Anda di halaman 1dari 30

PENGARUH TERAPI BEKAM TERHADAP PENURUNAN NYERI

PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT GASTRITIS

DI KLINIK PURI AHC GLENMORE

KELOMPOK 2 :

Muhammad Farid A.H : 20020059

Sella Krismonika : 20020077

Sevanur Dwi Efendi : 20020079

Siti Maftuhatus Soleha : 20020082

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER

YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL

2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan praktek profesi stase holistik dengan pengaruh terapi bekam terhadap

Penurunan Nyeri Pada Pasien Dengan Penyakit Gastritis di klinik Puri AHC Glenmore oleh

Mahasiswa S1 Program studi Profesi Ners STIKES dr.Soebandi Jember mulai tanggal 4 Januari

sampai dengan 6 Fabruari 2021

Banyuwangi, 04 Januari 2021

Pembimbing Klinik, Pembimbing Akademik,

(…………………………………..) (…………………………………..)

NIP/NIK. NIK.

Mengesahkan,

Ketua STIKES dr. Soebandi Jember

Drs. Said Mardjianto, S.Kep., Ns., M.M

NIDN. 702025502

Kata Pengantar
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmatnya

sehingga dapat menyelesaikan laporan Evidance Base Practice ini dapat terselesaikan. Laporan

Evidance Base Practice ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan

pendidikan program studi profesi Ners STIKES dr.Soebandi Jember dengan judul “Penngaruh

Terapi Bekam Terhadap Penurunan Nyeri Pada Pasien Dengan Penyakit Gastritis Di Klinik Puri

AHC Glenmore”.

Terselesaikannya laporan ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak

baik materi, moral, maupun spiritual. Oleh karena itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Drs. Said Mardijanto, S.Kep,.Ns,.M.M selaku ketua STIKES dr.Soebandi Jember

2. Ns. Feri Eka Prasetia., S.Kep.,M.Kep selaku pembimbing akademik STIKES dr. Soebandi

jember

3. Bapak Bayu Pranata,S.Kep Ners dan Ibu Yulya Agustin, AMd. Kep selaku pembimbing

lahan praktik sekaligus pemilik Klinik Puri AHC Glenmore.

Banyuwangi, 04 Januari 2021

Penyusun
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

Penyakit gastritis atau maag merupakan penyakit yang sangat kita kenal dalam

kehidupan sehari-hari. Penyakit ini sering ditandai dengan nyeri ulu hati, mual, muntah,

cepat kenyang, nyeri perut dan lain sebagainya. Penyakit maag sangat mengganggu karena

sering kambuh akibat pengobatan yang tidak tuntas. Sebenarnya kunci pengobatan penyakit

maag adalah dapat mengatur agar produksi asam lambung terkontrol kembali sehingga tidak

berlebihan, yaitu dengan menghilangkan stress dan makan dengan teratur (Wijoyo, 2009).

Penderita gastritis di Indonesia menurut WHO adalah 40,8%. Angka kejadian

gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274.396 kasus

dari 238.452.952 jiwa penduduk. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2011,

gastritis merupakan salah satu penyakit dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di

rumah sakit di Indonesia dengan jumlah 30.154 kasus (4,9%) (Depkes, 2009). Sedangkan

prevalensi di klinik puri AHC glenmore Banyuwangi sejumlah 15 penderita gastritis.

Terjadinya gastritis dapat disebabkan oleh pola makan yang tidak teratur yang

mencakup frekuensi makan, jenis dan jumlah makanan. Pola makan yang baik mencegah

terjadinya gastritis. Penyimpangan kebiasaan, cara, serta konsumsi jenis makanan yang tidak

sehat dapat menyebabkan gastritis. Pada kasus gastritis akut, faktor penyimpangan makan

merupakan titik awal yang mempengaruhi terjadinya perubahan pada dinding lambung

Peningkatan produksi cairan lambung dapat dirangsang oleh konsumsi makanan atau

minuman. Cuka, cabai, kopi, alkohol serta makanan lain yang bersifat merangsang juga

dapat mendorong timbulnya kondisi tersebut. Pada akhirnya kekuatan dinding lambung

menjadi semakin parah. Tak jarang kondisi seperti itu akan menimbulkan luka pada dinding

lambung (Vera Uripi, 2001).


Penatalaksanaan gastritis dapat ditangani dengan pengobatan konvensional maupun

tradisional. Upaya mengatasi nyeri dapat digunakan dengan teknik farmakologis analgetik

atau non farmakologis. Beberapa terapi komplementer salah satunya terapinya yaitu dengan

terapi bekam, bekam merupan salah satu teknik mengatasi nyeri yang melibatkan penarikan

Qi (energi) serta xue (darah) kepermukaan kulit dengan menggunakan ruang hampa udara

(vakum) yang terbuat dalam gelas atau kop dengan mempertimbangkan kekuatan 7 materi

dasar dan 6 patogen ekternal yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh (Ridho, 2015)

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah pada penelitian ini adalah

bagaimana pengaruh pemberian terapi bekam terhadap penurunan nyeri pada pasien

gastritis?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pemberian terapi bekam terhadap penurunan nyeri pada pasien

gastritis.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi nyeri sebelum di berikan terapi bekam terhadap penurunan

nyeri pada pasien gastritis.

b. Mengidentifikasi nyeri sesudah di berikan terapi bekam terhadap penurunan nyeri

pada pasien gastritis.

