OLEH KELOMPOK 1 :
HAKMAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga makalah tentang Pengkajian & pemeriksaan fisik dan Pemeriksaan diagnostic pada
gangguan pencernaan pada dewasa untuk mata kuliah gastroenterologi dapat terselesaikan
dengan baik. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini ialah untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh dosen pembimbing kepada kami sebagai mahasiswa program studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Hasnuddin.
Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari cara penulisan maupun isi
dari makalah ini, karenanya kami siap menerima baik kritik maupun saran dari dosen
pembimbing dan pembaca demi tercapainya kesempurnaan dalam pembuatan berikutnya.
Kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, kami
sampaikan penghargaan dan terima kasih.Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa
melimpahkan berkat dan bimbingannya kepada kita semua.
Penyusun,
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan .................................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASA
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 27
B. Saran .................................................................................................................................. 27
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Salah satu hal yang harus diperhatikan oleh petugas pelayanan kesehatan adalah
proses pemeriksaan fisik pada pasien.Proses pemeriksaan fisik ini merupakan salah satu cara
untuk mengetahui gejala atau masalah yang dialami pasien.terutama pemeriksaan fisik
maka data-data pasien yang akan dirawat akan mudah diidentifikasi dan masalah pasien pun
B. Rumusan masalah
1. Apa saja pengkajian yang dapat dilakukan pada gangguan sistem pencernaan ?
2. Apa saja pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pada gangguan sistem pencernaan ?
3. Apa saja pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada gangguan sistem pencernaan
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui pengkajian yang dapat dilakukan pada gangguan sistem pencernaan
2. Dapat mengetahui pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pada gangguan sistem
pencernaan
3. Dapat mengetahui apa saja pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada gangguan
sistem pencernaan
1
BAB II
PEMBAHASAN
menggali masalah keperawatan lainnya sesuai dengan keluhan utama dari pasiennya. Perawat
memperoleh data subyektif dari pasien mengenai awitan masalahnya dan bagaimana
penanganan yang sudah dilakukan. Persepsi dan harapan pasien sehubungan dengan masalah
a. Anamnesa
saluran pencernaan perlu dilakukan anamnesis, baik auto maupun allo anamnesis yang
Anamnesi dimulai dengan keluhan utama, yakni keluhan yang diderita seseorang,
membawa dia untuk meminta pertolongan/ pengobatan kepada dokter. Gejala klinis
gangguan sistem pencernaan dapat berupa nyeri epigastrium, mual muntah, kembung,
diare, dll.
Anamnesis untuk kelainan sistem pencernaan secara garis besar dapat dibagi atas
3 bagian, yaitu:
Gangguan asupan dapat disebabkan oleh kelainan pada sistem pencernaan itu sendiri
ataupun yang berasal dari luar sistem pencernaan. Gangguan pada sistem pencernaan
misalnya:
2
Adanya gangguan menelan. Gangguan menelan, dapat akibat adanya kelainan
pada orofaring, seperti: adanya faringitis akut, tonsilitis, tumor gangguan pada
ditelan kembali dikeluarkan akibat mual dan muntah. Hal ini misalnya dapat
pada pankreas.
Gangguan penyerapan dapat terjadi, baik disebabkan oleh kelainan pada sistem
pencernaan bagian atas, maupun kelainan pada sistem pencernaan bagian bawah.
Gangguan pada sistem pencernaan bagian, bawah meliputi infeksi pada colon,
toksin bakteri, penyakit otoimun pada sistem pencernaan, tumor dan lain-lain.
3
c. Gangguan struktur lainnya pada sistem pencernaan, baik pada sistem pencernaan
bagian atas maupun sistem pencernaan bagian bawah. meliputi perdarahan pada
sistem pencernaan, baik yang bersumber dari sistem pencernaan bagian atas, maupun
dari sistem pencernaan bagian bawah, tumor sistem pencernaan, primer ataupun
Anamnesa :
1) Identitas klien
Identitas klien mencakup nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, agama, suku bangsa,
2) Keluhan Utama
dirasakan pasien sampai perlu pertolongan. Keluhan utama pada pasien gangguan
a) Nyeri
Keluhan nyeri dari pasien sering menjadi keluhan utama dari pasien untuk
Kondisi nyeri biasanya bergantung pada penyebab dasar yang juga mempengaruhi
b) Mual muntah
Keluhan mual muntah merupakan kondisi yang sering dikeluhkan dan biasanya
4
adalah sensasi subjektif yang tidak menyenangkan dan sering mendahului
muntah. Mual disebabkan oleh distensi atau iritasi dari bagian manasaja dari
saluran GI, tetapi juga dapat dirangsang oleh pusat-pusat otak yang lebih tinggi.
