Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL

“PENYULUHAN OSTEOPOROSIS”

Oleh:

Sartika (173145261031)

Dosen Pembimbing:

Andi Awaliah, SKM.,M.Kes


S1.ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

UNIVERSITAS MEGA REZKY MAKASSAR


2019
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Osteoporosis atau keropos tulang adalah penyakit kronik yang ditandai
dengan pengurangan massa tulang yang disertai kemunduran mikroarsitektur
tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan
kerapuhan tulang. Keadaan ini berisiko tinggi karena tulang menjadi rapuh dan
mudah retak bahkan patah. Banyak orang tidak menyadari bahwa osteoporosis
merupakan penyakit tersembunyi (silent diseases). Osteoporosis lebih banyak
terjadi pada wanita daripada pria. hal ini disebabkan pengaruh hormon estrogen
yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun sedangkan pada
pria hormon testoteron turun pada usia 65 tahun. & menurut statistik dunia 1 dari
3 wanita rentan terkena penyakit osteoporosis.
Insiden osteoporosis meningkat sejalan dengan meningkatnya populasi
usia lanjut. Pada tahun 2005 terdapat 18 juta lanjut usia di Indonesia, jumlah ini
akan bertambah hingga 33 juta pada tahun 2020 dengan usia harapan hidup
mencapai 77 tahun. & menurut data statistik tahun 2004 lebih dari 44 juta orang
Amerika mengalami osteopenia dan osteoporosis. Pada wanita usia ≥50 tahun
terdapat 30% osteoporosis, 37-54% osteopenia dan 54% berisiko terhadap fraktur
osteoporotik.
Menurut WHO (2012) angka kejadian patah tulang (fraktur) akibat
osteoporosis di seluruh dunia men+apai angka 3,7 juta orang dan diperkirakan
angka ini akan terus meningkat hingga mencapai 6,3 juta orang pada tahun 2050
dan 71% kejadian ini akan terdapat di negara1negara berkembang. Di Indonesia
(19,7%) dari jumlah lansia atau sekitar 3,6 juta orang diantaranya menderita
osteoporosis. Lima provinsi dengan risiko osteoporosis lebih tinggi adalah
Sumatra Selatan (27,75%), jawa ' tengah (24,02%), Yogyakarta (23,2%) Sumatra
Utara (22,82%) , jawa Timur (21,42%), Kalimantan Timur (10,05%) . Prevalensi

1
wanita yang menderita osteoporosis di Indonesia pada golongan umur 50-59
tahun yaitu 24% sedang pada pria usia 60-70 tahun sebesar 62% Kemenkes, 2013.
Adapun pada pasien fraktur osteoporosis pada tingkatan lebih lanjut akan
mengalami dampak sosial maupun dampak ekonomi. Dampak ekonomi meliputi
biaya pengeluaran langsung dan tidak langsung. Biaya pengeluaran langsung
adalah biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan, misalnya di Amerika Serikat
untuk pengobatan osteoporosis, biaya yang dikeluarkan oleh Pemerintah Amerika
Serikat adalah sebesar Rp 90.000.000.000.000,-(Sembilan puluh trilyun rupiah)
sampai Rp 135.000.000.000.000,-Seratus tiga puluh lima trilyun rupiah) pertahun.
Sedangkan biaya pengeluaran tidak langsung adalah hilangnya waktu kerja/upah
atau produktivitas, ketakutan/kecemasan atau depresi, dan biaya lain yang
dikeluarkan selain untuk pengobatan seperti transportasi dan akomodasi selama
perawatan pasien. (KemenKes, 2008).
Sebenarnya kejadian osteoporosis dapat ditunda ataupun dicegah, sejak
pembentukan tulang dalam kandungan dan balita (bawah lima tahun). Selanjutnya
usia pencegahan yang paling berarti adalah dari usia 8-16 tahun, dimana terjadi
pemadatan tulang dan percepatan tumbuh sewaktu remaja. Ternyata tidak hanya
kuantitas tulang yang berpengaruh, tetapi juga kualitas tulangnya. Investasi
terhadap tulang terjadi pada usia dini, yang mencapai puncaknya pada awal usia

(20) tahunan sampai 30) tahun.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diharapkan setelah mendapat interfensi penyuluhan tentang
osteoporosis selama 45 menit, para lansia dan ibu-ibu dapat mengetahui
mengenai cara mencegah osteoporosis.

2. Tujuan Khusus

2
Diharapkan Setelah mendapat interfensi penyuluhan tentang osteoporosis
audiens dapat memahami:
a. Peserta dapat memahami pengertian osteoporosis dengan benar.
b. Peserta dapat memahami tanda dan gejala menopause dengan benar.
c. Peserta dapat memahami faktor resiko penyebab osteoporosis dengan
benar.

d. Peserta dapat memahami cara mencegah osteoporosis dengan benar.

