PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Paradigma sehat menetapkan visi nyata gambaran prediksi atau
harapan tentang keadaan masyarakat Indonesia pada masa yang akan
datang.
Gambaran tentang Indonesia sehat adalah gambaran masyarakat
Indonesia di masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan
prilaku sehat, maupun menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil
dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam
rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia dan produktifitas
masyarakat.
B.Tujuan penulisan
2 Tujuan khusus
A. Pengertian
1. Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi metabolik
yang ditandai oleh hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama
disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau relatif.
2. Ketoasidosis diabetik (KAD) dan hipoglikemia merupakan komplikasi akut
diabetes melitus yang serius dan membutuhkan pengelolaan gawat
darurat. Akibat diuresis osmotik, KAD biasanya mengalami dehidrasi
berat dan bahkan dapat sampai menyebabkan syok.
3. Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan komplikasi akut diabetes melitus
yang ditandai dengan dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis.
4. Ketoasidosis diabetik merupakan akibat dari defisiensi berat insulin dan
disertai gangguan metabolisme protein, karbohidrat dan lemak. Keadaan
ini merupakan gangguan metabolisme yang paling serius pada diabetes
ketergantungan insulin
.
B. Etiologi
41
Ada sekitar 20% pasien KAD yang baru diketahui menderita DM untuk
pertama kali.Pada pasien yang sudah diketahui DM sebelumnya, 80% dapat
dikenali adanya faktor pencetus.Mengatasi faktor pencetus ini penting dalam
pengobatan dan pencegahan ketoasidosis berulang.
D.Patofisiologi
41
Ketoasidois terjadi bila tubuh sangat kekurangan insulin. Karena dipakainya
jaringan lemak untuk memenuhi kebutuhan energi, maka akan terbentuk
keton. Bila hal ini dibiarkan terakumulasi, darah akan menjadi asam sehingga
jaringan tubuh akan rusak dan bisa menderita koma. Hal ini biasanya terjadi
karena tidak mematuhi perencanaan makan, menghentikan sendiri suntikan
insulin, tidak tahu bahwa dirinya sakit diabetes mellitus, mendapat infeksi
atau penyakit berat lainnya seperti kematian otot jantung, stroke, dan
sebagainya.
Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel akan
berkurang juga .Disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak
41
terkendali. Kedua faktor ini akan menimbulkan hiperglikemi. Dalam upaya
untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan dari dalam tubuh, ginjal akan
mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium
dan kalium). Diuresis osmotik yang ditandai oleh urinasi yang berlebihan
(poliuri) akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangna elektrolit. Penderita
ketoasidosis diabetik yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 L air dan
sampai 400 hingga 500 mEq natrium, kalium serta klorida selama periode
waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (lipolisis) menjadi
asam-asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah
menjadi badan keton oleh hati. Pada ketoasidosis diabetik terjadi produksi
badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang
secara normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut. Badan keton
bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton akan
menimbulkan asidosis metabolik.
41
Skema Patofiologi
Defisiensi Insulin
Penggunaan Katabolisme
Glukosa Protein Glikogenosis Liposis
Glikoneogenesis
Meningkat
Kehilangan Elektrolit
Diuresis Osmotik Urine Ketogenesis Meningkat
Dehidrasi/Hemokonsentrasi
Ketonuria Meningkat
Ketonemia Meningkat
Hiperosmolaritas Penipisan Volume Ketoasidosis
syok
Koma Asidosis Metabolik
41
E.Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
a. Mukosa bibir kering
b. Turgor kulit kering
c. BB menurun
d. Anoreksia
e. Pandangan kabur
f. Kelemahan
g. Koma atau penurunan kesadaran.
h. Mata cekung
2 Palpasi
a. denyut nadi lemah dan cepat.
b. Nyeri tekan pada abdomen
3.Auskultasi
F.DIAGNOSTIK
41
1. Pemeriksaan diagnostik untuk ketoasidosis diabetik dapat
dilakukan dengan cara:
a) Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dl).
Biasanya tes ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar
glukosa meningkat dibawah kondisi stress.
b) Gula darah puasa normal atau diatas normal.
c) Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.
d) Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
e) Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan
ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan propensitas pada
terjadinya aterosklerosis.
