KETOASIDOSIS
Oleh :
Kelompok 1
Dosen Pembimbing :
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehungga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada Baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan
nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Keperawatan Kritis dengan judul “ Asuhan Keperawatan pada Ketoasidosis
Diabetik “.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
(Penulis)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah komplikasi akut yang mengancam jiwa
seorang penderita diabetes mellitus yang tidak terkontrol. Ketoasidosis diabetik
(KAD)adalah keadaan dekompensasi metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia,
asidosis dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau relatif.
Kondisi kehilangan urin, air, kalium, amonium, dan natrium menyebabkan
hipovolemia, ketidakseimbangan elektrolit, kadar glukosa darah sangat tinggi, dan
pemecahan asam lemak bebas menyebabkan asidosis dan sering disertai koma.
KAD merupakan komplikasi akut diabetes melitus yang serius dan membutuhkan
pengelolaan gawat darurat (Tarwoto,2012).
Data komunitas di Amerika Serikat, Rochester, menunjukkan bahwa insiden
KAD sebesar 8/1000 pasien DM per tahun untuk semua kelompok umur, sedangkan
untuk kelompok umur kurang dari 30 tahun sebesar 13,4/1000 pasien DM per
tahun. Sumber lain menyebutkan insiden KAD sebesar 4,6 – 8/1000 pasien DM per
tahun. KAD dilaporkan bertanggung jawab untuk lebih dari 100.000 pasien yang
jdirawat per tahun di Amerika Serikat. Walaupun data komunitas di Indonesia
belum ada, agaknya insiden KAD di Indonesia tidak sebanyak di negara barat,
mengingat prevalensi DM tipe 1 yang rendah. Laporan insiden KAD di Indonesia
umumnya berasal dari data rumah sakit dan terutama pada pasien DM tipe 2
(Tarwoto,2012).
Pasien dengan KAD sering dijumpai dengan penurunan kesadaran, bahkan
koma (10% kasus). Beberapa faktor yang dapat berperan dalam terjadinya KAD
yaitu diabetes mellitus yang tidak terkontrol, infeksi dan riwayat stroke
(Tarwoto,2012).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu ketoasidosis ?
2. Bagaimana anatomi fisiologi dari ketoasidosis tersebut ?
3. Bagaimana etiologi dari ketoasidosis tersebut ?
4. Bagaimana patofisiologis dari ketaoasidosis tersebut ?
5. Apa manifestasi klinis dari ketoasidosis tersebut ?
6. Pemeriksaan penunjang apa saja yang harus dilakukan pada ketoasidosis ?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari ketoasidosis ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada ketoasidosis ?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian ketoasidosis
2. Mengetahui anatomi fisiologi dari ketoasidosis
3. Mengetahui etiologi dari ketoasidosis
4. Mengetahui patofisiologis dari ketaoasidosis
5. Mengetahui manifestasi klinis dari ketoasidosis
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan pada ketoasidosis
7. Mengetahui penatalaksanaan dari ketoasidosis
8. Mengetahui asuhan keperawatan pada ketoasidosis
BAB II
PEMBAHASAN
B. ANATOMI FISIOLOGIS
1. Anatomi Pankreas
Menurut Tarwoto (2009), pankreas berhimpitan sebelah atas dengan
duodenum, melintang di atas jejunum sampai dengan ginjal kiri ( bagian cauda dari
pancreas ).Pankreas secara permukaan terdiri dari bagian:
a. Caput. ( menempel pada duodenum )
b. Corpus.
c. Cauda ( yang bersinggungan dengan ginjal bagian kiri ).
Di dalamnya ( pancreas ) terdapat saluran yang di sebut ductus pankreaticus
yang terletak sepanjang pancreas ( mulai dari caput, corpus sampai cauda ). Cabang-
cabang dari ductus pankreaticus yang halus bergabung menjadi ductus pankreaticus
Wirsungi. Pada beberapa orang terdapat ductus pankreaticus asesorius ( ductus
Santorini ). Ductus pankreaticus kemudian bermuara pada duodenum tepatnya pada
papilla duodeni major dan papilla duodeni minor.
Bagian pancreas yang mesekresikan getah adalah kelenjar alveolus yang
bentuknya seperti kelenjar saliva. Di dalanm kelenjar alveolus berbentuk granula –
granula yang berisi enzim ( granula zimogen ). Kelenjar tersebut di keluarkan dari
aspek sel menuju alumen ductus pankreaticus yang kemudian menuju ke lumen
duodenum.
