Disusun Oleh :
SITI MAESAROH
20317132
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut
sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk
menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap
zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak
dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Gastrointestinal adalah merupakan suatu saluran pencernaan yang
panjangnya sekitar 9 meter mulai dari mulut sampai anus, meliputi
oropharing, esophagus, stomach(lambung), usus halus dan usus besar, Sistem
pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan,
yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
Di mulut makanan dikunyah dan dicampur dengan sekresi kelenjar
saliva sehingga menjadi bolus. Esophagus mengantarkan bolus dari mulut ke
stomach (lambung), Lambung, usus halus dan usus besar sebagai tempat
penampung makan/bolus dan produk akhir dari pencernaan. Lumen
gastrointestinal secara umum memiliki lapisan mukosa, submukosa, lapisan
otot. Sistem gastro intestinal dan organ accesoris memperoleh aliran darah
sekitar 25 – 30 % dari cardiac out put. Saraf yang terlibat dalam
mengendalikan sistem gastro intestinal melibatkan saraf autonom saraf
parasimpatis dan simpatis.
Gangguan fungsi biasanya terjadi apabila terdapat proses patologis
pada organ tertentu, atau bilamana terjadi stres lain yang memperberat organ
dari organ yang sudah mulai menurun fungsi dan anatomiknya, mulai dari gigi
sampai anus terjadi perubahan morfologik, antara lain : atrophy pada mukosa,
kelenjar dan otot pencernaan sehingga dapat menyebabkan perubahan
fungsiaonal ataupun patologik dan gangguan mengunyah, menelan dan
perubahan nafsu makan dan penyakit yang berhubungan dengan
gastrointestinal lainnya.
Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung.
Peradangan ini dapat menyebabkan pembengkakan lambung sampai
terlepasnya epitel mukosa superpisial yang menjadi penyebab terpenting
dalam gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel dapat merangsang
timbulnya inflamasi pada lambung (Sukarmin, 2013).
Banyaknya faktor yang dapat menyebabkan gastritis yang membuat
angka kejadian gastritis juga meningkat menurut World Health Organization
(WHO) angka kematian di dunia akibat kejadian gastritis di rawat inap yaitu
17-21% dari kasus yang ada pada tahun 2012. Di Indonesia menurut WHO
(2012) adalah 40,8%. Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di
Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952
jiwa penduduk (Waluyo & Suminar 2017).
Salah satu manifestasi klinis yang terjadi pada pasien gastritis adalah
nyeri. Nyeri yang dirasakan adalah nyeri ulu hati atau nyeri epigastrium.
(Raghavan dan Holmgren 2012) Nyeri adalah pengalaman sensori dan
emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual
dan potensial (Ben et al. 2012) Secara umum tanda dan gejala yang sering
terjadi pada pasien yang mengalami mengalami nyeri dapat tercermin dari
perilaku pasien misalnya suara (menangis, merintih, menghembuskan nafas),
ekspresi wajah (meringis, menggigit bibir), pergerakan tubuh (gelisah, otot
tegang, mondar-mandir, dll), interaksi sosial (menghindari percakapan,
disorientasi waktu) (Judha, 2012 dalam Supetran, 2018).
Berdasarkan hasil pengkajian keluarga Tn P (53thn) merupakan
keluarga inti yang beranggotakan istri yaitu Ny I (48thn), Tn Y (25thn), Tn A
(23thn), An F (15thn) dan An N (13thn). Keluuarga Tn P merupakan
keluarga dengan tahanp tumbuh kembang keluarga dengan anak dewasa.
Sehari-hari Tn P bekerja sebagai karyawan pabrik dan istrinya Ny I sebagai
ibu rumah tangga.
Hasil pengkajian yang dilakukan sebelumnya (08 Maret 2021)
teridentifikasi bahwa Ny I mengalami gastritis sejak 3 bulan yang lalu,
setelah berobat ke dokter dan sampai saat pengkajian Ny I masih mengeluh
nyeri di ulu hati dan sering merasa mual. Sakit pada lambung atau sering
disebut dengan magh dihubungkan dengan faktor stress dan makan yang
tidak teratur. Keadaan stress bisa mengakibatkan makan tidak teratur.