Fase I/Gawat :
1. Rehidrasi
a) Berikan cairan isotonik NaCl 0,9% atau RL 2L loading
dalam 2 jam pertama, lalu 80 tpm selama 4 jam, lalu 30-50
tpm selama 18 jam (4-6L/24jam)
b) Atasi syok (cairan 20 ml/kg BB/jam)
c) Bila syok teratasi berikan cairan sesuai tingkat dehidrasi
d) Rehidrasi dilakukan bertahap untuk menghindari herniasi
batang otak (24 – 48 jam).
e) Bila Gula darah < 200 mg/dl, ganti infus dengan D5%
41
f) Koreksi hipokalemia (kecepatan max 0,5mEq/kgBB/jam)
g) Monitor keseimbangan caira
2. Insulin
a) Bolus insulin kerja cepat (RI) 0,1 iu/kgBB (iv/im/sc)
b) Berikan insulin kerja cepat (RI) 0,1/kgBB dalam cairan
isotonic
c) Monitor Gula darah tiap jam pada 4 jam pertama,
selanjutnya tiap 4 jam sekali
d) Pemberian insulin parenteral diubah ke SC bila : AGD < 15
mEq/L ³250mg%, Perbaikan hidrasi, Kadar HCO3
Batas fase I dan fase II sekitar GDR 250 mg/dl atau reduksi
Fase II/Maintenance:
1. Cairan maintenance
a) nacl 0.9% atau D5 atau maltose 10% bergantian
41
b) Sebelum maltose, berikan insulin reguler 4IU
2. Kalium
Perenteral bila K+ 240 mg/dL atau badan terasa tidak enak.
3. Pemeriksaan Laboratorium
1.Glukosa.
Kadar glukosa dapat bervariasi dari 300 hingga 800 mg/dl. Sebagian
pasien mungkin memperlihatkan kadar gula darah yang lebih rendah
dan sebagian lainnya mungkin memiliki kadar sampai setinggi 1000
mg/dl atau lebih yang biasanya bergantung pada derajat dehidrasi.
2.Natrium.
3.Kalium.
Ini perlu diperiksa sering, sebagai nilai-nilai drop sangat cepat dengan
perawatan.EKG dapat digunakan untuk menilai efek jantung ekstrem
di tingkat potasium.
4.Bikarbonat.
7.Keton.
8.β-hidroksibutirat.
9.Urinalisis (UA)
10.Osmolalitas
13.Kadar kreatinin
5. Tindakan Terapi
1. Atasi dehidrasi dengan pemberian cairan NaCl 0,9% atau 0,45%
jika osmolalitas serum tinggi
2. 30 menit pertama sebanyak 1000 ml (250 tetes/menit)
3. 30 menit kedua sampai keempat sebanyak 500 ml/30 menit.,
4. Jam ketiga dan keempat 500 ml/jam.
5. dokter jaga harus menilai keadaan klinis pasien untuk menentukan
jumlah dan kecepatan tetesan cairan yang diperlukan pasien.
6. Atasi asidosis metabolik dengan gangguan keseimbangan
elektrolit yang ditemukan Jika pH darah < 7,00, hipotensi, atau
keadaan pasien sakit berat, berikan bikarbonat: satu ampul meylon
(50 mEq/l) masukkan ke dalam 100 ml NaCl 0,45% IV sampai pH
darah mencapai 7,00. Selanjutnya 1 ampul Meylon 1000 ml NaCl
0,45% diberikan perlahan-lahan sampai pH mencapai 7,2 atau
lebih. Kemudian kecepatan tetesan diturunkan.
7. Pantau pernafasan Kussmaul: menghilang jika asidosis teratasi.
8. Perhatikan kemungkinan terjadinya edema otak (kesadaran
membaik, kemudian mundur lagi)
9. Berikan insulin reguler atau Actrapid atau Humulin netral (insulin
jernih).
41
10. Dosis awal 20 Unit atau 0,3 U/kg BB. IV atau IM (tidak boleh jika
pasien hipotensi).
