Anda di halaman 1dari 22

Makalah Keperawatan Medikal Bedah II

ANAMNESIS GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN

Dosen Pengampuh :
Yusrin Aswad, S.ST, M.Kes

Disusun Oleh :

Kelompok I

Adinda Daeng Mulisa Aprilyani Imran


Aldiyalsah Lumula Eni Rahmawati
Alifia Kuna Fardan Nusi
Anisa Rahmatia Kibu Febrianti W. Balu

Kelas IIIB

PRODI D-III KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO
T.A 2020-2021
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua
jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugrah terbesar
bagi seluruh alam semesta.

Kami sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
Keperawatan Medikal Bedah II dengan judul ”Anamnesis Gangguan Sistem Pencernaan”.
Disamping itu, kami mengucapkan banyak terimah kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga dapat terealisasikanlah
makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya
dapat kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat
kekurangannya.

Gorontalo, 25 Juli 2020

Kelompok I
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, presentasi kasus-kasus penyakit yang berdampak pada gangguan saluran
pencernaan mulai mengalami peningkatan. Kecukupan nutrisi tubuh berpengaruh besar
terhadap produktivitas dan hal itu sangat berkaitan erat dengan fungsi kerja saluran
pencernaan. Saluran pencernaan yang berfungsi secara optimal akan mampu memaksimalkan
nilai pemanfaatan ransum melalui proses pencernaan dan penyerapan nutrisi.

Kerugian utama adanya gangguan pada organ dan saluran pencernaan tentunya berupa
terganggunya penyerapan nutrisi. Gangguan pencernaan akibat kesalahan makanan misalnya
akan menyebabkan saluran pencernaan tidak dapat bekerja dengan baik. Hal ini berakibat
pada terjadinya immunosupresif.

Saluran pencernaan pada hewan terdiri atas organ-organ yang meliputi mulut,
tenggorokan, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum, dan anus. Namun,
sistem pencernaan juga melibatkan organ-organ yang berada di luar saluran pencernaan
seperti hati, kantung empedu dan pankreas.

Penyebab terjadinya gangguan atau kelainan pada sistem pencernaan makanan dapat
diakibatkan oleh beberapa hal, seperti pola makan yang salah, kurang mengonsumsi sayuran
dan gaya hidup yang tidak sehat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari gangguan sistem pencernaan?


2. Apa saja yang perlu dianamnesa pada klien dengan gangguan sistem pencernaan?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dari gangguan sistem pencernaan


2. Untuk mengetahui hal yang perlu dianamnesa pada klien dengan gangguan sistem
pencernaan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gangguan Sistem Pencernaan

Gangguan sistem pencernaan merupakan salah satu gangguan penyakit yang terjadi
pada bagian pencernaan manusia. Gangguan pencernaan ini sendiri menyebabkan gangguan
pola aktivitas yang sedang dijalankan oleh penderitanya. Hal ini disebabkan oleh rasa mual,
mulas, tak bertenaga dan sebagainya. Penyebab penyakit gangguan pencernaan yang paling
utama ini adalah pola makan yang mungkin tidak sehat. Pada manusia sangat banyak hal
yang menyangkut berbagai organ yang terkait dengan sistem pencernaan. Penyebabnya
bermacam-macam, dapat terjadi karena luka di bagian dalam yang terinfeksi oleh virus atau
bakteri, hingga kelainan kerja fisiologis tubuh.

2.2 Anamensa Gangguan Sistem Pencernaan

Anamnesis pada sistem pencernaan atau digesti harus memperhatikan dua hal, yaitu aspek
komunikasi dan aspek anamnesis itu sendiri, sama seperti anamnesis pada sistem-sistem lain.
Hal-hal yang perlu diingat adalah agar membiarkan pasien menjelaskan gejalanya dengan
menggunakan kata-katanya sendiri, hindari untuk terlalu mengarahkan, dan selalu mulai
pertanyaan dengan pertanyaan terbuka. Dalam penggalian anamnesis menuju diagnosis
banding barulah menggunakan pertanyaan-pertanyaan tertutup.

Untuk aspek anamnesis pada sistem digesti, hal-hal yang harus ditanyakan formatnya
sama dengan anamnesis pada umumnya, yang berbeda hanya pada penggalian mendalam
tentang keluhan utamanya (riwayat penyakit sekarang dan keluhan penyerta).

Sesuai dengan Anamnesis secara umum yang telah dipelajari, berikut ini adalah panduan
anamnesis untuk gangguan sistem digesti:

1. Anamnesis identitas pasien, yaitu nama lengkap, umur, jenis kelamin, alamat, dan
pekerjaan.
2. Menanyakan keluhan utama. Pada gangguan sistem digesti, keluhan utama yang sering
muncul adalah:
1) Nyeri perut
2) Konstipasi
3) Diare
4) Dispepsia
5) Sulit menelan/disfagia
6) Perdarahan saluran cerna
7) Ikterus
8) Mual dan muntah
3. Menggali riwayat penyakit sekarang. Berdasarkan keluhan utama, dilakukan penggalian
lebih mendalam dengan menanyakan riwayat penyakit sekarang. Seperti pada waktu
anamnesis umum, hal-hal yang harus ditanyakan adalah:
1) Onset : Kapan pertama kali muncul keluhan.
2) Frekuensi : Berapa sering keluhan muncul.
3) Sifat : Apakah keluhan muncul secara akut (mendadak), kronis (sudah
lama), atau intermitten (hilang timbul).
4) Durasi : Sudah berapa lama menderita keluhan.
5) Sifat sakit/keluhan utama: Sakitnya seperti apa, merupakan penjelasan sifat dari
keluhan utama, yang biasanya spesifik untuk setiap keluhan utama di atas.
6) Lokasi : Di mana letak pasti keluhan, apakah tetap, atau berpindah-
pindah/menjalar.
7) Hubungan dengan fungsi fisiologis lain: apakah ada gangguan sistem fisiologis yang
diakibatkan oleh keluhan saat ini, misalnya gangguan tidur, kehilangan nafsu makan,
dan sebagainya.
8) Akibat yang timbul terhadap aktivitas sehari-hari: Seperti tidak dapat bekerja, hanya
bisa tiduran, dan sebagainya.
9) Upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan: Pemberian obat/tindakan tertentu,
pengambilan posisi tertentu, dan sebagainya. Apabila diberikan obat, ditanyakan pula
berapa dosis yang diberikan dan sudah berapa lama. Pada saat membicarakan obat,
yang digali tidak hanya obat yang diberikan dokter, tetapi juga obat bebas yang
dikonsumsi sendiri oleh pasien, serta obat herbal. Digali pula bagaimana efek dari
upaya untuk mengurangi keluhan itu, apakah berhasil tapi tidak maksimal, atau tidak
berhasil sama sekali.

Di bagian berikutnya akan diberikan beberapa contoh penggalian mendalam terhadap


riwayat penyakit sekarang untuk masing-masing keluhan utama di atas.