1.4 Manfaat penelitian

Manfaat yang diharapkan dari dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Memberikan informasi bahwa terapi bekam merupakan salah satu terapi

komplementer untuk menangani penurunan nyeri pada pasien gastritis.

2. Meningkatkan pengetahuan mengenai respon nyeri pada penderita Gastritis

terhadap terapi bekam.


BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Gastritis

2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Lambung

Lambung adalah bagian dari saluran pencernaan yang dapat mekar paling banyak

terutama didaerah epigaster, dan sebagian di sebelah kiri daerah hipokondriak dan umbilikal.

Lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan dengan osofagus melalui

orifisium pilorik, terletak di bawah diapragma di depan pankreas dan limpa, menempel

disebelah kiri fundus uteri (Setiadi, 2007).

Lambung memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi pencernaan dan fungsi motorik.

Fungsi motorik dari lambung ada tiga, yaitu: (1) penyimpanan sejumlah besar makanan

sampai makanan dapat di proses di dalam duodenum, (2) pencampuran makanan dengan

sekresi dari lambung sampai membentuk suatu campuran setengah cair yang di sebut kimus,

dan (3) pengosongan makanan dengan lambat dari lambung ke dalam usus halus pada

kecepatan yang sesuai untuk pencernaan dan absorbsi yang tepat oleh usus halus (guyton,

2008) sedangkan sebagai fungsi pencernaan dan sekresi, lambung memiliki fungsi: (1)

mencerna protein oleh pepsin dan HCl, (2) sintesis dan pelepasan gastrin yang di pengaruhi

oleh protein yang dikonsumsi, (3) pembentukan selubung dan perlindungan lambung oleh

sekresi mukus serta sebagai pelumas sehingga makanan yang lebih mudah diangkut, (4)

sekresi bikarbonat bersama dengan sekresi gel mukus yang berperan sebagai barier dari asam

lumen dan pepsin (Price, 2005).

2.1.2 Definisi Gastritis

Gastritis atau yang secara umum dikenal dengan istilah sakit “maag” atau sakit

ulu hati ialah peradangan pada dinding lambung terutama pada selaput lender lambung.

Gastritis merupakan gangguan yang paling sering ditemui diklinik karena diagnosisnya
hanya berdasarkan gejala klinis. Penyakit ini sering dijumpai timbul secara mendadak

yang biasanya ditandai dengan rasa mual dan muntah, nyeri, perdarahan, rasa lemah,

nafsu makan menurun, atau sakit kepala (Hariwijaya, 2007 dan Mansjoer, 2001).

2.1.3 Klasifikasi gastritis

Pada umumnya, klasifikasi didasarkan atas :

1. Keakutan dan ke kronikan manifestasi klinis

2. Ciri ciri histologik yang mencirikan gastritis

3. Distribusi anatomik gastritis, atau pada beberapa kasus

4. Patogenesis yang diusulkan masing masing dari dua varietas gastritis kronik

(Harison, 2000).

Berdasarkan ciri ciri klinis gastritis, kedua bentuk utama, yang merupakan kesatuan yang

berbeda, ialah gastritis akut dan gastritis kronik (Harison, 2000).

a. Gastritis akut

Bentuk gastritis akut yang paling dramatik ialah gastritis hemorogik akut yang juga

disebut sebagai gastritis erosif akut. Istilah ini mencerminkan perdarahan dari mukosa

lambung hampir selalu ditemukan pada gastritis bentuk ini dan kehilangan integritas yang

karakteristik dari mukosa lambung (erosi) yang menyertai lesi peradangan (Harison, 2000).

Patogenesis gastritis erosi akut yang berhubungan dengan penyakit berat sering disebut

sebagai gastritis akibat stres. Faktor penting mekanisme gastritis erosif pada pasien

tampaknya mencakup iskemia mukosa lambung, difusi asam dari lumen ke dalam jaringan

mukosa lambung, dan barangkali dalam bentuk sekresi, asam empedu dan/atau sekresi

duodeni-pankreatik lain mengalir balik ke dalam lumen lambung. Iskemia mukosa dan asam

dalam lumen lambung adalah elemen yang paling jelas penting sekali dalam etiopatogenesis

gastritis akibat stress (Harison, 2000).


b. Gastritis kronik

Disebut gastritis kronik apabila di dapatkan infiltrasi sel-sel radang yang terjadi pada

lamina propia dan daerah intra epitelial, terutama terdiri atas sel-sel radang kronik, yaitu

limfosit dan sel plasma (Nafdzu, 2016).

2.1.4 Patogenesis Penyakit Gastritis

Pertahanan mukosa gastroduodenal dalam keadaan normal merupakan sistem yang

mampu melakukan pemulihan dan bisa bertahan terhadap bahan- bahan yang merusak

seperti: asam lambung, pepsin, asam empedu, enzim pankreas, obat-obatan, bakteri.

Patogenesis dasar terjadinya gastritis adalah karena kerusakan mukosa lambung secara

umum yang terjadi karena terdapat gangguan ketidakseimbangan antara faktor-faktor

oftensif/agresif (asam lambung, pepsin, refluks cawan empedu, OAINS (Non Steroidal Anti

Inflammatory Drugs), kortiko steroid, alkohol, nikotin, helicobacter pylori, stres, radikal

bebas) dan faktor faktor defentif/protektif (mukus, bikarbonat, prostaglandin, phospholipid,

sel epitel permukaan, mikro sirkulasi, motility) dimana faktor agresif lebih dominan dari

faktor defensi. Akibat ketidakseimbangan tersebut lalu terjadi peradangan atau inflamasi

mukosa, kerusakan jaringan mukosa, sub mukosa sampai lapisan otot saluran cerna makanan

bagian atas (Nafdzu, 2016).