11. Berikan [50 U + NaCl 0,9%] dengan tetesan 12 – 14 tetes per
menit
12. Pantau KGD setiap jam: jika KGD mencapai 250 mg.dl stop infus
insulin (umumnya pasien mulai sadar)
13. Pantau pH atau kadar bikarbonat serum, dan kadar K + setiap 2
jam.
14. Laporkan hasil dan perkembangan penyakit pasien kepada dokter
jaga.
15. Berikan antibiotik yang sesuai, jika ada kecurigaan terhadap
infeksi sebagai pencetus terjadinya koma ketoasidosis diabetik.
G.Komplikasi
penderita tidak merasa bila kakinya terluka, kena bara api atau
tersiram air panas. Dengan demikian luka kecil cepat menjadi besar
dan tidak jarang harus berakhir dengan amputasi.
4.Kelainan Jantung.
41
Terganggunya kadar lemak darah adalah satu faktor timbulnya
aterosklerosis pada pembuluh darah jantung. Bila diabetesi
mempunyai komplikasi jantung koroner dan mendapat serangan
kematian otot jantung akut, maka serangan tersebut tidak disertai rasa
nyeri.Ini merupakan penyebab kematian mendadak.Selain itu
terganggunya saraf otonom yang tidak berfungsi, sewaktu istirahat
jantung berdebar cepat.Akibatnya timbul rasa sesak, bengkak, dan
lekas lelah.
5. Hipoglikemia.
Hipoglikemia terjadi bila kadar gula darah sangat rendah. Bila
penurunan kadar glukosa darah terjadi sangat cepat, harus diatasi
dengan segera. Keterlambatan dapat menyebabkan
kematian.Gejala yang timbul mulai dari rasa gelisah sampai berupa
koma dan kejang-kejang
6. Impotensi.
Sangat banyak diabetisi laki-laki yang mengeluhkan tentang
impotensi yang dialami.Hal ini terjadi bila diabetes yang diderita telah
menyerang saraf. Keluhan ini tidak hanya diutarakan oleh penderita
lanjut usia, tetapi juga mereka yang masih berusia 35 – 40 tahun.
Pada tingkat yang lebih lanjut, jumlah sperma yang ada akan menjadi
sedikit atau bahkan hampir tidak ada sama sekali. Ini terjadi karena
sperma masuk ke dalam kandung seni (ejaculation retrograde).
7.Hipertensi.
41
Karena harus membuang kelebihan glokosa darah melalui air seni,
ginjal penderita diabetes harus bekerja ekstra berat.Selain itu tingkat
kekentalan darah pada diabetisi juga lebih tinggi. Ditambah dengan
kerusakan-kerusakan pembuluh kapiler serta penyempitan yang
terjadi, secara otomatis syaraf akan mengirimkan signal ke otak untuk
menambah takanan darah.
Untuk itu makanan yang sudah ditelan terasa tidak bisa lancar turun
ke lambung.
10.Gangguan infeksi.
41
H.Penatalaksanaan
1.Cairan.
Pasien penderita KAD biasanya mengalami depresi cairan yang hebat. NaCl
0,9 % diberikan 500-1000 ml/jam selama 2-3 jam. Pemberian cairan normal
salin hipotonik (0,45 %) dapat digunakan pada pasien-pasien yang menderita
hipertensi atau hipernatremia atau yang beresiko mengalami gagal jantung
kongestif. Infus dengan kecepatan sedang hingga tinggi (200-500 ml/jam)
dapat dilanjutkan untuk beberapa jam selanjutnya.
2.Insulin.
3.Potassium.
J.Pencegahan
41
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
DIABETIK KETOASIDOSIS
A.PENGKAJIAN
I. Identitas
Nama :
Alamat :
Pekerjaan :
Perlu ditanyakan riwayat klien pernah mengalami sakit apa saja dan
usaha/tindakan pasien untuk mengurangi dan mengantisipasi penyakit
tersebut.
