TUGAS PAPER
Dosen Pengampuh :
Eka Firmansyah Pratama, S.Kep,Ns,M.Kep
Disusun Oleh :
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua
jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugrah terbesar
bagi seluruh alam semesta.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga paper ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya dapat
kami perbaiki. Karena kami sadar, paper yang kami buat ini masih banyak terdapat
kekurangannya.
Gorontalo, 06-08-2020
A. Latar Belakang
Asuhan keperawatan yang berkualitas merupakan suatu tuntutan yang harus dipenuhi
dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada klien, sehingga masalah kesehatan klien
dapat teratasi dengan baik dalam rangka meningkatkan status kesehatan klien. Langkah awal
dalam memberikan asuhan keperawatan yaitu pengkajian keperawatan. Dalam melaksanakan
pengkajian, seorang perawat dalam melalukan pengumpulan data yang dapat menunjukkan
masalah kesehatan klien melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan
diagnostic.
Sebagai contoh masalah kesehatan yang tak jarang dialami oleh klien yaitu masalah
kesehatan yang berkaitan dengan gangguan sistem muskuloskeletal dan sistem persarafan.
Untuk pengkajian sistem muskuloskeletal, perlu dilakukan anamnese yang meliputi
pemeriksaan pada tulang, persendian dan otot-otot. Pengkajian pada sistem ini terbilang
cukup rumit karena bagian-bagian ini bertanggungjawab untuk pergerakan penunjang dan
sistem stabilitas tubuh, serta fungsinya yang sangat terintegrasi dengan sistem integumen dan
neurologi (persarafan). Sedangkan untuk pengkajian pada sistem persarafan, dapat dilakukan
dengan teliti dengan melihat riwayat penyakit pasien dan kondisi fisiknya. Otak dan medula
spinalis tidak dapat dilihat, diperkusi, dipalpasi ataupun diauskultasi seperti sistem lainnya
dalam tubuh. Agar pemeriksaan persarafan dapat memberikan informasi yang akurat, maka
perlu diusahakan kerja sama yang baik antara pemeriksa dan pasien diminta untuk kooperatif
(Brunner, 2001).
Oleh karena itu, untuk setiap mahasiswa keperawatan dan profesi perawat harus
mampu memahami konsep dan teori tentang asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan sistem muskuloskeletal dan sistem persarafan, sehingga diharapkan nantinya dapat
memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas pada klien yang mengalami gangguan
tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul paper di atas, rumusan masalah yang menjadi fokus dalam
penulisan paper ini adalah : Mengetahui bagaimana anamnese untuk asuhan keperawatan
pada klien dengan gangguan sistem muskuloskeletal dan sistem persarafan yang mencakup
seluruh hal yang perlu dilakukan pemeriksaan kepada klien.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari paper ini adalah sebagai pembelajaran dan panduan untuk
mahasiswa keperawatan dan profesi perawat dalam melakukan proses asuhan keperawatan
khususnya pada proses pengkajian dan anamnese pada klien dengan gangguan sistem
muskuloskeletal dan sistem persarafan.
II. PEMBAHASAN
a. Riwayat Keperawatan
a. Data Biografi
Data pribadi dapat membantu untuk mngetahui klien secara individual sehingga
memungkinkan untuk menyusun rencana perawatan yang tepat (Rismanto, 2014).
Data ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, jenis transportasi yang
digunakan, dan orang-orang yang terdekat dengan klien (Suratun, 2008).
a) Usia
Menurut jurnal Binarfika Magfiroh (2014), usia merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi gejala adanya keluhan muskuloskeletal disorders.
Prevalensi gangguan muskuloskeletal dengan keluhan nyeri semakin
meningkat dengan bertambahnya usia yaitu pada usia 40-45 tahun yang
disebabkan oleh faktor degenerasi dan beban statik serta osteoporosis.
b) Jenis kelamin
Keluhan gangguan muskuloskeletal lebih banyak akan dirasakan oleh wanita
dibanding pria dikarenakan proses menopause pada wanita dapat
menyebabkan kepadatan tulang berkurang.
c) Identifikasi ras, budaya dan suku bangsa
- Apakah latar belakang budaya klien?