Keadaan stress menyebabkan produksi cairan asam lambung meningkat
sehingga “tegang” oleh cairan asam lambung. Cairan asam lambung ini bisa
mengikis dinding lambung sehingga luka dan terasa perih bila terkena bahan
asam. Bila luka lambung semakin meluas, berisiko melukai pembuluh darah
dan terjadi perdarahan yang dimuntahkan sebagai muntah darah (Budiman,
2011).
Ny I yang sudah berusia 48 tahun tinggal bersama suami dan keempat
anaknya, diusianya yang memasuki premenoupose Ny I sering mengeluh
tidak enak badan dan sukar untuk beraktivitas terutama setelah mempunyai
gangguan sistem pencernaan yaitu gastritis. Semua aktivitas yang biasanya
dilakukan seperti bangun pagi untuk masak, mencuci dan mengerjakan
pekerjaan rumah lainnya menjadi terganggu karena kondisi Ny I yang sering
sakit belakangan ini yang sering merasa mual, lemas dan sakit ulu hati. Hasil
Pengkajian TD :140/90 Hr : 101x/menit RR : 21x/menit S: 37,60C. Ny I
mengatakan nyeri pada ulu hati dan mual terutama pada pagi hari, dari 1-10
Ny I memilih angka 4 untuk mendeskripsikan nyeri yang dirasakan.
Haisl pengkajian terkait Gastritis Ny I mengatakan sering merasa
mual sampai lemas juga sakit pada ulu hati terkadang disertai pusing
sehingga sangat mengganggua ktivitas sehari-hari yang biasanya dilakukan
oleh Ny I. jika sedang merasakan demikian Ny I meminum obat yang
diresepkan oleh dokter kemudia beristirahat namun selain dari itu Ny I
mengatakan tidak tahu cara mengatasi nyeri yang biasanya dialaminya, Ny I
ingin mengetahui cara lain untuk meringankan sakit pada ulu hatinya, karena
saat itu terjadi Ny I sering merasa kurang beristirahat dan bagun lebih awal
sampai tidak bisa tidur lagi pada malam hari.
Pada kunjungan sebelumnya (Senin, 08 Maret 2021) mahasiswa telah
menjelaskan tentang pengertian, jenis, penyebab, faktor resiko, tanda dan
gejala serta akibat gastritis jikantidak diatasi. Mahasiswa juga telah
menjelaskan secara kognitif cara pencegahan nyeri gastritis dan stress yang
bisa dilakukan Ny I yang mengakibatkan asam lambungnya meningkat. Pada
kunjungan kali ini telah disepakati dengan Ny I bahwa mahasiswa bersama
Ny I akan melakukan Implementasi komplementer untuk mengurangi nyeri
akibat gastritis pada Ny I kurang lebih selama 20 menit.
2. Pengkajian Lebih Lanjut
- Ny I mengatakan nyeri ulu hati dan keluhan lainnya dirasakan sejak 3
bulan yanglalu tepatnya setelah ibu Ny I meninggal
- Upaya yang dilakukan Ny I untuk mengataasi nyeri nya yaitu dengan
meminum obat, istirahat dan mengurangi aktivitas
3. Masalah Keperawatan
- Nyeri akut
- Ketidakefektifan Koping
B. RENCANA KEPERAWATAN
1. Diagnosa Keperawatan
- Nyeri Akut
- Ketidakefektifan Koping
2. Tujuan Umum
Setelah dilakukan kunjungan selama 2 x 20 menit, terjadi penurunan
nyeri dan Ny I bisa melakukan secara mandiri penanganan stress dengan terapi
komplementer yang sudah dilakukan sebelumnya
3. Tujuan Khusus
Selama kunjungan 1x20 menit,pasien mampu:
Menjelaskan kembali pengertian terapi komplementer
Menjelaskan kembali manfaat dilakukan
Menjelaskan kembali waktu dilakukan terapi komplementer
Mendemontrasikan salah satu terapi komplementer
Menyepakati waktu dan tujuan kunjungan selanjutnya
C. RENCANA KEGIATAN
1. Metode
Metode yang digunakan adalah diskusi, tanya jawab, demonstrasi terapi
komplementer
2. Media dan Alat
Bantal, buli-buli, kain, lembar balik
3. Waktu dan Tempat
Waktu :Rabu, 10 Maret 2021. Pukul 09.00WIB
Tempat : Rumah Ny I , Pondok Sukatani Permai RT01/RW02
4. Rencana Kegiatan
No Kegiatan Waktu
1 Fase Orientasi 5 Menit