V.Pemeriksaan Diagnostik
Urin : gula dan aseton positif , berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat
1 .Aktivitas / Istrahat
3.Integritas/ Ego
4.Eliminasi
5.Nutrisi/Cairan
6.Neurosensori
7.Nyeri/kenyamanan
8.Pernapasan
9.Keamanan
10.Seksualitas
11.Penyuluhan/pembelajaran
stroke,hipertensi
fenobarbital )
41
B.DIAGNOSA KEPERAWATAN
C.INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa I
Batasankarakteristik :
Kriteria Hasil :
Intervensi Rasional
1. Pantau tanda-tanda vital dan 1. Hipovolume dapat
catat adanya perubahan dimanefestasikan oleh
tekanan darah hipotensi dan takikardi
2. Paru-paru mengeluarkan
2. Pantau pola asam karbonat melalui
penafasan( kusmaul atau bau pernafasan yang
keton) menghasilkan kompensasi
alkalosis respiratorik.
3. Pantau frekuensi pernafasan 3. Koreksi hiperglikemia dan
penggunaan otot babtu nafas asidosis akan menyebabkan
pola dan frekuensi pernafasan
mendekati normal.
4. Pantau suhu,warna kulit dan 4. Demam,menggigil dan
kelembaban diaporesis merupakan hal
41
umum terjadi pada proses
5. Ukur berat badan infeksi
5. Memberikan hasil pengkajian
yang terbaik dari status cairan
6. Observasi nadi 6. Merupakan indikator dan
perifer,CRT,turgor kulit dan tingkat dehidrasi atau volume
membrane mukosa sirkulasi yang adekuat
7. Mempertahankan dehidrasi
7. Pertahankan pemberian cairan atau volume sirkulasi
2500 mL/hari 8. Mengindari pemanasan yang
berlebihan terhadap klien
8. Beri lingkungan nayaman lebih lanjut akan menimbulkan
kehilangan cairan
9. Tipe dan jumlah dan cairan
9. Kolaborasi dalam pemberian
tergantung pada derajat
cairan sesuai indikasi
kekurangan cairan
Diagnosa II
Peruban nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakcukupan
insulin, penurunan meruasukan oral, status hipermetabolisme.
Batasan karakteristik :
41
1. Klien melaporkan masukan butrisi tidak adekuat, kurang nafsu makan
2. Penurnan berat badan, kelemahan, tonus otot buru
3. Diare
Kriteria hasil :
1. Klien mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat
2. Menunjukkan tingkat energi biasanya
3. Mendemonstrasikan berat badan stabil atau penambahan sesuai
rentang normal
Intervensi Rasional
1. Timbang berat badan 1. Mengkaji pemasukan
sesuaiindikasi makanan yang adekuat
2. Tentukan program diet dan 2. Mengidentifikasi kekurangan
pola makan pasien dan penyimpanan dari
3. Auskukltasi bising usus,catat kebutuhan terapeutik
adanya nyeri abdomen atau 3. Hiperglikemia dan kekuranga
mual muntah,pertahankan elektrolit dapat menurunkan
keadaan puasa sesuai motivasi
indikasi 4. Pemberian makanan lewat
4. Beri makan cair yang oral lebih baik jika klien
mengandung nutrisi dan sadar dan fungsi
elektrolit,identifikasi gastrointestinal baik
makanan yang di sukai 5. Memberi informasi dan
5. Libatkan keluarga dalam pemahaman kepada
perencanaan diet keluarga tentang die klien
6. Observasi tanda-tanda 6. Metabolisme karbohitdrat
hipoglikemia mulai terjadi dan gula darah
41
7. Tentukan program diet dan akanberkurang
pola makan pasienkolaborasi 7. Mengidentifikasikan
dalam pemeriksaan gula kekurangan dan
darah dengan menggunakan penyimpangan darah
finger stick kebutuhan terapeutik
8. Pantau pemeriksaan 8. Analisa di tempat tidur
laboratoriumseperti gulosa terhadap gula darahlebih
darah akurat dari pada memantau
gula darah dalam urine gula
darah akan menurun
perlahan dengan
penggunaan cairan dan
terapi insulin trekontrol
Diagnosa III
Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan peningkatan
kadar glukosa, penurunan fungsi lekosit, perubahan pada sirkulasi.