C. Tema Kegiatan
Memberikan Penyuluhan tentang Penyakit Osteoporosis
D. Sasaran
Sasaran kegiatan ini para lansia dan ibu-ibu
E. Waktu dan Tempat
Kegiatan ini dilaksanakan dengan acuan kegiatan,waktu dan tempat yaitu:

Waktu : 10.00 WITA-Selesai


Hari /Tanggal : Sabtu, 29 Juni 2019
Tempat kegiatan : Puskesmas Antang dan Balai Desa

F. Metode Kegiatan
1) Ceramah
2) Praktek Senam
3) Tanya Jawab

3
G. Agenda Acara
Terlampir

AGENDA KEGIATAN

WAKTU SUSUNAN KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN


ACARA PESERTA

1. Salam pembuka 1. Membala


2. Perkenalan diri s salam
10.00-10.05 Pembukaan 3. Menyampaikan tujuan 2. Mendeng
praktik senam lansia arkan

1. Penyampaian materi 1. Mendeng


a. Pengertian Osteoporosis arkan
b. Penyebab Osteoporosis 2. Bertanya
c. Tanda dan Gejala 3. Menjawa
10.05-10.25 Pengembangan Osteoporosis b
d. Pengobatan Osteoporosis 4. Memprak
e. Pencegahan Osteoporosis tekkan
2. Praktik Senam Lansia
10.25-10.30 Diskusi Tanya Jawab Bertanya
10.30-10.35 Penutup 1. Penyimpulan hasil 1. Mendeng
penyuluhan dan praktik senam arkan
lansia 2. Menjawa
2. Ucapan terima kasih b salam
10.35-Selesai Istirahat Snack

4
H. Anggaran Dana
Terlampir

ANGGARAN DANA

No Jenis Kebutuhan Harga


1 Spanduk Rp 90.000,-
2 Pamflet Rp 50.000,-
3 ATK Rp 50.000,-
4 Konsumsi peserta Rp250.000,-
5 Biaya tak terduga Rp 60.000,-
TOTAL Rp. 500.000.-

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Osteoporosis
Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang,dan
porous berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang
yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massatulangnya
rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro1arsitektur tulang dan penurunan
kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang (Tandra,
(2009).Osteoporosis adalah penyakit metabolisme tulang yang kronik dan
progresif, yang ditandai dengan massa tulang yang rendah dan kerusakan
struktural jaringan tulang, yang dapat mengakibatkan kerapuhan tulang. (Sharon
L. Lewis, 2007).
Osteoporosis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan berkurangnya
massa tulang dan adanya perubahan mikro1arsitektur jaringan tulang yang
berakibat menurunnya kekuatan tulang dan meningkatnya kerapuhan tulang,
sehingga tulang mudah patah. Definisi lain, osteoporosis adalah kondisi dimana
tulang menjadi tipis, rapuh, keropos, dan mudah patah akibat berkurangnya massa
tulang yang terjadi dalam waktu yang lama.. Setara statistik, osteoporosis
didefinisikan sebagai keadaan dimana Densitas Mineral Tulang (DMT) berada di
bawah nilai rujukan menurut umur atau standar de5iasi berada di bawah nilai
rata1 rata rujukan pada usia dewasa muda (KemenKes,2011)

B. Klasifikasi Osteoporosis
Menurut KemenKes, (2011), Klasifikasi osteoporosis dibagi menjadi 3
golongan besar menurut penyebabnya, yaitu Osteoporosis Primer adalah
osteoporosis yang bukan disebabkan oleh suatu penyakit (proses alamiah), dan
Osteoporosis sekunder bila disebabkan oleh berbagai kondisi klinis/penyakit,

6
seperti infeksi tulang, tumor tulang, pemakaian obat-obatan tertentu dan
immobilitas yang lama.
1. Osteoporosis Primer
Osteoporosis primer berhubungan dengan berkurangnya massa tulang dan
atau terhentinya produksi hormon (khusus perempuan) disamping
bertambahnya usia. Osteoporosis primer terdiri dari:
a. Osteoporosis Primer Tipe I
Sering disebut dengan istilah osteoporosis pasca menopause, yang
terjadi pada wanita pasca menopause. terjadi karena kurngnya hormone
estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur
pengangkutan kalsium kedalam tulang. Biasanya gejala timbul pada
perempuan yang berusia antara 51-71 tahun, tetapi dapat muncul lebih
cepat atau lebih lambat. "Hormon estrogen produksinya menurun 2-3
tahun sebelum menopause dan terus berlangsung 3-4 tahun setelah
meopause. Hal ini berakibat menurunnya massa tulang sebanyak 1-3%
dalam waktu 5-7 tahun pertama setelah menopause.
b. Osteoporosis Primer Tipe II
Sering disebut dengan istilah osteoporosis senilis, yang terjadi
pada usia lanjut. Pasien biasanya berusia ≥70 tahun, pria dan wanita
mempunyai kemungkinan yang sama terserang, fraktur biasanya pada
tulang paha. Selain fraktur maka gejala yang perlu diwaspadai adalah
kifosis dorsalis bertambah, makin pendek dan nyeri tulang
berkepanjangan. Pada osteoporosis primer tipe II, kemungkinan
merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan
usia dan ketidak seimbangan antara kecepatan hancurnya tulang
(osteoklas) dan pembentukan tulang baru (osteoblast).