Mengucapkan salam
Menanyakan keadaan klien hari ini
Menjelaskan tujuan kunjungan
2 Fase Kerja 10 menit
Menjelaskan kepada keluarga tentang
pengertian, manfaat, dan waktu dilakukan
terapi komplementer
Mendemontrasikan terapi komplementer
Memotivasi keluarga melakukan redemontrasi
terapi komplementer
Memberikan reinforcement positif atas
kemampuan yang dicapai pasien
3 Fase Terminasi 5 Menit
Melakukan evaluasi hasil kunjungan
Menyepakati waktu dan tujuan kunjungan
berikutya
5. Kriteria Evaluasi
a. Struktur
Laporan pendahuluan telah siap dan dikonsulkan kepada pembimbing
Mahasiswa telah memahami dan menguasai materi Pemberian terapi
komplementer
Pasien siap dan menyepakati waktu kunjungan yaitu tanggal 10 Maret 2021
Media dan alat telah dibuat dan siap digunakan yaitu bantal,buli-buli,kain dan
lembar balik
b. Proses
Mahasiswa menjelaskan tujuan kunjungan yaitu tentang terapi komplementer
Mahasiswa melakukan kunjungan sesuai dengan waktu yang telah disepakati
dengan keluarga tanggal 10 Maret 2021
Mahasiswa menjelaskan dan mendemontrasikan terapi komplementer
Pasien menerima kunjungan mahasiswa
Pasien aktif selama proses implementasi kunjungan dan interaksi dengan
mahasiswa
Pasien menyepakati kontrak kunjungan berikutnya
Alat dan media dapat digunakan
c. Hasil
85% mampu menjelaskan kembali pengertian terapi komplementer
100% menjelaskan kembali manfaat dilakukan pemberian terapi komplementer
85% menjelaskan kembali waktu dilakukan pemberian terapi komplementer
85% mendemontrasikan kembali pembuatan terapi komplementer
100% menyepakati waktu dan tujuan kunjungan selanjutnya
Pembimbing Mahasiswa
(Ns. Rina Puspitasari, M.Kep) (Siti Maesaroh)
MATERI TERAPI KOMPLEMENTER UNTUK
MENGURANGI NYERI GASTRITIS
A. PENDAHULUAN
Pada dasarnya terapi komplementer telah didukung berbagai teori, seperti teori
Nightingale, Roger, Leininger, dan teori lainnya. Terapi komplementer dapat
digunakan di berbagai level pencegahan. Perawat dapat berperan sesuai kebutuhan
klien. Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi bagian penting dalam
pelayanan kesehatan di Amerika Serikat dan negara lainnya (Snyder & Lindquis,
2002). Estimasi di Amerika Serikat 627 juta orang adalah pengguna terapi alternatif
dan 386 juta orang yang mengunjungi praktik konvensional (Smith et al., 2004).
Data lain menyebutkan terjadi peningkatan jumlah pengguna terapi komplementer di
Amerika dari 33% pada tahun 1991 menjadi 42% di tahun 1997 (Eisenberg, 1998
dalam Snyder & Lindquis, 2002).
Salah satu terapi non-farmakologi yang dapat diberikan pada penderita yang
mengalami nyeri pada gastritis adalah terapi komplementer (Indayani 2018).
Beberapa tindakan mandiri yang dapat di laksanakan perawat untuk membantu klien
yaitu dengan menggunakan Manajemen Nyeri untuk menghilangkan atau mengurangi
nyeri dan meningkatkan rasa nyaman. Menggunakan komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri pasien yaitu dengan menggunakan teknik distraksi,
relaksasi (Menggunakan napas dalam), pijat efflurage, guided imaginary, kompres air
hangat, teknik relaksasi otot progresif dalam, relaksasi genggam jari.
B. PENGERTIAN DAN MANFAAT
1. Relaksasi Nafas Dalam
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien
bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi
secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan.
Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga
dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah
(Smeltzer dan Bare, 2002 dalam Wijayanti dan Dirdjo 2015).