Insulin dihasilkan oleh pulau – pulau Langerhans pancreas, baik yang
terdapat caput, corpus maupun cauda pancreas . Pulau – pulau Langerhans
merupakan kumpulan sel yang berbentuk ovoud. Pada manusia terdapat 1 – 2 juta
pulau – pulau Langerhans. Sel – sel pada pulau Langerhans di golongkan beberapa
jenis yaitu sel A ( disebut juga alfa ), B ( disebut juga beta ), D ( disebut juga delta )
dan F. Sel B yang merupakan bagian terbanyak dari pulau – pulau Langerhans ( 60
– 70 persen ) terletak di tengah pulau. Adapun hasil yang disekresikan masing –
masing bagian sel antara lain: sel A mensekresikan glucagon, sel B mensekresikan
insulin, sel D mesekresikan somaotstatin, dan sel F mensekresikan polipeptida
pancreas.
Produk yang di hasilkan oleh kelenjar pancreas akan disalurkan melalui
duktur / saluran ( eksokrin ). Sedangkan produk dari pulau – pulau Langerhans
langsung ikut dalam aliran darah ( endokrin ). Pankreas mendapat nutrisi dan
oksigenasi melalui percabangan arteri dari arteri hepatica comunis, arteri splenic,
arteri mesenterica. Sedangkan pembuluh darah baliknya melalui vena gastro
duodenalis, vena gastric sinistra dan vena hepatica.
2. Fisiologi Pankreas
Menurut Syaifuddin (2006), fisiologi pankreas meliputi :
a. Getah Pankreas ( eksokrin )
Getah pancreas bersifat basa dengan komposisi: HCO3 9 ( asam ) dengan
kadar 113 meq/L. Setiap hari disekresikan sekitar 1500mL getah pancreas. Sekresi
getah pancreas bersama dengan sekresi empedu dan getah usus berefek pada
penetralan asam lambung dan menaikkan PH duodenum menjadi 6,0 – 7,0. Di
dalam getah pancreas terdapat tripsinogen yang di ubah menjadi enzim aktif tripsin.
Trpsin berfungsi untuk mengubah kimotripsinogen menjadi kimitripson yang
merangsang kerja enzim enteropeptidase. Defenisi enteropeptidase akan
mengakibatkan kelainan congenital dan malnutrisi protein.
b. Endokrin Pankreas
Susunan insulin terdiri dari pioipeptida yang mengandung dua mata rantai
asam amino yang di hubungkan dengan jembatan disulfide. Insulin dibentuk di
kulum endoplasmic sel B. Insulin kemudian di kemas di apparatus golgi dalam
sebuah granula. Granula ini yang kemudian bergerak ke membrane plasma. Insulin
kemudian di keluarkan melalui proses eksositosis kemudian melintasi lamina
basalis sel B menuju kapiler dan endotel kapiler yang berpori mencapai aliran
darah. Waktu paruh insulin dalam sirkulasi berlangsung selam 5 menit.
C. ETIOLOGI
Salah satu penyebab dari KAD adalah infeksi, namun beberapa penelitian
terbaru menunjukkan penghentian atau kurangnya dosis insulin dapat menjadi
faktor penyebab penting. Infeksi yang paling sering diketemukan adalah pneumonia
dan infeksi saluran kemih yang mencakup antara 30% sampai 50% kasus. Terdapat
sekitar 20% pasien KAD yang baru diketahui menderita DM untuk pertama kalinya.
Pada infeksi akan terjadi peningkatan sekresikortisol dan glukagon sehingga terjadi
peningkatan kadar gula darah yang bermakna. Selain itu penyakit medis lainnya
yang dapat menyebabkan KAD adalah penyalahgunaan alkohol, trauma, emboli
pulmonal dan infark miokard. Beberapa obat yang mempengaruhi metabolisme
karbohidrat juga dapat menyebabkan KAD diantaranya adalah kortikosteroid,
pentamidine, zat simpatomimetik, penyekat alpha dan beta serta penggunaan
diuretik berlebihan pada pasien lansia (Kitabchi, et al., 2004).
a) Infeksi
b) Penyakit kardiovaskular
c) Insulin inadekuat/stop
d) Diabetes awitan baru
e) Penyakit medis lainnya
F. PENATALAKSANAAN
Adapun penatalaksanaan dari KAD ini meliputi :
1. Cairan
Untuk mengatasi dehidrasi digunakan larutan garam. Berdasarkan perkiraan
hilangnya cairan pada KAD mencapai 100 ml/kg BB, maka pada jam pertama
diberikan 1-2 L. Keuntungan dari rehidrasi pada KAD untuk memperbaiki
perfusi jaringan dan menurunnkan hormon kontra regulator insulin.