4. Menggali riwayat penyakit dahulu, baik penyakit serupa maupun penyakit lain. Selain itu,
ditanyakan juga apakah pasien pernah harus rawat inap, dan karena apa, serta berapa
lama. Bila pernah mendapat pengobatan, ditanyakan riwayat pengobatan yang telah
dijalani.
5. Menggali penyakit keluarga, baik yang serupa dengan yang diderita sekarang, maupun
penyakit yang diturunkan.
6. Menanyakan keluhan penyerta (keluhan sistem) yang terkait dengan gangguan digesti.
Penelusuran anamnesis sistem harus relevan dengan keluhan utama pasien dan dugaan
terhadap diagnosis yang akan ditegakkan, termasuk diagnosis bandingnya.
Membuat resume anamnesis. Pada tahap ini, jawaban yang diberikan oleh pasien dirangkai
menjadi suatu alur riwayat penyakit yang kronologis. Jawaban pasien tidak harus semuanya
dimasukkan ke dalam resume, harus dipilah-pilah yang berguna dalam perencanaan
pemeriksaan, diagnosis, atau terapi. Hasil anamnesis disusun dimulai dari waktu dan tanggal
anamnesis, identitas, keluhan utama (KU), riwayat penyakit sekarang (RPS), riwayat
penyakit dahulu (RPD), riwayat penyakit keluarga (RPK)/lingkungan (RPL), dan anamnesis
sistem.

Keluhan Utama yang Sering Berkaitan dengan Sistem Pencernaan

Nyeri Perut

Nyeri perut merupakan keluhan utama yang sering ditemui, mencakup hampir 10%
dari seluruh kunjungan ke unit gawat darurat, dan hampir 25%-nya harus dirawat inap.
Epidemiologi nyeri perut akut lebih banyak dipelajari daripada nyeri perut yang kronis. Yang
disebut dengan nyeri perut akut adalah yang muncul selama beberapa menit, namun bisa
menetap berhari-hari. Eksaserbasi akut dari nyeri perut kronis tidak termasuk dalam nyeri
perut akut. Nyeri perut kronis dirasakan minimal selama 6 bulan tanpa diagnosis yang jelas,
walaupun sudah dilakukan evaluasi terhadap kondisi pasien.

Prevalensi berbagai penyebab nyeri perut yang akut tergantung pada usia pasien.
Berdasarkan epidemiologi, pada usia di bawah 60 tahun, penyebab tersering nyeri perut akut
(sesuai urutan dari frekuensi tersering sampai jarang) adalah nyeri perut nonspesifik (nyeri
yang sulit dilokalisasi, bisa mencapai 33%), appendisitis akut, nyeri urologis (berasal dari
distensi vesica urinaria, sistitis, nefrolitiasis, pielonefritis), obstruksi usus, trauma perut,
kolelitiasis, ulkus peptik, nyeri ginekologis, pankreatitis, dan nyeri akibat keganasan. Pada
usia di atas 60 tahun, penyebab tersering (sesuai urutan dari frekuensi tersering sampai
jarang) adalah kolesistitis, obstruksi usus, nyeri perut nonspesifik, keganasan, ileus, hernia
inkarserata, kolelitiasis, appendisitis akut, ulkus peptik, kolitis, pankreatitis, dan nyeri
urologik.

Begitu pasien memberikan keluhan utama nyeri perut, lakukan penggalian tentang
keluhan tersebut berdasarkan penggalian riwayat penyakit sekarang, yaitu:

 Onset dan durasi


 Sifat munculnya nyeri: apakah nyeri perut akut, nyeri perut kronis, atau eksaserbasi akut
dari nyeri perut yang kronis (intermitten).
 Frekuensi
 Sifat nyeri:
 keparahan nyeri (nyeri ringan/sedang/berat, kalau perlu pasien diminta untuk
menentukan keparahan nyerinya pada skala 0 sampai 10, dimana 0 adalah tidak nyeri
dan 10 adalah nyeri yang sangat hebat)
 apakah nyeri tajam, tumpul, menusuk, pedih, mulas, seperti kram, serasa robek, rasa
terbakar, dan sebagainya. Nyeri seperti kram/kolik biasanya disebabkan oleh distensi
saluran seperti usus, saluran empedu atau ureter. Nyeri mendadak yang sangat hebat
seperti dirobek bisa disebabkan oleh diseksi aorta. Nyeri seperti rasa terbakar,
terutama di epigastrium, biasanya dikibatkan oleh ulkus peptik.
 apa saja yang dapat membuat nyeri memburuk, apakah posisi tertentu (misalnya
membungkuk), atau aktivitas tertentu (misalnya makan makanan/obat), atau kondisi
penyakit lain (misalnya batuk), dan sebagainya. Nyeri yang bertambah hebat apabila
pasien makan bisa disebabkan oleh pankreatitis dan ulkus lambung. Nyeri yang
timbul atau bertambah berat apabila makan makanan berlemak bisa disebabkan oleh
kolik empedu. Nyeri yang bertambah hebat apabila lapar bisa disebabkan oleh ulkus
duodeni. Nyeri yang muncul atau bertambah hebat sesudah minum NSAID biasanya
disebabkan oleh ulkus peptik.
 Lokasi nyeri perut: apakah nyeri muncul di kuadran kanan atas/ulu hati
(epigastrium)/kuadran kiri atas/kuadran lateral kanan/periumbilikal/kuadran lateral
kiri/kuadran kanan bawah/kuadran hipogastrika/kuadran kiri bawah/difus; kemudian
ditanyakan apakah menjalar ke daerah tubuh lainnya.
Penyebab nyeri perut berdasarkan lokasinya adalah sebagai berikut:

 Nyeri perut kanan atas bisa diakibatkan oleh kolesistitis, pankreatitis, ulkus peptik,
hepatitis, efusi pleura, dan pneumonia.
 Nyeri epigastrium bisa diakibatkan oleh ulkus peptik, gastroesophageal reflux
disease (GERD), pankreatitis, obstruksi saluran keluar lambung, esofagitis, infark
myokard, efusi perikardium, aneurisma aorta, dan hernia hiatus.
 Nyeri perut kiri atas bisa diakibatkan oleh splenomegali, ulkus peptik, pankreatitis,
iskemi mesenterika, infark myokard, dan efusi pleura.
 Nyeri periumbilikal bisa diakibatkan oleh obstruksi usus, appendisitis (dini), kolitis,
inflammatory bowel disease, iskemi mesenterika, dan aneurisma aorta.
 Nyeri pinggang/regio lateralis bisa diakibatkan oleh kolesistitis (regio lateralis
kanan), splenomegali (regio lateralis kiri), nefrolitiasis, dan onstruksi ureter.
 Nyeri perut kanan bawah bisa diakibatkan oleh appendisitis, inflammatory bowel
disease, ileitis terminal, iskemi mesenterika, hernia, torsi adnexa, kehamilan ektopik,
dan gangguan sendi panggul.
 Nyeri hipogastrika bisa diakibatkan oleh retensi urine, dan kehamilan ektopik.
 Nyeri perut kiri bawah bisa diakibatkan oleh kolitis, divertikulitis, inflammatory
bowel disease, hernia, torsi adnexa, kehamilan ektopik, dan gangguan sendi panggul.
 Nyeri perut difus atau sulit dilokalisasi bisa diakibatkan oleh appendisitis (dini),
gastroenteritis, ulkus peptik, peritonitis, asites, obstruksi usus, kolitis, inflammatory
bowel disease, dehidrasi, iskemi mesenterika, ketoasidosis diabetik, endometriosis,
dan pelvic inflammatory disease.