Interpretasi mual terjadi di medulla, bagian samping, atau bagian dari pusat
dirinya sendiri dari isinya ketika hampir semua bagian atau traktus gastrointestinal
yaitu pengeluaran gas dari lambung melalui mulut (flatulens) yaitu pengeluaran
gas dari rektum. Sendawa terjadi jika menelan udara dimana cepat dikeluarkan
bila mencapai lambung. Biasanya, gas di usus halus melewati kolon dan di
keluarkan. Pasien sering mengeluh kembung, distensi, atau merasa penuh dengan
gas.
d) Ketidaknyamanan Abdomen
saraf lambung dan gangguan saluran gastrointestinal atau bagian lain tubuh.
tetap berada di bawah lambung lebih lama dari protein atau karbohidrat. Sayuran
kasar dan makanan yang sangat berbumbu dapat juga mengakibatkan penyakit
dengan makanan yang merupakan keluhan utama dari pasien dengan disfungsi
5
peristaltic lambung pasien sendiri. Defekasi dapat atau tidak dapat menghilangkan
nyeri.
e) Diare
Diare adalah peningkatan keenceran dan frekuensi feses. Diare dapat terjadi
akibat adanya zat terlarut yang tidak dapat diserap di dalam feses, yang disebut
diare osmotic, atau karena iritasi saluran cerna. Penyebab tersering iritasi adalah
infeksi virus atau bakteri di usus halus distal atau usus besar. Iritasi usus oleh
motilitas menyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang karena waktu yang
mengalami diare berat dapat meninggal akibat syok hipovolemik dan kelainan
elektrolit.
f) Konstipasi
defekasi berbeda-beda setiap orang sehingga definisi ini bersifat subjektif dan
dianggap sebagai penurunan relative jumlah buang air besar pada seseorang.
Defekasi dapat menjadi sulit apabila feses mengeras dan kompak. Hal ini terjadi
sehingga memungkinkan lebih banyak air yang terserap keluar sewaktu feses
dengan cara menarik air secara osmosis ke dalam feses dan dengan merangsang
6
peristaltic kolon melalui peregangan. Dengan demikian, orang yang makan
makanan rendah serat atau makananan yang sangat dimurnikan beresiko lebih
Pengkajian kesehatan masa lalu bertujuan untuk menggali berbagai kondisi yang
memberikan berbagai kondisi saat ini. Perawat mengkaji riwayat MRS (masuk rumah
sakit) dan penyakit berat yang pernah diderita, penggunaan obat2 dan adanya alergi.
Anamnesis tentang penggunaan obat atau zat yang baru baik dari segi kuantitas
maupun kualitas akan memberi dampak yang merugikan pada pasien akaibat efek
samping dari obat atau zat yang telah dikonsumsi. Beberapa obat akan mempengaruhi
mukosa GI seperti obat anti inflamasi non-steroid (NSAIDs), asam salisilat dan
kortiko steroid yang memberikan resiko peningkatan terjadinya gastritis atau ulkus
peptikum. Kaji apakah pasien menggunakan preparat besi atau ferum karna obatini
akan mempengaruhi perubahan konsistensi dan warna feses (agak kehitaman) atau
melakukan BAB. Beberapa obat atau zat juga bisa bersifat efatotoksik atau bersifat
racun terhadap fisiologis kerja hati yang memberikan resiko pada peningkatan
7
5) Riwayat alergi
Perawat mengkaji adanya alergi terhadap beberapa komponen makanan atau agen
obat pada masa lalu dan bagai mana pengaruh dari alergi tersebut, apakah
2) Pasien dalam posisi tidur dengan bantal dibawah kepala dan lutut pada posisi fleksi
(bila diperlukan)
3) Kedua tangan disamping atau dilipat diatas dada. Bila tangan diatas kepala akan
4) Telapak tangan pemeriksa harus cukup hangat, stetoskop juga cukup hangat, dan
kuku harus pendek. Dengan jalan menggesek gesekan tangan akan membuat telapak
5) Suruh pasien menunjukkan tempat/area yang sakit , dan periksa area ini paling
terakhir.