2. Insulin
Terapi insulin harus segera dimulai sesaat setelah diagnosis KAD dan dehidrasi
yang memadai. Pemberian insulin yang dapat menurunkan kadar hormon
glukagon, sehingga dapat menekan produksi benda keton di pankreas.
3. Kalium
Pada awal KAD biasanya kadar ion K serum meningkat. Selama terapi KAD ion
K kembali ke dalam sel. Untuk mengantisipasi masuknya ion K ke dalam sel
serta memperthankan kadar K serum dalam batas normal.
4. Glukosa
Setelah dehidrasi awal 2 jam pertama, biasanya kadar glukosa darah akan turun.
Bila kadar glukosa mencapai > 200 mg maka dapat dimulai dengan infus yang
mengandung glukosa.
5. Bikarbonat
Terapi bikarbonat hanya dianjurkan pada KAD yang berat. Bikarbonat hanya
diberikan apabila pH < 7,1
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik pasien dengan KDA menurut Brunner & Suddart, 2002
meliputi :
a. Pemeriksaan kadar glukosa darah dapat bervariasi dari 300 s.d 800 mg/dL.
Sebagian pasien mungkin memperlihatkan kadar glukosa darah lebih rendah
dan sebagian lainnya mungkin memiliki kadar sampai lebih dari 1000
mg/dL.
b. Keton serum : + secara mendadak
c. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
d. Osmomalitas serum : meningkat tetapi biasanya < 330 mosm/L
e. Pemeriksaan AGD terdiri dari PH < 7,3 , HCO3 < 15 MEQ / L, PaCO2 10-
30 mmHg
f. Uriner : Gula dan keton positif
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah suatu langkah awal dalam proses keperawatan yang mana
dilakukan dengan pengumpulan data secara lengkap dengan tujuan terpecahnya
masalah keselamatan pasien serta dapat disimpulkan tindakan selanjutnya (Lingga,
2019)
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama pasien
c. Mual muntah
d. Riwayat penyakit sekarang
e. Riwayat penyakit dahulu
f. Menderita Diabetes Melitus
g. Riwayat kesehatan keluarga
h. Riwayat psikososial
Pemeriksaan Fisik
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala lemah. Letih, sulit bergerakberjalan, kram otot, tanus otot
menurun, gangguan istirahat atau tidur
Tanda tukikardia dan tikipnen panda keadaan istirahat atau aktifitas,
letargi disorientasikoma penurunan kekuatan otot.
2. Sirkulasi
Gejala: adanya riwayat hipertensi, im akut, kluudikasi, kebas dan
kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyemibahan yung
lama, takikantia
Tanda: perubahan tekatan darah postural, hipertensi, nadi yang
menurun atau tidak ada,distitmia, krekels, distensi vena jugularis,
kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung
3. Integritas/ Ego
Gejala: stress, tergantung: pada orang lain, masalah finatısial yang
berhubungan dengan kondisi
Tanda: ansietas, peka rangsangan
4. Eliminasi
Gejala: peruhahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri atau
terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), issk baru atau berulang, nyeri
tekan abdomen, diare
Tanda: urine encer, pucat, kuning, poliuri (dapat berkembung
menjadi oliguria'anuria, jika terjadi hipovolemia berat), urin
berkabut, batu busuk cinfeksi), abdomen keras, adanya asites, bising
usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare).
5. Nutrisi atau Cairan
Gejala: hilang nafsu makan, mual muntah, tidak mematuhi diet,
peningkattan masukan glukosa karbohidrat, penurunan berat badan
jebih dari beberapa hari atau minggu, haus, penggunaan diuretik
(thiazid)
Tanda: kulit kering atau bersisik, turgor jelek: kekakuan atatu
distensi abdomen, muntah.pembesaran tiroid (peningkatan
keburuhan metabolik dengan peningkatan gula darah), han halisitosis
atau manis, hau buah (napas aseton).