2. Massage Efflurage
Massage (pijatan) adalah tindakan penekanan oleh tangan pada
jaringan lunak, biasanya otot tendon atau ligamen, tanpa menyebabkan
pergeseran atau perubahan posisi sendi guna menurunkan nyeri, menghasilkan
relaksasi, dan/atau meningkatkan sirkulasi. Pengaruh mekanis dari effleurage
adalah membantu kerja pembuluh darah balik (vena) dan menyebabkan
timbulnya panas tubuh sehingga manipulasi effleurage dapat berfungsi sebagai
pemanasan (warming up) (Shirbeigi et al. 2015). Pengaruh fisiologis dari
gosokan yang kuat mempengaruhi sirkulasi darah pada jaringan yang paling
dalam dan di otot-otot merupakan teknik masase yang aman, mudah, tidak
perlu banyak alat, tidak perlu biaya, tidak memiliki efek samping dan dapat
dilakukan sendiri atau dengan bantuan orang (Nisofa, 2002 dalam
Hanggarwati, 2015).
3. Guided Imagery
Guided imagery merupakan imajinasi yang dirancang secara khusus
untuk mencapai efek positif. Dengan membayangkan hal-hal yang
menyenangkan maka akan terjadi perubahan aktifitas motorik sehingga otot-
otot yang tegang menjadi relaks, respon terhadap bayangan menjadi semakin
jelas. Hal tersebut terjadi karena rangsangan imajinasi berupa hal-hal yang
menyenangkan akan dijalankan kebatang otak menuju sensor thalamus untuk
diformat. Sebagian kecil rangsangan itu ditransmisikan ke amigdala dan
hipokampus, sebagian lagi dikirim ke korteks serebi. Sehingga pada korteks
serebi akan terjadi asosiasi pengindraan. Guided imagery adalah sebuah teknik
yang memanfaatkan cerita atau narasi untuk mempengaruhi pikiran, sering
dikombinasi dengan latar belakang musik. Guided imagery dapat berfungsi
sebagai pengalih perhatian dari stimulus yang menyakitkan dengan demikian
dapat mengurangi respon nyeri (Jacobson, 2006, dalam Kristanti, 2014). Efek
guided imagery and music (GIM) membuat responden merasa rileks dan
tenang. Responden menjadi rileks dan tenang saat mengambil oksigen di udara
melalui hidung, oksigen masuk kedalam tubuh sehingga aliran darah menjadi
lancar serta dikombinasikan dengan imajinasi terbimbing menyebabkan
seseorang mengalihkan perhatiannya yang membuatnya senang dan bahagia
sehingga melupakan nyeri yang di alaminya.
4. Kompres Hangat
Penggunaan kompres hangat diharapkan dapat meningkatkan relaksasi
otot-otot dan mengurangi nyeri akibat spasme atau kekakuan serta
memberikan rasa hangat lokal. Pada umumnya panas cukup berguna untuk
pengobatan. Panas meredakan iskemia dengan menurunkan kontraksi dan
meningkatkan sirkulasi. Kompres hangat dapat menyebabkan pelepasan
endorfin tubuh sehingga memblok transmisi stimulasi nyeri. (Subekti &
Utami, 2011)
5. Genggam Jari
Relaksasi genggam jari adalah sebuah teknik relaksasi yang sangat
sederhana dan mudah dilakukan oleh siapapun yang berhubungan dengan jari
tangan serta aliran energi di dalam tubuh kita. Teknik genggam jari disebut
juga finger hold (Fang et al. 2017) menggenggam jari sambil menarik nafas
dalam-dalam (relaksasi) dapat mengurangi dan menyembuhkan ketegangan
fisik dan emosi, karena genggaman jari akan menghangatkan titik-titik keluar
dan masuknya energi pada meredian (energi channel) yang terletak pada jari
tangan kita (Rogayah, 2017).Titik-titik refleksi pada tangan akan memberikan
rangsangan secara refleks (spontan) pada saat pada saat genggaman.
Rangsangan tersebut akan mengalirkan semacam gelombang kejut atau listrik
menuju otak. Gelombang tersebut diterima otak dan diproses dengan cepat,
lalu diteruskan menuju saraf pada organ tubuh yang mengalami gangguan,
sehingga sumbatan dijalur energi menjadi lancar. (Wijayanti & Dirdjo, 2015).
C. TEKHNIK DAN CARA
1. Relaksasi Nafas Dalam
- Mengatur posisi yang nyaman bagi klien dengan posisi setengah duduk
di tempat tidur atau di kursi atau dengan posisi lying position (posisi
berbaring) di tempat tidur atau di kursi dengan satu bantal.