- Apakah klien mampu berkomunikasi dalam bahasa Indonesia
(nasional) atau perlu penerjemah?
- Apa nilai kebudayaan klien yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan?
- Adakah tabu budaya atau acara tabu yang klien ikuti?
- Dimana tempat yang sering klien datangi jika sedang sakit, ke dokter,
ke dukun, atau menggunkan kepercayaan yang digunakan rakyat
setempat?
- Sampai tingkat mana penyakit dan perawatan di rumah sakit
memengaruhi kemampuan klien untuk mengikuti norma budaya?
(Muttaqin, 2008)
d) Hubungan keluarga
- Siapa saja yang klien anggap sebagai anggota keluarga?
- Bagaimana hubungan klien dengan pasangan, orang tua, saudara dan
teman?
- Bagaimana pembagian tugas dalam keluarga?
- Bagaimana status pernikahan klien?
- Adakah anggota keluarga dekat yang baru meninggal?
- Siapakah yang klien cari untuk mendapatkan dukungan?
- Bagaimana keluarga secara normal mengatasi stres yang dihadapi?
- Apakah anggota keluarga menghormati pandangan setiap anggota
lainnya? (Muttaqin, 2008)
b. Keluhan utama
Kaji klien untuk mengungkapkan alasan klien memeriksakan diri atau mengunjungi
fasilitas kesehatan. Keluhan utama pasien-pasien dengan gangguan muskuloskeletal
biasanya sakit atau nyeri, deformitas dan kelainan fungsi. Namun demikian, perawat
dapat memfokuskan pertanyaan pada adanya nyeri, kulit dirasakan menipis, kram,
sakit tulang belakang, kemerahan, bengkak, deformitas, pengurangan gerakan atau
faktor-faktor lain yang mempengaruhi aktifitas sehari-hari.
a) Nyeri
Nyeri merupakan gejala yang paling sering ditemukan pada gangguan sistem
muskuloskeletal dan perlu diketahui secara lengkap tentang sifat-sifat nyeri.
- Kaji PQRST dari nyeri yang dirasakan.
P : Provokative/paliative (apa penyebab nyeri dan apa yang dapat
membuat lebih baik atau lebih buruk pada keluhan nyeri yang
dirasakan)
Q : Quality/quantity (bagaimana klien merasakan gejala yang timbul)
R : Region/radiation, lokasi atau penyebaran (dimana saat terjadi
penyebaran)
S : Scale, skala nyeri, tingkat beratnya masalah (bagaimana aktifitas
sehari-hari dipengaruhi oleh keluhan yang dirasakan)
T : Timing, waktu (kapan terjadinya) dan bagaimana terjadinya tiba-
tiba atau bertahap (Risnanto, 2014)
- Kaji durasi nyeri apakah termasuk nyeri akut yang tiba-tiba dengan
durasi singkat, bersifat sementara, dan cepat hilang. Atau termasuk
nyeri kronis yang berlangsung menetap atau kontinu selama lebih dari
enam bulan.
- Kaji nyeri berdasarkan transmisi. Apakah nyeri menjalar yang terjadi
pada suatu bidang luas atau nyeri rujukan yang bergerak dari satu
tempat ke tempat lain.