6) Lakukan pemeriksaan perlahan lahan, hindari gerakan yang cepat dan tak diinginkan
7) Jika perlu ajak pasien berbicara sehingga pasien akan lebih relak
8
8) Jika pasien sangat sensitif dan penggeli mulailah palpasi dengan tangan pasien
9) Perhatikan hasil pemeriksaan dengan memperhatikan rawut muka dan emosi pasien
a. Inspeksi
1) Bibir
Bibir dikajia terhadap kondisi warna, tekstur, hidrasi, kontur, serta adanya lesi.
Dengan mulut pasien tertutup, perawat melihat bibir dari ujung ke ujung.
Normalnya bibir berwarna merah muda, lembab, simetris, dan halus. Pasien
wanita harus menghapus lipstik mereka sebelum pemeriksaan. Bibir yang pucat
2) Rongga mulut
Pemeriksaan fisik rongga mulut dilakukan untuk menilai kelainan atau lesi yang
oral,perawat menggunakan senter dan spatel lidah atau kasa tunggal segi empat.
kemudian merektrasi pipi dengan lembut menggunakan spatel lidah atau jari
bersarung tangan yang ditutupi dengan kasa. Permukaan mukosa harus dilihat dari
9
kanan kekiri dan dari atas kebawah.senter menerangi bagian paling posterior dari
mukosa. Mukosa normal berkilau merah muda,lunak, basah, dan halus. Dengan
pasien dengan pigmentasi normal, mukosa bukal merupakan tempat yang paling
Lidah diinspeksi dengan cermat pada semua sisi dan bagian dasar mulut. Terlebih
dahulu pasien harus merilekskan mulut dan sedikit menjulurkan lidah keluar.
Hal tersebut dilakukan untuk menguji fungsi safar hipoglosus. Jika pasien
menjulurkan lidahnya terlalu jauh, dapat terlihat adanya reflek muntah. Pada saat
lidah akibat kelemahan otot lidah pada pasien yang mengalami Miastenia gravis
dengan tanda khas triple forroed . untuk menguji mobilitas lidah, perawat
meminta pasien untuk menaikan lidah keatas dan kesemping. Lidah harus
ukuran posisi, tekstur, dan adanya lapisan atau lesi pada lidah. Lidah harus
berwarna merah sedang atau merah pudar, lembab, sedikit kasar pada bagian
permukaan atasnya, dan halus sepanjang tepi lateral. Permukaan bawah lidah dan
bagian dasar mulut sangat bersifat faskular. Kecermatan ekstra harus dilakukan
pada saat minginspeksi area-area yang umumnya terkena lesi kanker oral.
10
4) Pemeriksaan fisik abdomen
Urutan teknik pemeriksaan pada abdomen ialah inspeksi, auskultasi, palpasi, dan
perkusi. Auskultasi dilakukan sebelum kita melakukan palpasi dan perkusi dengan
tujuan agar hasil pemeriksaan auskultasi lebih akurat karena kita belum
terlebih dahulu , maka dapat mengubah frekuensi dan karakter bising usus.
Ada dua macam cara pembagian topografi abdomen yang umum dipakai untuk
1. Pembagian atas empat kuadran, dengan membuat garis vertikal dan horizontal
melalui umbilicus, sehingga terdapat daerah kuadran kanan atas, kiri atas,
2. Pembagian atas sembilan daerah, dengan membuat dua garis horizontal dan
Garis horizontal pertama dibuat melalui tepi bawah tulang rawan iga
kesepuluh dan yang kedua dibuat melalui titik spina iliaka anterior
superior (SIAS).