Pindahnya nyeri periumbilikal ke kuadran kanan bawah juga bisa mengarahkan pada
appendisitis. Penjalaran nyeri ulu hati ke punggung bisa diakibatkan oleh pankreatitis,
ulkus duodeni, dan ulkus lambung. Penjalaran nyeri perut kanan atas memutar ke
punggung kanan dan ke bahu kanan bisa diakibatkan oleh kolik empedu. Penjalaran nyeri
daerah pinggang ke paha dalam bisa mengarahkan pada kolik ureter. Penjalaran ke bahu
kiri bisa disebabkan oleh splenomegali atau infark limpa. Penjalaran nyeri ke lengan kiri
bisa disebabkan oleh infark myokard.

 Hubungan dengan fungsi fisiologis


 Akibat terhadap aktivitas sehari-hari: tidak bisa melakukan aktivitas ringan/sedang/berat
 Upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan: minum obat tertentu (lengkap dengan
dosis dan durasi pemakaian obat), melakukan tindakan tertentu (misalnya makan atau
defekasi), atau mengambil posisi tubuh tertentu (misalnya membungkuk ke depan), serta
hasil dari upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan (apakah membaik, tetap, atau
memburuk).

Keluhan penyerta dari nyeri perut yang bisa mengarahkan pada diagnosis antara lain adalah:

 Mual dan muntah, bisa diakibatkan oleh gastroenteritis, sedangkan penyebab serius
adalah infark miokard, appendisitis, obstruksi usus, kolesistitis, hernia
inkarserata/strangulata, dan pankreatitis. Isi muntahan juga bisa menentukan diagnosis,
misalnya apabila yang dimuntahkan berupa makanan yang belum dicerna, bisa
disebabkan oleh obstruksi esofagus. Apabila isi muntahan berupa makanan yang belum
dicerna bercampur dengan asam, maka penyebabnya bisa berupa gastroparesis atau
obstruksi saluran keluar lambung. Apabila muntahnya berdarah (hematemesis), bisa
disebabkan oleh GERD, varices esofagus atau lambung, ulkus peptik, dan kanker
lambung.
 Rasa penuh/kembung sesudah makan atau sering bersendawa sesudah makan yang
mengiringi nyeri epigastrium biasanya disebabkan oleh ulkus peptik
 Feces berwarna pucat dan/atau urine berwarna seperti teh, penyebab yang serius adalah
obstruksi empedu.
 Feces berwarna hitam/berdarah, penyebab ringan adalah pemakaian suplemen besi,
penyebab yang serius adalah perdarahan saluran cerna.
 Konstipasi, penyebab ringan adalah dehidrasi, sedangkan penyebab yang serius adalah
obstruksi usus dan hiperkalsemia.
 Ikterus, biasanya disebabkan oleh obstruksi empedu. Adanya Charcot’s triad (demam,
nyeri perut kanan atas, dan ikterus) sering terjadi pada kolangitis.
 Demam, penyebab ringannya adalah penyakit virus, sedangkan penyakit yang srrius
adalah appendisitis, kolesistitis, dan diverkulitis.
 Hematuria, bisa disebabkan oleh obstruksi saluran kencing.
 Nyeri perut yang muncul beberapa hari sebelum haid dan terus memburuk, dan berkurang
sesudah haid berhenti, biasanya diakibatkan oleh pelvic inflammatory disease dan
endometriosis.
 Perdarahan per vaginam yang didahului oleh amenore, mengarahkan pada kehamilan
ektopik.

Konstipasi

Konstipasi secara klasik didefinisikan sebagai defekasi < 3 kali seminggu. Konstipasi
kronis didefinisikan sebagai adanya 2 gejala berikut atau lebih yang dialami minimal selama
12 minggu (tidak perlu minggu yang berurutan) dalam 12 bulan terakhir:

 Kesulitan untuk defekasi selama > 25% defekasi


 Feces keras atau bergumpal-gumpal (lumpy) pada > 25% defekasi
 Perasaan evakuasi feces yang tidak habis pada > 25% defekasi
 Perasaan ada obstruksi anorektal pada > 25% defekasi
 Manuver manual untuk > 25% defekasi
 < 3 kali defekasi per minggu.
Prevalensi konstipasi meningkat pada usia lanjut, dan faktor risiko lain adalah aktivitas fisik
yang rendah, status sosial ekonomi yang rendah, dan intake kalori yang rendah.

Banyak penyakit yang dapat menyebabkan konstipasi. Konstipasi akut sering


diakibatkan oleh efek samping obat, sedangkan konstipasi kronis biasanya diakibatkan oleh
kondisi fungsional yang mengenai kolon, anorektum, atau keduanya. Diagnosis banding
untuk konstipasi adalah:

 Obstruksi anorektal: fecal impaction, ileus, megarektum, striktur, trombosis hemoroid,


fissura anal, kanker kolon, kehamilan.
 Gangguan metabolisme dan endokrin: diabetes mellitus, hiperkalsemia,
hiperparatiroidisme, hipokalemia, hipomagnesemia, hipotiroidisme, keracunan timbal,
kehamilan, dan uremia.
 Gangguan neurogenik: neuropati otonom, Hirschprung disease
 Gangguan sistem saraf pusat: trauma atau tumor medulla spinalis, stroke, Parkinsonism.
 Efek samping obat: antasida yang mengandung aluminium atau kalsium, antikolinergik,
antidiare, antidepresi, antipsikotik, antispasmodik, suplemen kalsium, klonidin, suplemen
besi, levodopa, NSAID, analgetik opioid, simpatomimetik, verapamil, penyalahgunaan
laksatif.
 Disfungsi motilitas kolorektal: konstipasi slow transit (<2 kali defekasi per minggu),
irritable bowel syndrome dengan gejala dominan konstipasi, dan idiopatik. Irritable
bowel syndrome adalah sindrom saluran cerna tanpa penyebab organik, dengan ciri
adanya nyeri perut kronis dan kembung yang berkurang dengan adanya defekasi, perasaan
defekasi yang tidak habis, adanya mucus pada feces, perubahan frekuensi atau konsistensi
feces, diare episodik yang berselang-seling dengan konstipasi dan periode defekasi
normal, serta dipicu oleh stress.
 Psikososial: depresi, diet rendah serat, gaya hidup lembam/aktivitas rendah, somatisasi
(ekspresi stress psikologis melalui gejala fisik).

Penggalian tentang keluhan konstipasi berdasarkan penggalian riwayat penyakit


sekarang adalah sebagai berikut:

 onset dan durasi.


 sifat munculnya keluhan: akut, kronis, hilang-timbul. Konstipasi yang timbul mendadak
sesudah operasi biasanya diakibatkan oleh adhesi atau ileus. Kondisi akut lainnya bisa
terjadi pada fecal impaction, efek samping obat, dan stress. Konstipasi kronis biasanya
terjadi pada irritable bowel syndrome dan konstipasi idiopatik. Konstipasi yang dialami
selama hidupnya biasanya disebabkan oleh Hirschprung disease.
 frekuensi
 sifat keluhan:
 apakah feces yang dikeluarkan bercampur mucus (biasanya pada irritable bowel
syndrome)
 apakah feces bercampur darah (kanker kolon)
 apakah darah menetes pada feces/tidak bercampur (hemoroid, fissura, ulkus)
 apakah feces berwarna hitam (suplemen besi, bismut subsalisilat)
 apakah feces keras tetapi berair (fecal impaction)
 apakah berselang-seling dengan diare (irritable bowel syndrome, kanker kolorektal)
 perasaan seperti ada obstruksi/hambatan
 perasaan seperti defekasi yang tidak selesai (irritable bowel syndrome)
 pakah masih bisa flatus (kegagalan flatus mengarah pada obstruksi usus yang
komplit)
 apakah perlu evakuasi manual untuk mengeluarkan feces.
 obat yang dikonsumsi sebelum munculnya konstipasi.
 pola makan (intake serat dan cairan) sebelum munculnya konstipasi juga bisa
mengarahkan pada faktor risiko konstipasi.
 gaya hidup, apakah aktivitas sangat rendah sebelum konstipasi atau baru menjalani
tirah baring yang lama akibat sakit bisa mengarahkan pada faktor risiko konstipasi.
 hubungan dengan fungsi fisiologis
 akibat terhadap aktivitas sehari-hari.
 upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan

Keluhan penyerta serta anamnesis riwayat penyakit dahulu/keluarga yang bisa


mengarahkan pada diagnosis antara lain adalah:

 Riwayat radiasi atau operasi pada abdomen bisa mengarahkan pada adhesi atau striktur.
 Riwayat trauma punggung bisa mengarahkan pada trauma medulla spinalis.
 Riwayat multiparitas berhubungan dengan gangguan defekasi.
 Hematochezia dan melena, penyebab yang ringan adalah hemoroid, sedangkan penyebab
serius adalah kanker kolon, divertikulosis, striktur, dan fissura anal.
 Nyeri perut yang signifikan, penyebab yang ringan adalah irritable bowel syndrome
(nyeri menghilang sesudah defekasi), penyebab serius adalah ileus, kanker, dan
divertikulitis.
 Mual dan muntah, penyebab yang ringan adalah irritable bowel syndrome, penyebab
serius adalah obstruksi usus.
 Penurunan berat badan, penyebab serius adalah depresi dan kanker kolon.
 Peningkatan berat badan, penurunan energi, pembengkakan tungkai bisa mnegarahkan
pada hipotiroidisme.
 Peningkatan frekuensi miksi dan rasa haus, bisa mengarahkan pada diabetes mellitus atau
neuropati otonom.
 Gangguan tidur, selera makan, mood, konsentrasi dan minat mengarahkan pada depresi.
 Demam, penyebab yang serius adalah divertikulitis dan kanker.
 Nyeri punggung, adanya saddle anesthesia, kelemahan tungkai, dan kesulitas miksi
mengarahkan pada penyebab serius adanya proses pada medulla spinalis, misalnya trauma
atau keganasan.

Diare

Diare didefinisikan sebagai peningkatan frekuensi defekasi (> 3 kali per hari) dengan
peningkatan jumlah feces (> 200 g/dl). Diare disebut akut apabila berlangsung < 2 minggu,
dan disebut kronis bila berlangsung minimal 4 minggu. Diare disebut persisten bila
berlangsung selama 2 sampai 4 minggu.

Penyebab diare bervariasi, mulai dari infeksi, diare fungsional, inflammatory bowel
disease, malabsorpsi, penggunaan laksatif, efek samping obat, diare postoperatif, keganasan,
kolitis, dan idiopatik.

Saat menganamnesis diare akut, yang penting untuk dinilai juga adalah adanya tanda
dehidrasi seperti kehausan, kelelahan atau pusing, yang memerlukan resusitasi cairan
dan/atau rawat inap.

Penggalian tentang keluhan diare berdasarkan penggalian riwayat penyakit sekarang


adalah sebagai berikut:

 Onset dan durasi.


 Sifat munculnya keluhan: akut, kronis, hilang-timbul. Diare yang muncul akut biasanya
disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri, atau diare sekretorik idiopatik. Diare yang
berjalan perlahan-lahan seiring waktu biasanya disebabkan oleh irritable bowel syndrome
atau inflammatory bowel disease.
 Frekuensi
 Sifat keluhan:
 apakah diarenya seperti air/berlendir/berdarah/berminyak
 apakah volumenya besar atau kecil
 bagaimana warnanya (kuning/pucat/hitam seperti aspal/merah karena darah segar).
 hal yang menimbulkan atau memperberat diare juga harus digali, misalnya
mengkonsumsi susu atau produk susu (intoleransi laktosa), riwayat melakukan
perjalanan (infeksi enterotoxigenic E. coli, Shigella, rotavirus, Salmonella,
Campylobacter, Giardia, E. histolytica), meminum air tidak dimasak, mengkonsumsi
antibiotika, mengkonsumsi obat yang efek sampingnya diare (antasida yang
mengandung magnesium, statin, inhibitor pompa proton, antidepresi SSRI), riwayat
makanan, aktivitas seksual melalui anal, dan penyalahgunaan laksatif (masalah body
image).
Diare yang seperti air dengan volume besar biasanya diakibatkan masalah pada usus kecil,
misalnya infeksi, malabsorpsi, diare sekretorik, atau keganasan. Diare dengan volume
kecil tetapi sering, disertai lendir dan tenesmus biasanya disebabkan oleh masalah pada
usus besar, misalnya kolitis ulseratif, disentri infeksiosa, dan kanker kolon. Diare yang
berdarah (disentri) bisa diakibatkan oleh infeksi Salmonella, Shigella, Campylobacter,
enterohemorrhagic E. coli, Entamoeba histolytica; kolitis iskemik; kolitis ulseratif;
keganasan; dan hemoroid. Diare yang berminyak (steatore) bisa disebabkan oleh
malabsorpsi.

 Hubungan dengan fungsi fisiologis


 Akibat terhadap aktivitas sehari-hari.
 Upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan

Keluhan penyerta serta anamnesis riwayat penyakit dahulu/keluarga yang bisa


mengarahkan pada diagnosis antara lain adalah:

 Riwayat penyakit orang di sekitar, bila ada orang di sekitar juga menderita diare, bisa
diakibatkan oleh diare karena makanan. Bila diare muncul < 6 jam sesudah
mengkonsumsi makanan, mungkin disebabkan oleh Staphylococcus aureus (mayonaise,
selada kentang/telur, pultry), dan Bacillus cereus. Bila diare muncul 8-14 jam sesudah
mengkonsumsi makanan, mungkin disebabkan oleh Clostridium perfringens (akibat
daging dan poultry yang tidak dipanaskan dengan baik). Bila diare muncul 8-72 jam
sesudah mengkonsumsi makanan, mungkin disebabkan oleh species Vibrio (misalnya
karena seafood). Bila diare muncul > 14 jam sesudah mengkonsumi makanan diikuti
dengan muntah-muntah, mungkin disebabkan oleh virus. Bila disertai disentri, biasanya
disebabkan oleh Enterohemorrhagic E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter.
 Riwayat HIV, riwayat operasi reseksi usus atau kolesistektomi
 Riwayat penyakit keluarga adanya inflammatory bowel diseasei
 Nyeri perut. Nyeri perut periumbilikal mengarah pada gangguan di usus halus, sedangkan
nyeri perut bawah mengarah pada gangguan di usus besar, disentri bakterial, dan disentri
amuba. Nyeri tenesmus atau spasma sfingter ani biasanya diakibatkan inflamasi anorektal
seperti kolitis ulseratif atau disentri infeksiosa. Nyeri perut difus mengarah pada irritable
bowel syndrome. Nyeri yang berkurang sesudah defekasi biasanya juga disebabkan
irritable bowel syndrome.
 Kembung, biasanya diakibatkan oleh intoleransi laktosa, enteritis virus, pemberian
antibiotika, dispepsia non-ulkus, irritable bowel syndrome.
 Flatus dengan frekuensi lebih sering, biasanya diakibatkan oleh malabsorpsi karbohidrat,
enteritis virus, dan irritable bowel syndrome.
 Mual dan muntah, sering terjadi pada gastroenteritis virus dan obstruksi usus.