2.1.5 Gejala Klinis

Seseorang penderita penyakit gastritis akan mengalami keluhan nyeri pada lambung,

mual, muntah, lemas, kembung, dan terasa sesak, nyeri pada ulu hati, tidak ada nafsu makan,

wajah pucat, suhu badan naik,keringat dingin, pusing atau bersendawa serta dapat juga

terjadi perdarahan saluran cerna (Mansyoer, 2001). Manifestasi klinis bervariasi dari tanpa

gejala, gejala ringan dengan manifestasi tersering dispepsia, heartburn, abdominal

discomfort, dan nausea; hingga gejala berat seperti tukak peptik, perdarahan dan perforasi.

Keluhan lain yang biasa dirasakan pasien adalah mengalami gangguan pada saluran

pencernaan atas, berupa nafsu makan menurun, perut kembung dan perasaan penuh di perut,
mual, muntah dan bersendawa. Jika telah terjadi pendarahan aktif dapat bermanifestasi

hematemesis dan melena (Vaanipriya, 2015).

2.1.6 Penyebab Gastritis

1. Faktor umur

Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara umur dengan kejadian gastritis (studi di RSU.dr.R.soetrasno

Rembang). Odds ratio 17,333>1 dan Cl 4,903- 61,273 (tidak mencakup angka 1)

menunjukan bahwa responden umur

>40 tahun mempunyai resiko terkena gastritis 17,333 kali bila dibandingkan dengan

responden yang umurnya <40 tahun (Murjayana, 2011).

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara umur dengan

kejadian gastritis. Hal ini disebabkan karena pertambahan usia berhubungan

signifikan dengan perubahan sejumlah mekanisme pertahanan mukosa lambung

(Nyoman, 2004).

2. Faktor jenis kelamin

Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara jenis kelamin dengan kejadian gastritis (studi di RSU.dr.Soetrasno Rembang).

Odds Ratio 3,059>1 dan CI 1,194-7,835 (tidak mencakup angka 1) menunjukan

bahwa responden dengan jenis kelamin perempuan memiliki risiko 3,059 kali untuk

terkena gastritis dibandingkan dengan responden berjenis kelamin laki laki

(Murjayana, 2011).

3. Faktor stres

Stres dapat merangsang peningkatan produksi asam lambung dan gerakan

peristaltik lambung. Stres juga akan mendorong gesekan antara makanan dan dinding

lambung menjadi bertambah kuat. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya peradangan
lambung (Vera Uripi, 2001).

4. Efek obat obatan

Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara riwayat

mengkonsumsi obat yang mengiritasi lambung dengan kejadian gastritis. Hal ini

disebabkan sebelum sakit responden mengkonsumsi obat yang mengiritasi lambung

seperti obat demam, obat penghilang rasa sakit/nyeri termasuk rematik, serta

kurangnya pengetahuan responden tentang efek samping dari obat yaitu dapat

mengiritasi lambung atau merusak dinding lambung bila digunakan secara

berlebihan. Obat tersebut dapat menghambat produksi prostaglandin tertentu dengan

efek pelindung terhadap mukosa. Selain itu penggunaan dalam kadar tinggi merusak

barrier mukosa lambung dan dapat mengakibatkan pendarahan (Tan & Kirana,

2002).

5. Kebiasaan makan

Menurut Suparyanto (2012) bila seseorang terlambat makan sampai 2-3 jam,

maka asam lambung yang diproduksi semakin banyak dan berlebih sehingga dapat

mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkanrasa nyeri di sekitar epigastrium.

Kebiasaan makan tidak teratur ini akan membuat lambung sulit untuk beradaptasi.

Jika hal itu berlangsung lama, produksi asam lambung akan berlebihan sehingga

dapat mengiritasi dinding mukosa pada lambung dan dapat berlanjut menjadi tukak

peptik. Hal tersebut dapat menyebabkan rasa perih dan mual.

2.1.7 Penatalaksanaan Gastritis

Tujuan utama dalam pengobatan gastritis ialah menghilangkan nyeri,

menghilangkan inflamasi dan mencegah terjadinya ulkus peptikum dan komplikasi.

Berdasarkan patofisiologisnya terapi farmakologi gastritis ditujukan untuk menekan

faktor agresif (asam lambung) dan memperkuat faktor defensif (ketahanan mukosa).
Sampai saat ini pengobatan ditujukan untuk mengurangi asam lambung yakni

dengan cara menetralkan asam lambung dan mengurangi sekresi asam lambung.

Selain itu, pengobatan gastritis juga dilakukan dengan memperkuat mekanisme

defensif mukosa lambung dengan obat-obat sitoproteksi (Rondonuwu, 2013).

2.2 Bekam

2.2.1 Sejarah Bekam

Terapi ḥijâmah atau bekam sudah dikenal sejak dulu sebelum masa

Rasulullah SAW. bahkan terapi ini sudah ada sejak ribuan tahun sebelum masehi

dan menjadi terapi pengobatan tertua dalam sejarah. Sebelumnya, terapai bekam

disinyalir telah dilakukan oleh kaum Nabi Lut sebelum tahun 1800 SM. Bekam

dilakukan dengan sembarangan yaitu dengan cara melempari batu kepada orang

asing yang sedang lewat, sehingga mengalirlah darah darinya, lantas orang yang

melempari batu tersebut mendatangi orang itu dan meminta upah bayaran atas darah

kotor yang telah mereka keluarkan. Sekalipun tindakan ini menunjukkan perangai

buruk, namun kisah ini mengisyaratkan bekam sudah lama digunakan (Syihab, 2005).