- Kaji nyeri berdasarkan penyebabnya. Contohnya termik (disebabkan
oleh perbedaan suhu yang ekstrem), kimia (disebabkan oleh bahan atau
zat kimia), mekanik (disebabkan oleh trauma fisik/mekanik), elektrik
(disebabkan oleh aliran listrik), psikogenik (nyeri yang tanpa diketahui
adanya kelainan fisik, dan bersifat psikologis), dan neurologik
(disebabkan oleh adanya kerusakan pada jaringan saraf).
b) Deformitas/imobilitas
Deformitas atau kelainan bentuk dapat menimbulkan suatu keluhan. Perawat
perlu mengkaji berapa lama keluhan yang dirasakan, kemana klien pernah
meminta tolong sebelum ke rumah sakit (Muttaqin, 2008). Kaji kapan
terjadinya, apakah tiba-tiba atau bertahap, apakah menimbulkan keterbatasan
gerak, apakah semakin memburuk dengan aktivitas, apakah dengan posisi
tertentu makin memburuk dengan aktivitas sehari-hari klien, apakah klien
menggunakan alat bantu misalnya kruk.
c) Kekakuan/ketidakstabilan sendi
Menurut Risnanto (2014), perawat perlu mengkaji sendi mana yang
mengalami kekakuan, lamanya, dan apakah selalu terjadi kekakuan.
d) Pembengkakan/benjolan
Menurut Muttaqin (2008), kelihatan adanya pembengkakan ekstremitas
merupakan suatu tanda adanya bekas trauma yang terjadi pada klien. Hal yang
perlu dikaji adalah lokasi spesifik pembengkakan, sudah berapa lama, dan
bagaimana proses terjadinya trauma. Dikaji apakah disertai dengan nyeri,
apakah dengan beristirahat dan meninggikan bagian yang sakit dapat
mengurangi bengkak, apakah ada bagian tulang yang dipasang gips, apakah
ada panas atau kemerahan.
e) Kelemahan otot
Keluhan adanya kelemahan otot biasanya dapat bersifat umum atau bersifat
lokal karena gangguan neurologis pada otot (Muttaqin, 2008).
f) Gangguan sensibilitas
Keluhan adanya gangguan sensibilitas muncul apabila terjadi kerusakan saraf
baik lokal maupun menyeluruh. Hal yang perlu dikaji apakah klien mengalami
perasaan yang tidak normal atau kebas, apakah gangguan ini bertambah berat
atau malah makin berkurang dari permulaan keluhan muncul sampai pada saat
wawancara, apakah ada keluhan lain yang dirasakan seperti nyeri atau edema,
apakah ada perubahan warna kulit bagian distal dari daerah yang terkena
seperti pucat atau sianosis.
g) Gangguan atau hilang fungsi
Dikaji berapa lama keluhan muncul, lokasi atau organ yang mengalami
gangguan atau kehilangan fungsi, dan apakah ada keluhan lain yang menyertai
(Muttaqin, 2008).
f. Riwayat sosial
Data ini meliputi pendidikan klien dan pekerjaannya. Seseorang yang bekerja dengan
memerlukan kekuatan otot/skeletal untuk mengangkat benda-benda berat akan
mengundang trauma.
h. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga untuk menentukan hubungan genetik perlu diidentifikasi adanya
faktor predisposisi seperti arthritis, spondilitas ankilosis, dan gout.
i. Riwayat diet
Dikaji apakah adanya kelebihan berat badan, karena kondisi ini dapat mengakibatkan
stres pada sendi-sendi penyangga tubuh dan predisposisi terjadinya instabilitas
ligamen, khususnya pada punggung bagian bawah, kurangnya intake kalsium dapat
menimbulkan fraktur karena adanya dekalsifikasi. Dikaji bagaimana menu makanan
sehari-hari, bagaimana konsumsi vitamin A, dan D.
k. Aspek psikologis
Dikaji bagaimana respon psikologis klien terhadap masalah gangguan aktifitas yang
dialaminya, mekanisme koping yang digunakan klien dalam menghadapi gangguan
aktifitas.
l. Aspek sosiokultural
Dikaji dampak yang terjadi akibat gangguan aktifitas yang dialami klien terhadap
kehidupan sosialnya, misalnya bagaimana pengaruhnya terhadap pekerjaan, di rumah,
di kantor, maupun sosial.
