Anda di halaman 1dari 18

KEPERAWATAN KOMUNITAS

Satuan Acara Penyuluhan Pada Kelompok Khusus Lansia Dengan Osteoporosis

Dosen Pengampu : Maria Ulfah, S.Kep, Ns., M.Kep. Sp. Kom

Kelas : 3A3 Reguler

Disusun Oleh :

Kelompok 7

1. Nadila Rizki Amalia P1337420619008


2. Ajeng Adani Widyaningrum P1337420619022
3. Laila Qothrunnada P1337420619042
4. Riyanti Setyo Anggraini P1337420619092
5. Riski Tri Widiyanto P1337420619094

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG DAN PROFESI NERS

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan bagi kelompok kami
sehingga dapat menyelesaikan makalah mengenai “Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Pada
Kelompok Khusus Lansia Dengan Osteoporosis” ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen Pengampu
kami, Ibu Maria Ulfah, S.Kep, Ns., M.Kep. Sp. Kom yang telah membimbing dalam menulis
makalah ini. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terimakasih.

Semarang, 10 Agustus 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Osteoporosis merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan
berkurangnya masa tulang dan ada perubahan mikroarsitektur jaringan tulang,
mengakibatkan menurunya kekuatan tulang, meningkatnya kerapuhan tulang,
dan resiko terjadinya patah (WHO, 2012). Dibandingkan dengan masyarakat
di negara-negara afrika, desintitas tulang masyarakat eropa dan asia lebih
rendah, sehinga mudah sekali mengalami osteoporosis.
Indonesia saat ini termasuk kedalam lima besar negara dengan jumlah
penduduk usia lanjut terbanyak di dunia. Menurut (Kemenkes, 2007)
melaporkan bahwa proporsi penderita osteoporosis pada penduduk yang
berusia di atas 50 tahun adalah 32,35% pada wanita dan 28,8% pada pria.
Terutama pada wanita setelah menopause, dimana ulang menjadi tipis, rapuh,
serta mudah patah akibat kekurangan kalsium (Dewa Gede Basudewa, 2009).
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Osteoporosis?
2. Apa saja tanda dan gejala Osteoporosis?
3. Apa saja faktor penyebab Osteoporosis?
4. Apa komplikasi yang terjadi pada Osteoporosis?
5. Bagaimana cara pencegahan terhadap Osteoporosis?
6. Bagaimana cara pengobatan Osteoporosis?
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami pengertian Osteoporosis
2. Mengenali tanda dan gejala Osteoporosis
3. Mengetahui faktor penyebab Osteoporosis
4. Mengetahui komplikasi yang terjadi pada Osteoporosis
5. Memahami cara pencegahan terhadap Osteoporosis
6. Mengetahui cara pengobatan Osteoporosis.
BAB II

PEMBAHASAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PADA LANSIA OSTEOPOROSIS