11
Pada keadaan normal, di daerah umbilical pada orang yang agak
kurus dapat terlihat dan teraba pulsasi arteri iliaka. Beberapa organ dalam
teraba agak kaku di daerah kuadaran kiri bawah, kolon asendens dan
Kandung kemih pada retensio urine dan uterus gravid teraba di daerah
suprapubik.
12
Inspeksi :
Dilakukan pada pasien dengan posisi tidur terlentang dan diamati dengan seksama
(menurun pada orang tua dan dehidrasi), kering (dehidrasi), lembab (asites), dan
pembuluh darah vena (obstruksi vena kava inferior & kolateral pada hipertensi
portal).
peritonitis terbatas.
d) Pembesaran organ atau tumor, dilihat lokasinya dapat diperkirakan organ apa
e) Peristaltik; gerakan peristaltik usus meningkat pada obstruksi ileus, tampak pada
13
Pasien sering melipat lutut ke atas agar tegangan abdomen berkurang/
Pasien melipat lutut sampai ke dada, berayun-ayun maju mundur pada saat
Auskultasi :
Kegunaan auskultasi ialah untuk mendengarkan suara peristaltic usus dan bising
keseluruh bagian abdomen. Suara peristaltic usus terjadi akibat adanya gerakan
cairan dan udara dalam usus. Frekuensi normal berkisar 5-34 kali/ menit.
(borborigmi).
sound).
Bising dapat terdengar pada fase sistolik dan diastolic, atau kedua fase. Misalnya
14
hipertensi portal, terdengar adanya bising vena (venous hum) di daerah
epigastrium.
Palpasi :
c. Palpasi dimulai dari daerah superficial, lalu ke bagian dalam. Bila ada daerah
diminta untuk menekuk lututnya. Bedakan spasme volunteer & spasme sejati
dalam, jika muskulus rectus relaksasi, maka itu adalah spasme volunteer.
Namun jika otot kaku tegang selama siklus pernapasan, itu adalah spasme
sejati.
tangan kiri berada di bagian pinggang kanan atau kiri pasien sedangkan
15
abdomen & dengan cepat tangan ditarik kembali. Cairan asites akan berpindah
untuk sementara, sehingga organ atau massa tumor yang membesar dalam
untuk memeriksa ginjal, dimana gerakan penekanan pada organ oleh satu
tekan, dan warna kulit di atasnya. Palpasi hati : dilakukan dengan satu tangan
atau bimanual pada kuadran kanan atas. Dilakukan palpasi dari bawah ke atas
pada garis pertengahan antara mid-line & SIAS. Bila perlu pasien diminta
untuk menarik napas dalam, sehingga hati dapat teraba. Pembesaran hati
Perkusi :
keseluruhan, menentukan besarnya hati, limpa, ada tidaknya asites, adanya massa
padat atau massa berisi cairan (kista), adanya udara yang meningkat dalam
lambung dan usus, serta adanya udara bebas dalam rongga abdomen. Suara
perkusi abdomen yang normal adalah timpani (organ berongga yang berisi udara),
16
a. Orientasi abdomen secara umum.
untuk mengetahui distribusi daerah timpani dan daerah redup (dullness). Pada
Adanya cairan bebas dalam rongga abdomen (asites) akan menimbulkan suara
perkusi timpani di bagian atas dan dullness dibagian samping atau suara
dullness dominant. Karena cairan itu bebas dalam rongga abdomen, maka bila
pemeriksaan asites:
gelombang cairan yang akan diteruskan ke sisi yang lain. Pasien tidur
dinding abdomen sisi yang lain. Tangan kiri kan merasakan adanya
tekanan gelombang.
Pasien tidur terlentang, lakukan perkusi dan tandai peralihan suara timpani
ke redup pada kedua sisi. Lalu pasien diminta tidur miring pada satu sisi,
17
lakukan perkusi lagi, tandai tempat peralihan suara timpani ke redup
Inspeksi :
Setelah menjelaskan apa yang akan dilakukan, pasien disuruh berbaring pada sisi
kirinya dengan lutut ditekuk. Posisi ini yang disebut dengan posisi lateral kiri.