2. Osteoporosis Sekunder

7
Osteoporosis sekunder, adalah osteoporosis yang disebabkan oleh berbagai
penyakit tulang (chronic rheumatoid, artritis, tbc spondilitis, osteomalacia,
dll), pengobatan steroid untuk jangka waktu yang lama, astronot tanpa gaya
berat, paralise otot, tidak bergerak untuk periode lama, hipertiroid, dll.

3. Osteoporosis Juvenil Idiopatik


Merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui.Hal
ini terjadi pada anak1anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi
hormon yang normal, kadar 5itamin yang normal, dan tidak memiliki
penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.

C. Patofisiologi
Secara garis besar patofisiologi osteoporosis berawal dari adanya massa
puncak tulang yang rendah disertai adanya penurunan massa tulang. Massa
puncak tulang yang rendah ini diduga berkaitan dengan faktor genetik, sedangkan
faktor yang menyebabkan penurunan massa tulang adalah proses ketuaan,
menopause, faktor lain seperi obat obatan atau aktifitas fisik yang kurang serta
faktor genetik. Akibat massa puncak tulang yang rendah disertai
adanyapenurunan massa tulang menyebabkan Densitas tulang menurun yang
merupakan faktor resiko terjadinya fraktur. Kejadian osteoporosis dapat terjadi
pada setiap umur kehidupan. Penyebabnya adalah akibat terjadinya penurunan
bone turn over yang terjadi sepanjang kehidupan. Satu dari dua wanita akan
mengalami osteoporosis, sedangkan pada laki-laki hanya ' kasus osteoporsis dari
lebih 50 orang laki-laki. Dengan demikian insidensi osteoporosis pada wanita
jauh lebihbanyak daripada laki-laki. Hal ini diduga berhubungan dengan adanya
fase masa menopause dan proses kehilangan pada wanita jauh lebih banyak.
Setelah usia 30 tahun, resorpsi tulang secara perlahan dimulai akhirnya
akan lebih dominan dibandingkan dengan pembentukan tulang. Kehilanga massa
tulang menjadi Cepat pada beberapa tahun pertama setelah menopause dan

8
akanmenetap pada beberapa tahun kemudian pada masa postmenopause. Proses
ini terus berlangsung pada akhirnya secara perlahan tapi pasti terjadi osteoporosis.
Percepat osteoporosis tergantung dari hasil pembentukan tulang sampai
tercapainya massa tulang puncak.
Massa tulang puncak ini terjadi sepanjang awal kehidupan sampai dewasa
muda. Selama ini, tulang tidak hanya tumbuh tetapi juga menjadi solid. Pada usia
rata = rata 25 tahun tulang mencapai pembentuk massa tulang puncak. Walaupun
demikian massa puncak tulang ini secara individual sangat bervariasi dan
padaumumnya pada laki-laki lebih tinggi dibanding pada wanita. Massa puncak
tulang ini sangatlah penting, yang akan menjadi ukuran seseorang menjadi risiko
terjadinya fraktur pada kehidupannya. Apabila massa puncak tulang ini rendah
maka akan mudah terjadi fraktur kan saja, tetapi apabila tinggi makan akan
terlindung dari ancaman fraktur.

D. Manivestasi Klinik
Osteoporosis dimanifestasikan dengan:
1. Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata.
2. Nyeri timbul mendadak
3. Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang.
4. Nyeri berkurang pada saat istirahat di tempat tidur.
5. Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah jika melakukan
aktivitas.
6. Deformitas vertebra thorakalis a Penurunan tinggi badan

E. Faktor Risiko

Faktor risiko osteoporosis pada dasarnya terdiri dari faktor risiko yang dapat
dimodifikasi dan faktor risiko yang tidak dapat modifikasi.

