“ OSTEOPOROSIS “
Disusun Oleh :
Kelompok 8
Dosen Pembimbing :
2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
I. Latar Belakang
Penuaan sering di ikuti dngan penurunan kualitas hidup sehingga status lansia dalam
kondisi sehat atau sakit. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari
proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi
dengan stress lingkungan.Penurunan kemampuan berbagai organ, fungsi, dan system tubuh
ada umumnya tanda proses menua mulai tampak sejak usia 45 tahun dan akan menimbulkan
masalah pada usia sekitar 60 tahun.
Menurut WHO, osteoporosis menduduki peringkat kedua, di bawah penyakit jantung
sebagai masalah kesehatan utama dunia. Menurut data internasional Osteoporosis
Foundation, lebih dari 30% wanita diseluruh dunia mengalami resiko seumur hidup untuk
patah tulang akibat osteoporosis, bahkan mendekati 40%. Sedangkan pada pria, resikonya
berada pada angka 13%.
Lanjut usia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. (Nugroho,
2000).
Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Walaupun demikian,
memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut
usia.
Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa,
misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan tulang, jaringan pada otot, susunan syaraf,
dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit.Penyebab osteoporosis dipengaruhi
oleh berbagai faktor dan pada individu bersifat multifaktoral seperti gaya hidup tidak sehat,
kurang gerak/tidak berolah raga serta pengetahuan mencegah osteoporosis yang kurang
akibat kurangnya akibat akti vitas fisik yang dilakukan sehari-hari mulai anak-anak sampai
dewasa, serta kurangnya asupan kalsium, maka kepadatan tulang menjadi rendah sampai
terjadinya osteoporosis.
Persoalan osteoporosis pada lansia erat sekali hubungannya dengan kemunduran
produksi beberapa hormone pengendali remodeling tulang, seperti Kalsitonim dan hormone
seks. Dengan bertambahnya usia, produksi beberapa hormone tersebut akan merosot, hanya
saja penurunan produksi beberapa osteoblast, sehingga memungkinkan terjadinya
pembentukan tulang, akan mengendur aktivitasnya setelah seseorang menginjak usia ke 50
disusul tahun terakhir adalah testosterone pada kurun waktu usia 48 – 52. Persoalan besar
akan muncul juga jika terjadi gangguan dalam keseimbangan kedua proses itu, seperti yang
terjadi pada osteoporosis. Dalam osteoporosis proses demineralisasi lebih cepat dan lebih
tinggi dibandingkan dengan proses meneralisasi. Resikonya terjadilah pengeroposan tulang.
Tulang akan kehilangan masa dalam jumlah besar sehingga kekuatannya pun merosot drastis.
Kondisi ini tentu tidak bisa diabaikan begitu saja penurunan sepersepuluh kepadatan tulang
saja menimbulkan resiko patah tulang 2 – 3 kali lebih sering, jika kondisi ini dibiarkan resiko
terjadi patah tulang sulit dihindari. Proses tidak seimbang bisa muncul secara alamiah seperti
akibat pengaruh usia lanjut, menopause, gangguan hormonal, dan ketidak aktifan tubuh.
III. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 45 menit, para lansia diharapkan dapat
mengetahui mengenai Osteoporosis.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan, peserta dapat menjelaskan kembali tentang :
a. Pengertian Osteoporosis
b. Tanda dan gejala Osteoporosis
c. Faktor dan resiko yang mempengaruhi Osteoporosis
d. Pencegahan Osteoporosis
V. MATERI
1. Pengertian osteoporosis.
2. Tanda dan gejala osteoporosis.
3. Faktor yang mempengaruhi osteoporosis.
4. Cara mencegah osteoporosis.
5. Makanan yang baik untuk mencegah osteoporosis.
C. Evaluasi Hasil
1. Peserta mampu menjelaskan pengertian osteoporosis dengan benar.
2. Peserta mampu menyebutkan tanda dan gejala menopause dengan benar.
3. Peserta mampu menyebutkan faktor resiko penyebab osteoporosis dengan benar.
4. Peserta mampu menjelaskan bagaimana cara mencegah osteoporosis dengan
benar.
5. Peserta mampu menjelaskan makanan yang dianjurkan untuk mencegah
osteoporosis denganbenar.