- Memfleksikan (membengkokkan) lutut klien untuk merilekskan otot
abdomen.
- Menempatkan satu atau dua tangan klien pada abdomen yaitu tepat
dibawah tulang iga
- Meminta klien untuk menarik napas dalam melalui hidung, menjaga
mulut tetap tertutup. Hitunglah sampai 3 selama inspirasi.
- Meminta klien untuk berkonsentrasi dan merasakan gerakan naiknya
abdomen sejauh mungkin, tetap dalam kondisi rileks dan cegah
lengkung pada punggung. Jika ada kesulitan menaikkan abdomen,
tarik napas dengan cepat, lalu napas kuat melalui hidung.
- Meminta klien untuk menghembuskan udara melalui bibir, seperti
meniup dan ekspirasikan secara perlahan dan kuat sehingga terbentuk
suara hembusan tanpa mengembungkan pipi, teknik pursed lip
breathing ini menyebabkan resistensi pada pengeluaran udara paru,
meningkatkan tekanan di bronkus (jalan napas utama) dan
meminimalkan kolapsnya jalan napas yang sempit.
- Menganjurkan klien untuk menggunakan latihan ini dan
meningkatkannya secara bertahap 5-10 menit.
- Merapikan lingkungan dan kembalikan klien pada posisi semula.
2. Massage Efflurage
- Gerakan memutar yang dilakukan oleh telapak tangan
- Gerakan menekan dan mendorong kedepan dan kebelakang
menggunakan tenaga
- Menepuk- nepuk, memotong- motong, meremas-remas, dan gerakan
meliuk-liuk.
- Lakukan 5-10 menit sampai terasa rileks
3. Guided Imagery
- Tentukan posisi nyaman klien
- Minta klien untuk menarik nafas hingga rileks
- Minta klien untuk membayangkan hal-hal yang menyenangkan atau
mendengarkan lagu, murotal sesuai dengan keinginan klien
4. Kompres Hangat
- Tentukan posisi nyaman klien
- Isi botol dengan air hangat atau buli-buli
- Berikan alas kain pada daerah nyeri
- Letakan botol di atas alas kain di daerah nyeri
- Lakukan 3-5 menit sampai nyeri terasa berkurang
5. Genggam Jari
- Atur posisi nyaman klien
- Lakukan membuka dan menutup kedua jari tangan secara bersamaan
- Ketika menggenggam dan membuka jari tangan anjurkan pasien untuk
menarik nafas dan mengembuskannya dengan rileks
- Lakukan 3-5 menit sampai terasa rileks
Volume 1, No. 3
Desember 2018
https://ojs.fdk.ac.id/index.php/Nursing/index
ABSTRAK
Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan ini dapat mengakibatkan
pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya epitel mukosa superfisial yang menjadi penyebab
terpenting gangguan dalam sistem pencernaan. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual dan potensial. Manajemen Nyeri yang menggunakan
teknik distraksi, relaksasi (Menggunakan napas dalam), pijat efflurage, guided imaginary, kompres air hangat,
teknik relaksasi otot progresif dalam, relaksasi genggam jari. Metode yang digunakan digunakan dalam „Literatur
review diawali dengan pemilihan topik, kemudian ditentukan keyword untuk pencarian jurnal menggunakan
bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris melalui beberapa database antara lain Google Scholar, Ebscho, dan Pro
Quest. Pencarian ini dibatasi untuk jurnal mulai tahun 2009 sampai 2019. Berdasarkan beberapa penjelasan
yang telah dikemukakan, bahwa terapi komplementer yang paling sering digunakan adalah relaksasi nafas
dalam, karena relaksasi nafas dalam yang digunakan untuk proses terapi tersebut sangat membantu
meringankan nyeri yang dialami pasien oleh karena itu memudahkan dalam proses penyembuhan dan dapat
dilakukan secara mandiri oleh pasien.