Pada abad keenam Masehi, Islam datang sebagai petunjuk bagi umat manusia,

yang menganjurkan kebajikan dan melarang kemungkaran dalam kepercayaan atau

aqidah, ibadah, etika, muamalah, adab, dan semua masalah kehidupan. Rasulullah

saw. datang untuk memperkenalkan pengobatan yang secara umum telah diketahui

orang Arab, dan menerapkannya. Ketika Rasulullah saw. hadir dengan membawa

syariat Islam, bekam sudah menjadi tradisi pengobatan bangsa Arab saat itu. Sebagai

pengobatan peninggalan nenek moyang, para sahabat khawatir bahwa bekam

termasuk pengobatan yang dilarang dalam Islam. Tetapi Rasulullah saw. tidak

melarangnya, justru beliau menyampaikan bahwa diantara pengobatan-pengobatan

yang ada pada saat itu, bekam adalah yang paling utama dan Rasulullah SAW.
merekomendasikan umatnya agar berbekam. Dengan itu mulailah muncul masa baru

dalam ilmu kedokteran, yang kemudian dikenal sebagai at-Ṭibbu an-Nabawi. Dengan

perkembangan ini, bekam mencapai puncak perkembangannya setelah Rasulullah

saw. menyetujuinya maupun dilihat dari segi ilmiah. Hal tersebut disebut dengan al-

Ḥijâmah an-Nabawiyah atau Bekam Nabi. Adapun hadis-hadis Rasulullah SAW.

menyebutkan bahwa bekam itu baik. Pada masa Rasulullah saw. alat bekam yang

digunakan tidak lagi berupa tanduk hewan, akan tetapi pada masa itu beliau

menggunakan kaca yang berupa cawan atau mangkok tinggi. Di masa perkembangan

Islam sekitar tahun 300 hijriyah, di Baghdad, bekam merupakan pengobatan yang

paling maju saat itu. Mereka menggunakan bekam bersama kay dan faṣdu. Para juru

bekamnya pun bermacam-macam, dari yang hanya belajar karena turun temurun,

bekam jalanan, hingga ahli bekam yang berpendidikan seperti di lembaga kedoteran

tinggi Jundi Syahpur, Harran, Syam, maupun Iskandariyah (Sa'idah, 2015).

2.2.2 Pengenalan Bekam

Kata bekam merupakan terjemahan dari kata hijamah dalam bahasa arab yang

merupakan asal kata dari al-hajmu yang berarti membekam. Menjadikan pemaknaan

al hijamah atau bekam diartikan sebagai peristiwa penghisapan darah dengan alat

menyerupai tabung, mengeluarkan darah dari permukaan kulit dengan penyayatan.

Pengertian bekam sendiri adalah metode pengobatan dengan cara mengeluarkan

darah yang terkontaminasi toksin atau oksidan dari dalam tubuh melalui permukaan

kulit ari. Dalam istilah medis dikenal dengan istilah Oxidant Release Therapy atau

Oxidant Drainage Therapy atau istilah yang lebih populer adalah detoksifikasi

(Kasmui, 2011).

Terapi bekam ini mempunyai dua macam yaitu bekam kering dan bekam

basah. Bekam kering adalah bekam yang dilakukan tanpa goresan ataupun sayatan

pada tubuh. Bekam kering dapat disebut juga dengan bekam angin, yaitu bekam yang
dilakukan dengan cara menghisap permukaan kulit dan memijat tempat sekitarnya

tanpa mengeluarkan darah kotor. Sedangkan bekam basah merupakan bekam kering

yang mendapatkan tambahan perlakuan, yaitu darahnya dikeluarkan dengan cara

disayat pada daerah yang dibekam (Sugung, 2017).

Tubuh manusia teridiri dari 12 saluran utama dan 4 saluran tambahan.

Saluran-saluran ini mengandung unsur magnet. Selama unsur ini bekerja dengan baik

tanpa ada halangan sedikit pun, maka orang tersebut berada dalam kondisi sehat.

Namun, jika terjadi penyumbatan pada saluran ini maka mulailah muncul masalah-

masalah. Dalam saluran ini terdapat titik-titik elektromagnet, ketika terjadi gangguan

kesehatan manusia, maka titik elektromagnet ini akan mengalami gangguan.

Elektromagnet akan mengirimkan tanda kepada bagian tubuh tertentu untuk

menunjukkan bahwa telah terjadi ketidakseimbangan atau melemahnya bagian

tersebut. Mengenai titik bekam, tedapat perbedaan pendapat. Salah satunya ada yang

berpendapat bahwa bekam memiliki 98 titik, 55 titik diantaranya di bagian punggung,

dan 43 titik di wajah dan perut. Setiap penyakit memiliki titik bekam tertentu pada

tubuh manusia. Banyaknya titik bekam ini tak lain karena fungsi dan pengaruh-

pengaruhnya pada tubuh. Titik yang dianggap paling penting yang menjadi titik

bersama seluruh penyakit dan menjadi titik awal bekam adalah punggung bagian atau

sejajar dengan pundak dan di bawah tengkuk, karena titik tersebut merupakan tempat

berkumpulnya darah kotor (Sugung, 2017).