1. Factor Risiko yang tidak dapat dimodifikasi.

9
a. Usia
Usia adalah salah satu dari faktor risiko osteoporosis yang tidak dapat
direkayasa. Pada lansia daya serap kalsium akan menurun seiring dengan
bertambahnya usia.
b. Gender.
Diperkirakan selama hidup, wanita akan kehilangan massa tulang 30-50%,
sedangkan pria hanya 20-30%, namun tidak berarti semua wanita yang
telah mengalami menopause akan mengalami osteoporosis.
c. Genetik
Diperkirakan 80% kepadatan tulang diwariskan secara genetic sehingga
dapat diartikan bahwa osteoporosis dapat diturunkan.
d. Gangguan hormonal
1. Wanita yang memasuki masa menopause mengalami pengurangan
hormon esterogen, sehingga pada umumnya wanita diatas usia 40
tahun lebih banyak terkena osteoporosis dibanding dengan pria.
2. Pria yang mengalami defisit testosteron (hormon ini dalam darah
diubah menjadi estrogen).

3. Gangguan hormonal lain seperti :tiroid, para retiroid, insulin dan gluco
corticoid.

2. Faktor Risiko Yang Dapat Dimodifikasi

a. Imobilitas
Imobilitas dalam waktu yang lama memiliki risiko yang
lebihtinggi untuk terkena osteoporosis dibandingkan
menopause.Imobilitas akan berakibat pada pengecilan tulang dan
pengeluarankalsium dari tubuh (hiperkalsiuria). Imobilitas umumnya
dialami orang yang berada dalam masa penyembuhan yang perlu
mengistirahatkan tubuhnya untuk waktu lama.

10
b. Potur tubuh Kurus
Postur tubuh yang kurus cenderung mengalami osteoporosis dibandingkan
dengan postur ideal (dengan berat badan ideal), karena dengan postur
tubuh yang kurus sangat mempengaruhi tingkat pen+apaian massa tulang.

c. Kebiasaan (mengkonsumsi alkohol, kopi, minuman yang mengandung


kafein, dan rokok yang berlebih)
Dengan berhenti merokok se+ara total, membuat esterogen dalam
tubuh seseorang tetap beraktifitas dan juga dapat mengeliminasi risiko
kehilangan sel pembentuk tulang selama hidup yang mencakup 20-30%
pada pria dan 40%-50% pada wanita. Minuman yang mengandung
alkohol, kafein dan soda berpotensi mengurangi penyerapan kalsium ke
dalam tubuh, sehingga jenis minuman tersebut dikategorikan sebagai
faktor risiko osteoporosis.

d. Asupan Gizi Rendah


Pola makan yang tidak seimbang yang kurang memperhatikan kandungan
gizi, seperti kalsium, fosfor, seng, vitamin B6, C, D, K, serta
phytoestrogen (estrogen yang berasal dari tumbuh1tumbuhan, seperti
toge), merupakan faktor risiko osteoporosis.

e. Kurang terkena sinar matahari


Orang jarang terkena sinar matahari, terutama sinar pada pagi dan sore
hari, karena pada saat tersebut sinar dibutuhkan untuk memicu kulit
membentuk vitamin D3, dimana vitamin D(D3+D2/ berasal dari makanan!
di ubah oleh hepar dan ginjal menjadi kalsitriol

f. Kurang aktifitas fisik


Kurangnya olahraga dan latihan se+ara teratur, menimbulkan efek negatif
yang menghambat proses pemadatan massa tulang dan kekuatan tulang.

11
namun olahraga yang sangat berlebih (maraton, atlit! pada usia muda,
terutama anak perempuan yang telah haid, akan menyebabkan haidnya
terhenti, karena kekurangan estrogen, sehingga penyerapan kalsium
berkurang dengan segala akibatnya.

g. Penggunaan obat untuk waktu lama


Pasien osteoporosis sering dikaitkan dengan istirahat total yang
terlalu lama akibat sakit, kelainan tulang, kekurangan bahan pembentuk
dan yang terutama adalah pemakaian obat yang mengganggu metabolisme
tulang. 6enis obat tersebut antara lain : kortikosteroid, sitostatika
(metotreksat), anti kejang, anti koagulan (heparin, warfarin)

h. Lingkungan
Lingkungan yang berisiko osteoporosis, adalah lingkungan yang
memungkinkan orang tidak terkena sinar matahari dalam jangka waktu
yang lama seperti:daerah padat hunian, rumah susun, apartemen, dan lain-
lain.
Berikut ini adalah klasifikasi faktor risiko osteoporosis yang dapat dimodifikasi
yang menentukan prognosis osteoporosis sekunder Tabel 1

Tabel 1. Penggolongan faktor risiko osteoporosis yang dapat dimodifikasi

NO
Penggolongan Faktor Risiko

Imobilitas pada Pasien dalam jangka waktu yang


1. Risiko Tinggi
lama (anggota gerak yang mengalami
kelumpuhan, contoh stroke)
Badan yang kurus (BB kurang dari normal)
2. Risiko Sedang
Konsumsi alcohol
Penggunaan steroid (suntikan KB) dalam waktu
yang lama dan kejadian laktasi amenorhea

12
Penggunaan obat kortison dan obat osteoatritis
(OA) dalam jangka lama

3. Risiko Rendah Konsumsi rokok; tembakau Kurang aktifitas fisik


Kurang konsumsi kalsium.