Dispepsia

Dispepsia adalah istilah umum yang merujuk pada gejala-gejala yang bersumber dari
saluran cerna bagian atas, bisa berupa nyeri epigastrium, mual, muntah, distensi abdomen,
dan tidak nafsu makan. Pada 40-50% kasus, terdapat penyebab organik, paling sering berupa
ulkus peptik dan GERD, tetapi pada 50% kasus tidak ditemukan penyebabnya, sehingga
pasien disebut menderita dispepsia fungsional atau dispepsia non-ulkus. Penyebab organik
lainnya yang lebih jarang adalah gastritis, duodenitis, esofagitis, irritable bowel syndrome,
pankreatitis, obat-obatan, intoleransi laktosa, dan gangguan metabolik seperti
hiper-/hipotiroidisme, diabetes, dan hiperparatiroidisme.

Pasien dispepsia dianamnesis untuk mengklasifikasikan mereka menjadi 3 kelompok:

 Dispepsia karena ulkus, dimana nyerinya dapat ditunjukkan dengan jelas, dan sering
berkurang oleh makanan atau antasida. Pasien sering mengeluhkan munculnya gejala di
malam hari.
 Dispepsia karena dismotilitas, dimana nyerinya bertambah berat oleh makanan dan
disertai dengan kembung atau rasa penuh. Mual, muntah, dan cepat kenyang sering
dikeluhkan.
 Dispepsia karena refluks, dimana pasien mengeluhkan rasa terbakar yang menyebar ke
dada atau tenggorokan, dan biasanya diikuti dengan rasa asam di mulut. Gejalanya
memburuk bila berbaring atau sesudah mengkonsumsi makanan pedas, berlemak, alkohol,
coklat, peppermint, atau minuman berkafein. Pasien mungkin mengeluhkan adanya
regurgitasi (pasase isi lambung ke arah mulut).

Penggalian tentang keluhan dispepsia berdasarkan penggalian riwayat penyakit


sekarang adalah sebagai berikut:

 Onset dan durasi. Durasi nyeri yang menetap selama 30 menit sampai 2 jam, kemudian
perlahan menghilang biasanya disebabkan oleh ulkus peptik, sedangkan kolik empedu
biasanya memuncak dalam 15-45 menit, lalu berkurang perlahan dalam beberapa jam.
 Sifat munculnya keluhan: akut, kronis, hilang-timbul. Onset akut biasanya terjadi pada
pankreatitis akut, sedangkan keluhan yang timbul secara perlahan terjadi pada ulkus
peptik dan kolik empedu.
 Frekuensi. Nyeri yang konstan biasanya diakibatkan oleh keganasan, sedangkan nyeri
yang intermitten biasanya akibat gastritis, ulkus peptik, kolik empedu, dispepsia karena
obat, dan irritable bowel syndrome.
 Sifat keluhan:
 apakah sakitnya seperti terbakar/ditusuk/kram/tidak tertahankan/sampai terbangun
dari tidur. Nyeri seperti rasa terbakar yang bisa membangunkan tidur di malam hari,
yang diperberat oleh NSAID, dan berkurang apabila makan atau diberi antasida
biasanya disebabkan oleh gastritis dan ulkus peptik. Nyeri seperti ditusuk biasanya
karena pankreatitis dan ulkus peptik. Nyeri kram/kolik yang bertambah nyeri bila
makan makanan berlemak/berminyak biasanya karena kolik empedu. Nyeri tak
tertahankan biasanya diakibatkan pankreatitis akut. Ulkus peptik umumnya bisa
sampai membangunkan dari tidur.
 hal yang memunculkan atau memperberat kondisi juga perlu digali, misalnya
merokok (ulkus peptik, esofagitis refluks, kanker lambung), alkoholik berat (gastritis,
esofagitis refluks, ulkus peptik, pankreatitis, kanker esofagus), mengkonsumsi
NSAID, makan (ulkus lambung, GERD), lapar/perut kosong (ulkus duodenum),
minum susu (intoleransi laktosa), makanan berlemak (kolik empedu, irritable bowel
syndrome), jeruk (gastritis, GERD), berbaring (GERD, pankreatitis), stress (gastritis,
irritable bowel syndrome).
 Lokasi nyeri: apakah di epigastrium/substernal/kuadran kanan atas/periumbilikal/ kuadran
kiri atas. Untuk nyeri di epigastrium, kuadran kanan atas, periumbilikal dan kuadran kiri
atas, harap lihat bagian Nyeri Perut. Untuk nyeri substernal, biasanya disebabkan oleh
penyakit jantung iskemik dan esofagitis.
 Hubungan dengan fungsi fisiologis
 Akibat terhadap aktivitas sehari-hari.
 Upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan

Keluhan penyerta serta anamnesis riwayat penyakit dahulu/keluarga yang bisa


mengarahkan pada diagnosis antara lain adalah:

 Riwayat ulkus lambung atau duodenum.


 Riwayat keluarga adanya ulkus peptik
 Perdarahan saluran cerna/melena, bisa mengarahkan pada ulkus peptik, dan keganasan
lambung, esofagus, atau kolon.
 Disfagia (kesulitan menelan), bisa mengarahkan pada striktur esofagus, esofagitis, dan
keganasan.
 Mual dan muntah, biasanya berhubungan dengan ulkus peptik, kolik empedu dan kanker
lambung.
 Sering bersendawa, bisa disebabkan oleh GERD, penyakit empedu, dan irritable bowel
syndrome
 Perut terasa penuh, bisa disebabkan oleh irritable bowel syndrome
 Rasa pahit di mulut dan regurgitasi isi lambung, biasanya disebabkan oleh GERD.
 Sering flatus, biasanya disebabkan oleh malabsorpsi, penyakit empedu, dan irritable
bowel syndrome.
 Kembung, biasanya disebabkan oleh irritable bowel syndrome
 Penurunan berat badan, bisa mengarahkan pada ulkus peptik, malabsorpsi, gangguan
metabolik, dan kondisi yang lebih serius seperti keganasan lambung atau esofagus, serta
kanker kolon.
 Anemia, bisa mengarahkan pada ulkus peptik, serta keganasan saluran cerna.
 Batuk/suara parau kronis, biasanya diakibatkan oleh GERD.
 Urine berwarna seperti teh dan kulit agak kekuningan (ikterik), biasanya disebabkan oleh
penyakit empedu.

Sulit Menelan (Disfagia)

Disfagia didefinisikan sebagai keadaan sulit menelan. Disfagia berbeda dengan


odinofagia, yaitu nyeri saat menelan. Berbeda juga dengan globus, yaitu rasa adanya benjolan
atau rasa sesak di tenggorokan yang tidak berhubungan dengan menelan. Terdapat 2 tipe
disfagia, yaitu disfagia orofaring dan disfagia esofagus. Disfagia orofaring adalah kesulitan
memulai proses menelan (yaitu melewatkan bolus makanan dari mulut ke esofagus
proksimal), sedangkan disfagia orofaring adalah kesulitan melewatkan bolus makanan dari
esofagus bagian atas ke lambung.