Terapi bekam tidak menimbulkan efek samping yang berat hanya dapat

menimbulkan ketidaknyamanan yang disebabkan oleh adanya bekas pengekopan dan

tusukan jarum/sayatan di kulit, namun bekas di kulit akan hilang dalam waktu 2-3

hari, sehingga terapi bekam sangat aman untuk dilakukan.

2.2.3 Titik Bekam Untuk Menangani Gastritis

a) Al akhdain : Untuk gangguan gigi, telinga, kolesterol, dan stroke


b) Al katifain : Untuk hipertensi, sakit bahu, leher, kolesterol, stroke

c) Al kaahil : Untuk hipertensi, kolesterol

d) Al warik : Untuk meningkatkan daya tahan tubuh

e) Titik anatomi abdomen : Untuk pencernaan, gastritis, esofagitis, ulkus

abdomen

2.3 Bekam Dalam Menangani Gastritis

Mekanisme bekam dalam menangani gastritis yaitu, melalui rangsangan pada

kulit berupa sentuhan, pijatan, sayatan pisau bekam atau lancet akan menyebakan sel

mast melepaskan beberapa zat seperti, serotonin, histamin, bradikinin, slow reacting

sub stance (SRS). Histamin bermanfaat dalam proses perbaikan sel yang sakit, anti

radang, serta memacu pembentukan reticulo endothelial cell, yang akan

meningkatkan daya resistensi dan imunitas (kekebalan) tubuh. Di sisi lain, berbagai

zat yang dilepaskan akibat mekanisme bekam tersebut menyebabkan terjadinya

pelebaran pembuluh darah kapiler. Reaksi itu menyebabkan terjadinya perbaikan

mikro sirkulasi pembuluh darah yang memicu timbulnya efek relaksasi otot-otot yang

pada abdomen, sehingga nyeri gastritis pada abdomen dapat berkurang (Ningsih &

Afriana, 2017).

Bekam dilakukan pada titik Kaahil (tengkuk), kedua bahu dan daerah

punggung setinggi ginjal kanan dan kiri hal ini dimaksudkan untuk membuang toksin

dan hasil metabolik dan darah yang sudah rusak dan menjadi sampah yang merusak

bagi tubuh. Selain itu juga bertujuan untuk memperbaiki fungsi abdomen sehingga

nyeri gastritis pada abdomen dapat berkurang, Titik abdomen melalui zat nitrit oksida

(NO) berfungsi mengurangi nyeri dan membuang zat prostaglandin dari tempat yang

sakit sehingga akan mengurangi rasa sakit, bekam juga memicu sekresi zatendorfin

dan enkefalin di dalam tubuh yang berfungsi sebagai pereda nyeri alami. Bekam

meredakan rasa nyeri dengan Gate Control Theory. (Ningsih & Afriana, 2017).
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. KerangkaKonsep

Pengaruh variable independen terhadap variable dependen di gambarkan dalam


kerangka konsep sebagai berikut :

Independent :
Dependent : ketidaknyamanan
Pemberian Terapi nyeri pada abdomen
Bekam

Faktor-faktor penyebab gastritis : Bekam Titik abdomen melalui zat


1. Faktor umur nitrit oksida (NO) berfungsi
2. Jenis kelamin mengurangi nyeri dan membuang
3. Stress zat prostaglandin dari tempat yang
4. Efek obat-obatan sakit sehingga akan mengurangi
5. Kebiasaan makan rasa sakit, bekam juga memicu
sekresi zatendorfin dan enkefalin
di dalam tubuh yang berfungsi
sebagai pereda nyeri alami.

Keterangan :

: Di teliti

: Tidak di teliti

: Berhubungan

B. HipotesisPenelitian
1. Penentuan hipotesis

:Tidak ada pengaruh antara Terapi Bekam dengan penanganan gastritis

:Ada pengaruh antara Terapi Bekam dengan penanganan gastritis.


BAB 4

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah rencana atau rancangan yang dibuat oleh peneliti

sebagai bentuk kegiatan yang akan dilaksanakan. Dalam penelitian ini menurut

analisanya merupakan penelitian observasional. Karena penelitian ini menilai apakah

terapi bekam berpengaruh terhadap penanganan gastritis. Dengan mnggunakan data

primer didapatkan melalui pemeriksaan pada pasien yang melakukan kunjungan atau

pemeriksaan di klinik Puri AHC Glenmore.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Menurut Arikunto (2013) populasi merupakan keseluruhan subjek

penelitian. Populasi adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria yang telah

ditetapkan (Nursalam, 2017). Populasi adalah keseluruhan pasien yang

melakukan kunjungan atau pemeriksaan di klinik Puri AHC Glenmore.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Nursalam, 2017). Besarnya

sampel yang digunakan dalam penelitian ini dihitung menggunakan Rumus

Slovin (Sunyoto, 2013) sebagai berikut :

Dimana :

: Ukuran sampel
N : Jumlah Populasi
E : Toleransi kesalahan (error tolerance), untuk

penelitian kesehatan sebesar 5% atau 0,05

Maka :

Sehingga jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini dengan

tingkat kemaknaan sebesar 95% adalah sebesar dengan pembulatan 14

responden.

Pada penelitian ini kriteria inklusi antara lain :

a. Semua pasien yang terdiagnosis gastritis yang melakukan kunjungan atau

pemeriksaan di klinik Puri AHC Glenmore.


b. Mau bekerja sama dalam penelitian.