F. Fraktur -Patah tulang Pada Pasien Osteoporosis


Tingkat lanjut dari osteoporosis dapat berupa fraktur osteoporotik, yang
paling sering adalah; fraktur panggul, fraktur 5ertebra dan fraktur pergelangan
tangan. Sedangkan fraktur osteoporosis yang paling serius ialah fraktur panggul
(gambar 1). Fraktur pada pasien osteoporosis pada usia lanjut tidak hanya
berpengaruh pada kualitas hidup, namun juga mengan+am jiwa (life threatening)
1. Fraktur Osteoporosis Panggul
a. Prognosis semakin jelek jika operasi ditunda hingga lebih dari 3 hari
b. Prognosis pasien fraktur panggul pasca terapi terkini:
1) Sepertiga akan tetap di tempat tidur;kursi roda
2) Sepertiga secara fungsional terbatas dan memerlukan bantuan

3) Hanya sepertiganya kembali fungsional secara penuh

2. Fraktur Osteoporosis Vertebrae


Kebanyakan asimtomatik atau menimbulkan gejala yang minimal
untuk itu perlu dilakukan anamnesis (investigasi). Antara umur 60-90 tahun,
insidennya pada wanita meningkat 20 kali lipat, dan pada laki-laki meningkat
10 kali lipat. Lokalisasi biasanya mid thoracic atau thoracolumbar unction
(daerah paling lemah). Kualitas hidup Pasien lebih rendah daripada Pasien
dengan fraktur pinggul. Sebanyak 4% memerlukan bantuan dalam kehidupan
sehari1hari. Beban ekonomis pada umumnya karena perawatan jalan, asuhan
keperawatan sementara, dan kehilangan waktu kerja.

13
Adapun konsekuensi jangka panjang dari fraktur kompresi Vertebra (FKF)
adalah:
a. Gangguan fungsi
1) Deformitas tulang belakang dengan nyeri yang mengganggu
2) Menurunnya mobilitas dengan akibat bertambahnya kehilangan massa
tulang.
3) Penekanan pada abdomen sehingga menurunkan selera makan
4) Gangguan tidur
b. Penurunan kualitas hidup
1) Aktivitas menurun
2) Depresi meningkat
3) Kepercayaan diri menurun
4) Kecemasan meningkat
5) Peran sosial menurun
6) Meningkatnya ketergantungan terhadap orang lain
c. Gangguan pulmoner (paru):
1) Menurunkan fungsi pulmoner
2) Fungsi paru (FVC, VEF) menurun se+ara signifikan
3) Satu VKF thorakal menyebabkan kehilangan 9% for+ed vital capacity
f mortalitas pasien VKF meningkat (23-34% dibanding dengan pasien
tanpa VKF f Penyebab kematian tersering adalah penyakit paru (PPK
dan pneumonia)
3. Fraktur Osteoporosis Pergelangan Tangan
a. Pasien dengan fraktur pergelangan tangan, memiliki risiko fraktur panggul
kali lebih besar dikemudian hari
b. Sebanyak 90 % pasien fraktur osteoporosis pergelangan tangan dioperasi
c. Pada wanita, umumnya terjadi dalam 4 tahun pasca menopause
d. Puncak kejadian pada umur 60-70 tahun
e. Angka kesakitan lebih tinggi dibandingkan fraktur panggul.

14
4. Dampak Osteoporosis Terhadap Kesehatan GIgi dan Mulut
Beberapa penelitian di bidang kedokteran gigi membuktikan bahwa
terjadinya osteoporosis pada tulang paha, tulang belakang, akan diikuti
dengan oste porosis pada tulang rahang. Penelitian Kusdhany (2003) pada 226
perempuan pasca menoppause di Bekasi menjumpai bahwa perempuan pasca
menopause dengan tulang rahang normal, yang memiliki jumlah gigi yang
kurang dari 19 buah sebesar 26,61 % sedang perempuan pasca menopause
dengan osteoporosis, tulang rahang yang mempunyai jumlah gigi kurang dari
19 adalah sebesar 51,28 %.
Tulang yang mengalami osteoporosis kurang dapat menahan beban
yang disebabkan oleh kontaknya gigi tiruan dengan gigi lawannya, sehingga
memicu penyusutan tulang rahang secara cepat. Keadaan ini mengakibatkan
Pasien osteoporosis tulang rahang yang sudah menggunakan gigi tiruan akan
merasakan gigi tiruannya menjadi cepat longgar dan goyang apabila dipakai
mengunyah makanan.
Suatu penelitian di USA menyimpulkan bahwa Pasien osteoporosis
yang telah memakai gigi tiruan memerlukan perbaikan gigi tiruannya
sebanyak 3 kali lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang tidak
menderita osteoporosis. Dampak lain osteporosis tulang rahang adalah adalah
peradangan gusi, mudah berdarah dan tampak kemerahan, lama kelamaan
menimbulkan kegoyangan gigi.