123|RNJ
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 3
Utami, A.D. & Kartika, I.R. (2018). RNJ. 1(3) : 123-132
124|RNJ
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 3
Utami, A.D. & Kartika, I.R. (2018). RNJ. 1(3) : 123-132
komunitas pada pasien yang mengalami nyeri teknik relaksasi nafas dalam mengurangi nyeri,
pada gastritis. diperoleh dari 19 responden, 5 Tidak nyeri, 11
responden nyeri ringan, dan 3 responden nyeri
METODE sedang. Hasil penelitian menunjukan bahwa
Metode yang digunakan dalam penulisan literatur penggunaan metode teknik relaksasi nafas dalam
review ini diawali dengan pemilihan topik, proses penyembuhan pasien pasca operasi fraktur
kemudian ditentukan keyword untuk pencarian femur sangat efektif dalam menyembuhkannya
jurnal. Beberapa database antara lain Google dan sudah terlihat jelas hasilnya. Karena relaksasi
Scholar, dan Pro Quest. Pencarian jurnal ini nafas dalam yang digunakan untuk proses terapi
dibatasi tahunnya mulai dari tahun 2009 sampai tersebut sangat membantu meringankan nyeri
tahun 2019. Keyword yang digunakan adalah yang dialami pasien oleh karena itu memudahkan
„Nyeri Gastritis, Terapi Komplementer‟. Dua puluh dalam proses penyembuhan. (Waluyo & Suminar
jurnal Bahasa Indonesia dan jurnal Bahasa Inggris 2017).
dipilih berdasarkan kriteria inklusi. Kriteria inklusi
dalam literatur review ini adalah terapi Menurut (Ruhman, 2017) adanya pengaruh
komplementer terhadap nyeri gastritis. pemberian relaksasi nafas dalam terhadap
perubahan skala nyeri sebelum dan sesudah
HASIL DAN PEMBAHASAN diberikan intervensi, yaitu pada kasus seorang
Literatur review ini menelaah 20 jurnal artikel True pasien dilakukan intervensi selama 10- 15 menit,
Experiment, tentang terapi komplementer setelah itu peneliti meminta pasien istrahat sekitar
terhadap penurunan nyeri pada pasien gastritis 30-35 menit, selanjutnya peneliti mengkaji ulang
dan hanya memakai 10 jurnal yang inklusi sesuai nyeri dan hasilnya pasien mengatakan nyerinya
dengan keyword. berkurang dan hasil ini dibuktikan dengan
observasi wajah pasien sudah lebih nyaman dan
Relaksasi Napas Dalam terasa rileks, pasien mengaatkan skala nyeri dari 6
Berdasarkan 5 jurnal yang membahas tentang (nyeri sedang) menurun menjadi 3 (nyeri ringan).
Teknik Relaksasi Nafas Dalam. Teknik relaksasi
nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan Pada kasus lainnya, dilakukan intervensi selama
keperawatan, yang dalam hal ini perawat 10-15 menit, setelah itu peneliti meminta pasien
mengajarkan kepada klien bagaimana cara istrahat sekitar 30-35 menit, selanjutnya peneliti
melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan mengkaji ulang nyeri dan hasilnya pasien
inspirasi secara maksimal) dan bagaimana mengatakan nyerinya berkurang dan kepala
menghembuskan nafas secara perlahan. Selain pasien sudah lebih nyaman dan terasa ringan,
dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik pasien mengatakan skala nyeri dari 5-6 (nyeri
relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan sedang) menurun menjadi 2 (nyeri ringan).
ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah Selanjutnya pada kasus seorang Ibu dilakukan
(Smeltzer dan Bare, 2002 dalam Wijayanti dan intervensi selama 10-15 menit, setelah itu peneliti
Dirdjo 2015). meminta pasien istrahat sekitar 30-35 menit,
selanjutnya peneliti mengkaji ulang nyeri dan
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hasilnya pasien mengatakan nyerinya berkurang
perubahan nyeri setelah melakukan relaksasi dan kepala pasien sudah lebih nyaman dan terasa
nafas dalam sangat signifikan. Menurut penelitian ringan, pasien mengatakan skala nyeri dari 5-6
Waluyo & Suminar (2017) yang menggunakan (nyeri sedang) menurun menjadi 3 (nyeri ringan).