LAMPIRAN MATERI OSTEOPOROSIS
A. Pengertian Osteoporosis
Banyak orang berpikir bahwa osteoporosis terjadi secara alami dan tidak dapat
dihindari karena bagian dari penuaan. Meski begitu, ahli medis menyakini kalau
osteoporosis sebenarnya bisa dicegah. Bahkan orang yang sudah menderita
osteoporosis dapat melakukan pencegahan atau memperlambat perkembangan penyakit
tersebut dan menurunkan risiko terjadinya patah tulang kembali.
Penyebab osteoporosis bersumber dari faktor resiko yang dapat dikelompokkan menjadi
2, yaitu:
a. Jenis Kelamin
Kaum wanita mempunyai faktor risiko terkena osteoporosis lebih besar
dibandingkan kaum pria. Hal ini disebabkan pengaruh hormon estrogen yang mulai
menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun.
b. Usia
Semakin tua usia, risiko terkena osteoporosis semakin besar karena secara alamiah
tulang semakin rapuh sejalan dengan bertambahnya usia. Osteoporosis pada usia
lanjut terjadi karena berkurangnya massa tulang yang juga disebabkan menurunnya
kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium.
c. Ras
Semakin terang kulit seseorang, semakin tinggi risiko terkena osteoporosis. Karena
itu, ras Eropa Utara (Swedia, Norwegia, Denmark) dan Asia berisiko lebih tinggi
terkena osteoporosis dibanding ras Afrika hitam. Ras Afrika memiliki massa tulang
lebih padat dibanding ras kulit putih Amerika. Mereka juga mempunyai otot yang
lebih besar sehingga tekanan pada tulang pun besar. Ditambah dengan kadar hormon
estrogen yang lebih tinggi pada ras Afrika.
e. Riwayat keluarga
Jika ada nenek atau ibu yang mengalami osteoporosis atau mempunyai massa
tulang yang rendah, maka keturunannya cenderung berisiko tinggi terkena
osteoporosis.
f. Postur tubuh
Semakin mungil seseorang, semakin berisiko tinggi terkena osteoporosis.
Demikian juga seseorang yang memiliki tubuh kurus lebih berisiko terkena
osteoporosis dibanding yang bertubuh besar
g. Monopouse
Wanita pada masa menopause kehilangan hormon estrogen karena tubuh tidak lagi
memproduksinya. Padahal hormon estrogen dibutuhkan untuk pembentukan tulang
dan mempertahankan massa tulang. Semakin rendahnya hormon estrogen seiring
dengan bertambahnya usia, akan semakin berkurang kepadatan tulang sehingga terjadi
pengeroposan tulang, dan tulang mudah patah. Menopause dini bisa terjadi jika
pengangkatan ovarium terpaksa dilakukan disebabkan adanya penyakit kandungan
seperti kanker, mioma dan lainnya. Menopause dini juga berakibat meningkatnya
risiko terkena osteoporosis.
c. Merokok
Para perokok berisiko terkena osteoporosis lebih besar dibanding bukan perokok.
Telah diketahui bahwa wanita perokok mempunyai kadar estrogen lebih rendah dan
mengalami masa menopause 5 tahun lebih cepat dibanding wanita bukan perokok.
Nikotin yang terkandung dalam rokok berpengaruh buruk pada tubuh dalam hal
penyerapan dan penggunaan kalsium. Akibatnya, pengeroposan tulang/osteoporosis
terjadi lebih cepat.
d. Stress
Kondisi stres akan meningkatkan produksi hormon stres yaitu kortisol yang
diproduksi oleh kelenjar adrenal. Kadar hormon kortisol yang tinggi akan
meningkatkan pelepasan kalsium kedalam peredaran darah dan akan menyebabkan
tulang menjadi rapuh dan keropos sehingga meningkatkan terjadinya osteoporosis.
e. Minuman bersoda
Minuman bersoda ( softdrink ) mengandung fosfor dan kafein (caffein). Fosfor
akan mengikat kalsium dan membawa kalsium keluar dari tulang, sedangkan kafein
meningkatkan pembuangan kalsium lewat urin. Untuk menghindari bahaya
osteoporosis, sebaiknya konsumsi soft drink harus dibarengi dengan minum susu atau
mengonsumsi kalsium ekstra (Tandra, 2009).
D. Pencegahan Osteoporosis
Cauley JA, Hochberg MC, Lui LY et al (2007). "Long-term Risk of Incident Vertebral
Fractures".JAMA 298: 2761–2767.