Dosen Pengampu :
Dra.Anna Juniar, M.Si
DISUSUN OLEH :
KELAS :
KIMIA DIK C 2018
JURUSAN KIMIA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas Rahmat dan karunia-Nya tugas Critical Journal Review ini dapat terselesaikan
tepat waktu untuk memenuhi mata kuliah ‘Kimia Farmasi.
Semoga apa yang disampaikan dalam tugas ini tak hanya bermanfaat bagi
kami selaku penyusun tetapi juga para pembaca. Kami mohon maaf jikalau terdapat
kesalahan yang terdapat dalam makalah ini, baik dari segi penulisan ataupun materi
yang mungkin kurang dipahami. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................3
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
dievaluasi sebagai terapi pada pasien GERD yaitu sodium alginate dan sukralfat.
Sukralfat (aluminium sucrose sulfat) memberikan kesembuhan mukosa dan
melindungi kerusakan selanjutnya akibat asam lambung
Prokinetik
Peran prokinetik dalam tatalaksana GERD masih terbatas karena alasan keamanan
dan mamfaat, seperti metoklopramid, cisapride atau domperidon dan eritromisin.
Baclofen merupakan antagonis reseptor gamma-aminobutyric acid B (GABA-B)
yang menghambat relaksasi transien dari sfingter bawah esophagus. Beberapa
penelitian menunjukkan baclofen akan mengurangi gejala refluks, mengurangi
frekuensi relaksasi sfingter esophagus dan paparan asam lambung terhadap
esophagus, serta mempercepat pengosongan lambung. Efek samping baclofen
seperti dyspepsia, mengantuk, dan mengurangi ambang kejang sehingga
penggunaan baclofen jarang pada anak kecuali dengan adanya
penyakit dasar neurologis.
Abdominal Migraine
Abdominal migrain merupakan kelainan fungsional dalam arti yang luas (suatu
kelainan tanpa diketahui abnormalitas struktural atau biokimianya). Nyeri datang
bersama gejala migrain seperti gangguan sensori (fotofobia, fonofobia), anoreksia,
mual, muntah dan pucat. Pasien sehat dan bebas gejala antara episode serangan
dengan pemeriksaan fisik normal dan indeks massa tubuh yang stabil dan
perkembangan sesuai dengan milestone.9
Pendekatan umum dan psikososial
Kemampuan menerangkan diagnosis dan kondisi penyakit kepada pasien dan
keluarganya merupakan hal yang penting. Abdominal migrain yang secara medis
tidak bisa diterangkan atau disebut juga nyeri psikogenik dapat menimbulkan
depresi dan kegelisahan pada anak dan orang tuanya. Model biopsikososial nyeri
dan manajemen gejala menekankan pandangan holistik tentang kehidupan pasien.
Terapi perilaku kognitif dapat memperbaiki nyeri pada nyeri abdomen fungsional
tetapi tidak terdapat data spesifik mengenai abdominal migrain. Memahami dan
menghindari faktor pencetus (seperti stres emosional, terlambat makan, dan kurang
tidur) sangat membantu mengurangi gejala. Gejala akut membaik pada >80%
5
pasien yang beristirahat diruangan gelap dan sunyi dan pemberian analgetik
sederhana seperti paracetamol 15 mg/kg atau ibuprofen 10 mg/kg. Sumatriptan
dengan dosis 10 mg intranasal (triptan, agonis serotonin) direkomendasikan untuk
pemakaian akut.
RINGKASAN JURNAL II
Tukak peptik merupakan gangguan pada saluran gastrointestinal atas yang
disebabkan sekresi asam dan pepsin yang berlebihan oleh mukosa lambung.
Penyakit tukak peptik dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu seperti merokok,
makanan yang cepat saji, minuman beralkohol, NSAID dan Helycobacter pylori.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi obat yang digunakan
dan kerasionalan terapi penggunaan obat pada pasien tukak peptik. Penelitian
ini menggunakan metode observasional dengan rancangan penelitian yang
digunakan adalah studi potong lintang (cross sectional) yang bersifat deskriptif.
Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif, yaitu dengan melakukan
penelusuran catatan pengobatan pasien tukak peptik yang terdapat dalam rekam
medis di Instalasi Rawat Inap RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Pontianak
periode Januari-Desember 2017. Sampel yang digunakan yaitu sebanyak 34 dari 44
pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Berdasarkan hasil penelitian jenis obat yang
digunakan untuk pasien tukak peptik adalah omeprazol sebesar 2,94 %, pantoprazol
73,53 %, lansoprazol 26,47 %, ranitidin 5,89%, antasida 58,82 % dan sukralfat
85,29% hasil evaluasi rasionalitas diperoleh tepat indikasi 100 %, tepat obat 55,88
%, tepat pasien 97,06%, dan tepat dosis 61,76%. Secara keseluruhan pengobatan
yang memenuhi keempat kriteria pengobatan yang rasional adalah sebesar 78,68 %.
Tukak peptik merupakan suatu keadaan terputusnya kontinuitas mukosa
yang meluas di bawah epitel atau kerusakan pada jaringan mukosa, submukosa
hingga lapisan otot dari suatu daerah saluran cerna yang langsung berhubungan
dengan cairan lambung asam/pepsin (Sanusi, 2011). Setiap tahun 4 juta orang
menderita ulkus peptikum di seluruh dunia, sekitar 10%20% terjadi komplikasi
dan sebanyak 2%14% didapatkan ulkus peptikum perforasi. Perforasi ulkus
peptikum relatif kecil tetapi dapat mengancam kehidupan dengan angka kematian
yang bervariasi dari 10% - 40%. Lebih dari setengah kasus adalah perempuan dan
biasanya mengenai usia lanjut yang mempunyai lebih banyak risiko komorbiditas
daripada laki-laki. Penyebab utama adalah penggunaan Non-Steroidal Anti-
Inflammatory Drugs (NSAIDs), steroids, merokok, Helicobacter pylori dan diet
tinggi garam (Saverio et al, 2014).
6
Pengobatan tukak peptik ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien, menghilangkan keluhan, menyembuhkan tukak, mencegah kekambuhan
dan komplikasi (Sanusi, 2011). Pilihan pengobatan yang paling tepat untuk
penyakit tukak peptik tergantung pada penyebabnya. Penggunaan obat yang tidak
rasional masih sering dijumpai di pusat kesehatan seperti rumah sakit, klinik dan
puskesmas. Ketidaktepatan indikasi, obat, pasien, dan dosis dapat menyebabkan
kegagalan terapi. Berdasarkan studi pendahuluan yang sudah dilakukan, pasien
rawat inap yang terdiagnosa tukak peptik di RSUD Sultan Syarif Mohamad
Alkadrie kota Pontianak selama tahun 2017 adalah 43 pasien, dengan angka
kejadian sebanyak 0,88% dari total pasien yang dirawat inap selama satu tahun
Memang tidak banyak pasien yang menderita penyakit ini, akan tetapi penyakit
tukak peptik tidak bisa dianggap remeh, karena jika dibiarkan dapat menyebabkan
kekambuhan dan komplikasi yang lebih parah seperti kanker lambung, perdarahan,
bahkan kematian (Sanusi, 2011).
Belum banyaknya penelitian tentang tukak peptik ini mendorong penulis
melakukan penelitian evaluasi penggunaan obat tukak peptik yang ditinjau dari
aspek tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien dan tepat dosis, dimana pemilihan obat
(first line dan second line therapy) disesuaikan dengan Pharmacotheraphy
Handbook Ninth Edition tahun 2012, dan informasi obat (indikasi, kontraindikasi,
dosis dan frekuensi pemberian) disesuaikan dengan Britis National Formulary 73
tahun 2017.
7
BAB III
KEUNGGULAN JURNAL
8
2. Keterkaitan antar konsepnya
Materi yang satu dengan yang lain saling terkait dan didukung dengan
gambar serta grafik yang sesuai dengan hasil penelitian yang akurat. Ketersediaan
gambar dan grafik sudah menjadi nilai pendukung yang baik untuk materi jurnal
tersebut.
9
Kelemahan Jurnal Kedua
Meskipun kelengkapan materi cukup baik, tetapi masih ada beberapa teori
pendukung yang kurang dicantumkan dalam jurnal, sehingga isinya lebih
membahas inti untuk penelitian saja. Hal itu akan membuat pembaca merasa kurang
referensi untuk mendalami materi tersebut.
Satu sama lain materi sudah saling terkait meskipun masih ada yang kurang
lengkap dalam pembahasannya.
10
BAB IV
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Sangat diperlukan masukan kritik dan saran agar tugas Critical Journal Review ini
agar diperbaiki.
11
DAFTAR PUSTAKA
12