Sedangkan untuk Kriteria Eksklusi antara lain :

a. Pasien yang tidak terdiagnosis gastritis.

b. Pasien yang tidak melakukan kunjungan atau pemeriksaan di klinik Puri

AHC Glenmore .

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

3.3.1 Tempat penelitian

Merupakan lokasi penelitian dilaksanakan dan atau sumber data

penelitian diambil (Nursalam, 2017). Tempat penelitian pada penelitian ini

adalah Klinik Puri AHC Glenmore.

3.3.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada 04 Januari – 06 Februari 2021.

3.4 Penatalaksanaan Penelitian

1. Lokasi

Lokasi peneltian ini di Klinik Puri AHC Glenmore.

2. Data pasien

Data yang dikumpulkan berupa data mengenai :

a. Nama

b. Alamat

c. Umur

d. Jenis Kelamin

e. Nyeri sebelum terapi

f. Nyeri sesudah terapi.

3.5 Variabel Penelitian

1. Variabel Independen

Terapi Bekam
2. Variabel Dependen

Nyeri pada masing-masing subjek penderita gastritis

3.6 Definisi Operasional Penelitian

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Umur

Dalam penelitian ini umur yang digunakan lebih dari 20 tahun

2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin pada penelitian ini adalah laki – laki dan perempuan.

3. Nyeri sebelum terapi

Data diperoleh dari pasien sebelum menjalani terapi bekam dilakukan

pengkajian nyeri.

4. Hasil terapi

Data diperoleh dari pasien setelah dilskukan terapi bekam dan melakukan

pengecekan dan pemeriksaan lagi pada Klinik Puri AHC Glenmore

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah data alat stetoskop

untuk pemeriksaan abdomen. Tujuannya untuk mendengar bising usus dan nyeri

tekan setelah dilakukan terapi bekam di Klinik Puri AHC Glenmore.

3.8 Cara Pengumpulan Data

Data penelitian ini diperoleh Pengambilan data primer didapatkan pada

responden yang mengalami gastritis dengan menggunakan wawancara langsung dan

melakukan pemeriksaan nyeri kemudian dilanjutkan dengan terapi bekam, 15 menit

kemudian setelah diberikan terapi bekam kembali dilakukan pemeriksaan abdomen.

1. Tahap Administratif
Peneliti melakukan permohonan ijin untuk dilaksanakanya pengambilan data

awal kepada pembimbing lahan sekaligus pemilik tempat Klinik Puri AHC

Glenmore. Permohonan ijin diberikan melalui perijinan secara lisan.

2. Tahap Pelaksanaan

Setelah peneliti mendapatkan ijin dari pembimbing lahan, selanjutnya adalah

melakukan pengumpulan data dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Mencari responden di area Klinik Puri AHC Glenmore

b. Menjelaskan maksud dan tujuan dilakukanya penelitian kepada responden

c. Memberikan lembar persetujuan menjadi responden sebagai bentuk informed

consent

d. Melakukan pengukuran data melalui pemeriksaan nyeri pada abdomen kepada

responden.

e. Mengevaluasi seluruh hasil pengukuran data

3.9 Analisa Data

1. Pengolahan Data

Dalam analisis data, data mentah tidak dapat digunakan untuk menjawab masalah

dalam penelitian. Maka dalam statistik, data tersebut harus diolah terlebih dahulu

dengan tujuan agar data mentah dapat diubah menjadi informasi (Nursalam, 2013).

Langkah-langkah pengolahan data yang harus ditempuh adalah sebagai berikut :

a. Editing

Editing merupakan suatu upaya untuk melakukan pengecekan guna memastikan

kebenaran data-data yang telah diperoleh. Editing juga dapat dilakukan untuk

melengkapi data yang kurang atau sebagai rujukan pengambilan data ulang jika

ada data yang tidak sesuai.

b. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode angka (numeric) terhadap data yang

diperoleh berdasarkan beberapa kategori. Pemberian coding sangat penting bila

analisis dan pengolahan data menggunakan komputer.

c. Processing

Pemrosesan data dilakukan dengan caraentry data atau memasukkan data dari

instrumen penelitian ke komputer agar data dapat dianalisis. Selanjutnya data akan

diproses dalam bentuk tabulasi data.

d. Cleaning

Pembersihan data atau cleaning dilakukan dengan cara mengecek kembali

kebenaran data yang sudah dimasukkan ke dalam program komputer sehingga

benar-benar siap untuk dianalisis.

2. Analisa Data

Analisis Univariat pada penelitian ini yaitu untuk melihat nilai mean (rata-rata),

standar deviasi, minimum dan maksimum sebelum dan sesudah tindakan terapi

akupresur pada pasien hipertensi Analisis bivariat menguji signifikansi hasil t hitung

dibandingkan dengan t tabel.

3.10 Etika Penelitian

Sehubungan dengan etika penelitian yang akan dilakukan, peneliti meminta izin

kepada perawat klinik griya holistik bangsalsari, dan pasien-pasien yang mendapatkan

pelayanan terapi bekam, bahwa peneliti akan melakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Penanganan Gastritis”. Sebelum penelitian

berlangsung, peneliti mendapat persetujuan responden melalui surat pernyataan

(informed conccent). Peneliti melindungi kerahasiaan data responden dengan tidak

memberitahukan di muka umum mengenai identitas asli dan riwayat penyakit

responden. Publikasi penelitian hanya akan mencantumkan data hasil eksperimen


lapangan tanpa mencantumkan identitas dan riwayat penyakit responden. Hak-hak

responden untuk menolak atau menerima kerjasama degan peneliti adalah dijamin

karena keikutsertaan responden atas dasar sukarela tanpa paksaan dari peneliti ataupun

pihak lain.
BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Data

Penelitian ini dilakukan dengan data primer yang didapat saat pasien

datang ke klinik Puri AHC Glenmore. Jumlah subjek pada penelitian ini

adalah 14 orang. Dari Hasil pengumpulan data didapatkan jenis kelamin, usia,

pemeriksaan nyeri sebelum dan sesudah terapi, dan pengaruh terapi bekam

terhadap penanganan gastritis.