m. Aspek spiritual
Dikaji bagaimana keyakinan dan nilai yang dianut klien terkait dengan kondisi
kesehatan yang dialaminya sekarang. Apakah klien menunjukkan keputusasaan,
bagaimana pelaksanaan ibadah klien dengan keterbatasan kemampuan fisiknya.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik disini lebih berfokus pada pemantauan rentang gerak sendi, tonus
dan kekuatan otot, dan kondisi sendi dan otot. Pemeriksaan ini penting dilakukan jika
klien mengeluhkan rasa nyeri atau kehilangan fungsi sendi atau otot.
a. Mengkaji skelet tubuh
Skelet tubuh dikaji mengenai adanya deformitas dan kesejajaran. Apakah ada
pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang, apakah ada pemendekan
ekstremitas, amputasi, dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis.
Apakah ada terdengar suara krepitus (suara berderik) pada titik gerakan abnormal.
Dikaji kenormalan susunan tulang, apakah ada deformitas, apakah ada edema atau
nyeri tekan dan apakah ada pembengkakan.
b. Mengkaji tulang belakang
Dikaji apakah ada deformitas tulang belakang seperti skoliosis, kifosis, dan lordosis.
c. Mengkaji sistem persendian
Mengevaluasi sendi dengan mengkaji rentang gerak, deformitas, stabilitas dan adanya
benjolan. Bila gerakan sendi terganggu atau sendi terasa nyeri, maka harus diperiksa
adanya kelebihan cairan dalam kapsulnya (efusi), pembengkakan dan peningkatan
suhu akibat adanya inflamasi.
d. Mengkaji sistem otot
Sistem otot dikaji dengan memperhatikan kemampuan seseorang dalam mengubah
posisi, kekuatan otot dan koordinasi, serta ukuran masing-masing otot.
c. Pemeriksaan diagnostik
a. Foto rontgen
Sinar-x penting untuk mengevaluasi klien dengan kelainan muskuloskeletal. Sinar-x
tulang dapat menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi, dan perubahan
hubungan tulang. Sinar-x multiple diperlukan untuk mengkaji secara paripurna
struktur yang sedang diperiksa. Sinar-x tekstur tulang menunjukkan adanya pelebaran,
penyempitan, dan tanda iregularitas. Sinar-x sendi dapat menunjukkan adanya cairan,
iregularitas, penyempitan dan perubahan struktur sendi.
b. Computed tomography (CT scan)
Menunjukkan rincian bidang tertentu tulang yang terkena dan dapat memperlihatkan
tumor jaringan lunak atau cedera ligamen atau tendon. Digunakan untuk
mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di daerah yang sulit dievaluasi
(misalnya asetabulum).
c. Magnetic resonance imaging (MRI)
Untuk memperlihatkan adanya abnormalitas misalnya tumor atau penyempitan jalur
jaringan lunak melalui tulang.
d. Angiografi
Untuk mengkaji perfusi arteri dan dapat digunakan untuk tingkat amputasi yang akan
dilakukan.
e. Digital substraction angiography (DSA)
Menggambarkan sistem arteri melalui kateter vena.
f. Skintigrafi tulang (pemindai tulang)
g. Termografi
Untuk mengukur kondisi inflamasi seperti arthritis dan infeksi.
h. Elektromiografi
Untuk menentukan abnormalitas fungsi.
i. Absorpsiometri foton tunggal dan ganda
Untuk menentukan kandungan mineral tulang pada pergelangan tangan atau tulang
belakang.
j. Venogram
Untuk mendeteksi trombosis vena, untuk melihat adanya herniasi diskus, stenosis
spinal (penyempitan kanalis spinalis) atau adanya tumor.
k. Artografi
Untuk melihat struktur jaringan lunak dan kontur sendi.
l. Artoskopi
m. Biopsi
Untuk menentukan struktur dan komposisi tulang, otot, dan sinovial guna membantu
menentukan penyakit tertentu.