G. Pencegahan Osteoporosis
Upaya pencegahan osteoporosis hendaknya memperhatikan kondisi
puncak massa tulang, dimana kondisi tersebut optimal pada masa dewasa muda.
Dengan tercapainya puncak massa tulang optimal pada masa dewasa muda,
osteoporosis yang mungkin timbul pada usia tua akan lebih ringan. Pada
umumnya puncak massa tulang akan tercapai pada usia 20 sampai 30 tahun,
setelah itu akan menurun penyebab utamanya adalah proses penuaan, absorbsi

15
kalsium menurun dan fungsi para tiroid meningkat. Kejadian oestoponia pada
wanita dengan hipoestrogen akan menyebabkan kehilangan jaringan tulang pada
wanita 2-3 % pertahun pada masa perimenipause dan hal ini berlangsung terus
menerus sampai 5-10 tahun pasca menapause, sehingga mencapai ambang patah
tulang. Setelah usia 65 tahun memasuki usia geriatri tetap terjadi kehilangan
massa tulang dengan kecepatan yang lebih rendah.

Faktor penting yang menentukan puncak massa tulang adalah:


1. Status hormonal,
2. Asupan kalsium,
3. Aktivitas fisik,
4. Faktor genetik dan konstitusional (ras, jenis kelamin, dan lain-lain). Karena
faktor genetik dankonstitusional tidak mungkin dimanipulasi, maka faktor
lainnya, seperti nutrisi dengan asupan kalsium yang cukup, aktivitas fisik,
vitamin D dan sinar matahari merupakan hal penting untuk dimanfaatkan
dalam pengobatan osteoporosis, disamping memperbaiki gaya hidup seperti
tidak merokok dan tidak mengonsumsi alkohol.
Massa tulang optimal pada masa dewasa harus diusahakan agar ter+apai
dengan menjamin asupan nutrisi yang mengandung Cukup kalsium selama masa
Kanak-kanak sampai pada saat terhentinya pertumbuhan tulang. Latihan fisik
yang teratur juga penting untuk meningkatkan massa tulang selama masa
pembentukan tulang. Setelah puncak massa tulang tercapai, pada masa dewasa,
maka asupan kalsium yang adekuat, latihan fisik yang teratur harus tetap
dipertahankan selama hidup.

1. Gizi
Tabel berikut ini menggambarkan kebutuhan minimal asupan kalsium
untuk setiap orang per hari dan tabel kandungan kalsium per 100 gr bahan
makanan, akan tetapi kita juga harus tetap memperhatikan faktor1 faktor
yang dapat menghambat penyerapan kalsium dalam usus, sepertiH makanan

16
yang memiliki serat berlebih, makanan yang memiliki protein tinggi (daging
kambing, daging ayam, dan lain1lain), konsumsi fosfor yang berlebih
(melebihi 1500 mg, sepertiH soft drink, ikan tuna, daging!, garam, kebiasaan
merokok, kopi dan alkohol.

Tabel 2. Kebutuhan kalsium perhari untuk berbagai usia.

Usia Kalsium(mg/rg)
Bayi dan Anak-anak
0-6 300-400
7-12 400
1-3 Tahun 500
4-6 Tahun 600
7-9 Tahun
700
Remaja 1300
10-18 Tahun (khususnya pada masa
pertumbuhan)
Perempuan 1000
19 tahun = menopause 1300
Setelah menopause Hamil 1200
Menyusui 1000

Laki- laki 1000


1300
19-65 tahun

 65 Tahun

Sumber : FAO/WHO :Human Vitamin and mineral Recuirements, 2002 (data


berdasar pengelompokan diropa barat, Amerika, dan Kanada)

17
Tabel Daftar Kandungan Kalsium per 100 gr bahan makanan

NO Kelompok Bahan Bahan Makanan Mg Ca/ gr Bahan


Makanan
Susu sapi 116
1 Susu dan Produknya
Susu kambing 129
Asi Keju 33
Youghurt Susu 90-1180
Pabrik 150
(Kalsium) 1450-2000
Teri kering 1200
2 Ikan
Rebon 769
Teri segar 500
Sarden kaleng 354
(dengan tulang)
Daun pe paya 352
3 Sayuran
Bayam 267
Sawi 220
Brokoli 110
Kacang panjang 347
4. Kacang-kacangan dan
Susu kedelai 250 ml) 250
hasil Olahannya
Tempe 129
Tahu 124
5. Serealia Jali 113
Hevarmut 53