6. Neurosensori
7. Nyeri/kenyamanan
8. Pernapasan
Gejala: kulit kering, gatal, ulkus kulit tanda: demam, diaforesis, kulit
rusak, lesi atau ulserasi, menurunnya kekuatan umum/rentang erak,
parestesia atau paralisis otot termasuk, otot - otot pernapasan (jika
kadar kalium menurun dengan cukup tajam).
10. Seksualitas
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis tentang respon individu,
keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialami baik aktual ataupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentivikasi respon klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi
yang berkaitan dengan kesehatan (SDKI, 2017).
Diagnosis keperawatan adalah setepat data yang ada katena ditunjang oleh
data terbaru yang dikumpulkan. Diagnosis keperawatan ini mencatat bagaimana
situasi pasien pada saat itu dan harus mencerminkan perubahan yang terjadi pada
kondisi pasien. Indentifikasi masalah dan penentuan diagnostik yang akurat
memberikan dasar untuk memilih intervensi keperawatan. Berdasarkan (Doenges,
2014), diagnosis keperawatan yang di dapatkan pada klien dengan Ketoasidosis
Diabetikum adalah:
C. INTERVENSI
Intervensi adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi dalam
dingnosis keperawatan (Budiona, 2016). Perencanaan merupakan tahap ketiga dari
proses keperawatan yang dimulai setelah data-data yang terkumpul sudah dianalisa.
Berdasarkan diagnosis keperawatan yang disusun di atas, berikut rencana
keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan Diabetes Melitus berdasarkam
diagnosis yang telah ditentukan menurut Doenges (Doenges, 2014) adalah sebagai
berikut:
1. Kekurangan volume
Cairan dapat dihubungkan dengan diuresi osmotic, kehilangan gastrik
peberlebihan: diare, muntah dan masukan dibatasi: mual, kacau mental.
Kemungkinan dibuktikan oleh :
1) Peningkatan haluaran urine, urine encer
2) Kelemahan; haus; penurunan berat badan tiba-tiba
3) Kulitimembrane mukosa kering, turgor kulit buruk
4)Hipotensi, takikardia, pelambatan pengisian kapiler Hasil yang
diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan:
Mendemontrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh ltanda vital stabil, nadi periter
dapat diraba, turgor kulit dan pengisian lapiler baik, haluaran urine tepat secara
individu, dan kadar eletrolit dalam batas normal
Rencana Tindakan:
Dapatkan riwayat pasien atau orang terdekat sehubungan dengan
lamanya/intensitas. Dari gejala seperti muntah, pengeluaran urin yang sangat
berlebihan
Rasional:
Membantu dalam memperkirakankekurangan volume total.
Tanda dan gejala mungkin sudah ada pada beberapa waktu sebelumya
(beberapa jam sampai beberapa hari). Adanya proses infeksi mengakibatkan demam
dan keadaan hipermetabolik yang meningkatkan kehilangan tidak kasat mata.
1. Pantau tanda-tanda vital, nadi tidak teratur dan catat adanya perubahan TD
Rasional: Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.
Perkiraan berat ringannya hypovolemia dapat dibuat ketika tekanan darah
sistolik pasien turun lebihdari 10 mmHg dari posisi berbaring ke posisi duduk
berdiri. Catatan: neuropati jantung dapat memutuskan refleks-refleks yang
secara normal meningkatkan denyut jantung.
2. Pantau pola nafas seperti adanya penafasan kusmaul.
Rasional: Paru-paru mengeluarkan asam karbonat melalui pernapasan yang
menghasilkan kompensasi alkalosis respiratorik terhadap keadaan ketoasidosis.
Pernafasan yang berbau aseton berhubungan pemecahan asam aseto-asetat dan
harus berkurang dan harus berkurang bila ketosis harus terkoreksi.
3. Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas. Rasional:
Koreksi hiperglikemia dan asidosis akan menyebabkan pola dan frekuensi
pernafasan mendekati normal. Tetapi peningkata kerja pernapasan: pernapasan
dangkal, pernapasan cepat dan munculnya sianosis
4. Suhu, warna kulit atau kelembabannya.
D. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan pelaksanaan atau perwujudan dari intervensi yang
sudah ditetapkan dengan tujuan yang sama yaitu untuk memenuhi kebutuhan pasien
dan meningkatkan status kesehatannya (Beatrik Yeni Sampang, 2017).
E. EVALUASI
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya
perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas proses
keperawatan mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan (Mubarak,
2011).
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Sebaiknya mahasiswa keperawatan paham dan mengerti tentang materi
KAD (ketoasidosis diabetik) ini
DAFTAR PUSTAKA