluarkan
2. Pantau pola asam karbonat melalui
penafasan( kusmaul atau bau pernafasan yang
keton) menghasilkan kompensasi
alkalosis respiratorik.
3. Pantau frekuensi pernafasan 3. Koreksi hiperglikemia dan
penggunaan otot babtu nafas asidosis akan menyebabkan
pola dan frekuensi pernafasan
mendekati normal.
4. Pantau suhu,warna kulit dan 4. Demam,menggigil dan
kelembaban diaporesis merupakan hal
umum terjadi pada proses
5. Ukur berat badan infeksi
5. Memberikan hasil pengkajian
yang terbaik dari status cairan
6. Observasi nadi
6. Merupakan indikator dan
perifer,CRT,turgor kulit dan
tingkat dehidrasi atau volume
membrane mukosa
sirkulasi yang adekuat
7. Mempertahankan dehidrasi
7. Pertahankan pemberian cairan
atau volume sirkulasi
2500 mL/hari
8. Mengindari pemanasan yang
berlebihan terhadap klien
8. Beri lingkungan nayaman
lebih lanjut akan menimbulkan
kehilangan cairan
9. Tipe dan jumlah dan cairan
9. Kolaborasi dalam pemberian
tergantung pada derajat
cairan sesuai indikasi
kekurangan cairan
Diagnosa II
Peruban nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakcukupan
insulin, penurunan meruasukan oral, status hipermetabolisme.
Batasan karakteristik :
1. Klien melaporkan masukan nutrisi tidak adekuat, kurang nafsu makan
2. Penurnan berat badan, kelemahan, tonus otot buruk
3. Diare
Kriteria hasil :
1. Klien mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepaT
2. Menunjukkan tingkat energi biasanya
3. Mendemonstrasikan berat badan stabil atau penambahan sesuai
rentang normal
Intervensi Rasional
1. Timbang berat badan 1. Mengkaji pemasukan
sesuaiindikasi makanan yang adekuat
2. Tentukan program diet dan 2. Mengidentifikasi kekurangan
pola makan pasien dan penyimpanan dari
3. Auskukltasi bising usus,catat kebutuhan terapeutik
adanya nyeri abdomen atau 3. Hiperglikemia dan kekuranga
mual muntah,pertahankan elektrolit dapat menurunkan
keadaan puasa sesuai motivasi
indikasi 4. Pemberian makanan lewat
4. Beri makan cair yang oral lebih baik jika klien
mengandung nutrisi dan sadar dan fungsi
elektrolit,identifikasi gastrointestinal baik
makanan yang di sukai 5. Memberi informasi dan
5. Libatkan keluarga dalam pemahaman kepada
perencanaan diet keluarga tentang die klien
6. Observasi tanda-tanda 6. Metabolisme karbohitdrat
hipoglikemia mulai terjadi dan gula darah
7. Tentukan program diet dan akanberkurang
pola makan pasienkolaborasi 7. Mengidentifikasikan
dalam pemeriksaan gula kekurangan dan
darah dengan menggunakan penyimpangan darah
finger stick kebutuhan terapeutik
8. Pantau pemeriksaan 8. Analisa di tempat tidur
laboratoriumseperti gulosa terhadap gula darahlebih
darah akurat dari pada memantau
gula darah dalam urine gula
darah akan menurun
perlahan dengan
penggunaan cairan dan
terapi insulin trekontrol
Diagnosa III
Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan peningkatan
kadar glukosa, penurunan fungsi lekosit, perubahan pada sirkulasi.
Intervensi Rasional
1. Obsevasi tanda-tanda 1. Untuk mendeteksi, mencegah
infeksi dan peradangan, timbulnya infeksi silang
seperti 2. Kadar glukosa yang tinggi dalam
demam,kemerahan,adan darah akan menjadi media terbaik
ya pus pada luka,sputum bagi pertumbuhan kuman
purulent,urine warna 3. Kebersihan diri yang baik merupaka
keruh atau berkabut. salah satu cara untuk mencegah
2. Tingkatkan upaya infeksi kuman
pencegahan dengan 4. Diet yang tepat dan latihan fisik
melakukan cuci tangan yang cukup dapat meningkatkan
baik semua orang yang daya tahan tubuh
berhungan dengan 5. Mengurangi resiko terjadinya isk
pasien klien koma mungkin resiko yang
3. Pertahankan teknik khusus jika terjadi retensi urine
aseptic pada prosedur pada saat awal dirawat
invasive berikan 6. Memberikan kemudahan bagi paru
perawatan kulit dengan untuk berkembang menurunkan
teratur dan jaga kulit terjadinya aspirasi
agar tetap kering
4. Ajarkan klien teknik 7. Kadar glukosa yang tinggi dapat
aseptic untuk selalu menjadi media pertumbuhan kuman
menjaga kebersihan
dirinya selama
8. Menurunkan kemungkinan
perawatan
terjadinya infeksi
5. Anjurkan klien untuk
mentaati diet,latihan
fisik,pengobatan yang 9. Meningkatkan aliran urine untuk
ditetapkan mencegah urine statis dan
6. Pasang kateter dan membantu dalm mempertahankan
lakukan perawatan ph