Tabel 5.1 Data Pasien Gastritis Berdasarkan Jenis Kelamin di Klinik

Puri AHC Glenmore

Jumlah (n) Presentase


Laki-laki 5 35,7%
Perempuan 9 64,3%
Jumlah 14 100%

Berdasarkan Tabel 5.1 menunjukkan bahwa jenis kelamin perempuan

lebih banyak dari pada laki-laki, yaitu sebanyak 9 orang (64,3%) sedangkan

laki laki-laki sebanyak 5 orang (35,7%). Dalam penelitian ini subjek yang

diteliti adalah laki-laki dan perempuan sebanyak 14 orang yang menderita

gastritis dan diberi terapi bekam.

Tabel 5.2 Data Pasien Gatritis di Klinik Puri AHC Glenmore

Usia Jumlah (n) Presentase


20-29 6 42,8%
30-39 6 42,8%
40-49 2 14,3%
Jumlah 14 100%

Berdasarkan Tabel 5.2 menunjukkan bahwa usia antara 20-29 sebanyak 6

orang atau 42,8 %, usia 30-39 sebanyak 6 orang atau 42,8 % dan sebanyak 2

orang (14,3%), berada pada usia 40 - 49. Dalam penelitian ini subjek yang

diteliti berada pada rentang usia 20 sampai dengan 39 tahun.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Nyeri Responden Setelah Terapi Bekam

di Klinik Puri AHC Glenmore

Hasil Terapi Jumlah (n) Presentase

Menurun 11 64,7 %

Tidak berubah 6 35,3%

Meningkat 0 0%

Jumlah 13 100%

Pada tabel di atas didapatkan hasil terapi bekam terhadap nyeri pada

gastritis, terdapat 11 orang (64,7%) yang mengalami penurunan nyeri setelah

dilakukan tindakan bekam, dan terdapat 6 orang (35,3%) yang tidak

mengalami penurunan nyeri setelah dilakukan tindakan bekam. Berdasarkan

persentase hasil terapi bekam terhadap nyeri pada gastritis tersebut

menunjukkan bahwa lebih banyak pasien yang mengalami penurunan nyeri

setelah dibekam. Bekam Titik abdomen melalui zat nitrit oksida (NO)

berfungsi mengurangi nyeri dan membuang zat prostaglandin dari tempat

yang sakit sehingga akan mengurangi rasa sakit, bekam juga memicu sekresi
zatendorfin dan enkefalin di dalam tubuh yang berfungsi sebagai pereda nyeri

alami.

Tabel 5.4 Rata-Rata Nyeri Gastritis Responden Sebelum dan Setelah


diberikan Terapi Bekam di klinik puri AHC Glenmore.
No Skala Nyeri Sebelum Skala Nyeri Sesudah

1 4 2

2 4 2

3 4 3

4 5 3

5 5 3

6 4 2

7 5 3

8 4 3

9 3 2

10 3 2

11 4 2

12 5 4

13 4 3

14 4 3

Rata-Rata 4.14 2.64

Berdasarkan tabel diatas rata-rata nyeri pada pasien gastritis sebelum

dilakukan terapi bekam yaitu 4,14 dan rata-rata nyeri pada pasien gastritis

sesudah dilakukan terapi bekam yaitu 2.64. Meskipun rata-rata nyeri pada

pasien gastritis setelah dilakukan bekam menurun, akan tetapi jika

dibandingkan dengan nyeri pada gastritis sebelum terapi bekam dilakukan

mengalami penurunan yaitu dari rata-rata 4,14 ke 2,64 jadi meskipun tidak
turun secara drastis akan tetapi ada perbedaan penurunan nyeri pada gastritis

sebelum dan sesudah terapi bekam.

5.2 Pembahasan

Berdasarkan Jurnal penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Hidayah (2014), yang berjudul “Pengaruh Terapi Bekam Terhadap

Penurunan Nyeri Gastritis Pada Dewasa di Wilayah Kerja Puskesmas

Purwakarta” didapatkan fakta bahwa nyeri gastritis sebelum diberikan

perlakuan (pre-test) dan setelah diberikan perlakuan (post-test) terjadi

penurunan nyeri setelah terapi bekam dilakukan selama kurang lebih 15

menit. Bekam merupakan salah satu jenis dari terapi komplementer yang

terdiri dari empat proses, yaitu penghisapan kulit dan jaringan bawah kulit,

pembiaran gelas dalam posisi tekanan negatif, pengeluaran darah, dan titik

yang tepat (Purwanto, 2013).

Salah satu manfaat dari terapi bekam yaitu Menyembuhkan

berbagai macam penyakit. Rasulullah SAW mengisyaratkan ada 72

macam penyakit yang dapat disembuhkan dengan jalan berbekam, seperti:

gastritis, asam urat, darah tinggi, jantung, kolesterol, masuk angin,

migrain, sakit mata, stroke, sakit gigi, vertigo, sinusitis, jerawat, sembelit,

wasir, impotensi, kencing manis, liver, ginjal, pengapuran dan lain – lain.