Topik : Osteoporosis

Sasaran : Lansia

Tempat : Posyandu Lansia Senja Bahagia Perumahan Jogonegoro, Koda jaya

Hari/Tanggal : 13 Agustus 2021

Waktu : 45 menit

1. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 30 menit lansia dan keluarga
mampu memahami dan mengaplikasikan materi penyuluhan dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 30 menit diharapkan
kelompok mampu :
1) Menjelaskan pengertian Osteoporosis
2) Menyebutkan tanda dan gejala Osteoporosis
3) Menjelaskan faktor penyebab Osteoporosis
4) Menjelaskan komplikasi yang terjadi pada Osteoporosis
5) Menjelaskan cara pencegahan terhadap Osteoporosis
6) Menjelaskan cara pengobatan Osteoporosis
2. Materi
(Terlampir)
3. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Tanya jawab
4. Media dan Alat
1) Alat
- LCD
- Laptop
- Proyektor
2) Media
- Hkj
- Materi dalam bentuk Power Point
- Poster
5. Kegiatan Penyuluhan
No. WAKTU KEGIATAN KEGIATAN
PENYULUHAN PESERTA
1. 5 menit Pembukaan
- Membuka kegaiatan - Menjawab salam
dengan mengucapkan - Mendengarkan
salam memperhatikan
- Memperkenalkan diri
- Menawarkan kontrak
waktu
2. 20 menit Penyajian
- Menggali pengetahuan - Mendengarkan
sasaran tentang penyuluh
Osteoporosis menyampaikan
- Menjelaskan tentang materi
pengertian - Menanyakan hal-
Osteoporosis hal yang tidak
- Menyebutkan tanda dimengerti dari
dan gejala materi penyuluh
Osteoporosis
- Menjelaskan faktor
penyebab
Osteoporosis
- Menjelaskan
komplikasi yang
terjadi pada
Osteoporosis
- Menjelaskan cara
pencegahan terhadap
Osteoporosis
- Menjelaskan cara
pengobatan
Osteoporosis
- Memberikan
kesempatan kepada
sasaran untuk
menanyakan hal-hal
yang belum
dimengerti dari materi
yang dijelaskan
penyuluh
3. 15 menit Evaluasi
- Menjawab pertanyaan
yang diajukan sasaran
- Menyimpulkan materi
yang telah
disampaikan kepada
sasaran
4. 2 menit Terminasi
- Mengucapkan terima - Mendengarkan,
kasih atas peran serta menjawab salam
peserta
- Mengucapkan salam
penutup

6. Evaluasi
a. Audiens dapat mengetahui pengertian tentang Osteoporosis
b. Audiens dapat mengetahui tanda dan gejala yang timbul pada
Osteoporosis
c. Audiens dapat mengetahui faktor penyebab Osteoporosis
d. Audiens dapat mengetahui komplikasi yang terjadi pada Osteoporosis
e. Audiens dapat mengetahui cara pencegahan Osteoporosis
f. Audiens dapat mengetahui cara pengobatan Osteoporosis
Lampiran Materi SAP