perianal dengan baik
7. Berikan posisi semi
fowler 10. Penangan awal dapat membantu
8. Pertahankan teknik mencegah timbulnya sepsis
aseptic saat prosedur
invasive
9. Anjurkan untuk makan
dan minum secara
adekuat dan
mempertahankannya
10. Kolaborasi untuk
pemberitahuan obat
antibiotic yang sesuai
Diagnosa IV
Intervensi Rasional
1. Pantau tanda-tanda vital dan 1. Sebagai dasar untuk
status mental membandingkan temuan
2. Orientasikan kembali sesuai abnormal seperti suhu meningkat
dengan kebutuhan pada dapat mempengaruhi fungsi
klien,missal: orang,tempat atau mental
waktu 2. Menurunkan kebingungan dan
membantu untuk
3. jadwalkan intervensi mempertahankan kontak realitas
keperawatan agar tidak 3. meningkatkan tidur,menurunkan
mengganggu waktu istirahat rasa letih,dan mempertahankan
klien daya fikir
4. Membantu memelihara klien
4. Pelihara aktivitas rutin klien
tetap berhubungan dengan
sekonsisten mungkin dan
realiotas dan mempertahankan
motivasi untuk melakukan
orientasi lingkungan
kegiatan sehari-hari sesuai
5. Disorentasi merupakanawal dari
dengan kemampuannya
kemungkinan cidera terutama
5. Lindungi pasien dari pada malam hari dan perlu
cideraketika tingkat kesadaran pencegahan sesuai indikasi
pasien terganggu 6. Edema lepasnyaretina hemoragik
katarak paralisis otot ekstraokuler
6. Evaluasi lapang sementara mengganggu
pandang,penglihatan sesuai penglihatan yang memerlukan
terapikorektif,
indikasi
7. Neoropatiperifer
dapat ,engakibatkan rasa tidak
7. Selidiki adanya keluhan
nyaman yang berat kehilngan
paraestesia,nyeri atau
sensasi sentuhan distorsi yang
kehilangan sensori pada kaki
mempunyai resiko tinggi
8. beri tempat tidur yang lembut 8. Meningkatkan rasa nyaman dan
menurunkan kemungkinan
9. Bantu pasien dalam merubah
kerusakan kulit karena panas
posisi
9. Meningkatkan keamanan klien
10. Kolaborasi dalam pemberian terutama ketukan rasa
terapi sesuai indikasi keseimbangan terpenuhi
1
10. Gangguan dalam proses
berfikir/potensial terhadap
aktivitas kejang biasanya
hilang,bila keadaan
hiperosmolalitas teratasi
Diagnosa V
Intevensi Rasional
1. Ciptakan lingkungan saling 1 Menanggapi dan
percaya dengan memperhatikan perlu
mendengarkan dan selalu ada diciptakan sebelum klien
untuk pasien bersedia mengambil bagian
dalam proses keperawatan
2. Bekerja dengan pasien 2 Partisispasi dalm perencanaan
dengan menata tujuan belajar meningkatkan antusias dan
yangdi harapkan kerjasama klien dengan
perawat
3. Pilih strategi belajar seperti
3 Penggunaan cara yang
teknik demonstrasi dan
berbeda tentang mengaskes
membiarkan pasien
informasi,meningkatkan
mendemonstrasikan ulang
penyerapan pada individu
4. Diskusikan topic-topik yang yang belajar
utama 4 Memberikan pengetahuan
dasar dimana klien dapat
5. Diskusikan cara pemeriksaan membuat pertimbangan dalam
gula darah memilih gaya hidup
5 Pemeriksaan gula darah oleh
6. Tinjau kembali pemberian
diri sendiri 4 kali sehari atau
insulin oleh klien dan
lebih memungkinkan
perawatan terhadap peralatan
fleksebilitas dalam perawatan
yang digunakan
diri
6 Mengidentifikasi pemahaman
7. Tekankan pentingnya
dan kebenaran dari prosedur
pemeriksaan gulah darah
atau masalah yang potensial
setiap hari,waktu dan dosis
dapat terjadi sehingga solusi
obat
alternative dapat ditentukan
untuk pemberian insulin
8. Diskusikan factor-faktor yang
tersebut
memegang peranan dalam
7 Membantu dalam menciptakan
control DM
gambaran dari keadaan klien
9. Buat jadwal latihan/aktivitas untuk melakukan control
secara teratur penyakit dengan lebih baik
8 Informasi in penting untuk
10. Demonstrasikan teknik
meningkatkan pengendalian
penangan stress dengan
terhadap diabetic dan sangat
menarik nafas dalam
dapat menurunkan
berulangnya kejadian
ketoasidosis
9 Waktu latihan tidak boleh
bersamaan dengan waktu
kerja puncak insulin makan
harus diberikan sebelum atau
selama latihan sesuai
kebutuhan
10 Meningkatkan relaksasidan
pengendalian terhadap respon
stress yang membantu untuk
membatasi peristiwa
ketidakseimbangan glukosa
D. Implementasi keperawatan
Sesuai dengan intervensi
E. Evaluasi keperawatan
Sesuai dengan tujuan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
4. Etiologi
B. Saran
keadaan yang nyata sedang terjadi pada saat itu sebab hal
sifatnya invasive.
perawat.
LAMPIRAN GAMBAR