(Rahmat, 2013). Mekanisme bekam dalam menangani gastritis yaitu,

melalui rangsangan pada kulit berupa sentuhan, pijatan, sayatan pisau

bekam atau lancet akan menyebakan sel mast melepaskan beberapa zat

seperti, serotonin, histamin, bradikinin, slow reacting sub stance (SRS).

Histamin bermanfaat dalam proses perbaikan sel yang sakit, anti radang,
serta memacu pembentukan reticulo endothelial cell, yang akan

meningkatkan daya resistensi dan imunitas (kekebalan) tubuh. Di sisi lain,

berbagai zat yang dilepaskan akibat mekanisme bekam tersebut

menyebabkan terjadinya pelebaran pembuluh darah kapiler. Reaksi itu

menyebabkan terjadinya perbaikan mikro sirkulasi pembuluh darah yang

memicu timbulnya efek relaksasi otot-otot yang pada abdomen, sehingga

nyeri gastritis pada abdomen dapat berkurang (Ningsih & Afriana, 2017).

Bekam dilakukan pada titik Kaahil (tengkuk), kedua bahu dan

daerah punggung setinggi ginjal kanan dan kiri hal ini dimaksudkan untuk

membuang toksin dan hasil metabolik dan darah yang sudah rusak dan

menjadi sampah yang merusak bagi tubuh. Selain itu juga bertujuan untuk

memperbaiki fungsi abdomen sehingga nyeri gastritis pada abdomen dapat

berkurang, Titik abdomen melalui zat nitrit oksida (NO) berfungsi

mengurangi nyeri dan membuang zat prostaglandin dari tempat yang sakit

sehingga akan mengurangi rasa sakit, bekam juga memicu sekresi

zatendorfin dan enkefalin di dalam tubuh yang berfungsi sebagai pereda

nyeri alami. Bekam meredakan rasa nyeri dengan Gate Control Theory.

(Ningsih & Afriana, 2017).

BAB 6
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Ada pengaruh yang berarti dari tarapi bekam terhadap penurunan nyeri
pada pasien gastritis .
6.2 Saran
1. Bagi Klien
terapi bekam bisa digunakan sebagai pengobatan alternatif dalam upaya
menurunkan nyeri pada gastritis .
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Menjadikan terapi komplementer yaitu bekam sebagai salah satu pilihan
intervensi keperawatan dalam menurunkan nyeri pada gastritis.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Diet Penyakit Lambung. Direktorat Bina Gizi Kementrian


Kesehatan RI
Gajapathi Rao, Vaanipriya. Tanda Dan Gejala Gastropati NSAID. Bali: Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana

Hariwijaya M, Sutanto. 2007. Buku Panduan Pencegahan Dan Pengobatan


Penyakit Kronis. Jakarta : EDSA Mahkota;

Harrison. 2000. Prinsip- Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. EGC. Pp.1549


Lindseth GN. Gangguan Lambung Dan Duodenum. In: Price SA, Wilson LM
(Editors). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed.6
Vol.1. Jakarta: Penerbit ECG. 2002. P.417-35.

Mansjoer A. 2001.Kapita Selekta Kedokteran Edisi III. Jakarta : Media


Aesculapius; .

Mansyur,2005. Kapita Selekta Kedokteran. EGC

Masuda H. Strocain And Peptic Ulcer: A New Therapy For GI Disease. Clinician
International. Eisai Clinician Bull Jpn 1973; 1: 4-7. Mukerji B, Zaidi
SH, Singh GB. Spice

Maulidiyah U. 2006. Hubungan Antara Stres Dan Kebiasaan Makan Dengan


Terjadinya Kekambuhan Penyakit Gastritis [Online]. Dari
Http://Adln.Lib.Unair.Ac.Id/ [01Januari 2017].

Mawey BK, Kaawoan A, Bidjuni H. 2014. Hubungan Kebiasaan Makan Dengan


Pencegahan Gastritis Pada Siswa Kelas X Di Sma Negeri 1 Likupang
[Jurnal]. Manado: Universitas Sam Ratulangi.

Murjayana, Hanik. 2011. Faktor Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan


Kejadian Gastritis. Semarang : Universitas Negeri Semarang
Pancardo DCT, Sandoval JR, Mota MMV .,Et Al . Identification Of Life Habits
Factors As Risk For Gastritis And Colitis Occurrence In A Mestizo
Population Of Chabeklumil. Chiapas, Mexico.OJN.2012,2,67-71

Price, A.S., Wilson M.L. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Jakarta:EGC. Pp. 422

Rondonuwu, Andre Ariel, Adeanne Wullur, Dan Widya Astuti Lolo. 2013. Kajian
Penatalaksanaan Terapi Pada Pasien Gastritis Di Instalasi Rawat Inap
RSUP PROF DR. R. D. Kandou Manado Tahun 2013. Manado :
FMIPA UNSRAT

Setiadi, Anatomi Dan Fisiologi Manusia, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007 Cet. 1.

Suparyanto. 2012. Etiologi Dan Penanganan Gastritis (Online). Http://Dr-


Suparyanto.Blogspot.Com/ 2012/02/Etiologi-Dan-Penanganan-
Gastritis.Html. (Diakses Tanggal 2 Maret 2017 Pukul 5:44 WIB)

Tarigan P. Tukak Gaster. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M,


Setiati S (Editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Ed.4 Jilid.I.
Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006. P.338-48.

Anda mungkin juga menyukai