1. Pengertian Osteoporosis
Osteoporosis merupakan penurunan massa tulang yang
disebabkan ketidakseimbangan resorpsi tulang dan pembentukkan
tulang. Menurut WHO, osteoporosis lebih dikenal dengan keropos
tulang dengan karakteristik masa masa tulang yang rendah dan
perubahan mikroarsitektur dari jaringan tulang dengan akibat
meningkatnya fragilitas tulang dan meningkatnya kerentanan terhadap
patah tulang (Lukman, ningsih 2013: 141).
Menurut WHO (2012), osteoporosis menduduki peringkat kedua,
di bawah penyakit jantung sebagai masalah kesehatan utama dunia.
Terlampir pada data internasional Osteoporosis Foundation, lebih dari
30-40% wanita diseluruh dunia mengalami resiko patah tulang akibat
osteoporosis. Sedangkan pada pria, resikonya berada pada angka 13%.
2. Tanda dan Gejala Osteoporosis
a. Kekuatan otot tulang melemah sehingga penderita tak mampu
mengangkat beban atau naik tangga
b. Penurunan tinggi badan, misalnya tubuh memendek 3cm
selama tiga tahun. Hal ini mungkin disebabkan adanya frraktur
pada vertebra
c. Bungkuk. Osteoporosis menimbulkan fraktur kompresi atau
terjadinya kolaps. Kondisi ini menyebabkan tulang menjadi
bungkuk
d. Tulang rapuh. Kondisi tulang yang semakin rapuh walaupun
belum pernah mengalami post traumatic (patah atau retak).
e. Patah tulang. Kasus umum penyebab osteoporosis yang
seringkali tidak disadari oleh penderita yaitu pernah
mengalami patah tulang.
f. Dowager’ hump. Kondisi ketika tulang belakang menjadi
condong ke arah depan dan memunculkan punuk diatas
punggung.
g. Nyeri pungggung. Rasa nyeri pada bagian punggung juga
mungkin menjadi gejala osteoporosis, terutama jika nyeri
muncul akibat fraktur vertebra.
3. Faktor Penyebab Osteoporosis
Menurut (Asikin;dkk 2012: 103) faktor penyebab penurunan masa
tulang pada usia lanjut sebagai berikut :
a. Faktor genetika
Riwayat adanya osteoporosis dalam keluarga sangat
bermanfaat dalam menentukan risiko seseorang mengalami
patah tulang. Anak perempuan dari wanita yang mengalami
patah tulang osteoporosis rata-rata memiliki massa tulang yang
lebih rendah daripada anak seusia mereka (3-7 % lebih rendah).
b. Faktor mekanis
Beban mekanisme juga berpengaruhi terhadap massa tulang.
Penambahan beban akan mengakibatkan bertambahnya masa
tulang, sedangkan pengurangan beban akan mengakibatkan
berkurangnya masa tulang.
c. Faktor makanan dan hormone
- Kalsium
Perempuan pada masa perimenopause dengan asupan
kalsium yang rendah dan absorpsinya tidak baik akan
mengakibatkan keseimbangan kalsium menjadi negatif,
sedangkan bagi mereka yang asupan kalsiumnya baik dan
asbsorpsinya juga baik akan menunjukkan keseimbangan
kalsium positif.
- Estrogen
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh yang
dapat menyebabkan terjadinya gangguan keseimbangan
kalsium, dimana kalsium merupakan nutrisi yang sangat
penting bagi tulang.
- Rokok
Tembakau dapat meracuni tulang dan juga menurunkan
kadar estrogen. Wanita pasca menopause yang merokok
dan mendapatkan tambahan estrogen masih akan
kehilangan massa tulang.
- Alkohol
Alkohol secara langsung dapat meracuni jaringan tulang
atau mengurangi massa tulang karena adanya nutrisi yang
buruk. Disamping akibat dari defisiensi nutrisi,
kekurangan vitamin D juga disebabkan oleh
terganggunya metabolisme di dalam hepar, karena pada
konsumsi alkohol berlebih akan menyebabkan gangguan
fungsi hepar.
4. Komplikasi
Ada berbagai komplikasi yang mengintai osteoporosis seperti:
1) Patah tulang
Salah satu komplikasi dari osteoporosis yang paling sering terjadi
adalah patah tulang. Area tulang yang kehilangan kepadatan
mineralnya lama-lama akan patah secara bertahap. Tulang
belakang, tulang pinggul, dan pergelangan tangan merupakan area
tulang yang paling sering patah ketika terkena osteoporosis.
2) Osteoarthritis