Sumber : Sayogo, Savitri, Osteoporosis dan 1izi, Seminar Sadar dini Segah
Osteoporosis Menuju masyarakat bertulang Sehat, 3akarta 47 September 2005

18
2. Obat-obatan
Berhati = hati dalam meggunakan obat = obatan. Beberapa jenis obat
ternyata dapat mengganggu kinerja tulang. Salah satu contohnya adalah obat
kortikosteroid yang dapat menekan kerj a hormon pembentukan tulang.
Contoh lain adalah antasida, obat pencahar, cholestiramine, obat diuretik, anti
gout dan beberapa jenis obat anti rematik. Obat-obatan tersebut memiliki efek
mengganggu penyerapan kalsium.
Obat antasida yang umum dikenal sebagai obat anti sakit maag dapat
menghambat penyerapan kalsium. Penghambatan dipicu oleh magnesium dan
alumunium hidroksida yang mampu mengikat kalsium dan mengubahnya
menjadi bentukan baru yang sulit diserap. Obat cholesteramine yang lazim
digunakan untuk mengikat asam empedu agar terjadi penurunan kolesterol
darah juga dapat menurunkan kadar kalsium tubuh akibat pembuangan

melalui urine.

3. Batasi Konsumsi Garam

Garam dapur (NaCI) terdiri dari unsur natrium (Na) dan klorida (Cl).
Konsumsi natrium (sodium) yang berlebih, baik yang berasal dari garam
dapur maupun monosodium glutamat (MSG) dapat berdampak buruk terhadap
kesehatan. Selain memiliki efek hipertensi, natrium juga berpotensi untuk
menghilangkan kalsium dari tubuh. >atrium akan mengeluarkan kalsium dari
tubuh. Natrium akan mengeluarkan kalsium melalui urine. Cara menghindari
kehilangan kalsium akibat natrium adalah dengan membatasi konsumsinya.
Sebaiknya hindari makanan1makanan tinggi natrium dan makanan awetan
yang menggunakan garam sebagai pengawet.

4. Cukupi Kumsumsi Vitamin D

19
Vitamin D diketahui mampu memelihara kesehatan tulang dengan cara
meningkatkan penyerapan kalsium dan sistem pencernaan, serta mengurangi
pembuangannya dari ginjal.

5. Aktivitas Fisik
Senam pencegahan osteoporosis ditujukan untuk meningkatkan
densitas tulang (kepadatan massa tulang, dan senam osteoporosis ditujukan
kepada Pasien osteoporosis untuk men+egah terjadinya patah tulang J
meningkatkan densitas tulang (kepadatan massa tulang). Berikut ini adalah
jenis = jenis latihan fisik yang boleh dilakukan serta tidak boleh dilakukan
oleh Pasien osteoporosis :
a. Empat jenis latihan fisik yang boleh dilakukan
1) Lakukan latihan fisik jalan kaki se+ara teratur, dengan kecepatan
minimal 3 mph (4,5 km) per jam selama 50 menit, 5 kali
seminggu.
2) Lakukan latihan untuk kekuatan otot, menggunakan beban bebas
(dumbel kecil atau dengan mesin latih beban. Latihan ini
ditekankan untuk melatih darerah panggul, paha, punggung,
lengan, pergelangan tangan dan bahu.
3) Lakukan latihan untuk meningkatkan keseimbangan dan
kelincahan.
4) Lakukan latihan ekstensi punggung, latihan ini dilakukan dengan
Cara duduk di kursi serta melengkungkan punggung ke belakang.
b. Empat Jenis Latihan fisik yang Tidak Boleh Dilakukan
1) Jangan lakukan latihan fisik yang memberikan benturan dan
pembebanan pada tulang punggung, seperti : melompat, senam
aerobik benturan keras, jogging atau lari.
2) Jangan membungkukan badan kedepan dari pinggang dengan
punggung melengkung (spinal flexion), karena bahaya kerusakan

20
pada ruas tulang belakang, seperti: sit1up, crunch, mendayung,
meraih jari = jari kaki.
3) Jangan melakukan latihan fisik atau aktifitas yang
mudahmenyebabkan jatuh, seperti : senam dingklik atau trampolin,
atau jangan melakukan latihan pada lantai yang licin.
4) Jangan melakukan latihan menggerakan tungkai kearah samping
atau menyilang badan dengan memakai beban (anduksi dan
aduksi)
Setiap latihan fisik harus diawali dengan pemanasan untuk:

1. Menyiapkan otot dan urat agar meregang secara perlahan dan mantap
sehingga mencegah terjadinya cedera.

2. Meningkatkan denyut nadi, pernapasan, dan suhu tubuh sedikit demi


sedikit.