Diagnosis banding untuk disfagia orofaring adalah:

 Etiologi neuromuskular: stroke, cerebral palsy, penyakit Parkinson, myopati, myastenia


gravis.
 Etiologi struktural: tumor kepala dan leher, spondilosis servikal
 Etiologi iatrogenik: terapi radiasi, trauma akibat pil korosif, antikolinergik

Diagnosis banding untuk disfagia esofagus adalah:

 Gangguan motorik: akhalasia (kegagalan sfingter esofagus bawah untuk relaksasi dan
hilangnya peristaltik normal), spasme esofagus difus, skleroderma
 Gangguan mekanis intrinsik: tumor esofagus, striktur, Schatzki ring, benda asing
 Gangguan mekanis ekstrinsik: right-sided aorta, pembesaran atrium kiri, limfadenopati
mediastinum, tiroid substernal
 Gangguan iatrogenik: esofagitis karena pil (doksisiklin, NSAID, kalium klorida)
 Infeksi: esofagitis karena Candida, herpes, dan CMV

Penggalian tentang keluhan disfagia berdasarkan penggalian riwayat penyakit


sekarang adalah sebagai berikut:

 Onset dan durasi. Disfagia berdurasi pendek biasanya akibat proses inflamasi.
 Sifat munculnya keluhan: akut, kronis, hilang-timbul. Keluhan yang hilang timbul
biasanya menunjukkan adanya distal esophageal web/ring.
 Frekuensi.
 Sifat keluhan:
 dibedakan apakah pasien sulit menelan atau nyeri menelan? Apabila nyeri, biasanya
karena esofagitis.
 apakah pasien kesulitan memulai menelan makanan, atau menjadi batuk, tercekik,
atau merasa makanan akan keluar lewat hidung saat menelan? Apakah pasien merasa
makanan seperti tertahan saat beberapa detik pertama menelan? Kedua hal ini terjadi
pada disfagia orofaring, sedangkan disfagia esofagus biasanya ditandai makanan
tertahan sesudah menelan makanan.
 tentukan pula apakah makanan yang menyebabkan disfagia hanya benda padat atau
terjadi pada saat menelan benda padat dan cair. Ini untuk membedakan antara
obstruksi mekanis (bila terjadi pada saat menelan benda padat saja) dan gangguan
neuromuskuler (bila saat menelan benda padat dan cair).
 apakah muncul mendadak sesudah menelan daging atau roti? Hal ini biasanya
disebabkan oleh esophageal ring dan steak house syndrome, dimana terjadi episode-
episode obstruksi rekuren di distal esofagus akibat ring di distal esofagus dan akan
berkurang dengan minum air dalam jumlah banyak.
 apakah gejala disfagia semakin lama semakin berat? Gejala yang progresif dengan
cepat biasanya mengarah pada keganasan.
 apabila terjadi regurgitasi, apakah makanan yang sudah lama ditelan juga keluar?
Biasanya hal ini terjadi pada obstruksi distal esofagus dan akhalasia.
 hal yang mengakibatkan munculnya keluhan atau memperberat, misalnya minum atau
makan sesuatu yang panas atau dingin (gangguan motorik), radiasi, akibat obat
(suplemen besi, aspirin, kalium, doksisiklin), penggunaan steroid kronis, kemoterapi.
 Lokasi: di mana makanan terasa tertahan? Bila pasien menunjuk ke arah daerah leher
bagian atas, biasanya merupakan disfagia orofaring.
 Hubungan dengan fungsi fisiologis
 Akibat terhadap aktivitas sehari-hari.
 Upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan.

Keluhan penyerta dan anamnesis riwayat penyakit dahulu/keluarga yang bisa


mengarahkan pada diagnosis antara lain adalah:

 Riwayat stroke, gangguan neurologis, merokok, penyakit refluks, riwayat penyakit yang
menekan sistem imun, seperti HIV. Riwayat dispepsia lama, biasanya menyebabkan
striktur.
 Darah dalam feces, biasanya disebabkan oleh keganasan
 Penurunan berat badan, bisa disebabkan oleh striktur atau keganasan.
 Otalgia (nyeri telinga), biasanya diakibatkan lesi di hipofaring, misalnya kanker sel
skuamosa atau kanker tiroid
 Suara serak atau nyeri saat berbicara, biasanya diakibatkan oleh distrofi otot.
 Disartria, biasanya disebabkan oleh stroke.
 Nyeri dada, biasanya karena gangguan motorik esofagus, seperti spasme esofagus yang
digus, akhalasia, dan skleroderma.

Perdarahan Saluran Cerna

Perdarahan saluran cerna harus dibedakan apakah berasal dari saluran cerna bagian
atas atau bagian bawah. Perdarahan saluran cerna bagian atas berasal dari saluran cerna di
atas ligamentum Treitz, sedangkan perdarahan saluran cerna bagian bawah berasal dari
bawah ligamentum tersebut. Hematemesis adalah muntah darah segar atau berwarna seperti
ampas kopi. Hematochezia adalah keluarnya darah segar atau bekuan darah dari rektum.
Melena adalah feces berwarna hitam seperti aspal dan berbau busuk.

Penyebab perdarahan saluran cerna bagian atas umumnya adalah:

 Ulkus peptik, yaitu ulserasi > 3 mm yang bisa disebabkan oleh Helicobacter pylori atau
NSAID.
 Varices gastroesofagus, yaitu dilatasi vena di esofagus atau lambung akibat hipertensi
porta, biasanya diakibatkan oleh sirosis
 Erosi, yaitu diskontinuitas mukosa < 3 mm, yang umumnya disebabkan oleh NSAID atau
stress fisiologis berat
 Tumor, misalnya adenokarsinoma, limfoma, atau tumor stroma
Penyebab perdarahan saluran cerna bagian bawah umumnya adalah:

 Divertikulosis, yaitu herniasi mukosa melalui dinding usus pada lokasi dimana ada arteri
yang menembusnya. Biasanya perdarahannya berhenti spontan.
 Keganasan kolorektal, biasanya bermanifestasi dalam bentuk perdarahan samar atau darah
yang bercampur dengan feces, jarang terjadi perdarahan berat.
 Kolitis iskemik, yaitu gangguan suplai darah kolon akibat penurunan curah jantung atau
oklusi arteri mesenterika. Perdarahannya biasanya berhenti sendiri.
 Kolitis infeksiosa, dengan manifestasi disentri (feces berlendir dan berdarah), biasanya
akibat infeksi Shigella, Campylobacter, Salmonella dan E. coli
 Inflammatory bowel disease
 Ulkus sterkoral, yaitu perlukaan rektum akibat konstipasi kronis.
 Hemoroid, ditandai oleh tetesan darah pada feces saat defekasi.
Penggalian tentang keluhan perdarahan saluran cerna berdasarkan penggalian riwayat
penyakit sekarang adalah sebagai berikut:

 Onset dan durasi.