Menurut National Osteoporosis Foundation, osteoporosis yang
semakin parah dan tidak segera ditangani dapat menyebabkan
komplikasi berupa gangguan muskuloskeletal lainnya, yaitu
osteoarthritis. Khususnya saat tulang yang telah keropos
meningkatkan tekanan pada persendian sekitarnya.
Osteoarthritis adalah pengapuran sendi yang biasanya terjadi di
sekitar pinggul, lutut, leher, hingga tubuh bagian bawah. Umumnya,
penyakit ini terjadi pada sendi yang cedera akibat penggunaan yang
berlebihan. Namun, tekanan yang terjadi pada persendian karena
pengeroposan tulang juga dapat memicu terjadinya pengapuran
sendi.
3) Depresi
Merupakan gangguan kejiwaan yang bisa muncul sebagai
komplikasi dari osteoporosis yang sudah lanjut. Pasalnya, orang
yang pengeroposan tulangnya sudah tak terkendali sering kali sulit
untuk bergerak. Akibatnya, mereka banyak menghabiskan
waktunya hanya di tempat tidur atau kursi. Hal ini membuat
penderita osteoporosis menjadi sulit untuk melakukan segala hal
sendiri, sehingga akan selalu membutuhkan bantuan orang lain,
bahkan untuk sekadar beranjak dari tempat tidurnya.
Selain itu, penderita osteoporosis juga kemungkinan sulit
melakukan berbagai hobi dan aktivitas hariannya seperti berkebun,
memasak, dan jalan-jalan. Kalaupun bisa, penderita osteoporosis ini
biasanya membutuhkan bantuan kursi roda. Pasalnya, berbagai
kegiatan ini bukannya membuat rileks tetapi justru menyakitkan.
4) Masalah jantung
Berdasarkan penelitian terkini, ternyata osteoporosis dapat berujung
pada masalah jantung, yaitu penyakit jantung koroner. Penyebabnya
adalah orang dengan osteoporosis mengalami laju pemecahan
tulang berlangsung dengan cepat. Akibatnya, kadar kalsium dalam
darah meningkat. Ini dapat meningkatkan risiko terbentuknya
aterosklerosis yang merupakan penyebab penyakit jantung koroner.
5. Cara Pencegahan Osteoporosis
Untuk mencegah terjadinya osteoporosis, langkah utama yang harus
dilakukan adalah menghidari atau mengatasi faktor risikonya.
Beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan adalah :
 Berolahraga secara rutin, terutama olahraga angkat beban
 Mengonsumsi makanan tinggi kalsium dan vitamin D, atau
mengonsumsi suplemen bila perlu
 Berhenti merokok
 Berhenti mengonsumsi minuman beralkohol
 Tidak mengonsumsi obat sembarangan, terutama obat
kortikosteroid.
6. Cara Pengobatan Osteoporosis
1) Obat-obatan
Dokter dapat memberikan sederet obat berikut:
a. Bifosfonat
Obat golongan bifosfonat untuk mengatasi osteoporosis meliputi
alendronate, risedronate, ibandronate, dan zoledronic acid. Obat ini
memiliki efek samping mual, sakit perut, dan gejala seperti mulas.
Namun kemungkinan munculnya sederet efek samping tersebut
tergolong rendah jika pasien meminum obat ini dengan benar dan sesuai
anjuran dokter. Jika pemberian bifosfonat dilakukan melalui suntikan,
efek samping yang bisa terjadi meliputi demam, sakit kepala, dan nyeri
otot. Efek samping mungkin akan berlangsung selama tiga hari. Untuk
memudahkan pasien, pemberian suntikan triwulan atau tahunan
mungkin lebih baik. Pasalnya, frekuensi ini bisa mengurangi kesalahan
akibat lupa saat harus mengonsumsi bisofonat per minggu atau per
bulan.
b. Denosumab
Denosumab adalah obat golongan antibodi monoklonal. Obat ini
berfungsi membuat kepadatan tulang lebih baik dan mencegah patah
tulang.Obat ini akan diberikan lewat suntikan, biasanya enam bulan
sekali. Penggunaan denosumab mungkin diperlukan seumur hidup. Jika
pemakaiannya dihentikan, risiko patah tulang mungkin akan meningkat.
Baik bifosfonat maupun denosumab, memiliki kemungkinan untuk
menyebabkan komplikasi berupa patah atau retak pada tulang paha.
Penyembuhan tulang rahang setelah cabut gigi juga bisa tertunda. Meski
komplikasi akibat bifosfonat maupun denosumab tersebut jarang terjadi,