4. Pemeriksaan Laboratorium
Menurut Muttaqin (2008), pemeriksaan darah dan urine klien dapat memberi
informasi mengenai masalah muskuloskeletal primer atau komplikasi yang terjadi
(mis. Infeksi), sebagai dasar acuan pemberian terapi. Kadar kalium serum berubah
pada osteomalasia, fungsi paratiroid, penyakit paget, tumor tulang metastasism dan
pada imobilisasi lama. Metabolisme tulang dapat dievaluasi melalui pemeriksaan
tiroid dan penentuan kadar kalsitonin, hormon paratiroid dan vitamin D.
1. Identitas klien
Identitas klien meliputi nama, usia (pada masalah disfungsi neurologis kebanyakan
terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku
bangsa, MRS, nomor rekam medis dan diagnosa medis.
2. Keluhan utama
Keluhan utama klien biasanya akan segera terlihat bila terjadi disfungsi neurologis.
Keluhan yang sering muncul adalah kelemahan ekstremitas sebelah badan, bicara
pelo, tidak dapat berkomunikasi, kejang (konvusi), sakit kepala hebat, nyeri otot,
kaku kuduk, sakit punggung, tingkat kesadaran menurun (GCS kurang dari 15), akral
dingin, dan ekspresi takut.
3. Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang
Pada gangguan sistem persarafan riwayat penyakit sekarang yang mungkin
didapatkan meliputi adanya riwayat trauma, riwayat jatuh, kejatuhan
mendadak, lumpuh pada saat klien sedang melakukan aktivitas, keluhan pada
gastrointestinal seperti mual dan muntah bahkan kejang sampai tidak sadarkan
diri (letargi).
b. Riwayat penyakit dahulu
- Dikaji apakah klien menggunakan obat-obat seperti analgetik, sedatif,
hipnotis, antipsikortik, anti depresi atau perangsang sistem persarafan.
- Dikaji apakah klien pernah mengeluhkan gejala sakit kepala, kejang,
tremor, pusing, vertigo, kebas atau kesemutan pada bagian tubuh,
kelemahan, atau perubahan bicara masa lalu. Bila klien telah
mengalami salah satu gejala di atas, perawat harus menggali lebih
detail.
- Dikaji apakah adanya riwayat perubahan penglihatan, pendengaran,
penghidu, pengecapan dan perabaan.
- Kaji riwayat trauma kepala atau batang spinal, meningitis, kelainan
kongenital, penyakit neurologis atau konseling psikiatri
- Kaji riwayat peningkatan gula darah dan tekanan darah tinggi
- Keji riwayat tumor baik yang ganas maupun yang jinak pada sistem
persarafan.
c. Riwayat penyakit keluarga
Dikaji apakah ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun
diabetes mellitus yang memberikan hubungan dengan beberapa masalah
disfungsi neurologis seperti masalah stroke hemorragik dan neuropati perifer.
4. Riwayat psikososial
a. Kemampuan koping normal
Pengkajian mekanisme koping digunakan untuk menilai respon emosi klien
terhadap penyakit yang dideritanya. Dikaji juga apakah ada prubahan peran
klien dalam keluarga dan masyarakat, serta respon atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat
apakah ada dampak yang timbul pada klien seperti ketakutan akan kecacatan,
rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal
dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh).
b. Pengkajian sosioekonomispiritual
Dikaji apakah keadaan ini memberikan dampak pada status ekonomi klien
yang disebabkan oleh biaya perawatan yang dikeluarkan klien selama di
rawat. Dikaji fungsi neurologis dengan
a. Nutrisi metabolik
Kaji tentang kebiasaan makan klien selama 24 jam. Apakah klien makan
makanan dari semua golongan makanan atau tidak, adakah makanan
pantangan bagi klien. Apakah klien memiliki kesukaran mengunyah atau
menelan.
b. Eliminasi
Kaji apakah klien mengalami perubahan pada kebiasaan bak atau bab. Apakah
klien menggunakan laksatif, suppositoria, bantuan enema, jenis apa dan
seberapa sering. Apakah klien mampu berjalan ke kamar mandi dengan
bantuan atau tanpa dibantu
c. Aktivitas dan latihan
Kaji jenis aktifitas klien selama 24 jam, apakah klien memiliki kesulitan
terhadap keseimbangan, koordinasi atau berjalan. Apakah klie menggunakan
alat bantu jalan. Apakah klien mengalami kelemahan pada lengan atau kaki.