 Sifat munculnya keluhan.
 Frekuensi. Episode perdarahan yang berulang-ulang mengarahkan pada kehilangan darah
dalam jumlah yang signifikan.
 Sifat keluhan:
 apakah darahnya berupa hematemesis, melena, atau hematochezia. Hematemesis
biasanya menunjukkan perdarahan saluran cerna bagian atas, walaupun tidak adanya
hematemesis tidak mengeksklusi perdarahan saluran cerna bagian atas, karena
perdarahan bisa terjadi intermitten atau berasal dari distal duodenum. Melena
biasanya menunjukkan sumber dari perdarahan saluran cerna bagian atas, tetapi bisa
juga berasal dari perdarahan usus halus atau kolon proksimal dengan waktu transit
yang lambat. Hematochezia biasanya menunjukkan sumber perdarahan dari saluran
cerna bagian bawah, tetapi bisa juga diakibatkan perdarahan saluran cerna bagian atas
yang masif. Darah yang bercampur atau menyelimuti feces biasanya bersumber dari
anorektal.
 apa warna perdarahannya. Pada hematemesis, warna ampas kopi menunjukkan bahwa
perdarahan sudah melambat atau berhenti, sedangkan darah yang merah segar
menunjukkan perdarahan yang masih aktif.
 jumlah perdarahan, apakah banyak atau hanya berupa tetes-tetes darah atau bekuan-
bekuan kecil.
 Hubungan dengan fungsi fisiologis
 Akibat terhadap aktivitas sehari-hari.
 Upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan.

Keluhan penyerta dan anamnesis riwayat penyakit dahulu/keluarga yang bisa


mengarahkan pada diagnosis antara lain adalah:

 Adanya riwayat ulkus peptik bisa mengarahkan pada perdarahan dari ulkus peptik.
 Riwayat penyakit arteri koroner atau penyakit arteri perifer bisa mengarah pada penyakit
usus iskemik.
 Riwayat osteoartritis dan nyeri sendi lainnya bisa mengarahkan pada perdarahan akibat
penggunaan kronis NSAID.
 Riwayat penggunaan alkohol, hepatitis atau penyakit hati kronis bisa mengarahkan pada
varices gastroesofagus.
 Riwayat konsumsi obat NSAID, antikoagulan, antitrombotik, kalium, kuinidin, besi,
alendronat, bisa mengarahkan pada perdarahan saluran cerna karena iritasi obat.
 Riwayat dirawat di rumah sakit dalam jangka waktu lama atau pada pasien penyakit kritis,
mengarah pada erosi/ulkus prptik akibat stress.
 Dispepsia, bisa mengarahkan pada ulkus peptik dan erosi esofagus.
 Adanya penyakit hati kronis (ikterus, asites, hepatosplenomegali) bisa mengarahkan pada
varices gastroesofagus.
 Disentri, mengarahkan pada infeksi usus atau inflammatory bowel disease bila gejalanya
> 2 minggu.
 Susah defekasi/konstipasi, bisa mengarahkan pada keganasan kolon distal, hemoroid, dan
ulkus sterkoral.
 Penurunan berat badan, biasanya diakibatkan oleh keganasan.
 Pusing, mengarahkan pada jumlah perdarahan yang cukup signifikan.

Ikterus

Ikterus adalah pewarnaan kuning pada jaringan tubuh akibat bilirubin yang
berlebihan. Bilirubin adalag pigmen yang dihasilkan selama metabolisme heme. Ikterus
pertama terdeteksi di sklera, di bawah lidah dan membran timpani, dan akhirnya pada kulit.
Dengan demikian, ikterus pada kulit menunjukkan adanya kadar bilirubin yang lebih tinggi
daripada ikterus pada sklera saja. Anamnesis perlu membedakan ikterus dengan pewarnaan
kuning akibat karotenemia, atau overdosis isotretinoin dan rifampisin, yang semuanya tidak
menimbulkan pewarnaan kuning di sklera. Begitu kondisi-konisi tersebut dieksklusi, ikterus
harus dibedakan apakah manifestasi dari penyakit hati, obstruksi empedu, atau hanya akibat
hemolisis atau gangguan metabolisme bilirubin.

Pada orang dewasa, ikterus umumnya diakibatkan oleh hepatitis, batu empedu, sirosis,
serta keganasan hati atau pankreas.

Penggalian tentang keluhan ikterus berdasarkan penggalian riwayat penyakit sekarang


adalah sebagai berikut:

 Onset dan durasi. Onset mendadak biasanya terjadi pada hepatitis akut, koledokolitiasis,
kolangitis, hemolisis, dan sepsis. Onset kronis biasanya terjadi pada keganasan
hepatobilier dan pankreas.
 Sifat munculnya keluhan.
 Frekuensi.
 Sifat keluhan:
 Lokasi: apakah pewarnaan hanya di mata, bawah lidah, atau hanya/juga di kulit.
Seperti disebutkan sebelumnya, ikterus pada kulit menunjukkan adanya kadar
bilirubin yang lebih tinggi daripada ikterus pada sklera saja. Namun, warna kuning di
kulit saja tanpa pewarnaan di sklera kemungkinan besar bukan ikterus.
 Apakah pewarnaannya semakin lama semakin kuning? Hal ini akan menunjukkan
progresivitas penyakit.
 Hubungan dengan fungsi fisiologis
 Akibat terhadap aktivitas sehari-hari.
 Upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan.

Keluhan penyerta dan anamnesis riwayat penyakit dahulu/keluarga yang bisa


mengarahkan pada diagnosis antara lain adalah:

 Riwayat konsumsi obat (misalnya parasetamol, isoniazid, dan sebagainya) dan alkohol,
yang bisa menyebabkan kerusakan hati.
 Riwayat penyalahgunaan obat injeksi bisa mengarah pada hepatitis.
 Riwayat kontak dengan penderita hepatitis (melalui makanan pada hepatitis A, melalui
kontak seksual/darah/transfusi pada hepatitis B atau C, melalui persalinan pada hepatitis
B).
 Riwayat menderita anemia sel sabit (hemolisis) dan hepatitis
 Nyeri kuadran kanan atas, disebabkan oleh kolangitis, hepatitis akut, batu empedu, ulkus
peptik, pneumonia lobus kanan bawah, efusi pleura kanan, dan nyeri muskuloskeletal.
 Nyeri epigastrium, biasanya disebabkan oleh pankreatitis atau kanker pankreas.
 Mual dan muntah, biasanya disebabkan oleh hepatitis akut, koledokolitiasis, kolangitis,
sepsis.
 Malaise, anoreksia, dan cepat lelah, biasanya disebabkan hepatitis akut, serta keganasan
hepatobilier atau pankreas.
 Feces berwarna pucat biasanya disebabkan obstruksi empedu.
 Peningkatan lingkar pinggang, bisa diakibatkan oleh asites karena sirosis, atau adanya
massa abdomen akibat keganasan hati atau pankreas.
 Pruritus, bisa diakibatkan oleh proses kolestatik subakut atau kronis.
 Mudah terjadi hematom, biasanya akibat koagulopati karena gangguan sintesis faktor
pembekuan darah pada sirosis.
 Demam, biasanya disebabkan oleh kolangitis, hepatitis akut, batu empedu, dan sepsis.
 Konfusio atau perubahan status mental, bisa disebabkan oleh kolangitis, ensefalopati hati,
sepsis.
 Perdarahan gusi atau epistaksis, bisa diakibatkan trombositopenia karena gagal hati berat,
DIC, TTP, malaria falsiparum
 Kehamilan, bisa diakibatkan acute fatty liver of pregnancy, HELLP syndrome, kolestasis
intrahepatik pada kehamilan
 Urine berwarna gelap, bisa disebabkan oleh bilirubinuria, porfiria (urine berwarna merah
anggur), hemoglobinuria (karena hemolisis akut), myoglobinuria (karena
rhabdomyolisis), obat (oranye karena rifampisin)
 Penurunan berat badan, bisa disebabkan oleh keganasan hepatobilier atau pankreas.