Hasil yang diharapkan:
Mengidentifikasikan intervensi untuk mencegah/menurunkan
resiko,mendemostrasikan teknik,perubahan gaya hidup untuk mencegah
terjadinya infeksi
Intervensi Rasional
1. Obsevasi tanda-tanda 1. Untuk mendeteksi, mencegah
infeksi dan peradangan, timbulnya infeksi silang
seperti 2. Kadar glukosa yang tinggi dalam
demam,kemerahan,adany darah akan menjadi media terbaik
41
a pus pada luka,sputum bagi pertumbuhan kuman
purulent,urine warna 3. Kebersihan diri yang baik
keruh atau berkabut. merupaka salah satu cara untuk
2. Tingkatkan upaya mencegah infeksi kuman
pencegahan dengan 4. Diet yang tepat dan latihan fisik
melakukan cuci tangan yang cukup dapat meningkatkan
baik semua orang yang daya tahan tubuh
berhungan dengan pasien 5. Mengurangi resiko terjadinya isk
3. Pertahankan teknik klien koma mungkin resiko yang
aseptic pada prosedur khusus jika terjadi retensi urine
invasive berikan pada saat awal dirawat
perawatan kulit dengan 6. Memberikan kemudahan bagi paru
teratur dan jaga kulit agar untuk berkembang menurunkan
tetap kering terjadinya aspirasi
4. Ajarkan klien teknik
aseptic untuk selalu 7. Kadar glukosa yang tinggi dapat
menjaga kebersihan menjadi media pertumbuhan
dirinya selama perawatan kuman
5. Anjurkan klien untuk
mentaati diet,latihan
8. Menurunkan kemungkinan
fisik,pengobatan yang
terjadinya infeksi
ditetapkan
6. Pasang kateter dan
lakukan perawatan 9. Meningkatkan aliran urine untuk
perianal dengan baik mencegah urine statis dan
7. Berikan posisi semi fowler membantu dalm mempertahankan
8. Pertahankan teknik ph
aseptic saat prosedur
41
invasive
9. Anjurkan untuk makan
dan minum secara
adekuat dan
10. Penangan awal dapat membantu
mempertahankannya
mencegah timbulnya sepsis
10. Kolaborasi untuk
pemberitahuan obat
antibiotic yang sesuai
Diagnosa IV
41
Resiko tinggi terhadap perubahan sensori-perseptual berhubungan dengan
ketidkseimbangan glukosa/insulin dan/atau elektrolit
Intervensi Rasional
1. Pantau tanda-tanda vital dan 1. Sebagai dasar untuk
status mental membandingkan temuan
2. Orientasikan kembali sesuai abnormal seperti suhu meningkat
dengan kebutuhan pada dapat mempengaruhi fungsi
klien,missal: orang,tempat atau mental
waktu 2. Menurunkan kebingungan dan
membantu untuk
3. jadwalkan intervensi mempertahankan kontak realitas
keperawatan agar tidak 3. meningkatkan tidur,menurunkan
mengganggu waktu istirahat rasa letih,dan mempertahankan
klien daya fikir
4. Membantu memelihara klien
4. Pelihara aktivitas rutin klien
tetap berhubungan dengan
sekonsisten mungkin dan
realiotas dan mempertahankan
motivasi untuk melakukan
orientasi lingkungan
kegiatan sehari-hari sesuai
5. Disorentasi merupakanawal dari
dengan kemampuannya
kemungkinan cidera terutama
pada malam hari dan perlu
pencegahan sesuai indikasi
6. Edema lepasnyaretina hemoragik
41
katarak paralisis otot ekstraokuler
5. Lindungi pasien dari
sementara mengganggu
cideraketika tingkat kesadaran
penglihatan yang memerlukan
pasien terganggu
terapikorektif,
Diagnosa V
41
Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis, dan pengoobatan
berhubungan dengan kesalahan menginterpretasi informasi, tidak mengenal
sumber informasi
Intevensi Rasional
1. Ciptakan lingkungan saling 1. Menanggapi dan
percaya dengan memperhatikan perlu
mendengarkan dan selalu ada diciptakan sebelum klien
untuk pasien bersedia mengambil bagian
dalam proses keperawatan
2. Bekerja dengan pasien 2. Partisispasi dalm perencanaan
dengan menata tujuan belajar meningkatkan antusias dan
yangdi harapkan kerjasama klien dengan
perawat
3. Pilih strategi belajar seperti
3. Penggunaan cara yang
teknik demonstrasi dan
berbeda tentang mengaskes
membiarkan pasien
informasi,meningkatkan
mendemonstrasikan ulang
penyerapan pada individu
4. Diskusikan topic-topik yang yang belajar
utama 4. Memberikan pengetahuan
dasar dimana klien dapat
5. Diskusikan cara pemeriksaan
41
membuat pertimbangan dalam
gula darah
memilih gaya hidup
D.IMPLEMENTASI
E.EVALUASi
41
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi
metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia, asidosis dan
ketosis, terutama disebabkan oleh defisiensi insulin absolut
atau relatif.