Perawat yang mengenakan sarung tangan dan mulai melakukan inspeksi pada
anus dan daerah perianal dengan menyisihkan kedua belah pantatnya. Perawat
perlu menilai adanya konsistensi abnormalitas pada anus, meliputi hal-hal berikut
ini:
1. Fisura-in-ano, Fisura ini merupakan retakan dari dinding anus yang cukup
biasanya terjadi secara berlangsung pada bagian posterior dan garis tengah.
3. Prolaps rekti, merupakan lipatan sirkum firesial dari mukosa yang berwarna
dari anus. Mulut lubang fistel tampak berwarna merah yang disebabkan
5. Karsinoma anus, dapat terlihat sebagai massa yang terbentuk kembang kol
18
Palpasi :
Colok anus (Colok dubur). Perawat yang menggunakan ujung jari telunjuk yang
terbungkus sarung tangan dilubrikasi dan diletakkan pada anus. Pasien diminta
meningkatkan tekanan pada jari telunjuk kearah bawah sampai sfingter terasa
Palpasi dinding anterior dari rectum dilakukan untuk menilai kelenjar prostat pada
pria dan serviks wanita. Prostat yang normal merupakan massa kenyal berlobus
dua dengan lekukan sentral. Prostat menjadi semakin keras sesuai umur ang
abdomen. Foks pemeriksaan adalah menilai adanya abnormalitas dari organ hati
menggunakan palpasi dalam untuk mencari tepi bawh hati. Teknik ini
tangan kiri dibawah toraks posterior kanan pasien pada iga kesebelas dan dua
tepi kosta kanan, perawat meletakkan tangan diatas kuadran kanan atas tepat
19
dibawah tepi bawah hati. Pada saat perawat menekan kebawah dan keatas
secara berlahan pasien menarik nafas dalam melalui abdomen. Pada saat
pasien berinhalasi, perawat mencoba memalpasi tepi hati pada saat hati
menurun. Hati normal tidak dapat dipalpasi. Selain itu, hati tidak mengalami
nyeri tekan dan memiliki teepi yang tegas, teratur, dan tajam. Jika hati dapat
Hati yang teraba akan memperlihatkan tepi yang tajam, padat dengan
permukaan yang rata. Besar hati diperkirakan dengan melakukan perkusi batas
atas dan bawah hati. Apabila hati tidak teraba, tetapi terdapat kecurigaan
adanya nyeri tekan, maka perkusi toraks yang dilakukan dengan cepat
ukuran dalam jari (misalnya dua jari dari iga), serta konsistensinya apakah
pada organ tersebut terdapat nyeri tekan dan apakah garis bentuknya reguler
hingga dibawah morga kosta kanan harus dicatat untuk menunjukan ukuran
hati. Pemeriksaan harus menentukan apakah tepi hati tajam dan rata ataukah
tumpul dan apakahh hati yang membesar tersebut teraba noduler ataukah rata.
Hati seorang pasien sirosis akan teraba mengecil dan keras, sementara hati
pasien hepatis teraba cukup lunak dan tepian mudah digerakkan dengan
20
tangan.
Nyeri tekan pada hati menunjukan pembesaran akut yang baru saja terjadi
disertai peregangan kapsul hepar. Tidak adanya nyeri tekan dapat berarti
bahwa pembesaran tersebut tidak berlangsung lama. Hati pasien hepatis virus
terasa nyeri jika ditekan, sedangkan hati pasien hepatitis alkoholik tidak
a) Endoskopi
serat optik yang disebut endoskop. Endoskop yang dimasukkan melalui mulut bisa
kerongkongan (esofagoskopi)
lambung (gastroskopi)
Jika dimasukkan melalui anus, maka endoskop bisa digunakan untuk memeriksa:
Diameter endoskop berkisar dari sekitar 0,6 cm-1,25 cm dan panjangnya berkisar dari
Banyak endoskop yang juga dilengkapi dengan sebuah penjepit kecil untuk
21
mengangkat contoh jaringan dan sebuah alat elektronik untuk menghancurkan
Dengan endoskop dokter dapat melihat lapisan dari sistem pencernaan, daerah yang
Endoskop juga bisa digunakan untuk pengobatan. Berbagai alat yang berbeda bisa
dilakukan.