Mual dan Muntah

Mual adalah perasaan tidak enak bahwa akan terjadi muntah, yang bisa diikuti atau
tidak diikuti dengan muntah itu sendiri. Muntah adalah ekspulsi isi lambung melalui oral
secara paksa, dengan kontraksi otot dinding perut dan dada. Muntah harus dibedakan dengan
regurgitasi, yang merupakan aliran retrograd pasif isi esofagus ke mulut tanpa adanya
aktivitas otot seperti pada muntah, dan tidak didahului mual.

Mual dan muntah yang akut bisa disebabkan oleh:

 Infeksi dan toksin pada saluran cerna (gastroenteritis, hepatitis, keracunan makanan)
 Obat, misalnya kemoterapi, antibiotika, analgetik, dan lain-lain.
 Nyeri visceral, misalnya akibat pankreatitis, appendisitis, kolik empedu, obstruksi usus
halus, kolik renal, iskemi usus, infark myokard
 Kondisi yang mengenai sistem saraf pusat, misalnya labirintitis, motion sickness, trauma
kepala, stroke, meningitis, peningkatan tekanan intrakranial.
 Metabolik, misalnya kehamilan, ketoasidosis, uremia.
 Radiasi.
 Mual dan muntah yang kronis bisa disebabkan oleh:
 Gangguan lambung
 Gangguan motilitas usus halus
 Metabolik, misalnya kehamilan, hipertiroidisme
 Sistem saraf pusat, misalnya tumor kepala
 Psikogenik (eating disorder)
Penggalian tentang keluhan mual dan muntah berdasarkan penggalian riwayat
penyakit sekarang adalah sebagai berikut:

 Onset dan durasi.


 Sifat munculnya keluhan.
 Frekuensi.
 Sifat keluhan:
 apakah keluhan pasien hanya berupa mual, disertai muntah, atau sebenarnya hanya
regurgitasi?
 volume, yang bisa menentukan apakah akan terjadi kemungkinan dehidrasi atau tidak.
 isi muntahan: apakah makanan, hanya cairan lambung, berwarna hijau, atau ada darah
(apabila berdarah, dianamnesis seperti menganamnesis Perdarahan Saluran Cerna).
Bila berwarna hijau, bisa diakibatkan oleh obstruksi usus halus.
 apakah berbau busuk, bisa diakibatkan oleh obstruksi usus.
 apakah muntahnya proyektil, biasanya disebabkan oleh peningkatan tekanan
intrakranial atau stenosis pylorus.
 apakah muntah pagi sebelum sarapan, lebih dari sejam sesudah makan, saat makan
atau segera sesudah makan? Muntah pagi sebelum sarapan biasanya akibat
kehamilan, sejan atau lebih sesudah makan bisa diakibatkan oleh gastroparesis atau
obstruksi keluar lambung, saat makan atau segera sesudah makan bisa diakibatkan
oleh ulkus lambung atau eating disorder.
 Hubungan dengan fungsi fisiologis
 Akibat terhadap aktivitas sehari-hari.
 Upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan.

Keluhan penyerta dan anamnesis riwayat penyakit dahulu/keluarga yang bisa


mengarahkan pada diagnosis antara lain adalah:

 Riwayat trauma kepala.


 Riwayat konsumsi obat kanker, antibiotika, analgetika, dna lain-lain.
 Riwayat penyakit ginjal, bisa mengarahkan pada uremia.
 Riwayat ulkus peptik, cepat kenyang, mengarah pada gangguan saluran cerna.
 Riwayat penyakit jantung, mengarahkan pada muntah akibat infark myokard atau
toksisitas digoksin pada penderita gagal jantung.
 Riwayat lingkungan sekitar juga mual dan muntah sesudah memakan makanan yang
sama, bisa mengarahkan pada keracunan makanan. Riwayat memakan makanan mentah
ataupun makanan kalengan juga bisa mengarahkan pada keracunan makanan.
 Riwayat diabetes bisa mengarahkan pada ketoasidosis.
 Nyeri perut kanan bawah, bisa disebabkan oleh appendisitis akut. Nyeri perut
periumbilikal yang kemudian berpindah ke nyeri kanan bawah juga mengarah pada
appendisisitis akut.
 Nyeri perut yang bertambah bila melakukan gerakan yang menyebabkan guncangan
seperti turun tangga, bisa mengarah pada peritonitis.
 Nyeri perut bagian atas yang stabil selama > 30 menit dengan ciri nyeri kolik, bisa
disebabkan oleh kolesistitis akut.
 Diare, bisa disebabkan oleh gastroenteritis atau keracunan makanan, apalagi apabila ada
riwayat lingkungan sekitar yang mengalami muntah dan diare juga.
 Ikterus dan urine berwarna gelap bisa mengarah pada hepatitis dan koledokolitiasis.
 Nyeri dada akut, bisa disebabkan oleh infark myokard akut, sedangkan penyebab yang
lebih ringan adalah GERD.
 Nyeri kepala, bisa disebabkan oleh perdarahan intrakranial, massa atau infeksi di
intrakranial. Penyebab yang lebih ringan adalah nyeri kepala migren.
 Kaku kuduk, bisa disebabkan oleh meningitis.
 Perubahan status mental, bisa disebabkan oleh perdarahan, massa atau infeksi intrakranial.
 Ada tanda kehamilan, seperti amenore, nyeri atau pembengkakan mammae, bisa
diakibatkan kehamilan dini. Bila pasien sudah positif hamil, bisa disebabkan oleh emesis-
dan hiperemesis gravidarum.
 Pusing dan merasa ruangan berputar (vertigo), bisa diakibatkan oleh labirintitis
 Perubahan berat badan (naik dan turun), masalah dengan body image, muntah sembunyi-
sembunyi, dan kebiasaan menginduksi muntah, bisa diakibatkan oleh eating disorder.
Penurunan berat badan saja bisa diakibatkan oleh keganasan gastrointestinal.
 Muntah yang terjadi saat berada dalam kendaraan yang bergerak, bisa diakibatkan oleh
motion sickness.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penyakit pencernaan adalah semua penyakit yang terjadi pada saluran pencernaan.
Penyakit ini merupakan golongan besar dari penyakit pada organ mulut, esofagus, usus
halus, usus besar, rektum, anus, bahkan hati, pankreas dan empedu.
Penyakit pencernaaan bervariasi dari penyakit ringan hingga berat yang dapay
menyebabkan kematian. Namun, walaupun terkadang terasa ringan. Penyakit pada sistem
pencernaan ini dapat mengakibatkan dampak yang berat bahkan fatal apabila dibiarkan
tanpa penanganan yang tepat dan intensif. Sebagian penyakit dari sistem pencernaan
dapat dijadikan ciri atau dampak dari penyakit lain sebagai penyakit permulaan atau
sampingan. Tentu saja hal ini tidak dapat diremehkan begitu saja mulai dari penyebab
maupun cara pencegahannya.

3.2 Saran

Kita harus lebih mengenali dan mengetahui macam-macam penyakit pencernaan


mulai dari penyebab hingga penanganan dan terapi yang tepat. Serta menjaga pola makan,
kebersihan diri dan lingkungan sekitar agar terhindar dari penyakit-penyakit tersebut.
Daftar Pustaka

https://www.academia.edu/34517889/ANAMNESIS_PADA_GANGGUAN-
SISTEM_DIGESTI

https://www.academia.edu/37908593/MAKALAH_GANGGUAN_PADA_SISTEM_PE
NCERNAAN

Anda mungkin juga menyukai