3. Menyelaraskan koordinasi gerakan tubuh dengan keseimbangan gerak


dan,

4. Menimbulkan rasa santai.

Lakukan selama 10 menit dengan jalan ditempat, gerakan kepala,bahu,


siku dan tangan, kaki, lutut dan pinggul. Kemudian lakukan peregangan
selama kira-kira 5 menit. Latihan peregangan akan menghasilkan selama kira-
kira 5 menit. Latihan peregangan akan menghasilkan kelenturan otot dan
kemudahan gerakan sendi. Latihan ini dilakukan secara berhati1hati dan
bertahap, jangan sampai menyebabkan cedera. Biasanya dimulai dengan
peregangan otot-otot lengan, dada, punggung, tungkai atas dan bawah, serta
otot1otot kaki latihan inti, kira-kira 20 menit, merupakan kumpulan gerak
yang bersifat ritmis atau berirama agak cepat sehingga mempunyai nilai
latihan yang bermanfaat.

21
Utamakan gerakan, tarikan dan tekanan pada daerah tulang yang
sering mengalami osteoporosis, yaitu tulang punggung, tulang paha, tulang
panggul dan tulang pergelangan tangan. Kemudian lakukan juga latihan
beban. Dapat dibantu dengan bantal pasir, dumbble, atau apa saja yang dapat
digenggam dengan berat 300-1000 gram untuk 1 tangan, mulai dengan beban
ringan untuk pemula, dan jangan melebihi 1000 gram. Beban untuk tulang
belakang dan tungkai sudah cukup memdai dengan beban dari tubuh itu
sendiri.
Setelah latihan inti harus dilakukan pendinginan dengan
memulaigerakan peregangan seperti awal pemanasan dan lakukan gerakan
menarik napas atau ambil napas dan buang napas secara teratur. Jika masih
memungkinkan. Lakukan senam lantai kira-kira 10 menit. Latihan ini
merupakan gabungan peregangan, penguatan dan koordinasi. Lakukan dengan
lembut dan perlahan dalam posisi nyaman, rileks dan napas yang teratur
(Santoso,2009).

6. Paparan sinar matahari


Sinar matahari dipagi hari dan sore hari (menjelang magrib), berfungsi
dalam memicu kulit membentuk vitamin D3. Dalam menetralisasi tulang,
dimana sel osteoblas (sel pembentuk tulang) membutuhkan kalsium sebagai
bahan dasar, dan hormon kalsitriol. Kalsitriol ini berasal dari vitamin D3 kulit
dan vitamin D2 yang berasal dari makanan (mentega, keju, telur, ikan).
Kalsitriol inilah yang merangsang osteoblas dalam menetralisasi tulang.
Berdasarkan hasil penelitian menzies research Institute, Horbat Australia,
pada anak1anak tidak akan tumbuh optimal atau bahkan terhenti
pertumbuhanya jika kurang memperoleh Vitamin D. agar diperoleh vitamin D
yang cukup, sekurang kurangnya seorang anak terpapar matahari selama 8
jam dalam seminggu (Kutub Selatan). Namun untuk anak ataupun orang

22
dewasa di Indonesia, cukup terpapar oleh sinar matahari pagi dan sore selama
5 sampai 15 menit sebanyak 3 kali dalam seminggu.

H. Tanda dan Gejala


Tanda – tanda osteoporosis perubahan tinggi badan, terjadinya patah
tulang di pergelangan tangan, tulang belakang atau panggul setelah terjatuh
atau trauma yang ringan. Gejala osteoporosis meliputi : Nyeri punggung, hilang
tinggi badan, badan membungkuk, tulang mudah patah.

23
BAB III
PENUTUP

proposal ini disusun, kami yakin bahwa terlaksananya semua kegiatan senam
osteoporosis pada lansia tersebut sepenuhnya menuntut partisipasi dan kerja sama
semua pihak, atas dasar itulah kami mengajak semua pihak untuk dapat terlibat
langsung maupun tidak langsung dalam upaya pemberdayaan lansia .Terima kasih
atas perhatian dan kerja samanya, kami sampaikan terima kasih.

24
DAFTAR PUSTAKA

Frost HM, Thomas CC. Bone Remodeling Dynamics. Springfield, IL: 1963.

Riggs, B.L.; Melton, Lj 3.r.d. (2005). "The worldwide problem of osteoporosis:


insights afforded by epidemiology.".

Cauley JA, Hochberg MC, Lui LY et al (2007). "Long-term Risk of Incident Vertebral
Fractures".JAMA 298: 2761–2767.

25

Anda mungkin juga menyukai