endoskopi hanya menyebabkan iritasi pada lapisan usus dan perdarahan ringan.
b) Laparoskopi
Laparoskopi biasanya dilakukan dalam keadaan penderita terbius total. Setelah kulit
22
dibersihkan dengan antiseptik, dibuat sayatan kecil, biasanya di dekat pusar.
c) Rontgen
Foto polos perut merupakan foto rontgen standar untuk perut, yang tidak
menunjukkan:
suatu penyumbatan
2. Pemeriksaan barium
Setelah penderita menelan barium, maka barium akan tampak putih pada foto
rontgen dan membatasi saluran pencernaan, menunjukkan kontur dan lapisan dari
pergerakan barium di dalam saluran pencernaan. Proses ini juga bisa direkam.
23
Dengan mengamati perjalanan barium di sepanjang saluran pencernaan, dokter
dapat menilai:
Barium juga dapat diberikan dalam bentuk enema untuk melapisi usus
adanya polip, tumor atau kelainan struktur lainnya. Prosedur ini bisa
Barium yang diminum atau diberikan sebagai enema pada akhirnya akan
dibuang ke dalam tinja, sehingga tinja tampak putih seperti kapur. Setelah
barium.
d) Parasentesis
cairannya. Dalam keadaan normal, rongga perut diluar saluran pencernaan hanya
tertentu, seperti perforasi lambung atau usus, penyakit hati, kanker atau pecahnya
limpa.
24
dugaan bahwa rongga perut mengandung cairan yang berlebihan. Selanjutnya daerah
kulit (biasanya tepat dibawah pusar) dibersihkan dengan larutan antiseptik dan dibius
lokal. Melalui kulit dan otot dinding perut, dimasukkan jarum yang dihubungkan
Sejumlah kecil cairan diambil untuk pemeriksaan laboratorium atau sampai 0,96 liter
e) USG Perut
organ dalam. USG bisa menunjukkan ukuran dan bentuk berbagai organ (misalnya
hati dan pankreas) dan juga bisa menunjukkan daerah abnormal di dalamnya.
USG juga dapat menunjukkan adanya cairan tetapi USG bukan alat yang baik
melihat tumor dan penyebab perdarahan di lambung, usus halus atau usus besar.
USG merupakan prosedur yang tidak menimbulkan nyeri dan tidak memiliki
resiko. Pemeriksa menekan sebuah alat kecil di dinding perut dan mengarahkan
Gambaran dari organ dalam bisa dilihat pada layar monitor dan bisa dicetak atau
ringan maupun kanker yang serius. Bila perdarahannya banyak, bisa terjadi muntah
darah, dalam tinja terdapat darah segar atau mengeluarkan tinja berwarna kehitaman
(melena).
25
Jumlah darah yang terlalu sedikit sehingga tidak tampak atau tidak merubah
penampilan tinja, bisa diketahui secara kimia; dan hal ini bisa merupakan petunjuk
awal dari adanya ulkus, kanker dan kelainan lainnya. Pada pemeriksaan colok dubur,
dokter mengambil sejumlah kecil tinja . Contoh ini diletakkan pada secarik kertas
saring yang mengandung zat kimia. Setelah ditambahkan bahan kimia lainnya, warna
26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Salah satu hal yang harus
diperhatikan oleh petugas pelayanan kesehatan adalah proses pemeriksaan fisik pada
pasien.Proses pemeriksaan fisik ini merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau
mengetahui bagaimana proses pemeriksaan fisiknya maka data-data pasien yang akan
dirawat akan mudah diidentifikasi dan masalah pasien pun akan segera teratasi.
B. Saran
Sebagai saran terutama untuk mahasiswa ilmu keperawatan, mempelajari dengan baik dan
seksama mengenai materi pemeriksaan fisik maupun diagnostik karena penting untuk lebih
cermat agar mengurangi resiko melakukan kesalahan dalam pemeriksaan fisik dan diagnostic
27
DAFTAR PUSTAKA
Medika2]
28