2. Tanda dan Gejala
a. Poliuri dan polidipsi (peningktan rasa haus)
b. Penglihatan yang kabur
c. Kelemahan
d. Sakit kepala
e. Pasien dengan penurunan volume intravaskuler yang
nyata mungkin akan menderita hipotensi ortostatik
(penurunan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg
atau lebih pada saat berdiri).
f. Penurunan volume dapat menimbulkan hipotensi yang
nyata disertai denyut nadi lemah dan cepat.
g. Anoreksia, mual, muntah dan nyeri abdomen.
41
h. Pernapasan Kussmaul ini menggambarkan upaya tubuh
untuk mengurangi asidosisuna melawan efek dari
pembentukan badan keton.
i. Mengantuk (letargi) atau koma.
j. Glukosuria berat.
k. Asidosis metabolik.
l. Diuresis osmotik, dengan hasil akhir dehidrasi dan
penurunan elektrolit.
m. Hipotensi dan syok.
n. Koma atau penurunan kesadaran.
3. EtiologiInsulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis yang
dikurangi.
a. Keadaan sakit atau infeksi.
b. Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak
terdiagnosis dan tidak diobati.
c. Stress fisik dan emosional; respons hormonal terhadap
stress mendorong peningkatan proses katabolik .
Menolak terapi insulin
4. kompikasi Ginjal diabetik ( Nefropati Diabetik )
a. Ginjal diabetic
b. Kebutaan ( Retinopati Diabetik )
c. Syaraf ( Neuropati Diabetik )
d. Kelainan Jantung
e. Hipoglikemia.
f. Impotensi
g. Hipertens
B. Saran
1. Untuk dapat melakukan pengkajian dengan baik dan mendapatkan
data yang akurat hendaknya kita meningkatkan kemampuan
41
interpersonal dan menyiapkan sarana dan prasarana dengan baik,
hal ini yang harus dikaji adalah secara menyeluruh jangan hanya
berfokus kepada penyakitnya saja.
2. Didalam pelaksanaan tindakan keadaan kegawat daruratan
hendaknya tidak hanya mengacu pada teori saja tetapi pada
keadaan yang nyata sedang terjadi pada saat itu sebab hal
tersebut sangat berpengaruh terhadap proses penanganan lanjut
juga kelangsungan hidup pasien dan sangat berguna dalam
membantu proses penyembuhan pasien.
3. Didalam menyusun rencana tindakan hendaknya mengacu pada
teori-teori yang ada hubungannya dengan masalah yang sedang
dihadapi oleh klien.
4. Didalam pelaksanaan tindakan keperawatan baik dalam keadaan
darurat maupun saat perawat berada di sarana kesehatan
hendaknya selalu melibatkan klien dan keluarganya dan jangan
lupa untuk inform consent dulu sebelum melakukan tindakan yang
sifatnya invasive.
5. Untuk mengatasi masalah yang belum teratasi perlu dibuat
modifikasi rencana tindakan yang harus disampaikan kepada
perawat ruangan yang melakukan perawatan selanjutnya,
sehingga masalah yang belum teratasi dapat diatasi seluruhnya.
6. Kepada semua perawat hendaknya setiap selesai melakukan
tindakan harus mendokumentasikannya karena dokumentasi
keperawatan merupakan pertanggungan gugat terhadap tindakan
perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Price, Sylvia (1990), Patofisiologi dan Konsep Dasar Penyakit , EGC, Jakarta
41
LAMPIRAN GAMBAR
41
Diabetik Ketoasidosis
41
41