Apakah klien mampu menggerakkan seluruh bagian tubuhnya. Jika klien
kejang, apakah klien mampu mengidentifikasi faktor pencetusnya, bagaimana
perasaan klien setelah kejang. Apakah klien memiliki pengalaman tremor atau
gemetar, dimana dan bagian mana.
d. Istirahat tidur
Dikaji apakah masalah kesehatannya saat ini memiliki pengaruh terhadap
kemampuan tidur dan istirahat. Apakah klien pernah memiliki nyeri yang
timbul pada malam hari.
e. Kognitif perseptual
Dikaji tentang pengalaman sakit kepala klien termasuk frekuensi, jenis, lokasi
dan faktor pencetusnya. Apakah klien pernah merasakan pingsan atau pusing.
Apakah klien pernah mengalami perasaan kebas, terbakar atau perasaan geli.
Apakah klien pernah mengalami masalah visual seperti penglihatan ganda,
penglihatan seperti dibatasi embun. Apakah klien pernah mengalami masalah
pendengaran. Apakah klien mengalami perubahan pada pengecapan dan
pembauan. Apakah klien mengalami kesulitan mengingat.
f. Persepsi dan konsep diri
Dikaji bagaimana masalah kesehatannya saat ini mempengaruhi perasaannya.
Bagaimana perasaan klien tentang kelemahan yang mungkin disebabkan oleh
masalah neurologi.
g. Hubungan
Dikaji apakah ada riwayat masalah neurologi keluarga seperti alzheimer
disease, tumor otak dan epilepsi. Apakah klien sulit mengekspresikan dirinya.
Apakah masalah neurologik berpengaruh terhadap perannya dalam
keluarganya. Apakah masalah neurologik berpengaruh terhadap interaksi
dengan anggota keluarga yang lain, teman-temannya, pekerjaannya dan
aktifitas sosialnya.
h. Seksual dan reproduksi
Dikaji apakah aktifitas seksual klien mengalami gangguan oleh adanya
masalah neurologik.
i. Koping stres
Dikaji apa yang klien lakukan untuk mengatasi stres yang dirasakan. Apakah
gangguan neurologi mempengaruhi cara klien mengatasi stres. Apakah stres
semakin memburuk dengan adanya masalah neurologi. Siapa dan apa yang
dapat membantu klien dalam mengatasi stres dengan masalah neurologi.
j. Keyakinan
Kaji siapa orang terdekat atau aktifitas apa yang dapat membantu mengatasi
stres dengan gangguan neurologi. Apa yang dapat klien lihat yang dapat
menjadi sumber kekuatan terbesar saat ini.
6. Pemeriksaan Fisik
Secara umum, pemeriksaan fisik pada sistem persarafan ditujukan terhadap area
fungsi utama berikut :
a. Pengkajian tingkat kesadaran
Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang paling mendasar dan
penting yang membutuhkan pengkajian. Tingkat keterjagaan klien dan
respons terhadap lingkungan adalah indikator paling sensitif untuk disfungsi
sistem persarafan.
Tingkat Klinis
Responsivitas
Terjaga Normal
Sadar Dapat tidur lebih dari biasanya atau sedikit bingung
saat pertama kali terjaga, tetapi berorientasi sempurna
ketika bangun
Letargi Mengantuk tetapi dapat mengikuti perintah sederhana
ketika dirangsang
Stupor Sangat sulit untuk dibangunkan, tidak konsisten,
dapat mengikuti perintah sederhana atau berbicara
satu kata atau frase pendek
Semikomatosa Gerakan bertujuan ketika dirangsang; tidak mengikuti
perintah atau berbicara koheren
Koma Dapat berespons dengan postur secara refleks ketka
distimulasi atau dapat tidak berespons pada setiap
stimulus
e. Pengkajian refleks
a) Refleks patella
Respon berupa kontraksi otot quadriceps femoris yaitu ekstensi dari lutut
b) Refleks biceps
Normal jika timbul kontraksi otot biceps, sedikit meningkat bila terjadi fleksi
sebagian dan gerakan pronasi. Bila hyperaktif maka akan terjai penyebaran
gerakan fleksi pada lengan dan jari-jari atau sendi bahu.