125|RNJ
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 3
Utami, A.D. & Kartika, I.R. (2018). RNJ. 1(3) : 123-132
126|RNJ
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 3
Utami, A.D. & Kartika, I.R. (2018). RNJ. 1(3) : 123-132
berfungsi sebagai pengalih perhatian dari stimulus Menurut teori gate-control kompres hangat dapat
yang menyakitkan dengan demikian dapat mengaktifkan (merangsang) serat-serat non-
mengurangi respon nyeri (Jacobson, 2006, dalam nosiseptif yang berdiameter besar ( A-α dan A-β)
Kristanti, 2014). Efek guided imagery and music untuk „‟menutup gerbang‟' bagi serat- serat yang
(GIM) membuat responden merasa rileks dan berdiameter kecil ( A-δ dan C) yang berperan
tenang. Responden menjadi rileks dan tenang dalam menghantarkan nyeri, sehingga nyeri dapat
saat mengambil oksigen di udara melalui hidung, dikurangi (Jeon et al. 2015). Upaya menutup
oksigen masuk kedalam tubuh sehingga aliran pertahanan tersebut merupakan dasar terapi
darah menjadi lancar serta dikombinasikan menghilangkan nyeri. Berdasarkan latar belakang
dengan imajinasi terbimbing menyebabkan diatas penulis berminat melakukan penerapan
seseorang mengalihkan perhatiannya yang terapi kompres air hangat untuk mengurangi nyeri
membuatnya senang dan bahagia sehingga pada gangguan gastritis (Amin, 2017)
melupakan nyeri yang di alaminya. Inilah yang
menyebabkan nyeri mengalami penurunan setelah
dilakukan teknik relaksasi Guided Imagery. Relaksasi Genggam Jari
(Nurhanifah, Afni, & Rahmawati, 2018). Selain itu, Relaksasi genggam jari adalah sebuah teknik
mendengarkan murottal Al-qur‟an juga dapat relaksasi yang sangat sederhana dan mudah
mengurangi nyeri (Kartika, 2015). dilakukan oleh siapapun yang berhubungan
dengan jari tangan serta aliran energi di dalam
Selain itu Ada pengaruh yang signifikan Guided tubuh kita. Teknik genggam jari disebut juga finger
Imaginary Terhadap Penurunan Nyeri Pada hold (Fang et al. 2017) menggenggam jari sambil
Pasien Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas menarik nafas dalam-dalam (relaksasi) dapat
Karang Banjarmasin dengan hasil dari 15 orang mengurangi dan menyembuhkan ketegangan fisik
responden yang mengalami tidak nyeri Sesudah dan emosi, karena genggaman jari akan
diberikan tindakan Guided Imagery sebanyak 10 menghangatkan titik-titik keluar dan masuknya
orang (66,7%), dan yang mengalami nyeri ringan energi pada meredian (energi channel) yang
sebanyak 5 orang (33,3%) (Nurhanifah, Afni, & terletak pada jari tangan kita (Rogayah, 2017).
Rahmawati, 2018)
Titik-titik refleksi pada tangan akan memberikan
rangsangan secara refleks (spontan) pada saat
Teknik Kompres Hangat genggaman. Rangsangan tersebut akan
Penggunaan kompres hangat diharapkan dapat mengalirkan semacam gelombang kejut atau listrik
meningkatkan relaksasi otot-otot dan mengurangi menuju otak. Gelombang tersebut diterima otak
nyeri akibat spasme atau kekakuan serta dan diproses dengan cepat, lalu diteruskan menuju
memberikan rasa hangat lokal. Pada umumnya saraf pada organ tubuh yang mengalami
panas cukup berguna untuk pengobatan. Panas gangguan, sehingga sumbatan dijalur energi
meredakan iskemia dengan menurunkan kontraksi menjadi lancar. (Wijayanti & Dirdjo, 2015). Data
dan meningkatkan sirkulasi. Kompres hangat penelitian dilengkapi dengan tabel Matriks, dengan
dapat menyebabkan pelepasan endorfin tubuh sbb :
sehingga memblok transmisi stimulasi nyeri.
(Subekti & Utami, 2011)
127|RNJ
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 3
Utami, A.D. & Kartika, I.R. (2018). RNJ. 1(3) : 123-132
NO. SITASI JENIS PENELITIAN SAMPEL/ TEMPAT INTERVENSI/ PENGAMBILAN DATA HASIL
1. (Nurhanifah, Artikel penelitian/ 15 responden Metode pre exsperimental design dengan Ada pengaruh yang signifikan guided
Afni, & kuantitatif Klien gastris di wilayah kerja desain one group pretest-posttest design, imaginary terhadap penurunan nyeri pada
Rahmawati, puskesmas karang mekar pasien gastritis di wilayah kerja puskesmas
2018) Banjarmasin, karang banjarmasin.