pasien tetap dihimbau untuk menjalani pemeriksaan gigi sebelum
mengonsumsi kedua obat ini.
c. Terapi hormon
Osteoporosis juga dipengaruhi oleh kadar hormon dalam tubuh.
Contohnya, hormon estrogen dan testosteron.Pada wanita yang sudah
menopause, dokter bisa memberikan hormon estrogen sintetis. Obat ini
akan membantu dalam mempertahankan kepadatan tulang.Namun efek
samping terapi hormon estrogen juga mesti diperhatikan karena dapat
meningkatkan risiko munculnya gumpalan darah, kanker payudara,
kanker rahim, serta penyakit jantung. Sementara pada pria, terapi
hormon testosteron jika kadarnya termasuk rendah dalam tubuh pasien.
Dokter akan mengombinasikannya dengan obat osteoporosis lainnya.
d. Obat pembangun tulang
Untuk pasien yang tidak bisa menjalani metode pengobatan osteoporosis
yang umum, dokter bisa memberikan obat-obatan untuk membangun
tulang. Seperti teriparatide, abaloparatide, dan romosozumab.
Teriparatide mirip dengan hormon paratiroid dan berfungsi merangsang
pertumbuhan tulang baru. Obat ini biasa diberikan lewat suntikan setiap
hari. Setelah dua tahun, obat lain akan diresepkan guna
mempertahankan pertumbuhan tulang baru. Abaloparatide juga mirip
dengan hormone paratiroid. Hanya saja, pemberiannya melalui obat
diminum dan dilakukan selama dua tahun. Setelahnya, pasien akan
mengonsumsi obat osteoporosis lain. Romosozumab adalah obat
pembangun tulang terbaru yang digunakan untuk mengobati
osteoporosis. Pemberian obat ini melalui suntikan selama satu tahun
saja. Setelah itu, pasien akan melanjutkan pengobatan dengan
mengonsumsi obat osteoporosis lain.
2) Perubahan gaya hidup
Pasien juga disarankan untuk tidak merokok dan menghindari terjatuh.
Pasalnya, kebiasaan merokok dapat meningkatkan hilangnya massa
tulang dan terjatuh bisa menambah risiko patah tulang atau tulang retak.
POSTER OSTEOPOROSIS
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Osteoporosis merupakan penurunan massa tulang yang disebabkan
ketidakseimbangan resorpsi tulang dan pembentukkan tulang. Menurut WHO,
osteoporosis lebih dikenal dengan keropos tulang dengan karakteristik masa
masa tulang yang rendah dan perubahan mikroarsitektur dari jaringan tulang
dengan akibat meningkatnya fragilitas tulang dan meningkatnya kerentanan
terhadap patah tulang (Lukman, ningsih 2013: 141).
Dengan diadakannya kegiatan penyuluhan ini diharapkan kelompok
khusus lansia lebih mengenal dan memahami lagi tentang apa itu
osteoporosis, apa penyebabnya, bagaimana cara pencegahannya, dll. Sehingga
Indonesia mampu menurukan angka penderita penyakit osteoporosis
khususnya pada lansia.
B. Saran
1. Kepada Klien Osteoporosis
Klien diharapkan mampu mengatasi dampak yang sering muncul oleh
penyakit degeneratif dari penyuluhan yang di berikan pelayanan
kesehatan, klien selalu menjaga pola makan sehat, serta tepat waktu
kontrol ke petugas kesehatan
2. Kepada Petugas Pelayanan Kesehatan
Petugas pelayanan kesehatan harus sering memberikan penyuluhan
kepada klien mengenai penyakit osteoporosis bagaimana cara
mengatasi dampak yang akan terjadi seiring bertambahnya usia,
mengadakan posyandu lansia, mengadakan senam lansia di
puskesmas, serta menyediakan leaflet untuk menambah informasi bagi
klien yang datang berobat tentang osteoporosis.
DAFTAR PUSTAKA

Riyanto, R. (2019). Asuhan keperawatan dengan Nyeri pada kasus


Osteoporosis pada Tn. L di wilayah kerja puskesmas II Lampung Utara Tanggal 16-
18 Mei 2019 (Doctoral dissertation, Poltekkes Tanjungkarang).
Siahaan, S. M. C. (2020). Faktor-Faktor Terjadinya Osteoporosis Pada Lansia
Di Puskesmas Pancur Batu Kab. Deli, Serdang Tahun 2019.
https://www.sehatq.com/penyakit/osteoporosis (Di unduh pada 10 Agustus
2021)
https://lifepack.id/osteoporosis/ (Di unduh pada 10 Agustus 2021)

Anda mungkin juga menyukai