c) Refleks triceps
Normal adalah kontraksi dari otot triceps.
d) Refleks achilles
Respon normal berupa gerakan plantar fleksi kaki.
e) Refleks abdominal
Normal jika umbilikus akan bergerak ke atas dan ke daerah yang disentuh.
f) Refleks babinski
Respon normal berupa fleksi plantar semua jari kaki.
8. Pemeriksaan diagnostik
a. Foto rontgen
Foto rontgen polos tengkorak dan medula spinalis sering kali digunakan untuk
mengidentifikasi adanya fraktur, dislokasi, dan abnormalitas tulang lainnya,
terutama dalam penatalaksanaan trauma akut. Foto rontgen polos kepala juga
dapat memperlihatkan adanya infeksi atau neoplasma yang ditandai oleh
perubahan kepadatan tulang atau kalsifikasi intrakranial lainnya.
b. Computed temography
c. Possitron emissiontomography PET
d. MRI
MRI mempunyai potensial untuk mengidentifikasi keadaan abnormal serebral
dengan mudah dan lebih jelas. MRI dapat memberikan informasi tentang
perubahan kimia dalam sel, juga memberikan informasi kepada dokter dalam
memantau respons tumor terhadap pengobatan.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem muskuloskeletal adalah vital bagi manusia agar dapat bergerak dengan bebas
dan merawat diri sendiri. Tulang manusia saling berhubungan satu dengan yang lain dalam
berbagai bentuk untuk memperoleh fungsi sistem muskuloskeletal yang optimal. Gangguan
dari sistem muskuloskeletal dapat berkisar dari gangguan yang menyebabkan
ketidaknyamanan minor, seperti kerusakan ligamen sampai ke kondisi yang mengancam
kehidupan seperti distropi muskular.
Sedangkan untuk sistem saraf, adalah sistem yang tidak kalah vital bagi manusia.
Sistem saraf merupakan jaringan kompleks yang memiliki peran penting untuk mengatur
setiap kegiatan dalam tubuh. Beberapa fungsi sistem saraf adalah untuk berpikir, melihat,
bergerak, hingga mengatur berbagai kerja organ tubuh. Meski jaringan saraf dilindungi oleh
tengkorak dan tulang, gangguan dan kelainan pada sistem saraf masih bisa terjadi. Ada
beberapa kelainan dan penyakit pada sistem saraf yakni sakit kepala, epilepsi, amnesia,
alzheimer, dan meningitis.
B. Saran
Semoga paper ini dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran bagi teman-teman
mahasiswa untuk lebih memahami tentang anamnesis pada klien dengan gangguan sistem
muskuloskeletal dan sistem persarafan yang pada tahap awal saat pengkajian sebagai
pengumpulan data secara objektif agar dapat menentukan asuhan keperawatan yang tepat
bagi klien.
Daftar Pustaka
http://id.scribd.com/document/396859759/Kelompok-1-Anamnesa-Gangguan-Sistem-
Muskuloskeletal (Diakses pada tanggal 05 Agustus 2020)
https://www.academia.edu/37079348/PENGKAJIAN_SISTEM_PERSYARAFAN_DAN_SI
STEM_PENCERNAAN_docx (Diakses pada tanggal 05 Agustus 2020)
https://id.scribd.com/doc/109643876/Pengkajian-Keperawatan-Gangguan-Sistem-Persyarafan
(Diakses pada tanggal 05 Agustus 2020)