2. (Ragoyah, 2017) Artikel penelitian/ 36 sampel Desain quasi eksperiment control group Tehnik relaksasi otogenik dan distraksi lebih
kuantitatif Di RS. Sukmul Sisma Medika dan pretest – postest dengan pengambilan efektif terhadap penurunan tingkat nyeri
RS. Harum sisma medika pasien sampel non randomized pasien gastritis.
dengan gastritis
3. (Hanggarwati Artikel penelitian/ 3 orang Single case experimental designs atau Keefektifan distraksi tergantung pada
Novia Devi, kuantitatif Pasien dengan gastritis akut di eksperimen dengan subjek berjumlah kemampuan pasien untuk menerima dan
2015) ruang instalasi gawat darurat (IGD) sedikit. membangkitkan input sensori selain nyeri.
Rsud Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda.
4. (Thahir , N, dan Artikel penelitian/ 70 responden Desain pre-eksperimen dengan One Ada pengaruh pemberian relaksasi napas
Nurlela 2018) kuantitatif Penderita gastritis di ruang rawat Group pretest-Post test design. dalam terhadap penurunan nyeri pada
inap RSUD Haji Makassar. penderita gastritis di ruang rawat inap RSUD
Haji Makassar
5. (Subekti,T dan Artikel penelitian/ 3 orang Single case experimental designs atau Relaksasi yang diberikan secara indi- vidual
Utami, M.S., kuantitatif Penderita tukak lambung pada eksperimen dengan subjek berjumlah sebagai terapi maupun sebagai self help
2011) Suatu rumah sakit. sedikit. dapat menurunkan stres dan keluhan tukak
lambung
128|RNJ
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 3
Utami, A.D. & Kartika, I.R. (2018). RNJ. 1(3) : 123-132
NO. SITASI JENIS PENELITIAN SAMPEL/ TEMPAT INTERVENSI/ PENGAMBILAN DATA HASIL
6. (Wijayanti & Artikel penelitian/ Di ruang instalasi gawat darurat Penelitian preexperimental design Kombinasi relaksasi genggam jari dan nafas
Dirdjo, 2015) kuantitatif rsud. Abdul wahab sjahranie dengan pendekatan pretest-posttest dalam akan menghasilkan rasa nyaman
samarinda. design. karena dapat membebaskan mental dan fisik
dari ketegangan dan stress, sehingga dapat
meningkatkan toleransi terhadap nyeri dan
tubuh meresponnya dengan penurunan
denyut jantung, penurunan respirasi dan
penurunan ketegangan otot
7. (Amin, Mia Penelitian study kasus 1 orang pastisipan Metode studi kasus (case study). Terapi kompres hangat terbukti dapat
Khoirul, 2017) Pasien gastritis di ruang dahlia rsud menurunkan nyeri pada pasien gastritis
dr. Soedirman kebumen
8. ( Waluyo, S.J & Artikel penelitian/ Periode September 2016– Penelitian eksperimental semu (quasi Pemberian metode teknik relaksasi nafas
Suminar, S., kuantitatif November 2016. Rata-rata dalam eksperimental) dengan desain pre dan dalam dalam mengurangi rasa nyeri pada
2017) tiga bulan terakhir ada 24 pasien post test without control design pasien gastritis
gastritisyang dirawat inap di Klinik
Mboga, Sukoharjo
9. (Supetran, I Artikel penelitian/ 12 orang Penelitian preexperimental design Ada perbedaan tingkat nyeri sebelum dan
2018) kuantitatif Semua penderita gastritis yang dengan pendekatan pretest-posttest sesudah dilakukan teknik relaksasi otot
dirawat di ruang jambu pada tahun design. progresif dalam menurunkan tingkat nyeri
2015 pasien gastritis di
10. (Ruhman, M. Artikel penelitian/ 3 kasus Single case experimental designs atau Adanya pengaruh pemberian relaksasi nafas
2017) kuantitatif Di ruang unit gawat darurat RSUD eksperimen dengan subjek berjumlah dalam dan relaksasi aromaterapi bunga
Aji Muhammad parikesit sedikit mawar terhadap perubahan skala nyeri
tenggarong. pasien
129|RNJ
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 3
Utami, A.D. & Kartika, I.R. (2018). RNJ. 1(3) : 123-132
132|RNJ